menggambarkan sulitnya ujian Srintil ketika harus menempuh proses menjadi ronggeng hingga ujian yang tetap harus dihadapi ketika Srintil memutuskan
untuk berhenti menjadi ronggeng. Alur ceritanya pun dapat dengan mudah dicerna oleh peserta didik sehingga apabila dijadikan media pembelajaran
sastra di sekolah, peserta didik tidak akan merasa kesulitan dalam memahami cerita tersebut.
Melalui pembelajaran sastra dengan menggunakan media novel, diharapkan dapat membentuk kepribadian dan watak siswa melalui nilai-nilai
positif yang terdapat di dalamnya. Melalui pembelajaran sastra, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
104
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data yang telah ditemukan, dikumpulkan, diklasifikasi yang kemudian dianalisis, dari novel
Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Penjabaran tentang ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk, penulis menjabarkan ke dalam empat bagian, yaitu: 1 fungsi kesenian ronggeng, meliputi: fungsi upacara ritual,
hiburan, dan pertunjukan. 2 syarat-syarat menjadi ronggeng yang meliputi: masuknya
indang arwah Ki Secamenggala, upacara pemandian di depan makam Ki Secamenggala, dan upacara
bukak-klambu. 3 fungsi ronggeng di masyarakat, meliputi menjadi
gowok, sundal, penghibur, dan pembawa keberkahan 4 pandangan masyarakat terhadap ronggeng, yakni
ronggeng memiliki status yang tinggi bagi warga Dukuh Paruk karena dianggap dapat membawa keberkahan, namun tidak dapat terlepas dari
pandagan negatif tentang ronggeng sebagai sundal bagi warga luar Dukuh Paruk..
2. Implikasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk dalam pembelajaran sastra
dapat memberikan nilai-nilai positif kepada peserta didik, yakni nilai moral dan nilai budaya.. Nilai-nilai tersebut bertujuan mendidik peserta
didik untuk menjadi pribadi yang lebih baik bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk kehidupan bermasyarakat. Melalui pembelajaran
sastra, peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi manusia yang memiliki kepribadian
yang berkualitas.
B. Saran
Berdasarkan beberapa simpulan yang telah dijabarkan di atas, ada beberapa saran yang diajukan oleh penulis, yaitu:
1. Diharapkan novel Ronggeng Dukuh Paruk ini dapat dijadikan
sebagai media pembelajaran sastra di sekolah. Oleh karena itu, diharapkan bagi pendidik untuk dapat memanfaatkan novel ini
sebagai media pembelajaran sastra yang baik dan menarik. 2.
Pembelajaran nilai moral dan nilai budaya para tokoh dalam novel ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal dan pegangan untuk
peserta didik dalam mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari.
106
DAFTAR PUSTAKA
Anoegrajekti, Novi. Estetika Sastra, Seni, dan Budaya. Jakarta: Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Jakarta. 2008. ------------------------, dkk.
Ideosinkrasi Pendidikan Karakter melalui Bahasa dan Sastra: “Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya
Ahmad Tohari”. Yogyakarta: Keppel Press. 2010. Brekel, Clara dan Papenhuyzen.
Seni tari Jawa: Tradisi Surakarta dan Peristilahannya. Jakarta: ILDEP-RUL. 1991.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ensiklopedi Tari Indonesia Seri P-T.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta. 1986.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Sastra Indonesia. Ensiklopedi Sastra Indonesia.
Bandung: Titian Ilmu. 2004. Endaswara, Suwardi.
Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya. 2003.
--------------------------. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. 2013.
Eneste, Pamusuk. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang
Jilid 4. Jakarta: KPG. 2009. H., Marta Septia. Jurnal “Citra Tokoh Srintil dalam Novel Ronggeng Dukuh
PAruk Karya Ahmad Tohari”. Malang: Universita Negeri Malang. 2013.
Hawthom, Jeremy. Studying the Novel An Introduction. London: Great Britain.
1985. Hellwig, Tineke.
In The Shadow Of Change, Citra Perempuan dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Desantara. 2003.
K., Santana Septiawan. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 2007. Koentjaraningrat.
Bunga Rampai: Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia. 2008.
Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2010. Mujiningsih, Erlis Nur, dkk.
Struktur Novel Indonesia Modern 1980-1990. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996.
Muliana, L.T. Pembinaan Minat Baca, Bahasa dan Sastera: Kumpulan Karangan
Ajip Rosidi. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset Surabaya. 1983. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi.
Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
2005.
Priyadi, Sugeng. “Fenomena Kebudayaan yang Tercermin dalam Dialek Banyumasan”, Humaniora No.12000.
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta:
Bumi Aksara. 2010. Priyatno, Wien Pudji.
Jurnal “Representasi Indhang dalam Kesenian Lengger di Banyumas
”. Jurusan Pend. Seni Tari FBS-UNY. Priyat
no, Wien Pudji, “Estetika Tari Gambyong Calung dalam Kesenian Lengger Banyumas”Jurnal Imaji. Vol. 2, No. 2, Agustus 2004.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Ensiklopedia Sastra Indonesia
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.\ Purba, Antilan.
Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012. Rahmanto, B.
Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1992. Ratna, Nyoman Kutha.
Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajara. 2010.
-----------------------------. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. Riyadi, Slamet, dkk.
Idiom Tentang Budaya Sastra Jawa. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. 1994. Saputra, Nikmat. Skripsi “Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Ronggeng
Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari serta Implikasinya Terhadap