Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini seperti kita ketahui bersama perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat. Dalam masyarakat modern, media massa mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan manusia sehari- hari. Hampir pada setiap aspek kegiatan manusia, baik yang dilakukan secara pribadi maupun bersama-sama selalu mempunyai hubungan dengan aktivitas komunikasi massa. Selain itu, animo individu atau masyarakat yang tinggi terhadap program komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan internet menjadikan setiap saat individu atau masyarakat tidak terlepas dari terpaan atau menerpakan diri terhadap media massa. Sebagai agen pembaharu, media massa atau pers dapat memainkan perannya yang besar dalam proses perubahan sosial yang berlangsung dalam suatu masyarakat atau suatu bangsa. Melalui informasi-informasi sebagai hasil kerja jurnalistik yang disajikan kepada masyarakat pembaca publik, pers dapat merangsang proses pengambilan keputusan di dalam masyarakat, serta membantu mempercepat proses peralihan masyarakat yang semula berpikir tradisional ke alam pikiran dan sikap masyarakat modern. Pers melalui karya-karya jurnalistik yang disajikannya mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam menciptakan suatu sikap pembaharuan dalam perilaku dan tatanan sosial serta sikap budaya masyarakat. Khususnya dalam memperbaharui pola pikir masyarakat yang tradisional ke pola pikir modern. Media tumbuh semakin pesat, sebagai media informasi, radio dan televisi unggul dalam menyampaikan informasi secara dini yang dilengkapi dengan ulasan penjelas. Manusia merupakan sasaran dari media tersebut, semua pesan media massa dikonsumsi oleh masyarakat serta menjadi bahan informasi dan referensi mereka dalam Pranajaya, 1999: 11. Disamping surat kabar, majalah, radio dan televisi, film juga menjadi bagian dari salah satu media komunikasi massa. Pranajaya, 1999: 11 Sebagai media komunikasi massa film dibuat dengan tujuan tertentu, kemudian hasilnya tersebut ditayangkan untuk dapat ditonton oleh masyarakat. Karakter psikologisnya khas bila dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal yaitu film bersifat satu arah. Jadi bila dibandingkan dengan jenis komunikasi lainnya, film dianggap jenis yang paling efektif. Film merupakan sesuatu yang unik dibandingkan dengan media lainnya, karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap, penerjemahannya melalui gambar-gambar visual dan suara yang nyata, juga memiliki kesanggupan untuk menangani berbagai subjek yang tidak terbatas ragamnya Boggs, 1986: 5. Berkat unsur inilah film merupakan salah satu bentuk seni alternatif yang banyak diminati masyarakat, karena dengan mengamati secara seksama apa yang memungkinkan ditawarkan sebuah film melalui peristiwa yang ada dibalik ceritanya, film juga merupakan ekspresi atau pernyataan dari sebuah kebudayaan, serta mencerminkan dan menyatakan segi-segi yang kadang-kadang kurang jelas terlihat dalam masyarakat Pranajaya, 1999: 11. Perkembangan perfilman akan membawa dampak yang cukup besar dalam perubahan sosial masyarakat. Perubahan tersebut disebabkan oleh semakin bervariasinya proses penyampaian pesan tentang realitas obyektif dan representasi yang ada terhadap realitas tersebut secara simbolik serta sebuah kondisi yang memungkinkan khalayak untuk memahami dan menginterpretasi pesan secara berbeda. Film sebagai salah satu jenis media massa menjadi sebuah saluran bagi bermacam ide, gagasan, konsep serta dapat memuncukan pluralitas efek dari penayangannya yang akhirnya mengarah pada perubahan pada masyarakat. Efek pesan yang ditimbulkan pada film dalam kemasan realitas simbolik ada yang secara langsung dirasakan pada khalayaknya – bisa jadi berupa perubahan emosi – namun ada pula yang berdampak jangka panjang seperti perubahan gaya hidup, idealisme atau malah ideologi. Film akhirnya juga dipandang sebagai sebuah bahasa yang menggeneralisasikan makna-makna melalui sistem yaitu kedalam sinematografi, suara, editing, dan sebagainya, yang semua hal tersebut bekerja seperti halnya bahasa. Selanjutnya, dengan menempatkan film sebagai komunikasi ke dalam sebuah sistem besar yang menggeneralisasikan makna berarti film itu sendiri merupakan sebuah ‘budaya’. Pengertian mengenai ‘budaya’ dipahami sebagai proses yang mengkonstruksi kehidupan masyarakat. Sistem-sistem yang menghasilkan makna atau kesadaran khususnya sistem-sistem dan media representasi yang menghadirkan berbagai image dari budaya. Selain berfungsi Entertainment film juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan suatu idiologi karena film juga dapat membongkar suatu realita dan memberikan pencerahan dan penyadaran dalam masyarakat. Disadari atau tidak, film dengan beragam muatan ideologis di belakangnya menjadi sebuah alat ampuh, baik sebagai culture penetration ataupun sebaliknya, sebagai counter culture. Apalagi, jika ia sengaja ditujukan kepada individu-individu yang secara psikologis disebutkan sangat rentan untuk menerima semua muatan itu. Kalangan remaja dan mahasiswa termasuk pada kelompok ini. Remaja yang secara psikologis dikonsepkan sebagai individu, baik laki-laki maupun perempuan Sarwono, 2001 : 10-15 adalah khalayak yang sangat potensial untuk diterpa pesan dari media termasuk film. Dalam kajian komunikasi pemasaran, remaja dan mahasiswa merupakan sebuah pasar potensial bagi beragam produk, termasuk produk global yang disebut lifestyle. Sehingga menjadi kajian menarik untuk melihat bagaimana penerimaan terhadap simbol tanda dan lambang yang muncul dalam film yang dimunculkan media sebagai segmen utamanya. Mahasiswa sebagai bagian dari lingkaran sistem sosial diartikulasikan dalam wacana-wacana lain berbentuk musik, gaya hidup, kekuasaan, harapan, masa depan dan lainnya. Disadari atau tidak produk film juga dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang hal ini dapat dilihat dengan bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya opini. Produk film memiliki kecenderungan mempromosikan suatu gaya hidup yang menjadi dasar dari trend atau mode yang akan melahirkan lifestyle – apabila mode itu menjadi sebuah ritual keseharian. Gaya hidup itu bukan hanya spesifik pada gaya berpakaian, model rambut atau perbendaharaan kata-kata saja, tapi juga sikap dan pandangan hidup dengan cara yang halus. Selain itu dunia perfilman juga merujuk pada proses sosial yang mengambil elemen–elemen kebudayaan dan menggunakannya untuk memperkuat karakter sebuah film untuk mempersuasif khalayaknya. Sebagai produk kapitalisme disadari atau tidak film juga mencoba untuk mengkonstruksi pola pikir manusia frame yaitu dengan adanya jalan cerita dan permasalahan yang dibahas dalam alurnya tujuannya adalah untuk memecahkan masalah yang diceritakan dalam film yang dibuat tersebut. Banyak sekali tema yang di angkat kedalam film, seperti kisah cinta, perselingkuhan, dan kisah sosial lainnya yang terkadang membuat pemirsanya terbawa layaknya pamain yang tengah membintangi film tersebut misalnya menjadi sedih, menangis, marah dan benci. Istilah serial drama merupakan singkatan dari sinema elektronika. Elektronika dalam serial drama itu lebih mengacu pada mediumnya, yaitu televisi atau televisual yang merupakan medium elektronik selain radio. Sinema elektronik atau yang lebih popular dalam akronim serial drama adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi http:id.wikipedia.orgwikiSerial drama . Sebagai sebuah program hiburan, serial drama banyak diminati masyarakat. Serial drama hadir dalam bentuk audiovisual, melalui audiovisual inilah serial drama dapat memberikan pengalaman-pengalaman baru kepada penontonnya, pengalaman itu menyampaikan berbagai nuansa perasaan afektif, dan pemikiran kognitif kepada penontonnya. Akan tetapi, efek yang paling signifikan adalah efek terhadap kognitifnya dibandingkan afektifnya. Akhir-akhir ini layar kaca Indonesia dipenuhi oleh serial drama dari negeri India. Selain Mahabarata dan Mahadewa, serial India yang mampu menarik hati penikmat film di negeri ini adalah serial Jodha Akbar. Jodha akbar sendiri sampai saat ini masih ditayangkan di Stasiun ANTV setiap hari pukul 20.00 WIB. Jodha Akbar merupakan serial drama kolosal yang menceritakan kisah cinta antara Raja Jalaludin Akbar yang diperankan oleh Rajat Tokas dengan Ratu Jodha yang diperankan oleh aktris cantik Paridhi Sharma. Film serial tersebut sangat diminati oleh penonton dengan cerita percintaan raja jalaludin kepada ratu jodha yang sangat membuat iri kaum wanita ingin diperlakukan sama dengan pasangan hidupnya. Cerita ini kompleks dengan konflik yang sangat menengangkan dan menyedihkan. Tema dalam serial drama ini sangat beragam, akan tetapi serial ini cenderung pada masalah percintaan antara Jodha dan Jalaluddin Akbar. Jumlah khalayak pemirsa sangat menentukan kelangsungan hidup sebuah film bergenre serial, karena dapat dikatakan bahwa serial televisi sebenarnya bukan menjual cerita kepada pengiklan melainkan menjual pemirsa. Hasil rating yang menunjukkan rendahnya tingkat kepemirsaan akan membuat para pemasang iklan tidak tertarik untuk memasang iklan di film tersebut. Tinggi atau rendahnya kepemirsaan masyarakat pada televisi tentunya didorong oleh berbagai macam faktor Mirza, 2011. Gerungan 2002:140 mengemukakan bahwa tingkat konsumsi media televisi, individu juga dipengaruhi oleh motif yang melekat dalam diri individu. Motif itu merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan- alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Sama halnya dengan menonton televisi. Kegiatan pemirsa untuk menonton televisi tentu dilatarbelakangi oleh suatu motif tertentu dalam Pintarto, 2009:8. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian langsung ke masyarakat pemirsa di Kelurahan Pandanwangi Malang tepatnya warga di RW.06. Hal ini dikarenakan banyak para ibu rumah tangga di perumahan tersebut selalu berbagi cerita dan pengalaman dalam menonton film Jodha Akbar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Motif Ibu Rumah Tangga Menonton Serial drama India Jodha Akbar Studi Pada Ibu-ibu Rumah Tangga Warga RW.06 Kelurahan Pandanwangi Malang

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Perilaku Produsen Keripik Industri Rumah Tangga Di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tentang Label Makanan Tahun 2012

6 59 92

Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Penggunan Air Sungai Siak Sebagai Sumber Air Bersih Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2004

0 44 79

Identifikasi Strategi Pemberdayaan Bidang Ekonomi Pada Ibu Rumah Tangga Desa Suka Makmur oleh Pemerintah Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue Tahun 2006

0 35 102

Gambaran Perilaku Ibu Rumah Tangga Pengguna Wadah Plastik Penyimpanan Makanan dan Minuman di Kelurahan Sidorame Timur Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2011

21 107 119

Pembuatan Beton Semen Polimer Berbasis Sampah Rumah Tangga Dan Karakterisasinya

2 32 100

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERSEPSI IBU RUMAH TANGGA TENTANG SINETRON LIONTIN 2 DI RCTI(Studi pada Ibu Rumah Tangga RT. 05 RW. 01 Kelurahan Ketawanggede Kecamatan Lowokwaru Malang)

0 3 2

Pengaruh Iklan Kampanye Earth Hour Terhadap Sikap Hemat Energi Ibu Rumah Tangga (Studi Pada Ibu Rumah Tangga Kelurahan Mojolangu RT 03 RW 13 Lowokwaru Malang).

3 50 21

Motif Ibu Rumah Tangga Dalam Menonton Tayangan Acara Supernanny di MetroTV (Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Acara Supernanny di MetroTV).

0 3 94

MOTIF IBU RUMAH TANGGA DALAM MENONTON TAYANGAN ACARA SUPERNANNY DI METRO TV (Studi Deskriptif Tentang Motif Ibu Rumah Tangga di Surabaya Terhadap Tayangan Acara SUPERNANNY di MetroTV)

0 0 30