BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki konflik
yang majemuk. Randall Collins 1975 dalam Ritzer 2005:162 mengemukakan bahwa konflik merupakan proses sentral dalam kehidupan sosial. Ia melihat
bahwa orang memunyai kepentingan sendiri-sendiri, sehingga benturan-benturan mungkin terjadi karena kepentingan-kepentingan tersebut pada dasarnya saling
bertentangan. Konflik merupakan unsur dasar kehidupan manusia dan tidak dapat dilenyapkan dari kehidupan budaya manusia. Manusia dapat mengubah sarana-
sarana, asas-asas, atau pendukungnya, tetapi tidak dapat membuang konflik itu sendiri. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa potensi konflik merupakan
naluri kehidupan setiap manusia. Konflik yang terjadi dalam kehidupan manusia pada umumnya dijadikan sebagai
sumber ilham bagi para sastrawan yang kemudian ditarik dalam khasanah imajinasi untuk dihayati, direnungkan, diendapkan, kemudian disalurkan dalam
wujud karya sastra. Sebuah karya sastra yang baik sudah seharusnya mengangkat persoalan dan dimensi kehidupan manusia. Ibarat sebuah cermin, teks sastra
memantulkan nilai-nilai kemanusiaan yang mampu menyentuh kepekaan nurani pembacanya untuk melakukan pencerahan jiwa. Jakob Sumardjo, 1984:15
Prosa Inggris: prose sebagai salah satu genre di samping genre-genre lain yang terdapat dalam dunia kesastraan, menawarkan berbagai permasalahan dalam
kehidupan manusia. Prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut sebagai fiksi fiction. Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis 1966:14 dalam Nurgiyantoro
1994:2, dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan
hubungan-hubungan antarmanusia. Fiksi menceritakan berbagai peristiwa kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dengan diri sendiri,
serta interaksinya dengan Tuhan. Peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam sebuah karya fiksi dihubungkan berdasarkan pola kausalitas atau sebab akibat, sehingga
membentuk suatu alur yang menarik. Alur merupakan bagian dari struktur cerita rekaan karya fiksi. Alur plot
merupakan unsur fiksi yang penting jiwa fiksi, bahkan tak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain.
Tinjauan struktural terhadap karya fiksi pun sering ditekankan pada pembicaraan alur. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain,
bagaimana suatu insiden memunyai hubungan dengan insiden lain, bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan
bagaimana situasi dan perasaan karakter tokoh yang terlibat dalam tindakan- tindakan itu terikat dalam suatu kesatuan waktu. Kejelasan alur merupakan
kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kemudahan cerita untuk dimengerti Nurgiyantoro, 1994:110.
Sebuah alur memiliki tiga unsur pembangun yaitu peristiwa, konflik, dan klimaks. Pengembangan alur sebuah karya fiksi akan dipengaruhi oleh bangunan konflik
yang ditampilkan. Konflik merupakan inti dari sebuah alur, sumber adanya cerita. Ada cerita saja tanpa didasari konflik di dalamnya tidak mungkin ada cerita yang
lengkap dan menarik. Sebuah rentetan cerita tanpa konflik di dalamnya tak akan ada alur. Kemampuan pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui
berbagai peristiwa akan sangat menentukan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan.
Konflik adalah sesuatu yang ―dramatik‖, mengacu pada pertarungan antara dua
kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan Warren, 1989: 285. Novel sebagai salah satu bentuk karya sastra yang juga
tergolong jenis fiksi, melibatkan permasalahan atau konflik yang kompleks, mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merasa penting untuk mengadakan
penelitian mengenai konflik dalam novel. Objek dalam penelitian ini adalah novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. 5 cm merupakan novel baru dari seorang penulis
baru yang mengangkat konflik-konflik ringan yang membumi khususnya di kalangan remaja. Selain itu, Isbedy Setiawan mengemukakan bahwa novel 5 cm
mampu menghidupkan kekuatan impian dan cita-cita melalui lima tokoh yang ada. 5 cm kental dengan nuansa nasionalisme, tanpa terjebak mendoktrin kepada
pembaca. Penulis mengajak pembaca menikmati keindahan alam puncak Mahameru, saat detik-detik prosesi memperingati ulang tahun Republik
Indonesia. Siapa pun akan bergetar ketika Sang Saka Merah Putih dikibarkan
menantang langit luas. Kecintaan kepada tanah air digambarkan dengan realis dan logis. Penulis mampu memainkan perasan pembaca melalui peran-peran tokoh
dalam novel 5 cm. http:isbedystiawanzs.blogspot.com2008125-cm-dan- fenomena-novel-popular.html
Donny Dhirgantoro terbilang baru dalam pentas sastra di Indonesia, tetapi tidak
membuat isi novel ini seperti buatan penulis baru. Dengan gaya penulisan yang mudah dipahami, membuat novel yang pertama kali terbit pada 21 Mei 2005 ini
patut menjadi bacaan kawulamuda yang menginginkan gaya penulisan berbeda http:jiwafreud.blogspot.com200801mimpi-dari-donny-dhirgantoro.html.
Novel 5 cm adalah sebuah kisah tentang lima anak muda Arial, Genta, Ian, Riani
dan Zafran yang telah menjalin persahabatan selama tujuh tahun. Kebiasaan melakukan berbagai hal bersama membawa mereka pada satu titik yaitu rasa
bosan pada keadaan yang menurut mereka standar-standar saja. Mereka memutuskan untuk tidak saling berkomunikasi dan bertemu satu sama lain selama
tiga bulan. Selama tiga bulan berpisah itulah masing-masing kembali menjadi diri sendiri, berjuang sendiri mengejar mimpi dan cita-cita, masing-masing tokoh
memiliki konflik yang harus diselesaikan. Selama tiga bulan berpisah itulah telah terjadi banyak hal yang membuat hati mereka lebih kaya dari sebelumnya.
Pertemuan setelah tiga bulan yang penuh dengan rasa kangen akhirnya terjadi dan
dirayakan dengan sebuah perjalanan. Sebuah perjalanan menuju puncak Mahameru yang penuh keyakinan, mimpi, cita-cita, dan cinta. Sebuah perjalanan
yang kemudian mengubah mereka menjadi manusia-manusia sesungguhnya, manusia-manusia baru dengan keyakinan tinggi untuk menggapai mimpi,
cita-cita, dan cinta, bukan cuma seonggok daging yang bisa berbicara, berjalan, dan punya nama. 5 cm adalah novel yang membangun, ada banyak pelajaran yang
bisa didapat ketika membacanya. Banyak kata-kata yang mampu membakar semangat dan perjuangan pembaca. Seperti dalam kutipan berikut.
―...begitu juga dengan mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar taruh disini.‖ Ian membawa jari
telunjuknya menggantung mengambang di depan keningnya. ―Biarkan dia menggantung mengambang 5 centimeter di depan kening
kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya
bahwa kamu bisa. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan,
mimpi, dan cita-
cita, keyakinan diri...‖ ―..dan sehabis itu yang kamu perlu cuma kaki yang akan berjalan lebih
jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih
sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang
akan selalu berdoa.‖ ―…kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan
mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja., bukan orang biasa- biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Percaya
pada 5 cen
timeter di depan kening kamu.‖ 5 cm, 362-363 Betapa pun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan
sebuah karya fiksi dalam hal ini: novel, ia haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap memunyai
tujuan estetik dan mendidik. Melalui sarana cerita tersebut pembaca secara tak langsung dapat belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan
kehidupan yang secara sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu akan mendorong pembaca untuk ikut merenungkan berbagai masalah dalam kehidupan. Oleh
karena itu cerita atau fiksi atau karya sastra pada umumnya, sering dianggap dapat membuat manusia menjadi lebih arif, atau dapat dikatakan ―memanusiakan
manusia‖.
Sebuah karya sastra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah- masalah hidup yang musykil. Sebuah karya sastra mengajak orang untuk saling
mengasihi manusia lain Mursal Esten, 1987:9. Jakob Sumardjo 1984: 14, karya sastra berguna untuk mengenal manusia, kebudayan, serta zamannya.
Sudarni dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX mengemukakan bahwa
dengan sastra orang akan berbudaya, dengan budaya orang akan bermartabat, dan akhirnya dengan bermartabat orang akan bermanfaat. Pengajaran sastra akan
membantu siswa dalam mengembangkan wawasan terhadap tradisi dalam kehidupan manusia, menambah kepekaan terhadap berbagai problema personal
dan masyarakat, dan bahkan sastra pun akan menambah pengetahuan siswa terhadap berbagai konsep teknologi dan sains. http:www.pusatbahasa.diknas.
go.idlamanartikelSudarni-Bangka_Barat.pdf Berdasarkan beberapa pendapat di atas, tersirat betapa pentingnya pengajaran
sastra di sekolah. Hal tersebut sejalan pula dengan tujuan umum pengajaran sastra di sekolah yaitu, siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa. Hal
ini juga dipertegas dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP SMA tahun 2007, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas XI semester 1.
Standar kompetensi : membaca memahami berbagai hikayat, novel Indonesia
terjemahan. Kompetensi dasar : menganalisis unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
novel Indonesia terjemahan.
Melalui kegiatan mengapresiasi karya sastra, dalam hal ini mengenai konflik yang terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro, diharapkan siswa dapat
menikmati dan mengambil hikmah dari novel tersebut, serta dapat mengenal dan mengamalkan nilai-nilai moral yang dianggap baik dan luhur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut. ―Bagaimanakah konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro dan
kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas SMA?‖.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro.
b. Menetapkan kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro
sebagai bahan ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas SMA.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis yaitu dapat
menambah referensi penelitian dibidang kesastraan, khususnya unsur intrinsik novel. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para peneliti
selanjutnya dalam pengembangan teori sastra yang memusatkan perhatian pada unsur intrinsik novel yaitu konflik yang terdapat dalam alur sebuah karya fiksi.
b. Manfaat Praktis 1
Memberikan pengetahuan kepada pembaca, siswa, dan khususnya guru di SMP maupun SMA mengenai materi konflik dalam novel, khususnya yang
terdapat dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro. 2
Membantu guru Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya guru Sekolah Menengah Atas SMA, untuk mendapatkan alternatif bahan ajar sastra
Indonesia di sekolah. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Konflik dalam novel yang berjudul 5 cm karya Donny Dhirgantoro. Untuk
menganalisis konflik dalam novel ini, penulis mengacu kepada pendapat Gorys Keraf 1981:168 yang membagi konflik yaitu, konflik manusia dengan
dirinya sendiri konflik batin, konflik manusia dengan manusia, konflik manusia dengan masyarakat, konflik manusia dengan alam.
b. Kelayakan konflik dalam novel 5 cm karya Donny Dhirgantoro sebagai bahan
ajar sastra Indonesia di Sekolah Menengah Atas SMA dilihat berdasarkan tiga aspek berikut.
1 Bahasa
2 Psikologis
3 Latar belakang budaya
BAB II LANDASAN TEORI