Perbedaan Kemampuan Kesegaran Jasmani dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit Sepak Bola C 3, C 2, C 1 Kabupaten Pati Tahun 2011

1

PERBEDAAN KEMAMPUAN KESEGARAN JASMANI DENGAN
STANDAR FIFA FITNESS TEST DAN TEST LARI 2,4 KM
BAGI WASIT SEPAK BOLA C-3, C-2, C-1
KABUPATEN PATI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Moh. Sholeh
NIM. 6301909020

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011


2

SARI
Moh. Sholeh. 2011. ” Perbedaan Kemampuan Kesegaran Jasmani dengan
Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit Sepak Bola C-3,
C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011” Skripsi. Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Permasalahan dalam penelitian ini Bagaimana Perbedaan Kemampuan
Kesegaran Jasmani dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi
Wasit Sepak Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011? Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Kemampuan Kesegaran
Jasmani dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit
Sepak Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011.
Populasi Penelitian seluruh wasit sepakbola Kabupaten Pati yang
berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dengan cara total sampling. Variabel
penelitian meliputi variabel FIFA Fitness Test dan Test lari 2,4 km sebagai
variabel bebas serta kesegaran jasmani sebagai variabel terikat. Metode
pengumpulan data dengan Teknik tes dan pengukuran. Analisis data
menggunakan rancangan one shot case study.
Metode yang digunakan survey dengan teknik tes FIFA Fitness Test dan

Tes Lari 2,4 Km. Populasi yang digunakan adalah seluruh wasit Sepak Bola
Kabupaten Pati yang berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel dengan teknik
total sampling digunakan sebagai subjek instrumen penelitian. Hasil analisis data
menunjukkan untuk FIFA Fitnes Test kategori baik 6 orang, kategori cukup 5
orang dan kategori kurang 9 orang. Untuk tes lari 2,4 km kategori baik 5 orang,
kategori cukup 6 orang, kategori kurang 9 orang. Perbedaan standar dari kedua
instrument tes tersebut tidak terlalu signifikan. Dengan demikian, kedua alat tes
tersebut masih layak digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa wasit sepak bola
Kabupaten Pati kesegaran jasmaninya dalam kategori cukup. Saran yang diajukan
adalah sebagai berikut : Para Wasit diharapkan untuk menjaga dan meningkatkan
kesegaran jasmani sebab kesegaran jasmani saat diteliti dalam kategori cukup.
Latihan yang disarankan adalah : Speed exercise, extended speed exercise .

ii

3

iii


4

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada Hari

: Senin

Tanggal

: 15 Agustus 2011

Panitia Ujian

Ketua

Sekretaris


Drs.Uen Hartiwan,M.Pd
NIP.19530411 198303 1 001

Drs. Hermawan, M.Pd
NIP.19590401 198803 1 002

Dewan Penguji

1. Sri Haryono,S.Pd,M.Or
NIP.19691113 199802 1 001

(Ketua)

2. Drs.Sukirno,M.Pd
NIP.19510612 198101 1 004

(Anggota)

3. Drs.Wahadi, M.Pd

NIP.19720815 199702 1 001

(Anggota)
iv

5

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Moh. Sholeh

NIM

: 6301909020

Jurusan


: Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKLO)

Menyatakan

bahwa

skripsi yang berjudul ”Perbedaan

Kemampuan

Kesegaran Jasmani dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km
Bagi Wasit Sepak Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011” adalah
benar-benar hasil karya sendiri dan bukan menjiplak dari karya tulis orang lain.

Pati,

Juli 2011
Penulis


Moh. Sholeh
NIM. 6301909020

v

6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Setiap kamu adalah

seorang pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai

pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.

(HR. Bukhori Muslim)

Persembahan:


Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Ayahanda Dawud dan Ibunda
Marsih tercinta.
2. Ayah Mertua Katam dan Ibu Sri
Sugiati Tercinta
3. Istriku Arnes Ane Kusumawati
tercinta yang selalu memberi
semangat dan motivasi.
4. Ananda Ganang Mahendra
Kusumawardana, Adinda Pramesti
Mahapsari tersayang yang saya
banggakan.
5. Almamater FIK UNNES
vi

7

KATA PENGANTAR


Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul : ”Perbedaan Kemampuan Kesegaran Jasmani
dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit Sepak
Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011”
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi berbagai fasilitas
dan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studi di Universitas
Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin melakukan penelitian ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olaharaga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan petunjuk, arahan, saran
serta bimbingan dalam perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.
4. Bapak Drs. Sukirno, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan memberikan arahan, saran dan meluangkan waktu dalam
penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Wahadi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
membimbing dan memberikan arahan, saran dan meluangkan waktu dalam
penyusunan skripsi ini.
vii

8

6. Pengurus Cabang PSSI Kabupaten Pati yang telah memberi ijin dan
membantu terlaksananya penelitian ini.
7. Korp wasit pengcab PSSI kabupaten Pati yang telah membantu dan
mendukung terlaksananya penelitian ini.
8. Bapak Badijono selaku Kepala SDN Padangan yang memberikan ijin kepada
penulis untuk melaksanakan studi di Universitas Negeri Semarang.
9. Bapak/Ibu Guru Pendidikan Jasmani dan rekan-rekan Mahasiswa PKG-PKLO
UNNES yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Para Bapak dan Ibu Dosen Universitas Negeri Semarang, khususnya Fakultas
Ilmu Keolahragaan yang banyak menyumbang saran dan petunjuk serta
menurunkan sejumlah pengetahuan hingga menambah luas wawasan penulis.
11. Keluargaku tercinta yang selalu memberi, inspirasi, dan semangat.
12. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu memberi

semangat dan kebersamaannya selama ini.
Semoga segala amal baik saudara sekalian, dalam membantu penelitian ini
akan mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT dan akhirnya penulis
berharap semoga penelitian ini bermanfaat dan menambah khasanah pengetahuan,
khususnya pada bidang olahraga cabang sepakbola.
Semarang, Juli 2011

Penulis

viii

9

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
i
SARI ..............................................................................................................

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

iv

SURAT PERNYATAAN .............................................................................

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................

xii

DAFTAR GRAFIK ......................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................

xiv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ......................................................................

1

1.1. Latar Belakang ...................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................

10

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................

11

1.4. Penegasan Istilah ................................................................

11

1.5. Manfaat Penelitian ...............................................................

12

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS...................................

14

2.1. Landasan Teori ....................................................................

14

2.1.1. Kemampuan Kondisi Fisik...............................................

14

2.1.2. Tinjaun Perwasitan ...........................................................

16

2.1.3. Badan Perwasitan Sepakbola Indonesia............................

20

2.1.4. Syarat-syarat Menjadi Wasit ............................................

22

2.1.5. Tugas dan Wewenang Wasit ............................................

23

2.1.4. Klasifikasi Wasit ..............................................................

27

2.1.5. Ujian Wasit ......................................................................

28

ix

10

2.1.6. Promosi, Degradasi, Anugrah Khusus dan Hukuman
Wasit ...............................................................................

29

2.1.7. Peraturan-peraturan Khusus Wasit .................................

30

2.2. Hipotesis ..............................................................................

31

METODOLOGI PENELITIAN .................................................

33

3.1. Populasi Penelitian ..............................................................

33

3.2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ..........................

33

3.3. Variabel Penelitian ..............................................................

34

3.4. Rancangan Penelitian ..........................................................

34

3.5. Prosedur Penelitian ..............................................................

35

3.6. Teknik Pengumpulan Data ..................................................

36

3.7. Instrumen Penelitian ...........................................................

36

3.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian ....................

37

3.9. Teknik Analisis Data .........................................................

40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

41

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................

41

4.1.1. Deskriptif Penelitian .........................................................

41

4.1.2. Uji Hipotesis ....................................................................

42

4.2. Pembahasan .........................................................................

46

SIMPULAN DAN SARAN........................................................

48

5.1. Simpulan ..............................................................................

48

5.2. Saran.....................................................................................

48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

50

BAB III

BAB IV

BAB V

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

11

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Halaman
Latihan Kecepatan ………………………………………… 17

Gambar 2.2

Latihan Kecepatan dengan jarak lebih jauh ………………

17

Gambar 2.3

Latihan Kecepatan dengan jarak lebih jauh ……………….

18

Gambar 3.1

Desain Penelitian ”One-Shot Case Study” ..........................

35

Gambar 3.2

Lari Cepat 40 m ……………………………………………

36

Gambar 3.3

Lari cepat 150 m …………………………………………...

37

Gambar 4.1.

Hasil FIFA Fitnes Test dan Lari 2,4 Km .............................

42

xi

12

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1.

Tingkat Kesegaran Jasmani antara FIFA Fitness Test dan
lari 2,4 Km ...........................................................................

41

Tabel 4.2.

Hasil Uji Wilcoxon ...............................................................

43

Tabel 4.3.

Hasil Uji Z ............................................................................

46

xii

13

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1.

Hasil FIFA Fitness Test dan Lari 2,4 Km ............................

xiii

42

14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Usul Penetapan Pembimbing ...............................................

Lampiran 2

Usul Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi/ Tugas Akhir

51

Semester Genap ..................................................................

52

Lampiran 3

Ijin Penelitian .......................................................................

53

Lampiran 4

Surat Keterangan Penelitian ................................................

54

Lampiran 5

Hasil Tes Lari 2,4 Km.........................................................

55

Lampiran 6

Refree Physical Fitness Test ...............................................

56

Lampiran 7

Daftar Hadir Peserta Physical Fitness Test .........................

57

Lampiran 8

Gambar Pengambilan Data ..................................................

58

xiv

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana
manusia dituntut untuk bisa mengatasi berbagai masalah yang harus dihadapi,
maka diharapkan mempunyai kesegaran jasmani yang baik. Olahraga
merupakan sarana untuk membentuk manusia-manusia Indonesia yang
diharapkan dapat mengisi pembangunan dalam segala bidang. Dengan
berolahraga dapat membentuk manusia yang cakap, terampil dan memiliki
kesegaran jasmani serta mental yang baik. Manusia yang memiliki kesegaran
jasmani dan mental yang baik dapat menunjang produktivitas kerja sehingga
dapat turut serta dalam pembangunan.
Akhir-akhir ini usaha untuk meningkatkan prestasi olahraga di
Indonesia semakin di galakkan karena olahraga mempunyai peranan yang
sangat besar dalam rangka membangun dan meningkatkan potensi sumber
daya manusia. Seseorang yang melakukan aktifitas olahraga dapat memetik
manfaat dalam beberapa hal. Melalui olahraga pula bisa dikembangkan
kemampuan-kemampuan fisik, mental, emosional dan sosial.
Dari sekian banyak cabang olahraga yang berkembang di masyarakat
salah satunya adalah cabang olahraga sepakbola. Sepakbola merupakan jenis
permainan yang setiap regunya terdiri 11 pemain, maka tim sepakbola sering
disebut dengan kesebelasan. Sepakbola dalam pelaksanaan permainannya ada

1

2

dua tim yang bertanding, masing-masing regu berusaha untuk dapat
memenangkan pertandingan dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan
sebanyak-banyaknya. Sepakbola dapat dilakukan oleh orang tua, pemuda,
remaja, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan dan dapat dilakukan
setiap waktu. Juga dilakukan secara terorganisir ataupun sekedar rekreasi.
Tahun

2020

prestasi

sepak

bola

Indonesia

dibawah

induk

organisasinya yakni PSSI menuju pentas dunia, tidak hanya berprestasi di
tingkat Asia Tenggara. Untuk mendukung tercapainya cita-cita itu perlu di
dukung oleh berbagai aspek yang terlibat dalam induk organisasi tersebut.
Diantara aspek-aspek yang bisa menunjang tercapainya prestasi tersebut, yaitu:
pengurus, pemain, wasit dan pemerintah. Masing-masing aspek mempunyai
tugas dan tanggungjawab sendiri-sendiri, termasuk diantaranya wasit.
Wasit juga mempunyai peran yang sangat penting dalam kemajuan
sepak bola di Indonesia. Dalam sebuah kompetisi yang sedang berjalan peran
seorang wasit sangat dominan. Pertandingan itu bermutu dan tidak tergantung
kepemimpinan wasit di lapangan. Kalau wasit yang memimpin pertandingan
itu dibekali dengan penguasaan peraturan permainan, mental yang baik serta
kebugaran jasmani yang baik maka akan dapat memimpin pertandingan
dengan baik. Ini semua akan membantu terselenggaranya pertandingan yang
bermutu sehingga menunjang prestasi sepakbola di Indonesia.
Dari ketiga unsur yang harus dikuasai wasit yang paling dominan
adalah physical fitness (kebugaran jasmani), karena kalau seorang wasit
tingkat kebugarannya tinggi maka kinerja di dalam memimpin pertandingan

3

akan baik namun sebaliknya kalau kebugaran jasmaninya rendah maka akan
kacau dalam memimpin pertandingan. Kenyataan sekarang yang terjadi di
lapangan, kondisi perwasitan Indonesia kalau dibanding dengan perwasitan di
dunia sangatlah jauh. Walaupun masih ada wasit-wasit Indonesia yang
mempunyai potensi besar untuk berlaga di pertandingan tingkat dunia.
Wasit-wasit FIFA yang berlaga di pertandingan tingkat dunia kalau
diperhatikan memang terlihat mempunyai kemampuan lebih dibandingkan
dengan wasit-wasit yang ada di Indonesia itu terlepas dari sumber daya
manusia yang dimiliki, sementara wasit-wasit yang dimiliki oleh PSSI
kemampuannya bisa dilihat dalam kompetisi yang bergulir selama ini baik di
level liga super Indonesia, level devisi utama maupun devisi-devisi di
bawahnya. Masih banyak pertandingan-pertandingan yang berakhir dengan
keributan yang mungkin berawal dari kepemimpinan wasit akibat keputusankeputusan yang diambil dalam mempimpin pertandingan tidak tepat, walau
tidak bisa dipungkiri bahwa pemain dan official tim juga sering memicu
terjadinya keributan di lapangan karena kurangnya jiwa professional dan
sportifitas. Keributan yang terjadi di lapangan, memang tidak semua
penyebabnya dari wasit. Kadang juga disebabkan oleh pemain, atau official
tim. Pemain sering meprovokasi lawan dengan tujuan merusak konsentrasi
pertahanan lawan. Sehingga lawan terpengaruh dan terjadi pertengkaran antar
pemain yang akhirnya bisa mengundang amarah dari masing-masing
supporter. Pemain yang melakukan aksi seperti itu biasanya untuk menutupi
kekurangan dan kesalahannya sehingga wasit selalu yang menjadi sasaran.

4

Terutama dilakukan oleh pemain asing yang merasa dirinya sudah paling
hebat, paling super dan paling bisa. Padahal sebenarnya kemampuannya sama
dengan pemain-pemain lokal.
Belum lagi ulah yang ditunjukkan oleh official tim yang biasanya
tidak mau menerima keputusan wasit atau kekalahan terutama dilakukan oleh
pihak tuan rumah dengan cara protes yang tidak sesuai prosedur dan tidak
sopan, sehingga perilaku seperti itu kadang juga mempengaruhi pemain dan
para penonton. Tidak hanya itu saja, sering kali pihak tuan rumah melakukan
tekanan-tekanan baik di dalam maupun di luar lapangan yang bisa
menyebabkan mental seorang wasit goyah. Akibatnya kepemimpinan di
lapangan sering ragu dan akhirnya melakukan kesalahan yang berujung
dengan keributan. Semua itu biasanya yang menjadi kambing hitam wasit.
Kenyataan seperti itu, berbeda jauh dengan yang dialami oleh wasitwasit dunia yang tidak ada beban dalam memimpin pertandingan, karena
semua elemen yang terlibat dalam sebuah pertandingan (panitia pelaksana,
manager, pemain, pelatih dan penonton) sudah professional sehingga kinerja
wasit tidak ada beban. Kadang ada kesalahan yang dilakukan oleh wasit,
mereka bisa menerima dengan jiwa sportifitas.
Keputusan-keputusan yang tidak tepat yang memicu keributan,
biasanya berawal dari kurang jelinya seorang wasit dalam mengawasi
pertandingan. Ini semua akibat rendah kesegaran jasmani yang dimiliki oleh
wasit. Pertandingan yang tingkat kesulitannya tinggi, dibutuhkan tingkat
kesegaran jasmani yang baik. Sehingga selama pertandingan berlangsung,

5

wasit selalu bisa mengamati dan mengontrol jalannya pertandingan mulai dari
kick off sampai berakhirnya pertandingan. Dengan demikian, kesegaran
jasmani praktis sangat diperlukan oleh seorang wasit.
Seiring dengan perkembangan zaman, sepakbola juga mengalami
perubahan, hal itu terlihat pada peraturan pertandingan, perlengkapan
lapangan, kelengkapan pemain, perwasitan dan lain-lain, yang kesemuanya
bertujuan agar sepakbola lebih bisa dinikmati dan digemari dan menjadi suatu
suguhan atau tontonan yang sangat menarik. Seharusnya wasit mau merubah
paradigma yakni tidak hanya menguasai peraturan permainan melainkan harus
memiliki kondisi fisik atau kesegaran jasmani yang baik.
Setiap wasit harus benar-benar mempunyai kondisi fisik yang baik,
maka perlu diadakan penelitian berkaitan dengan kondisi fisik wasit sehingga
dilakukan bentuk-bentuk tes dan latihan yang menunjang pencapaian
kebugaran wasit. Untuk peningkatan kualitas perwasitan selalu dilakukan
dalam memahami

aturan permainan, performance

dalam

memimpin

pertandingan, selain itu juga yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan
kesegaran jasmani, dengan kesegaran jasmani yang baik, wasit akan
melaksanakan tugasnya secara prima, untuk itu kesegaran jasmani seorang
wasit harus selalu dijaga dan ditingkatkan.
Kesegaran

jasmani

berhubungan

erat

dengan

kesehatan

dan

keterampilan atau skill. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
kesehatan meliputi : 1) Kesegaran cardiovascular atau cardiovascular fitness,
2) Kesegaran kekuatan otot atau Strenght Fitness, 3) Kesegaran keseimbangan

6

tubuh atau Body composition atau Body Weight Fitness, 4) Kesegaran
Kelentukan atau Fleksibility Fitness.
1. Kesegaran cardiovascular atau cardiovascular fitness
Kesegaran cardiovascular atau cardiovascular fitness adalah keadaan
dimana jantung seseorang mampu bekerja dengan mengatasi beban berat
selama suatu kerja tertentu. Kesegaran ini disebut kesegaran aerobic
(sebenarnya melibatkan organ lain seperti paru-paru dan peredaran darah).
2. Kesegaran kekuatan otot atau Strenght Fitness
Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk
melakukan kerja, dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang
kuat akan membuat kerja otot sehari-hari secara efisien seperti
mengangkat, menjinjing akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik.
3. Kesegaran Keseimbangan tubuh atau Body Weight Fitness
Dewasa ini, ada kecenderungan peningkatan berat badan pada
masa anak-anak di banding beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut barang
kali disebabkan oleh perbaikan ekonomi orang tua, perbaikan makanan
yang bergizi tinggi, dan perbaikan perawatan kesehatan. Namun apabila
badan dibiarkan kemasukan jumlah kalori yang lebih besar dari yang
dikeluarkan,

maka

siswa

energi

yang

semestinya

dipergunakan

semestinya dipergunakan untuk gerak akan tersimpan menjadi lemak.
Akibatnya, berat badan tidak terkontrol dan terjadilah kelebihan berat
badan atau overweight sehingga body weight fitness terganggu.

7

4. Kesegaran Kelentukan atau Fleksibility Fitness
Keefektifan seseorang dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala
aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya terutama otot-otot,
ligamen-ligamen di sekitar persendian.
Sedangkan kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan
atau skill meliputi : 1) Koordinasi atau coordination, 2) Daya Tahan atau
Endurance, 3) Kecepatan atau Speed, 4) Kelincahan atau Agility, 5) Daya
ledak atau Power (M. Sajoto, 1988 : 57).
1. Koordinasi atau coordination
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan
gerakan yang berbeda ke dalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif.
2. Daya Tahan atau Endurance
Daya tahan atau endurance adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung pernafasan dan peredaran darahnya secara
efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus.
3. Kecepatan atau Speed
Kecepatan atau speed adalah kemampuan seseorang melakukan gerakan
berkesinambungan, dalam bentuk yang sama, dalam waktu sesingkatnya.
4. Kelincahan atau Agility
Kelincahan atau Agility adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah
dalam posisi-posisi arena tertetnu. Seseorang yang mampu merubah satu
posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecapatan tinggi dan koordinasi
gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi.

8

5. Daya ledak atau Power
Daya ledak atau Power adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
usaha maksimum dengan usahanya yang dikerahkan dalam waktu
sependek-pendeknya .
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa kesegaran jasmani seorang wasit
sangat penting. Maka diadakannya test kesegaran jasmani secara berkala dan
berkesinambungan sehingga kondisi kebugaran jasmani seorang wasit tetap
terjaga. Untuk mencapai tingkat kesegaaran jasmani yang baik, tidak semudah
yang dibayangkan, wasit harus mau berlatih dengan teratur dengan program
latihan yang terukur secara rutin tidak hanya saat mau diadakan tes baru
melakukan latihan. Seperti ini, dipastikan hasilnya tidak maksimum.
Peranan pendekatan ilmiah dalam prestasi seorang wasit juga sangat
diperlukan karena wasit juga termasuk olahragawan atau atlit. Jangan hanya
puas pada tingkat sekarang dalam bertugas tapi harus berusaha untuk bertugas
pada tingkatan diatasnya. Adapun faktor-faktor penentu prestasi olahragawan,
antara lain : aspek biologis, aspek psikologis, aspek lingkungan dan aspek
penunjang lainnya. (M. Sajoto : 3).
1) Aspek biologis, terdiri dari a) potensi atau kemampuan dasar tubuh
(fundamental motor skill) yang meliputi : (1) kekuatan (strength), (2)
kecepatan

(speed),

(3)

kelincahan

dan

koordinasi

(agility

and

coordination), (4) tenaga (power), (5) Daya tahan otot (muscullar
endurance), (6) daya kerja jantung dan paru-paru (cardiorespiratory
function), (7) kelenturan (flexibility), (8) keseimbangan (balance), (9)

9

ketepatan (accurasy), (10) kesehatan untuk olahraga (health of sport), b)
fungsi organ-organ tubuh meliputi : (1) daya kerja jantung peredaran
darah, (2) daya kerja paru-paru sistem pernapasan, (3) daya kerja
persyarafan, (4) daya kerja panca indera dan lain-lain c) postur dan struktur
tubuh mencakup : (1) ukuran tinggi dan panjang tubuh, (2) ukuran besar,
lebar dan berat tubuh, (3) bentuk tubuh : endomorphy, mesomorphy, dan
ectomomorphy, d) gizi (sebagai penunjang aspek biologis) mencakup : (1)
jumlah makanan yang cukup, (2) nilai makanan yang memenuhi
kebutuhan, (c) variasi makanan yang bermacam-macam.
2) Aspek psikologis, terdiri dari : a) intelektual (kecerdasan = IQ) ditentukan
oleh pendidikan, pengalaman, dan bakat, b) motivasi meliputi : (1) dari diri
atlet (internal) : perasaan harga diri, perasaan sehat. (2) dari luar (eksternal)
: penghargaan, pujian, hadiah (materi, uang) kedudukan, c) kepribadian
mencakup : (1) Yang menguntungkan dalam pembinaan prestasi meliputi :
(a) ketekunan, (b) kematangan, (c) semangat, (d) berani, (e) teliti / cermat,
(f) berhati-hati, (g) mudah menerima, (h) bijaksana / serius, (i) tenang, (j)
percaya diri, (k) terkontrol, (l) cakap / pintar, (m) teguh pendirian, dan b)
Yang tidak menguntungkan ialah meliputi : (a) mudah tersinggung/emosi,
(b) cepat bosan, (c) kurang cakap, (d) ceroboh, (e) ragu-ragu, (f) pemalu,
(g) lambat menerima, (h) bersifat kewanitaan, (i) menyendiri, (j) tidak
tetap pendirian, (k) penakut , d) koordinasi kerja otot dan syaraf mencakup
: (1) kecepatan reaksi motorik, (2) kecepatan reaksi karena rangsang
penglihatan dan pendengaran.

10

3) Aspek lingkungan, meliputi a) sosial : kehidupan sosial ekonomi, interaksi
antara pelatih, atlet, dan sesama anggota tim, b) prasarana –sarana olahraga
dan medan, c) cuaca iklim sekitar, d) orang tua keluarga dan masyarakat.
4) Aspek penunjang, meliputi : a) pelatih yang berkualitas tinggi, b) program
yang tersusun secara sistematis, c) penghargaan dari masyarakat dan
pemerintah, (d) dana yang memadai dan (e) organisasi yang tertib.
Dengan peningkatan kondisi fisik wasit maka prestasi perwasitan juga
meningkat, sehingga prestasi persepakbolaan Indonesia meningkat pula.
Meninjau kembali latar belakang tersebut ditunjang oleh keberadaan
penulis sendiri sebagai salah satu wasit sepakbola di Kabupaten Pati, maka
penulis tertarik untuk meneliti Perbedaan Kemampuan Kesegaran Jasmani
dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit Sepak
Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011.

1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah dan alasan pemilihan judul, yang
menekankan kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani wasit adalah hal
yang sangat penting bagi seorang wasit, maka munculah permasalahan yang
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan : Bagaimana Perbedaan Kemampuan
Kesegaran Jasmani dengan Standar FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km
Bagi Wasit Sepak Bola C-3, C-2, C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011” ?

11

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari permasalahan diatas, tujuan penulis melakukan
penelitian tentang tingkat kesegaran jasmani wasit di kabupaten Pati adalah
untuk mengetahui Perbedaan Kemampuan Kesegaran Jasmani dengan Standar
FIFA Fitness Test dan Test Lari 2,4 Km Bagi Wasit Sepak Bola C-3, C-2,
C-1 Kabupaten Pati Tahun 2011.

1.4 Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang judul, maka perlu ada
penjelasan tersendiri tentang arti dan makna judul tersebut. Penjelasan
tersebut dikemas dalam penegasan istilah seperti berikut :
1.

Perbedaan : maksud dari perbedaan dalam penelitian ini adalah
menjadikan tidak sama atau berlainan antara benda yang satu dengan
benda yang lain.

2.

Kemampuan adalah kesanggupan kita berusaha dengan kekuatan diri
sendiri. (Kamus Bahasa Indonesia, 1993 :553)

3.

Standar adalah ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan. (Kamus
Bahasa Indonesia, 1993 : 858)

4.

Kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang menyelesaikan tugas
sehari-hari

dengan tanpa

mengalami kelelahan berarti, dengan

pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan
geraknya, dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi kebutuhan
darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. (M. Sajoto, 1988:43).

12

5.

Physical Fitness Test : adalah sebuah bentuk test yang berupa lari cepat
40

meter x 6 dan 150 m x 20

yang bertujuan untuk mengetahui

kesegaran jasmani atlit. (Regulasi FIFA 2008).
6.

Test lari 2,4 km : adalah bentuk test lari yang mengelili lintasan stadion
dan menggunakan ukuran waktu, yang juga bertujuan untuk mengetahui
kebugaran atlit. (Eri Pratiknyo, 2010)

7. Wasit : Sebutan untuk pemimpin, pengatur, pengadil dalam pertandingan
dalam cabang olahraga sepakbola.
8. C-3, C-2 dan C-1: Seorang wasit harus mempunyai sertifikat kursus
wasit. Sertifikat adalah suatu tanda atau pernyataan seorang wasit yang
telah menempuh dan lulus dalam menempuh suatu ujian maka diberikan
suatu sertifikat sesuai dengan golongan tertentu. C-1 merupakan wasit
tingkatan Nasional, C-2 tingkatan untuk wasit Provinsi sedangkan C-3
adalah wasit kabupaten. Dalam penelitian ini,yang akan menjadi obyek
penelitian wasit yang sudah mempunyai sertifikat C-3, C-2 dan C-1.
9. Kabupaten Pati : Suatu daerah kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Tengah dimana penelitian ini dilakukan.

1.5 Manfaat Penelitian
Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
sebagai berikut :

13

1.5.1

Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan dan wawasan bagi insane sepak bola terutama bagi dunia
perwasitan.

1.5.2

Manfaat Praktis
1. Bagi penulis, kegiatan penelitian dapat digunakan sebagai wahana
dalam mengaplikasikan bidang ilmu yang telah dipelajari .
2. Sebagai bahan evaluasi bagi para wasit, dengan kondisi kebugaran
jasmani waktu diadakan tes.
3. Bagi para pembina olahraga, dari hasil penelitian ini bisa dipakai
sebagai sumber informasi tentang tes kebugaran jasmani.

14

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kemampuan Kondisi Fisik
Wasit

dalam

memimpin

jalannya

pertandingan

selain

penguasaan peraturan permainan, diperlukan juga kondisi fisik
(kebugaran jasmani) yang baik. Tanpa didukung kondisi fisik yang
baik, mustahil wasit bisa sukses dalam memimpin jalannya
pertandingan.

Adapun

komponen-komponen

yang

menunjang

tercapainya kondisi fisik yang baik (M. Sajoto, 1988 : 58), meliputi :
1) Kekuatan (strenght)
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik masalah kemampuan
seseorang pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban
dalam waktu kerja tertentu.
2) Daya tahan (endurance)
Daya tahan adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan
sistem jantung, pernapasan, dan peredaran darahnya secara efektif
dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus.
3) Daya ledak otot (muscular power)
Daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan kekuatan maksimum dengan usahanya yang dikerahkan
dalam waktu sependek-pendeknya.

14

15

4) Kecepatan (speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan
kegiatan kesinambungan dalam bentuk yang sama dan waktu yang
sesingkat-singkatnya.
5) Kelentukan (flexibility)
Kelentukan adalah keefektifan seseorang dalam penyesuaian
dirinya untuk melakukan segala aktivitas tubuh dengan penguluran
seluas-luasnya terutama otot-otot di sekitar persendian.
6) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang mengendalikan
organ-organ syaraf ototnya selama melakukan gerak-gerak yang
cepat, dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula,
baik dalam keadaan statis maupun dinamis.
7) Koordinasi (coordination)
Koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan
gerakan yang berbeda ke suatu pola gerakan tunggal, secara efektif.
8) Kelincahan (agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah,
dalam posisi-posisi di arena tertentu.
9) Ketepatan (accurati)
Ketepatan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan
gerak bebas terhadap suatu sasaran.

16

10) Reaksi (reaction)
Reaksi adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya,
dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang datang lewat
indra, saraf, atau feeling lainnya.

2.1.2 Tinjauan Perwasitan
Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu
terdiri atas 11 pemain dan dipimpin oleh seorang wasit yang dibantu 2
orang asisten wasit. Seorang wasit mutlak diperlukan dalam sepakbola
karena permainan ini termasuk dalam olahraga keras, dimana
benturan-benturan

fisik

sering

terjadi

sehingga

dibutuhkan

kepemimpinan wasit yang jeli. Seorang wasit akan bisa bertindak jeli,
kalau didukung oleh tingkat kesegaran jasmani yang baik.
Untuk mencapai tingkat kesegaran yang baik tidak semudah
yang dibayangkan, wasit harus mau berlatih dengan teratur dengan
program latihan yang terukur secara rutin tidak hanya saat akan
dilakukan tes baru melakukan latihan. Seperti ini dapat dipastikan hasil
yang dicapai tidak maksimal. Adapun bentuk-bentuk latihan wasit
adalah seperti tercantum pada gambar 2.2 sampai gambar 2.3 :

17

Gambar 2.1
Latihan Kecepatan
Dari gambar 2.2 dapat dilihat bentuk latihan yang berupa set 1 :
1) Lari cepat 30 meter , jalan 30 meter 2 ) lari cepat 20 meter, jalan 20
meter 3) lari cepat 30 meter jalan 10 meter 4) lari cepat 40 meter.
Bentuk latihan tersebut dilakukan sebanyak 3 set masing-masing set
ditempuh dalam waktu 2 menit dengan recovery 2 menit.

Gambar 2.2
Latihan Kecepatan dengan jarak lebih jauh

18

Dari gambar 2.3 dapat dilihat bentuk latihan kecepatan dengan
jarak lebih jauh. Pelaksanaannya sebagai berikut Set 1 gerakannya
jogging belakang kaki menyentuh pantat jarak 5 meter lari cepat 4 x
30 meter, set 2 gerakannya jogging belakang kaki menyentuh pantat
jarak 5 meter lari cepat 3 x 40 meter, Set 3 gerakannya jogging
belakang kaki menyentuh pantat jarak 5 meter lari cepat 2 x 60 meter
set 4 gerakannya jogging belakang kaki menyentuh pantat jarak 5
meter lari cepat 1 x 100 meter. 1 set dilakukan 10 kali lari cepat degan
recovery 5 menit .

Gambar 2.3
Latihan Kecepatan dengan jarak lebih jauh
Dari gambar 2.3 dapat dilihat bentuk latihan kecepatan dengan
jarak lebih jauh, pelaksanaannya 1 set 4 kali laps menempuh waktu 10
menit dengan recovery 4 menit latihan ini dilakukan sebanyak 2 set.
Dari gambar 2.1 sampai 2.3, garis merah menunjukkan lari cepat, garis
kuning jogging dan garis biru menunjukkan jalan.

19

Adapun faktor kondisi fisik yang paling diperlukan dalam
pelaksanaan tes kesegaran jasmani adalah komponen kekuatan dan
kecepatan. Dari dua komponen ini kalau terkoordinasi akan
membentuk suatu daya tahan dalam melakukan gerakan-gerakan tes.
mengingat kedua instrumen tes itu, menitikberatkan pada kesegaran
otot tungkai dan kesegaran jantung maka bentuk latihan yang
dibutuhkan banyak menekankan pada gerakan tungkai seperti yang
terlihat dalam gambar. 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3.
Dalam gambar terlihat bahwa kesegaran otot tungkai dan
kesegaran aerobik sangat diperlukan. Kesegaran aerobik yaitu jumlah
kerja maksimal yang dapat dilakukan seseorang secara terus menerus
dengan melibatkan otot besar, seperti otot tungkai dan otot lengan serta
kemampuan menggunakan oksigen secara efisien. (M.Sajoto,1988:44).
Kegiatan fisik seperti berlari, menuntut kenaikan pemakaian
oksigen bagi otot-otot yang bekerja, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, jantung harus memompa darah ke seluruh tubuh lebih kuat,
seorang yang cukup segar jasmaninya denyutnya lebih lambat tetapi
memompanya lebih kuat. Meningkatnya kesegaran aerobik sangat
penting dalam program latihan kesegaran jasmani. Disamping masalah
kesegaran aerobik, kesegaran kekuatan otot sangat diperlukan.
Kesegaran kekuatan otot yaitu kemampuan otot dalam melakukan
kerja terus menerus dengan kekuatan maksimal dalam waktu lama.

20

2.1.3 Badan Perwasitan Sepakbola Indonesia
Badan Perwasitan Sepakbola Indonesia adalah sebuah badan di
bawah naungan PSSI

yang mengelola

Wasit-Wasit, Pengawas

Pertandingan, Inspektur Wasit, Pengajar Kursus Wasit, Pengajar Kursus
Pengawas Pertandingan Sepak Bola, Futsal, Sepakbola Wanita dan
Sepakbola Pantai perlu pengelolaan secara Independen, selektif, efektif,
dan berkesinambungan, serta berdaya guna di bawah pengelolaan Badan
Perwasitan Sepak Bola Indonesia (BWSI).
Badan Perwasitan Sepak Bola Indonesia adalah badan yang
dibentuk oleh Pengurus Pusat PSSI yang diberi wewenang untuk
mengelola Perangkat pertandingan nasional, berkedudukan di kantor
pusat PSSI dan bertanggung jawab kepada ketua umum PSSI.
Sedangkan fungsi dari BWSI, yaitu mengelola Wasit mulai dari
rekruitmen, pemeliharaan, pengawasan, penetapan honor, penghargaan,
dan pemberian sanksi, perangkat pertandingan sepak bola, futsal, sepak
bola pantai, dan sepak bola wanita tingkat nasional. Disamping itu
Badan Perwasitan Sepak Bola Indonesia mempunyai wewenang dan
tanggung jawab, antara lain:
a) Menetapkan

peraturan

untuk

rekruitmen

wasit,

pengawas

pertandingan yang baru,
b) Menetapkan peraturan besarnya honor dan biaya transportasi
perangkat pertandingan yang ditugaskan, mulai dari Liga Super,
Divisi Utama, Divisi Satu, Divisi Dua, Divisi Tiga, Kelompok umur,

21

serta untuk Futsal, Sepak Bola Wanita dan Sepak Bola Pantai, baik
untuk kompetisi maupun turnamen,
c) Menugaskan perangkat pertandingan mulai dari Liga Super, Divisi
Utama, Divisi Satu, Divisi Dua, Divisi Tiga, Kelompok umur, serta
untuk Futsal, Sepak Bola Wanita dan Sepak Bola Pantai, baik untuk
kompetisi maupun turnamen,
d) Menyelenggarakan kursus untuk mencetak perangkat pertandingan.
e) Menyelenggarakan penyegaran perangkat pertandingan sebelum dan
selama kompetisi, serta untuk jenjang karir yang lebih tinggi .
f) Melakukan pengawasan baik langsung, maupun tidak langsung
kepada perangkat pertandingan,
g) Memberi penghargaan kepada perangkat pertandingan yang prestasi,
h) Memberi sanksi mulai dari peringatan hingga pemecatan kepada
perangkat petandingan yang telah melanggar peraturan yang telah
ditetapkan oleh organisasi.
Diantara baromater keberhasilan BWSI adalah melahirkan wasitwasit yang layak untuk bertugas di ajang kompetisi nasional dan
internasional. Untuk ajang kompetisi nasional tahun 2010, misalnya di
level Liga Super Indonesia, wasit jumlahnya 24 orang, asisten wasit
jumlahnya 60 orang. Dari sekian banyak jumlah wasit di Liga Super
Indonesia, Jawa Tengah hanya bisa menyumbangkan 4 orang sebagai
asisten wasit. Sementara untuk level devisi utama, yang membutuhkan
wasit berjumlah 40 orang dan asisten wasit 60 orang, Jawa Tengah

22

menyumbangkan 4 orang wasit dan 6 orang asisten wasit. Dari sejumlah
itu, Pengurus Cabang PSSI kabupaten Pati hanya bisa mengirimkan satu
orang wasit. Minimnya Jawa tengah mengirimkan kontribusi wasit di
kompetisi nasional, karena wasit-wasit yang ada kurang serius menjaga
kebugaran jasmaninya sehingga banyak yang tidak lulus dalam
mengikuti tes kesegaran jasmani.

2.1.4

Syarat- syarat Menjadi Wasit
Seorang wasit idealnya dari seorang pemain sepak bola, karena

pemain sepak bola sudah paham situasi permainan di lapangan dan mudah
untuk mengawasi alur dari permainan itu. Maka setelah menjadi wasit
tidak akan mengalami kesulitan dalam memimpin pertandingan.
Syarat-syarat menjadi wasit :
1.

Surat keterangan dokter mengenai kebaikan mata yaitu dapat melihat
huruf dengan jarak 5,5 meter dan tidak buta warna.

2.

Surat keterangan sehat dari dokter pemerintah.

3.

Serendah-rendahnya berijazah sekolah menengah atas.

4.

Pencalonan hanya dapat diajukan untuk
a)

Wasit PSSI oleh Komisi Wasit Provinsi yang bersangkutan,

b)

Wasit Provinsi oleh Komisi Wasit

Pengurus Cabang daerah

yang bersangkutan,
Komisaris Provinsi hanya dapat mengajukan seorang calon yang
ternyata telah membuktikan menjadi wasit kelas satu dengan baik

23

sekurang-kurangnya selama dua tahun dan telah memimpin kompetisi
paling sedikit dua puluh kali. Pengurus Persatuan hanya dapat mengajukan
seoarang calon yang ternyata menjadi wasit dengan baik sekurangkurangnya selama satu tahun dan telah memimpin pertandingan kompetisi
paling sedikit delapan kali. Pengiriman jumlah calon hanya dapat
dilakukan berdasarkan persetujuan PSSI atau Komisaris Provinsi yang
bersangkutan (Pengprov PSSI Jawa Tengah, 2001:1-2).

2.1.5 Tugas dan Wewenang Wasit
Tugas Wasit adalah memimpin suatu pertandingan agar pertandingan
bisa berjalan dengan lancar, tanpa adanya pelanggaran yang membahayakan.
Untuk itu seorang wasit diberi beberapa wewenang dalam memimpin
pertandingan adalah :
1)

Menegakkan peraturan permainan

2)

Memimpin pertandingan bekerjasama dengan asisten wasit, dan dengan
official keempat apabila ada penugasannya.

3)

Memastikan bahwa bola yang dipakai telah memenuhi persyaratan yang
diuraikan dalam peraturan permainan 2.

4)

Memastikan bahwa perlengkapan yang dipakai pemain telah memenuhi
persyaratan yang diuraikan dalam peraturan permainan 4.

5)

Bertindak sebagai pencatat waktu dan mencatat hasil pertandingan

6)

Berdasarkan penilaiannya, membuat keputusan untuk menghentikan atau
menunda pertandingan atas setiap pelanggaran peraturan.

24

7)

Membuat keputusan untuk menghentikan, menunda dan mengakhiri
pertandingan karena adanya campur tangan pihak luar.

8)

Menghentikan pertandingan, jika terdapat pemain yang mengalami
cideradan memastikan bahwa pemain tersebut telah diangkat keluar
lapangan, pemain yang cedera hanya boleh masuk ke lapangan
pertandingan setelah permainan dimulai kembali.

9)

Permainan tetap dilanjutkan sampai bola diluar permainan,jika menurut
pendapatnya, pemain hanya mengalami cedera ringan.

10) Memastikan bahwa setiap pemain yang mengeluarkan darah karena
cedera, meninggalkan lapangan permainan.
11) Permaian tetap dilanjutkan bila tim yang dirugikan akan mendapat
keuntungan dari pelanggaran yang dilakukan oleh lawannya, dan
menghukum pelanggaran tersebut, jika menurut pendapatnyakeuntungan
yang akan diberikan tidak dapat atau tidak mungkin terlaksana.
12) Memberi hukuman terhadap pelanggaran yang paling berat,apabila
seorang pemain pada waktu yang bersamaan melakukan pelanggaran
lebih dari satu kali,
13) Menjalankan tindakan disiplin terhadap pemain yang melakukan
pelanggaran, baik berupa peringatan (kartu kuning) atau pengusiran dari
lapangan permainan (kartu merah).
14) Melakukan tindakan terhadap official tim yang bertindak dengan cara
yang tidak bertanggung jawab dan mengusir mereka dari lapangan.

25

15) Bertindak atas saran asisten wasit mengenai insiden yang tidak
dilihatnya.
16) Melarang orang yang tidak berkepentingan masuk dalam permainan.
17) Memulai kembali pertandingan setelah dihentikan. (PSSI, 2011 :30 )
Wewenang wasit berlaku sejak memasuki lapangan permainan
sampai akhir pertandingan. Kekuasaan wasit mulai berlaku ketika dimulainya
tendangan permulaan pertandingan dengan isyarat bunyi peluit. Pemain yang
bermain kotor atau kasar, wasit berhak memberikan kartu kuning maupun
kartu merah tanpa terlebih dahulu memberikan peringatan. Jika dalam
permainan, tiba-tiba

wasit menghentikan pertandingan maka

untuk

menghidupkan permainan lagi dengan dropball atau di tempat dimana bola
berada pada saat wasit menghentikan pertandingan tersebut.
Di dalam memimpin pertandingan, seorang wasit dibantu oleh dua
orang asisten wasit. Asisten Wasit adalah pembantu wasit dalam menjalankan
tugasnya, untuk itu asisten wasit diberi tugas- tugas antara lain :
1)

Kapan keseluruhan bagian bola telah meninggalkan lapangan permainan.

2)

Tim mana yang berhak mendapat tendangan sudut, tendangan gawang
atau lemparan ke dalam.

3)

Kapan seorang pemain dihukum karena berada dalam posisi off side.

4)

Apabila ada permintaan pergantian pemain.

5)

Telah terjadinya pelanggaran atau insiden yang tidak terlihat oleh wasit.

26

6)

Apakah, pada saat tendangan pinalti, penjaga gawang telah bergerak
keluar dari garis gawang sebelum bola ditendang dan apabila bola telah
melewati garis gawang (PSSI, 2011 : 36).
Asisten wasit tidak boleh masuk kedalam lapangan permainan tanpa

dipanggil oleh wasit. Kecuali jika terjadi sesuatu yang mengancam
keselamatan wasit dan segera mengamankan atau melindungi saat
pertandingan berlangsung. Seorang asisten wasit harus tahu bahwa ada suatu
kejadian di dalam lapangan permainan yang melanggar tentang peraturan
permainan. Jika seorang asisten wasit tahu maka segera mengangkat dan
menggoyang-goyangkan bendera bahwa terjadi pelanggaran, dan pada saat
itu posisi bola pada saat mati. Dengan isyarat yang telah dilakukan oleh
asisten wasit, setelah itu memanggil wasit.
Wasit Cadangan (Official keempat) mempunyai tugas-tugas:
a) Bertugas membantu administrasi sebelum, selama dan sesudah
pertandingan sebagaimana yang diminta oleh wasit.
b) Bertanggung

jawab

dalam

proses

pergantian

pemain

selama

pertandingan berlangsung.
c) Berwenang memeriksa perlengkapan pemain pengganti sebelum yang
bersangkutan memasuki lapangan pertandingan, dia memberikan
informasi kepada wasit apabila perlengkapan pemain tersebut tidak
sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam peraturan permainan.
d) Bemberikan supervisi jika perlu dilakukan pergantian bola, apabila bola
pertandingan yang dipakai dalam pertandingan perlu diganti, dia

27

menyiapkan bola yang lain berdasarkan instruksi wasit sehingga
penundaan dapat di minimalkan.
e) Berwenang untuk memberitahu wasit tentang perilaku yang tidak
bertanggung jawab dari official yang berada di daerah teknik.
f)

Betelah pertandingan selesai official keempat harus menyerahkan
laporan kepada pihak yang berwenang tentang tindakan yang kurang
baik atau insiden lain yang terjadi yang tidak terlihat oleh wasit maupun
asisten wasit, official keempat harus memberitahu wasit dan asisten
wasit mengenai laporan yang dibuatnya.

2.1.4 Klasifikasi Wasit
Berdasarkan kewenangan wasit memimpin pertandingan maka di
Indonesia dikenal denga beberapa klasifikasi adalah :
1)

Wasit Perserikatan yang keberadaannya ditentukan oleh pengurus
cabang PSSI Kabupaten.

2)

Wasit Pengprov yang keberadaannya ditentukan oleh provinsi.

3)

Wasit Nasional yang keberadaannya ditentukan oleh PSSI Pusat.
Wasit PSSI kelas Nasional sebelumnya juga harus berasal dari wasit

provinsi selama dua tahun berturut-turut dan telah memimpin pertandingan
kompetisi paling sedikit dua puluh kali. Wasit PSSI kelas Internasional
sebelumnya dengan tidak berselang telah harus menjadi wasit kelas
Nasional selama dua tahun dan telah memimpin pertandingan kompetisi
paling sedikit dua puluh kali. (Pengda PSSI Jawa Tengah. 2001 : 1-2 ).

28

2.1.5. Ujian Wasit
Ujian Wasit diselenggarakan oleh PSSI atau Komisaris Daerah dengan
Direktur Perwasitan masing -masing. Ujian diberikan secara tertulis dan lisan.
Mata pelajaran yang diujikan adalah :
1) Peraturan Permainan PSSI.
2) Peraturan Pertandingan dan Peraturan Perwasitan.
3) Pengetahuan umum sepakbola meliputi organisasi sepakbola, sejarah dan
taktik permainan sepakbola,
4) Sport Healt,
5) Pengetahuan-pengetahuan

lain

diantaranya

psikologi

perwasitan,

psikologi pemain.
Jika pengurus memandang atas permintaan Direktur Perwasitan yang
bersangkutan maka berdasarkan pertimbangan teknis maupun kekurangan
pribadi seorang wasit dapat diwajibkan menempuh ujian dan mengajukan
keterangan dokter tentang kesehatan badannya lagi, meskipun wasit telah
mempunyai sertifikat tertentu yang sah dan diberi kesempatan sekali lagi
untuk mengetahui kelayakan wasit tersebut.
Seorang mempunyai sertifikat sebagai tanda dan aturan klasifikasi
wasit hubungannya dengan hak memimpin pertandingan.
Sertifikat bagi wasit adalah suatu tanda atau pernyataan bahwa
seorang wasit telah menempuh dan lulus dalam suatu ujian sehingga telah
memenuhi syarat dan karenanya diberi hak untuk memimpin pertandingan
dalam golongan tertentu.

29

2.1.6. Promosi, Degradasi, Anugrah Khusus dan Hukuman Wasit
Pengurus PSSI atau Pengurus Provinsi atas usul Direktur Perwasitan
masing-masing berdasarkan pertimbangan- pertimbangan kemajuan teknis
dan kemampuan dengan memperhatikan kemampuan yang ada dapat
menaikkan seorang wasit dari tingkat atau kelas yang satu ke kelas yang
lebih tinggi asal tetap dalam satu golongan.
Pengurus PSSI atau Pengurus Provinsi atas Daerah atas usul Direktur
Perwasitan

masing–masing

berdasarkan

pertimbangan–pertimbangan

kemunduran teknis dan maupun kekurangan pribadi dengan memperhatikan
peraturan-peraturan yang ada dapat menurunkan seorang wasit dari tingkat
atau kelas yang satu ke kelas yang lebih rendah. Baik kenaikan ataupun
penurunan harus diberikan oleh pengaruh PSSI atau Pengurus Provinsi yang
bersangkutan kepada yang yang berkepentingan dengan cara tertulis. Wasit
PSSI yang secara terus menerus telah menjalankan tugasnya selama paling
sedikit 10 tahun dan tidak pernah mendapat teguran atau peringatan dari
pihak PSSI akan mendapat penghargaan berupa :
1)

Surat tanda penghargaan atas jasa-jasa