Dari uraian di atas dapat digambarkan bahwa terdapat gejala-gejala yang mengarahkan pada orentasi tujuan masing-masing, terutama pada tujuan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian pendidikan. Sehubungan dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atau mengkaji yang akan
dituangkan berdasarkan judul yang telah ditetapkan yaitu: Perbandingan Implementasi Kurikulum Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Antara
Indonesia dan Malaysia.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Secara umum, kurikulum adalah alat untuk mengembangkan peserta didik yang harus ditempuh dari awal sampai akhir yang mengarahkan siswa untuk
belajar. Kurikulum adalah panduan untuk seorang guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Berdasarkan pengamatan sepintas di lapangan pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran pendidikan jasmani, terdapat beberapa perbedaan pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah
Indonesia dan di sekolah Malaysia. Guru merupakan figure sosok sentral dalam mengantarkan manusia
murid kepada tujuan yang mulia. Khoe Yao Tung 2002, 10 menyebutkan guru merupakan ujung tombak sekaligus faktor kunci dalam meningkatkan kualitas
pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. Dalam ayat 2 pasal 1 disebut bahwa „dosen‟ adalah „pendidik
professional dan
ilmuwan dengan
tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Guru-guru pendidikan jasmani diharapkan dapat mengembangkan 3 aspek
yang penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang bersesuaian dengan
kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau kementerian bahasa Malaysia yakni tiga aspek psikomotor, kognitif dan afektif.
Selama pengamatan ke sekolah, khususnya guru-guru di Bandung, peneliti melihat guru-guru lebih menekankan pada aspek psikomotor siswa
berbandingkan aspek kognitif dan afektif siswa. Selama pengamatan proses pembelajaran, peneliti melihat guru kurang menekankan perkembangan aspek-
aspek kognitif dan afektif siswa.. Hal ini menyebabkan anak akan lebih berkembang pada aspek psikomotor yaitu skill atau gerak dibandingkan dengan
aspek kognitif dan afektif. Kurangnya penekananan pada sikap kognitif siswa, akan menghambat
perkembangan pemikiran dan pengetahuan siswa tentang apa yang dipelajari pada saat aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani. Siswa juga akan kurang
berdisiplin jika guru kurang menekankan aspek afektif pada saat pembelajaran. Hal ini mengakibatkan, pada saat proses pembelajaran siswa cenderung
melakukan kegiatan sendiri dari pada melakukan kegiatan yang di berikan atau disampaikan oleh guru.
Sedangkan di Malaysia, guru menitik beratkan pada psikomotor dan kognitif siswa. Namun aspek afektif yang diterapkan pada siswa kurang dititik beratkan
oleh guru. Hal ini akan membuat siswa kurang berdisiplin pada saat aktivitas pembelajaran dan aspek afektif siswa juga kurang berkembang dengan apa yang
diharapkan oleh pemerintah dan kementerian. Proses pembelajaran kurang berjalan dengan apa yang diharapkan jika aspek afektif kepada siswa kurang
dikembangkan. Sehingga siswa bebas berkeliaran dan melakukan aktivitas sendiri.
Interaksi antara guru dan siswa kedua negara bisa dikatakan humanis. Namun masih ada sebagian guru yang menggunakan cara komando dengan cara
membariskan siswa sebelum dan setelah pembelajaran dengan bertujuan supaya tertib. Maka dari itu, peneliti sangat tertarik untuk meneliti implementasi
pembelajaran pendidikan jasmani antara Indonesia dan Malaysia.
C. Rumusan Masalah