PENDAHULUAN eksistensi laporan nilai tambah syari ah berbasis rezeki

EKSISTENSI LAPORAN NILAI TAMBAH SYARI’AH BERBASIS REZEKI Oleh: Aji Dedi Mulawarman 1 Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Abstract The objective of this research is to prove the existence of Shari’ate Value Added Statement from the real transaction and business habitus of Indonesian Moslem Society. Study is conducted by utilising Hyperphenomenology Methods. The major result shows that rizq becomes a substance of Shari’ate Value Added concept. This means that rizq is actually value added gained financial, social and environmental and has been purified becomes halal, thoyib and free from riba in every process of its attainment, result to distribution. The consequences of the major result are that the form of the Shari’ate Value Added Statement have quantitative and qualitative elements that must be stated in one form, not separated. Keywords: Rizq, Shari’ate Value Added, Shari’ate Value Added Statement.

1. PENDAHULUAN

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti lebih jauh eksistensi Laporan Nilai Tambah Syariah sebagai bagian dari Laporan Keuangan Syariah. Pengembangan laporan keuangan syari’ah banyak dilakukan misalnya oleh Gambling dan Karim 1991; Baydoun dan Willett 1994; 2000; perluasan Baydoun dan Willett 1994 oleh Sulaiman 2000; 2001; Sulaiman dan Willett 2003; dan Mulawarman 2006; 2007a; 2007b. Pengembangan laporan keuangan syari’ah oleh Mulawarman 2007c disebut Laporan Keuangan Syariah. Laporan Keuangan Syariah terdiri dari Laporan Nilai 1 HP 081 555 600745 ; email ajidedimyahoo.co.id ; website http:ajidedim.wordpress.com 1 Tambah Syariah Mulawarman 2006, Neraca Syariah Mulawarman 2007a dan Laporan Arus Kas Syariah Mulawarman 2007b. Khusus mengenai Laporan Nilai Tambah Syariah 2006 terdiri dari laporan kuantitatif dan kualitatif yang saling terikat satu sama lain dan bersifat mandatory wajib. Laporan kuantitatif mencatat aktivitas finansial-sosial-lingkungan akun kreativitas dan bersifat halal-thoyib-bebas riba akun ketundukan Tabel 1. Laporan kualitatif berupa catatan laporan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan kuantitatif serta berkenaan dengan bentuk transaksi batin-spiritual. Hanya masalahnya terpisahnya laporan tersebut apabila diterapkan di lapangan dapat memberi peluang perusahaan mementingkan penyampaian akuntabilitas dan informasi kuantitatif. Laporan kualitatif meskipun bersifat mandatory akhirnya kembali menjadi laporan pseudo-mandatory. Pseudo-mandatory di sini dapat diartikan bahwa laporan kualitatif secara substansial bersifat mandatory, tetapi praktiknya di lapangan menjadi “mandul”, bahkan akan tergeser menjadi laporan voluntary. Dengan demikian, perlu penyesuaian bentuk laporan nilai tambah syari’ah secara teknologis menjadi satu kesatuan tak terpisah secara konkrit. Diingatkan oleh Triyuwono 2007 bahwa konsep nilai tambah syari’ah merupakan nilai tambah ekonomi, mental dan spiritual yang diperoleh, diproses dan didistribusikan dengan cara yang halal. Pemaknaan nilai tambah syari’ah dari Triyuwono 2007 dapat dijadikan source tambahan penjelasan bentuk laporan nilai tambah syari’ah. Meskipun penjelasan tersebut baru melihat pembentukan, proses dan distribusi nilai tambah harus memenuhi prinsip halal. Mulawarman 2006 sendiri sebenarnya telah menjelaskan bahwa pembentukan, proses dan distribusi nilai tambah tidak hanya berkenaan dengan masalah halal, tetapi juga harus bersifat thoyib baik halal dan thoyib lebih berkenaan dengan produk dan bebas riba lebih berkenaan 2 dengan kontrak atau akad 2 . Dengan demikian pembentukan, proses dan distribusi nilai tambah syari’ah baik ekonomi, mental dan spiritual harus memenuhi prinsip halal, thoyib dan bebas riba. Konsep nilai tambah syariah Triyuwono 2007 bila dilihat lebih jauh juga masih melihat shariate enterprise theory sebagai basis akuntansi syariah idealis 3 yang memiliki asumsi dasar manusia sebagai khalifatullah fil ardh wakil Allah di bumi. Dijelaskan Mulawarman 2007b bahwa shariate enterprise theory bila memang memiliki substansi akuntansi berpasangan, maka harus melihat asumsi dasar manusia dalam substansi akuntansi berpasangan pula. Asumsi dasar manusia dalam Islam di samping sebagai khalifatullah fil ardh juga memiliki asumsi dasar pasangannya, yaitu manusia sebagai abd’ Allah konsep kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah. Prinsip berpasangan abd’ Allah dan khalifatullah fil ardh telah memberikan solusi implementasi konsep teknologi akuntansi syariah yang memiliki dua akun utama, yaitu akun ketundukan representasi abd’ Allah dan akun kreativitas representasi khalifatullah fil ardh 4 . Laporan Nilai Tambah Syari’ah juga perlu diuji secara empiris. Desain Laporan Nilai Tambah Syari’ah sebenarnya masih menyisakan masalah berkaitan realitas akuntansi, terutama realitas masyarakat Muslim Indonesia. Artinya, nilai tambah syari’ah sebagai basis konseptual laporan perlu dilihat secara kontekstual dari nilai-nilai masyarakat Muslim Indonesia. 2 Riba berarti menetapkan bungamelebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam Islam. 3 Aliran pragmatis biasanya menyepakati Entity Theory lihat Syahatah 2001, Zaid 2004, Adnan 2005. 4 Teknologi akuntansi syariah berbentuk laporan keuangan syariah Mulawarman 2007c, yang memiliki tiga laporan utama, yaitu Laporan Arus Kas Syariah Mulawarman 2007a, Laporan Nilai Tambah Syariah 2006 dan Neraca Syariah Mulawarman 2007b 3 Mulawarman 2007c telah melakukan studi empiris bahwa terdapat keserasian antara sirah Muhammad saw. dan realitas empiris saat ini yang dapat dijadikan source bentuk Trilogi Laporan Keuangan Syari’ah. Trilogi Laporan Keuangan Syari’ah merupakan kesatuan konsep ma’isyah bekerja untuk mencari rezeki rizq sehingga berdampak pada maal kekayaan penuh barokah. Konsep ma’isyah dijadikan sebagai basis aliran kas syari’ah, rizq basis nilai tambah syari’ah, dan maal basis neraca syari’ah. Untuk memudahkan lihat gambar di Gambar 1 Lampiran. Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan penyesuaian lebih lanjut bentuk Laporan Nilai Tambah Syariah. Pertanyaannya kemudian, apakah memang nilai tambah syariah secara kontekstual memiliki eksistensinya dalam realitas bisnis dan akuntansi masyarakat Muslim Indonesia? Bila memang eksis, apakah konsep rezeki memang dapat dijadijan sebagai bentuk Laporan Nilai Tambah Syariah sesuai tradisi bisnis dan akuntansi masyarakat Muslim Indonesia? Terumuskannya Laporan Nilai Tambah Syari’ah yang sesuai eksistensi bisnis dan akuntansi masyarakat Muslim Indonesia diharapkan; 1 akuntansi syari’ah yang masih berada pada tataran filosofis- teoritis segera dapat diimplementasikan; 2 memberi kontribusi praktis bagi para akuntan melakukan praktik sesuai nilai-nilai Islam dan tujuan syari’ah; 3 memberi bukti empiris masyarakat Muslim Indonesia sebenarnya masih melakukan aktivitas akuntansi sesuai nilai-nilai syari’ah yang dapat dijadikan source pengembangan laporan keuangan; 4 memberi kontribusi konstruktif penyusunan standar akuntansi keuangan perbankan maupun perusahaan syari’ah. 4

2. LAPORAN NILAI TAMBAH SYARI’AH: IN THE BEGINNING