Pengaruh Kebisingan Pada Kesehatan Manusia

diizinkan berdasarkan Permenaker No. 13 Tahun 2011 Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2011. Tabel 2.5 Nilai Ambang Batas NAB Kebisingan Satuan Waktu Waktu Pajanan per Hari Intensitas Kebisingan dBA Jam 24 80 16 82 8 85 4 88 2 91 1 94 Menit 30 97 15 100 7,5 103 3,75 106 1,88 109 0,94 112 Detik 28,12 115 14,06 118 7,03 121 3,52 124 1,76 127 0,88 130 0,44 133 0,22 136 0,11 139 Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA walau sesaat.

2.6 Pengaruh Kebisingan Pada Kesehatan Manusia

1. Gangguan Auditori Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising dapat sembuh setelah istirahat selama 1-2 jam. Bila terpapar bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama sekitar 10-15 tahun akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti. Terjadinya proses ini belum dapat dipastikan, tetapi diduga karena rangsangan bunyi yang berlebihan dalam kurun waktu yang lama sehingga mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga terjadi kerusakan degenartif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Gambaran kondisi ini umumnya ditandai dengan penurunan frekuensi pendengaran yang mengalami penurunan intensitas antara 3000-6000 Hz dan kerusakan Corti untuk reseptor bunyi yan terberat terjadi pada frekuensi 4000 Hz 4 K notch. Proses ini terbilang lambat dan tersembunyi sehingga tahap awal kerap tidak disadari oleh para pekerja. Kondisi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan audiometri. Bising dengan intensitas tinggi bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan penurunan pendengaran hingga ke frekuensi percakapan yakni 500-2000 Hz. Pada kondisi ini pekerja mulai merasakan ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaaran di sekitarnya Bashiruddin, 2009. Ketulian bersifat progresif karena pekerja yang ditempatkan pada area kerja yang terpapar kebisingan secara terus-menerus, maka daya dengar yang awalnya mengalami penurunan sementara berangsur-angsur dapat mengalami kehilangan pendengaran secara menetap. a. Trauma Akustik Tipe gangguan pendengaran ini terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh kebisingan yang sangat ekstrem dan dalam jangka waktu pendek. Diagnosis trauma akustik terbilang mudah karenan penderita dapat mendeskripsikan langsung penyebab gangguan pendengaran yang dirasakan. Gangguan pendengaran ini bersifat akut dan dapat sembuh dengan cepat secara parsial atau sempurna Roestam, 2004. b. Gangguan Pendengaran Sementara Temporary Threshold Shift Kebisingan dapat menyebabkan kenaikan nilai ambang pendengaran yang bersifat reversibel. Gangguan ini disebabkan oleh paparan bising dalam waktu singkat namun dengan intensitas sangat tinggi, misalnya karena mendengar suara tembakan dan telinga terasa berdenging tinnitus. Kenaikan ambang pendengaran sementara secara perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Mula-mula kenaikan ini terjadi pada frekuensi 4000 Hz dan pada gambaran audiogram tampak acoustic notch, tetapi bila paparan berlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Respon tiap individu terhadap kebisingan tidak sama karena sensivitas dari masing-masing individu tidak sama. Pendengaran biasanya akan kembali normal bila beristirahat di luar lingkungan bising. c. Gangguan Pendengaran Permanen Permanent Threshold Shift Jenis kehilangan pendengaran permanen tidak dapat disembuhkan irreversible. Kerusakan telinga ini disebabkan oleh pajanan bising dalam jangka waktu lama yang biasa terjadi pada frekuensi 4000 Hz. atau dapat juga disebabkan oleh pajanan bising tingkat tinggi dalam waktu singkat. Kenaikan ambang pendengaran yang menetap dapat terjadi setelah rentang waktu 3,5 sampai 20 tahun sejak terjadi pemaparan. Penderita biasanya baru menyadari bahwa pendengarannya mengalami penurunan setelah dilakukan pemeriksaan audiogram. 2. Gangguan Non Auditori a. Gangguan Fisiologis Bising yang ditimbulkan di tempat kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan pekerja salah satunya gangguan fisiologi berupa telinga berdengung tinnitus, peningkatan tekanan darah, percepatan denyut nadi, peningkatan metabolisme basal, vasokonstriksi pembuluh darah, penurunan peristaltik usus serta peningkatan ketegangan otot. Efek fisiologi disebabkan oleh peningkatan rangsangan saraf otonom, yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap keadaan bahaya secara spontan. b. Gangguan Psikologis Selain itu, kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan psikologi berupa stress tambahan bila mendengar bunyi yang tidak diinginkan atau yang mengganggu sehingga dapat menimbulkan perasaan tidak menyenangkan, sulit tidur, emosional, gangguan komunikasi serta gangguan konsentrasi yang dapat berkontribusi membahayakan keselamatan pekerja dan dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan penyakit psikosomatik. c. Gangguan Komunikasi Gangguan pendengaran juga dapat mempengaruhi komunikasi karena pembicaraan dilakukan dengan cara berteriak sehingga dapat mengganggu proses kerja dan berpotensi menimbulkan kesalahan Wibowo, 2012.

2.7 Noise Induced Hearing Loss NIHL