Keterangan: A: bobot simplisia gram
B: bobot ekstrak gram Nilai rendemen yang didapatkan yaitu: 9,63 g x 100 1- 800 g x 0,83 =
2,86.
26
Hasil nilai rendemen ekstrak etil asetat daun Garcinia benthami Pierre dalam dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data rendemen ekstrak etil asetat daun Garcinia benthami Pierre
Nama Simplisia Berat Ekstrak gram Rendemen ekstrak
Ekstrak etil asetat 9,63 gram
2,86
4.2 Penentuan Nilai LC
50
Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak daun Garcinia benthami Pierre yang dibuat larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu mulai dari 1000
ppm, 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm. Hal ini bertujuan untuk mengetahui LC
50
dari masing-masing ekstrak tersebut dengan berbagai konsentrasi. Pada penelitian kali ini tidak menggunakan kontrol dengan
menggunakan obat antikanker sintetik yang sudah terbukti secara klinis dapat merusak sel kanker. Hal ini disebabkan sulitnya birokrasi dalam mendapatkan
obat tersebut, namun penelitian ini melakukan kontrol negatif, yaitu tidak memasukkan ekstrak kedalam tabung yang berisi larva dan 9 mL air laut.
Selanjutnya, larutan ekstrak dari masing-masing konsentrasi dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 10 buah larva dengan 9 mL air laut dan percobaan
dilakukan triplo agar didapat data statistik yang baik. Dalam uji ini, konsentrasi yang digunakan adalah berdasarkan nilai
toksisitas suatu senyawa, yaitu 1000 ppm. Karena itu, digunakan nilai konsetrasi
terbesar sebanyak 1000 ppm. Untuk nilai konsentrasi dibawahnya, digunakan kelipatan yang tetap, yaitu 500 ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm.
Pada penelitian ini, ekstrak 1 mL yang diberikan kedalam tabung berisi 10 larva ditambahkan kembali air laut sebanyak 9 mL sehingga didalam tabung
berisi 10 mL larutan dan larva. Perlakuan tersebut akan mengurangi nilai konsentrasi ekstrak, karena itu tidak lagi digunakan konsentrasi 1000 µgmL, 500
ppm, 200 ppm, 100 ppm, dan 50 ppm, melainkan setiap konsentrasi dibagi 110 agar didapatkan hasil yang sesungguhnya. Jadi, nilai konsentrasi pada penelitian
ini adalah 100 ppm, 50 ppm, 20 ppm, 10 ppm, dan 5 ppm. Hal ini dilakukan karena dalam proses penelitian tidak tersedia wellplate, yaitu alat yang digunakan
pada metode BSLT. Apabila terdapat wellplate, maka 10 larva bisa langsung diteteskan ekstrak tanpa terlebih dahulu dilakukan pengenceran.
Mortalitas larva Artemia salina Leach pada setiap tabung uji masing- masing kosentrasi ekstrak daun Garcinia benthami Pierre ditunjukkan pada tabel
4.2. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa berbagai konsentrasi ekstrak daun Garcinia benthami Pierre memperlihatkan pengaruh yang berbeda terhadap
kematian larva Artemia salina Leach. Hasil penelitian seperti yang disajikan pada tabel 4.2.
Perlakuan ke- Angka Kematian Larva Artemia salina Leach dari 10 Larva
Kontrol negatif
Konsentrasi ekstrak pada tabung uji ppm 100
50 20
10 5
1 6
7 1
1 1
2 7
6 2
1 1
3 2
6 1
1 Total kematian
15 11
4 3
2 Rata-rata
kematian 5
3,67 1,33
1 0,67
Persen kematian 50
36,67 13,33
10 6,67
standar deviasi 2,64
0,57 0,57
Tabel 4.2 Besar konsentrasi dan persentase kematian
Hasil akhir yang dinilai pada uji ini adalah jumlah larva yang mati 50 dari total larva uji. Nilai LC
50
didapatkan melalui cara masukkan angka probit 50 kematian larva uji. Efek toksisitas dianalisis dari persen kematian.
27
kematian: jumlah larva mati
X 100 jumlah larva uji
Selanjutnya dibuat persamaan garis y=a+bx , dimana y adalah konsentrasi larutan, dan x adalah persen kematian larva. LC
50
merupakan nilai y yang diperoleh dengan memasukkan nilai x = 50. Apabila pada kontrol ada larva
yang mati, maka persen kematian ditentukan dengan rumus Abbot: kematian: T - K x 100
10
Dimana T merupakan jumlah larva uji yang mati, K adalah jumlah larva kontrol yang mati, dan 10 adalah jumlah larva uji. Namun karena tidak
didapatkan kematian larva pada kontrol negatif, tidak digunakan rumus Abbot dalam menentukan persen kematian.
27
Data hasil penelitian tersebut, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengaruh pelarut etil asetat yang meningkatkan persentase kematian
larva. Pada penelitian kali ini, dilakukan uji untuk menilai pengaruh pelarut tersebut dengan mempersiapkan blanko kemudian teteskan 1 mL pelarut yang
sduah diencerkan dalam labu ukur 250 mL kedalamnya. Jumlah volume yang diteteskan berdasarkan data sifat pelarut etil asetat berikut:
pH : tidak ada data.
Titik didih : 77°C 170.6°F
Titik leleh : -83°C -117.4°F
Temperatur kritis : 250°C 482°F
Berat jenis : 0.902 Water = 1
Tekanan udara : 12.4 kPa 20°C
29
Berat jenis etil asetat adalah 0,902 hal tersebut berarti dalam 1 ml etil asetat terdapat 0,902 gram. Kemudian 1 ml pelarut yang diencerkan tersebut
nilainya sebesar 4000 ppm. Hasilnya tidak terdapat kematian larva dan hal ini menunjukkan didalam konsentrasi tertinggi tidak ada yang mati dan untuk
konsentrasi yang lebih rendah dari 4000 ppm pun seharusnya juga tidak ada yang mati. Selain itu, pada saat menguapkan filtrat hasil maserasi dengan menggunakan
rotary evaporator, seharusnya sudah tidak etil asetat yang tersisa. Selanjutnya, untuk dapat menghitung LC
50
berdasarkan beberapa cara. Dalam penelitian ini dengan menggunakan metode probit, yaitu:
12
1 Mempunyai tabel probit
2 Menentukan nilai probit dari kematian tiap kelompok hewan uji
3 Menentukan log dosis tiap-tiap kelompok
4 Menentukan persamaan garis lurus hubungan antara nilai probit dengan log
dosis, Y= aX + b 5
Masukkan nilai 5 probit dari 50 kematian hewan coba pada persamaan garis lurus pada nilai Y. Nilai LD
50
atau LC
50
dihitung dari nilai antilog X pada saat Y= 5
Berdasarkan tabel 4.2, Untuk mencari nilai a, b, dan r didapat dengan : x = Log C ; y = Probit
konsentrasi Log C
kematian Probit
5 ppm 0,69
6,67 3,4937
10 ppm 1
10 3,7184
20 ppm 1,30
13,33 3,8877
50 ppm 1,69
36,67 4,6575
100 ppm 2
53,33 5,0828
Tabel 4.3 Nilai log C dan Probit setiap konsentrasi
Grafik 4.1 Probit Kematian dari Setiap Konsentrasi Ekstrak
Sehingga didapat nilai
: a = 2,4916
b = 1,2548 Maka, y = a + bX
5 = 2,4916+1,2548X 5 - 1,2548= 2,4916X
3,74522,4916= X X= LC
50
= antilog X = antilog = 99,78 µgmL.
Pada metode probit ini didapatkan nilai LC
50
adalah 99,78 µgmL sehingga hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun Garcinia benthami bersifat
toksik terhadap larva udang karena nilai LC
50
nya ≤ 1000 ppm, sedangkan suatu
ekstrak dikatakan toksik apabila mempunyai LC
50
≤ 1000 ppm. Sedangkan bila menggunakan rumus metode probit sederhana, maka:
12
Nilai slope m = ∑xy - n∑ xy ∑x
2
– n ∑x
2
y = 1,2548x + 2,4916 R² = 0,954
1 2
3 4
5 6
0,5 1
1,5 2
2,5 P
ro b
it
Log C
Probit Kematian dari Setiap Konsentrasi Ekstrak
Y-Values Linear Y-Values
Intersep b = ∑x∑xy - ∑x
2
∑y ∑ x
2
- n∑ x
2
Apabila dimasukkan kedalam rumus maka nilai slope m = 2,49 dan nilai intersep b adalah 1,25. Tabel perhitungan LC
50
dapat dilihat pada lampiran 2. Hal ini membuktikan bahwa dengan memakai cara analisis probit dengan
persamaan regresi linear maupun menggunakan rumus analisis probit sederhana, didapatkan hasil yang sama yaitu LC
50
adalah 99,78 ppm. Kemudian uji normalitas dengan SPSS 16.0 menggunakan kolmogorov-smirnov didapatkan
hasil p-value 156. Dari hasil tersebut, dapat ditentukan bahwa distrubusi data penelitian ini normal karena p-value lebih dari 50.
Walaupun didapatkan data mengenai aktivitas toksik didalam esktrak etil asetat daun Garcinia benthami Pierre dengan nilai LC
50
adalah 99,78 ppm, namun belum ditemukan penelitian sebelumnya yang menguji senyawa apa saja yang
terdapat pada ekstrak etil asetat daun Garcinia benthami Pierre. Pada penelitian ini pun tidak dilakukan uji fitokimia, yaitu uji untuk dapat menentukan senyawa
apa yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Sehingga belum dapat disimpulkan senyawa apakah yang berpotensi toksik didalam ekstrak etil asetat daun Garcinia
benthami Pierre namun sudah dapat disimpulkan bahwa ekstrak tersebut bersifat toksik.
42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN