Development of Rice Analogues from White Corn, Sorghum and Soy and Its Potential as a Functional Food
ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI RIAU
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Ketimpangan
Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan
NIM H151114224
RINGKASAN
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN. Analisis Ketimpangan
Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau.
Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan SAHARA.
Selain modal fisik dan tenaga kerja, human capital merupakan salah satu
faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Schultz (1962)
merupakan salah satu pelopor yang menekankan pentingnya human capital.
Penelitian sebelumnya menempatkan human capital sebagai faktor tak langsung
dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap tergabung dengan kemajuan
teknologi. Mankiew et al. (1992) menambahkan human capital dalam model
Solow sebagai faktor yang terpisah dari modal fisik dan tenaga kerja. Thomas et
al. (2001) menyebutkan bahwa indikator pendidikan kurang efektif dalam
menggambarkan ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu perlu suatu ukuran
ketimpangan pendidikan seperti gini pendidikan. Ketimpangan pendidikan
sebagai proksi dari ketimpangan human capital. Penelitian yang mengaitkan
ketimpangan human capital dengan pertumbuhan ekonomi masih jarang
dilakukan di tingkat provinsi. Oleh karena itu penelitian ini ingin meneliti
pengaruh ketimpangan human capital di Provinsi Riau.
PDRB perkapita Provinsi Riau menduduki peringkat ketiga di Pulau
Sumatera (peringkat ke enam di Indonesia) pada tahun 2011 dengan nilai sebesar
Rp 9 123 juta. Namun prestasi Provinsi Riau tersebut tidak diikuti oleh capaian
pendidikan. Rata-rata lama sekolah Provinsi Riau berada dibawah rata-rata lama
sekolah Provinsi Maluku (8.7 tahun) yang nilai PDRB perkapita Provinsi Maluku
berada di peringkat ke dua terendah nasional sebesar Rp 2 851 juta.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian yaitu: (1) menghitung
ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau; (2) menganalisis pengaruh
ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau. Wilayah
penelitian mencakup 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau selama periode 20052011. Data yang digunakan yaitu data mentah Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB serta data pendukung lainnya.
Metode untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu indeks gini pendidikan
yang diadopsi dari penelitian Thomas et al. (2001). Untuk menjawab tujuan kedua
digunakan analisis regresi data panel statis. Variabel gini pendidikan, rata-rata
lama sekolah, jumlah penduduk, rasio panjang jalan, share sektor industri
terhadap PDRB digunakan sebagai variabel eksogen.
Hasil analisis gini pendidikan menunjukkan bahwa Provinsi Riau termasuk
dalam kategori ketimpangan rendah selama periode 2005-2011 dengan nilai di
bawah 0.3. Hasil Fixed Effect Model (FEM) menemukan variabel yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah rasio panjang jalan, gini pendidikan
dan share sektor industri terhadap PDRB. Saran yang diberikan adalah: (1) agar
kebijakan pemerintah berorientasi pada pemerataan pendidikan bukan hanya pada
peningkatan pencapaian pendidikan; (2) penelitian selanjutnya dapat
menggunakan ukuran ketimpangan lainnya seperti indeks theil maupun indeks
atkinson.
Kata kunci: gini pendidikan, pertumbuhan ekonomi, panel statis
SUMMARY
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN. Analysis of Education
Inequality and Its Impact on Economic Growth in Riau Province. Supervised by
SRI MULATSIH and SAHARA.
Besides physical capital and labor, human capital is one of important
factors in stimulating economic growth. Schultz (1962) is one of the pioneers who
emphasizes the importance of human capital. Previous research tends to put
human capital as an indirect factor in economic growth and it is incorporated with
the advancement of technology. Mankiw et al. (1992) place human capital in the
Solow model as a separate factor from physical capital and labor. Thomas et al.
(2001) state that education indicators are less effective in describing educational
inequality. Therefore, it needs other tools to measure education inequality. One
emerging tools is education gini as a proxy of human capital inequality. Previous
research linking human capital inequality and economic growth is still limited in
the region levels. This study aims to fill the gap by analyzing the impact of human
capital inequality in Riau Province.
GDP per capita of Riau Province was the the sixth ranked in Indonesia in
2011 with the value about Rp 9 123 million. However this achievement was not
followed by educational attainment. This is indicated by mean of school years in
Riau Province below mean of school years Maluku Province (8.7 years). In fact he
value of GDP per capita in Maluku Province was the second lowest compared to
other provinces in Indonesia.
Therefore, this study aims to: (1) calculate educational inequality in Riau
Province; (2) analyze the impact of education inequality on economic growth in
Riau Province. The area of this study covers 11 districts in Riau Province during
2005-2011. This study uses the raw data of National Socioeconomic Survey
(Susenas) conducted by the Central Bureau of Statistics (BPS), secondary data
such as GDP by industry sector and other supporting data is also utilized. Method
to answer the first objectives is gini index of education adopted from Thomas, et
al (2001). The second objective is analyzed by using a static panel data regression
analysis which the exogenous variable are gini education, mean of school years,
population, ratio of road length and the share of industries to GDP.
Results of gini education show that education inequality in Riau Province
is relatively low over the period 2005-2011 as indicated by gini index below 0.3.
Based on static panel data analysis with Fixed Effect Model (FEM). The study
finds that education gini, ratio of road length and share of industrial sector to GDP
are significant negatively affect on economic growth.
This study suggests: (1) government policy is not only concern in
educational attainment but also in education inequality, (2) further research can
use other inequality measurement such as Theil index and atkinson index.
Keywords: Education inequality, economic growth, static panel data
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI RIAU
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi
Judul Tesis
: Analisis Kctimpangan Pendidikan dan Pcngaruhnya
Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Riau
Nama
: Siswiny Marito Octalya Br Tambunan
: H 151114224
NTh'1
tcrhadap
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
~
Dr Ir Sri ~lulatsih. ~1ScA£r
Anggota
Ketua
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi
Tanggal Ujian: 31 Agustus 2013
Tanggal Lulus:
26zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
SErtU lj
PRAKATA
Segala hormat, puji dan kemuliaan hanya bagi Allah Bapa atas segala
kasih serta anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
tesis ini yang berjudul “Analisis Ketimpangan Pendidikan dan Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau”. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Ir Sri
Mulatsih, MScAgr selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Sahara, SP MSi PhD
selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat
bermanfaat bagi penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarja IPB atas kesediaannya menjadi Penguji
Luar Komisi. Demikian juga terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
untuk semua dosen yang telah mengajar penulis serta rekan-rekan seperjuangan
kelas BPS Batch 4 yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti
perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Secara khusus,
penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Kepala BPS Republik Indonesia, Kepala BPS Provinsi Riau, dan Kepala
BPS Kota Dumai yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Demikian pula
kepada Kepala Pusdiklat beserta jajarannya, yang telah membantu kelancaran
administrasi selama penulis mengikuti program Tugas Belajar.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di BPS
Provinsi Riau atas bantuan yang diberikan selama penyusunan tesis ini
serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Ucapan
terimakasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya juga penulis
sampaikan kepada kedua orangtua yang saya cintai, abang/kakak/adik dan
keponakan yang selalu menjadi motivator penulis dan senantiasa mendoakan
penulis untuk memperoleh yang terbaik.
Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan dan waktu. Namun demikian, penulis berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2013
Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
xv
xv
xvi
1
1
3
5
5
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Pendapatan Regional dan Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow
Teori Pertumbuhan Endogen
Model Augmented Solow dengan Human Capital
Ukuran Ketimpangan Pendidikan
Ketimpangan Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi
Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Tinjauan Empiris
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
6
6
6
6
7
8
9
9
10
10
10
13
14
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Deskriptif
Analisis Koefisien Gini Pendidikan
Analisis Regresi Data Panel Statis
Pemilihan Model Terbaik
Uji Asumsi
Spesifikasi Model Penelitian
Definisi Variabel Operasional
15
15
15
15
15
16
18
18
20
20
4
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Provinsi Riau
Karakteristik Wilayah Administrasi
Karakteristik Penduduk
Infrastruktur Wilayah
Karakteristik Perekonomian
Karakteristik Sumber Daya Manusia
Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita
21
21
21
22
24
25
28
30
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita dengan
Migas
Dinamika Pendidikan
30
31
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Ketimpangan Pendidikan di Provinsi Riau
Determinan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau
35
35
39
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
42
42
42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
43
45
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Kerangka identifikasi autokorelasi
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Nama-nama ibukota dan luas wilayah kabupaten/kota Provinsi Riau
IPM Provinsi Riau dan indikator pembentuknya tahun 2008-2011
Penduduk umur 16-24 menurut status pendidikan di Provinsi Riau
tahun 2009-2011
Indikator pendidikan di Provinsi Riau tahun 2009-2011
Indeks gini kabupaten/kota dan Provinsi Riau tahun 2005 dan 2011
Hasil estimasi variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
19
20
22
28
32
32
36
39
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas serta rata-rata lama
sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dan nasional tahun 2007-2011
Angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau dan APS
kabupaten/kota menurut kelompok umur tahun 2011
Tingkat pertumbuhan ekonomi kondisi mapan model Solow
Kerangka penelitian
Peta wilayah Provinsi Riau
Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun
2011
Piramida penduduk Provinsi Riau tahun 2010
Rasio panjang jalan terhadap luas wilayah menurut kabupaten/kota di
Provinsi Riau tahun 2011
Persentase rumah tangga menggunakan listrik PLN menurut
kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
Struktur perekonomian Provinsi Riau tanpa migas tahun 2011
Struktur perekonomian dengan migas dan persentase penduduk yang
bekerja menurut sektor ekonomi di Provinsi Riau tahun 2011
Kontribusi PDRB dan penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan usaha dan kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun
2011
Indikator penyusun IPM menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau
tahun 2011
PDRB perkapita ADHK, PDRB perkapita ADHB dan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau tahun 2005 - 2011
PDRB perkapita kabupaten/kota Provinsi Riau tahun 2005–2011
Peringkat rata-rata lama sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi
Riau tahun 2011
2
3
4
7
13
21
23
23
24
25
26
26
27
29
30
31
33
18
19
20
21
22
Rata-rata lama sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau dan
status wilayah tahun 2011
Gini pendidikan Provinsi Riau tahun 2005-2011
Analisis kuadran gini pendidikan dan rata-rata lama sekolah (MYS)
menurut kabupaten/kota tahun 2005 dan 2011
Analisis kuadran gini pendidikan dan growth_pdrb_perkapita menurut
kabupaten/kota tahun 2011
Analisis kuadran share industri dan growth_pdrb_kap menurut
kabupaten/kota tahun 2011
34
35
37
38
40
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
PDRB perkapita menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 20052011 (juta rupiah)
Rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 20052011 (tahun)
Gini pendidikan kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2005-2011
Hasil pengujian antara fixed effect dengan pooled least square (Uji
Chow)
Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji
Hausman)
Hasil pengujian dengan metode fixed effect
Hasil pengujian normalitas error
45
46
47
48
48
49
50
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Human capital merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi selain faktor modal fisik dan tenaga kerja. Schultz (1962)
adalah salah satu pelopor yang menekankan pentingnya human capital. Penelitian
sebelumnya cenderung menempatkan human capital sebagai faktor tak langsung
dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap tergabung dengan kemajuan
teknologi. Namun Mankiw et al. (1992) menambahkan human capital dalam
model Solow sebagai faktor yang terpisah dari modal fisik dan tenaga kerja.
Kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan pendidikan sebagai faktor penting
dalam pembentukan human capital. Variabel stok human capital dapat
dicerminkan oleh rata-rata lama sekolah dan angka partisipasi sekolah pada level
pendidikan tertentu. Tilak (1989) mengemukakan bahwa inti dari human capital
mendasarkan pada pendidikan yang mampu memacu produktivitas angkatan kerja
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu investasi
human capital dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga menjadi aset yang potensial dalam pembangunan (Galor dan Moav
2004).
Pembangunan merupakan suatu kombinasi proses perubahan mendasar atas
seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan lainnya, untuk
memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Proses pembangunan memiliki tiga
tujuan inti yaitu: peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai
barang kebutuhan hidup yang pokok; peningkatan standar hidup (pendapatan,
penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan perhatian
atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan); dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis
dan sosial (Todaro dan Smith 2006). Pembangunan dikatakan berhasil tidak hanya
dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonominya, tetapi juga dari bagaimana
pertumbuhan ekonomi itu mampu dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa sumber ketimpangan bukan
hanya bersumber dari distribusi pendapatan tetapi juga dari pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan menjadi hal yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan dan kesehatan juga
merupakan tujuan pembangunan yang mendasar.
Keikutsertaan pemerintah dalam deklarasi MDGs (Millenium Development
Goals) dan deklarasi Dakar (Education for All), merupakan salah satu bentuk
komitmen pemerintah dalam pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang
merata dan berkeadilan bagi seluruh anak Indonesia. Komitmen pemerintah dalam
pendidikan tertuang antara lain dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab IV Bagian 1 Pasal 5 yang salah satunya
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Demikian juga Instruksi Presiden
No.5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Hal ini
menunjukkan bahwa jalur pendidikan merupakan sarana yang strategis dan
penting.
2
70
12.0
60
10.0
50
8.0
40
6.0
30
4.0
20
10
2.0
0
0.0
PDRB perkapita tanpa migas
PDRB perkapita dengan migas
Rata-rata lama sekolah (Tahun)
PDRB perkapita (Juta rupiah)
Provinsi Riau dikenal sebagai provinsi yang kaya dengan sumber daya alam
seperti minyak bumi. PDRB perkapita Provinsi Riau menduduki peringkat ketiga
terbesar di Pulau Sumatera pada tahun 2011 dengan nilai sebesar Rp 9 123 juta
dan merupakan peringkat keenam terbesar di Indonesia. Rata-rata lama sekolah
pada tahun 2011 sebesar 8.6 tahun mengindikasikan bahwa belum tercapainya
target pemerintah dalam pemenuhan sembilan tahun wajib belajar. Nilai tersebut
juga masih dibawah capian rata-rata lama sekolah Provinsi Maluku yang PDRB
perkapitanya menduduki peringkat kedua terendah nasional. Peringkat enam besar
dengan nilai PDRB perkapita tinggi, ternyata tidak diikuti oleh capaian rata-rata
lama sekolah yang memuaskan.
Perekonomian Provinsi Riau tidak lepas dari kontribusi kabupaten/kota.
Dari 12 kabupaten/kota, enam kabupaten/kota merupakan hasil pemekaran sejak
tahun 2001 dimana Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten termuda
di Provinsi Riau yang terbentuk pada tahun 2009 berdasarkan UU No.12 tahun
2009. Nilai PDRB perkapita dengan migas menunjukkan nilai yang bervariasi
antar kabupaten/kota. Daerah penghasil migas seperti Kabupaten Bengkalis dan
Kabupaten Siak memiliki nilai PDRB perkapita yang tinggi dibandingkan
kabupaten/kota lainnya. Sedangkan dari sisi PDRB perkapita tanpa migas,
Kabupaten Indrgiri Hilir merupakan kabupaten yang memiliki nilai PDRB
perkapita tertinggi yaitu sebesar Rp 11.017 juta dan Kabupaten Rokan Hulu
memiliki nilai PDRB perkapita terendah yaitu sebesar Rp 5.603 juta pada tahun
2011. Namun capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Indrgiri Hilir yaitu
sebesar 7.2 tahun masih lebih rendah dari pada Kabupaten Rokan Hulu yang
memiliki rata-rata lama sekolah sebesar 7.6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
anomali fenomena PDRB perkapita dan capaian pendidikan yang terjadi antara
Provinsi Riau dan Provinsi Maluku juga terjadi antar kabupaten/kota di Provinsi
Riau.
Rata-rata lama sekolah
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 1 PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas serta rata-rata lama
sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
3
Pencapaian rata-rata lama sekolah dan angka partisipasi sekolah
menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan capaian
pendidikan tersebut belum tentu mengimplikasikan pendidikan yang sudah merata.
Thomas et al. (2001) menyatakan bahwa indikator pendidikan kurang efektif
dalam menggambarkan ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu perlu ukuran
ketimpangan pendidikan lainnya seperti indeks gini pendidikan yang juga dapat
digunakan sebagai pelengkap indikator kesejahteraan.
Penelitian tentang ketimpangan pendidikan khususnya di Indonesia masih
jarang dilakukan apalagi yang membahas dalam lingkup provinsi. Mengingat
bahwa peran penting dari ukuran ketimpangan pendidikan dan juga kelangkaan
studinya, maka penelitian ini melakukan pengukuran ketimpangan pendidikan
melalui koefisien gini pendidikan dari tahun 2005–2011 untuk 11 kabupaten/kota
di Provinsi Riau.
Perumusan Masalah
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Selain PDRB perkapita, pertumbuhan ekonomi dapat menjadi salah satu
indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Perekonomian Provinsi Riau
dipacu untuk mampu mendorong pertumbuhan ekonomi (Gambar 2). Sejak tahun
2009 pertumbuhan ekonomi yang mulai mengalami peningkatan yaitu dari 2.97%
pada tahun 2009 meningkat menjadi 5.01% pada tahun 2011. Tren pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau yang meningkat juga searah dengan tren pertumbuhan
ekonomi nasional. Meskipun PDRB perkapita Provinsi Riau berada dalam
peringkat enam besar, namun selama tahun 2007-2011 pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau masih dibawah nasional. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau merupakan pertumbuhan ekonomi terendah di Pulau Sumatera.
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2007
2008
2009
Riau
2010
2011
Nasional
Sumber: BPS
Gambar 2 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dan nasional tahun 2007-2011
Pencapaian angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau pada tahun 2011
menunjukkan pencapaian yang masih belum merata antar kabupaten/kota
(Gambar 3). Terdapat enam dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau yang
memiliki APS umur 13-15 dan umur 16-18 di bawah APS Provinsi Riau pada
tahun 2011. Angka APS SLTP lebih rendah dibandingkan APS SD dan APS
SLTA lebih rendah dibandingkan APS SLTP di kabupaten/kota Provinsi Riau
pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya anak umur 13-15
4
Angka Partisipasi Sekolah (%)
tahun yang tidak bersekolah di tingkat SLTP dan anak umur 16-18 tahun yang
tidak bersekolah tingkat SLTA. Pemerintah menargetkan APS tahun 2011 untuk
umur 7-12 dan 13-15 tahun masing-masing sebesar 97.8% dan 91.1%. Kabupaten
Indragiri Hilir, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu memiliki APS
yang masih berada dibawah target tersebut.
120
100
80
60
40
20
0
usia 7-12
APS usia 7-12 Provinsi
usia 13-15
APS usia 13-15 Provinsi
usia 16-18
APS usia 16-18 Provinsi
Sumber: BPS (2012)
Gambar 3 Angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau
kabupaten/kota menurut kelompok umur tahun 2011
dan
APS
Penelitian terdahulu pada umumnya hanya mencakup variabel akumulasi
ataupun stok human capital seperti rata-rata lama sekolah, jumlah partisipasi
sekolah pada level pendidikan tertentu dan tingkat melek huruf. Beberapa hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa stok human capital dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi secara signifikan (Barro 1991; Mankiw et al. 1992).
Sebaliknya, terdapat hasil penelitian yang mengemukakan dampak negatif stok
human capital terhadap pertumbuhan ekonomi (Benhabib dan Spiengel 1994).
Menanggapi kondisi tersebut, Lopez et al. (1998) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa variabel ketimpangan (distribusi) pendidikan seharusnya
dibutuhkan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena
itu, diperlukan juga penelitian yang mengaitkan ketimpangan human capital
dengan pertumbuhan. Penelitian mengenai hal tersebut masih jarang dilakukan di
Indonesia baik di level nasional maupun provinsi.
Berkaitan dengan pemaparan diatas, beberapa masalah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana tingkat ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau?
2. Bagaimana pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau?
5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghitung ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau.
2. Menganalisis pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau.
Manfaat Penelitian
1.
2.
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
Memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan, pendukung dan
sumbangan pemikiran kepada pengambil keputusan dalam usaha mengurangi
ketimpangan pendidikan serta memacu pertumbuhan ekonomi.
Memperkaya ranah penelitian, khususnya tentang ketimpangan pendidikan di
Provinsi Riau.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis penelitian ini mencakup dua hal. Pertama,
menyajikan gambaran umum ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau dengan
analisis tabel dan gambar. Kedua, menganalisis keterkaitan ketimpangan
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui model ekonometrika. Lingkup
wilayah penelitian mencakup 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau periode tahun
2005-2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik seperti Susenas, PDRB lapangan usaha serta data pendukung
lainnya.
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Pendapatan Regional dan Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan perekonomian adalah kondisi dimana nilai riil Produk
Domestik Bruto (PDB) mengalami peningkatan output (Dornbusch et al. 2008).
Penyebab utama dari pertumbuhan ekonomi adalah tersedianya sejumlah sumber
daya dan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Konsep PDB
digunakan pada tingkat nasional, sedangkan untuk tingkat provinsi dan
kabupaten/kota digunakan konsep PDRB. PDB atau PDRB dapat diukur dengan
tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan
pendekatan pengeluaran (Tambunan 2001). Pendekatan produksi dan pendekatan
pendapatan adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah pendekatan dari sisi permintaan agregat (Blanchard 2009).
Teori pertumbuhan ekonomi semakin berkembang dari masa ke masa.
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi antara lain model pertumbuhan neoklasik
dan model pertumbuhan endogen. Teori pertumbuhan neoklasik dipelopori oleh
Harrod-Domar dan Robert Solow.
Model pertumbuhan Harrod dan Domar atau lebih dikenal dengan model
pertumbuhan Harrod-Domar merupakan model pertumbuhan Keynesian yang
secara luas telah banyak diaplikasikan pada negara-negara sedang berkembang
(Jhinghan 2010). Domar menekankan peran ganda investasi dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Investasi memengaruhi permintaan agregat melalui proses
investment multiplier dan dalam jangka panjang merupakan proses akumulasi
modal yang akan menambah stok kapital dan meningkatkan kapasitas produksi
sehingga investasi juga memengaruhi penawaran agregat.
Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow
Model pertumbuhan neoklasik oleh Solow memasukkan peran teknologi
sebagai faktor pertumbuhan ekonomi. Model mengasumsikan bahwa output
produksi berasal dari dua input yaitu kapital dan tenaga kerja, dimana input tenaga
kerja dan modal memakai asumsi skala hasil yang terus berkurang (diminishing
returns) jika keduanya dianalisis secara terpisah, sedangkan jika keduanya
dianalisis secara bersamaan memakai asumsi skala hasil tetap (constant returns to
scale) (Todaro dan Smith 2006).
Fungsi produksi adalah Y= F(K,L) yang menunjukkan bahwa output
dipengaruhi oleh persedian kapital dan tenaga kerja dengan asumsi skala hasil
tetap. Persediaan kapital dapat berubah sepanjang waktu karena adanya investasi
dan depresiasi. Sebagai proses akumulasi kapital, satu unit investasi menghasilkan
satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama mengalami
penyusutan. Oleh karena itu persediaan kapital menjadi faktor penentu dalam
perekonomian karena cenderung berubah sepanjang waktu.
Model Solow ini kemudian diperluas dengan menambahkan kemajuan
teknologi sebagai variabel eksogen sehingga fungsi produksi menjadi
dimana K adalah kapital, L adalah tenaga kerja dan E adalah efisiensi tenaga
kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang
7
metode produksi dimana efisiensi tenaga kerja akan meningkat seiring kemajuan
teknologi. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini yaitu
peningkatan efisiensi tenaga kerja sejalan dengan peningkatan angkatan kerja.
Selain itu, teknologi juga menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat
sehingga diperoleh model Solow dengan kemajuan teknologi yang
mengoptimalkan tenaga kerja. Modal per pekerja efektif dinyatakan sebagai
sehingga output per pekerja efektif
sehingga
fungsi produksi menjadi
.
Kondisi mapan (steady-state) menunjukkan ekuilibrium perekonomian
jangka panjang. Tingkat modal per pekerja kondisi mapan (k*) ditunjukkan oleh
stok kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan
ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi
aktual sama dengan perubahan investasi break-even. Pada posisi ini stok kapital
dan output total per tenaga kerja efektif tumbuh pada tingkat yang sama yaitu
sebesar pertumbuhan kemajuan teknologi (Gambar 4). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang, perekonomian senantiasa akan konvergen secara
otomatis menuju pertumbuhan yang berimbang, yaitu situasi dimana setiap
peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada pertumbuhan yang berimbang,
pertumbuhan output per tenaga kerja hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan
teknologi. Di sinilah peran penting kemajuan teknologi dalam proses
pertumbuhan ekonomi menurut pandangan Solow.
Investasi breakeven, (δ+n+g)k
Investasi aktual dan
Investasi break-even
Investasi , sf(k)
Sumber: Mankiw (2006)
Gambar 4
k*
Modal per pekerja efektif, k
Tingkat pertumbuhan ekonomi kondisi mapan model Solow
Teori Pertumbuhan Endogen
Salah satu kritik terhadap model pertumbuhan Solow adalah penggunaan
asumsi perbaikan teknologi yang kurang spesifik. Teori pertumbuhan endogen ini
dipelopori oleh Robert Lucas dan Paul Romer. Teori ini pada awalnya
berkembang dalam dua cabang pemikiran yang bertumpu pada pentingnya sumber
daya manusia dalam perekonomian, yaitu:
1. Pemikiran bahwa knowledge stock adalah sumber utama bagi peningkatan
produktivitas ekonomi.
2. Pemikiran yang menekankan pada pentingnya learning by doing dan
human capital dengan introduksi hal-hal baru (bersifat eksternal) dalam
8
perekonomian menjadi faktor pendorong bagi peningkatan produktivitas
perekonomian.
Pemikiran pertama oleh Romer menempatkan stok pengetahuan sebagai
salah satu faktor produksi yang semakin meningkat. Sehingga tingkat
pertumbuhan dapat terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan masing-masing
negara untuk meningkatkan dan menciptakan stok pengetahuan.
Pemikiran kedua (teori learning) dikemukakan oleh Lucas melalui model
akumulasi human capital. Teori learning memasukkan unsur peningkatan kapital
pada proses produksi. Peningkatan kapital akan meningkatkan stok public
knowledge, sehingga secara keseluruhan proses produksi dalam skala yang
bersifat increasing return to scale. Akumulasi human capital dapat dilakukan
melalui pendidikan formal maupun bukan jalur pendidikan formal (on the job
traning). Kemudian dilanjutkan dengan proses learning by doing, yang dapat
memunculkan penemuan-penemuan baru sehingga dapat meningkatkan efisiensi
produksi. Efisiensi ini yang dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karena
kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Model Augmented Solow dengan Human Capital
Untuk dapat menangkap peran human capital secara jelas dalam
pertumbuhan ekonomi, Mankiw et al. (1992) menambahkan model Solow dengan
memasukkan human capital sebagaimana memasukkan kapital fisik. Sehingga
fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi:
(2.1)
dimana Y adalah output, K adalah kapital, H merupakan stok dari human capital
L adalah tenaga kerja, A adalah teknologi, β adalah share human capital dalam
output. L dan A diasumsikan tumbuh sebesar n dan g. Asumsi
berarti
bahwa ada decreasing return to capital. Fraksi dari output yang diinvestasikan
dalam kapital fisik dan human capital diasumsikan konstan pada tingkat dan
secara berurutan, dan depresiasi kedua kapital tersebut pada Sehingga evolusi
ekonomi ditentukan oleh:
̇
(2.2.1)
̇
(2.2.2)
dimana
,
dan
adalah kuantitas per tenaga kerja
efektif. Dengan menyamakan persamaan 2.2.1 dan 2.2.2 dengan nol, maka kondisi
steady state menjadi:
(
)
dan
(2.3)
Kemudian dengan mensubstitusi persamaan (2.3) ke persamaan fungsi
produksi dan membuatnya ke dalam bentuk logaritma maka steady state output
per tenaga kerja menjadi:
(2.4)
9
Ukuran Ketimpangan Pendidikan
Pembahasan tentang ukuran ketimpangan pendidikan masih sangat jarang
ditemukan. Salah satu penelitian empiris mengenai ukuran ketimpangan
pendidikan dilakukan oleh Thomas et al. (2001). Beberapa alasan mengapa
ketimpangan pendidikan menjadi hal yang perlu untuk diteliti karena adanya
keterkaitan kesejahteraan dan efisiensi. Dari sisi kesejahteraan, pendidikan yang
berkualitas mampu meningkatkan kemampuan individu dalam memperkuat
kesejahteraannya secara langsung. Meskipun masih ditemui adanya gap
pendidikan antara si kaya dan si miskin. Sen (2000) menyatakan bahwa jika
kondisi kemiskinan dianggap sebagai “perampasan dari pemenuhan kebutuhan
minimum pendidikan yaitu sekolah dasar”, maka ketimpangan kesejahteraan
harus memasukkan ukuran ketimpangan pendidikan.
Dari sisi efisiensi, fungsi produksi agregat dan pertumbuhan dipengaruhi
oleh tingkat distribusi kapital maupun aset lainnya. Human capital merupakan
salah satu aset yang sangat penting dalam fungsi produksi karena human capital
yang berkualitas dapat mempengaruhi tingkat efisiensi kegiatan produksi. Namun
tidak cukup untuk memasukkan tingkat rata-rata pendidikan sebagai salah satu
proksi dari human capital dalam analisis pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena
human capital merupakan aset yang tidak completely tradable (tidak dapat
diperdagangkan). Oleh karena itu, diperlukan variabel yang mampu
mencerminkan distribusi pendidikan.
Ketimpangan Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi
Ketimpangan human capital merupakan satu dimensi dari ketimpangan
lainnya (ketimpangan pendapatan, kesehatan). Galor dan Tsiddon (1997)
menjelaskan bahwa pada saat memasuki tahap awal pembangunan ekonomi,
ketimpangan human capital yang tinggi dipandang sebagai syarat perlu untuk
memasuki tahap pembangunan selanjutnya yaitu tahap tinggal landas.
Ketimpangan akan mendorong individu pada golongan masyarakat yang
berpendidikan untuk terus meningkatkan investasi human capital. Sedangkan
golongan masyarakat yang memiliki tingkat investasi human capital yang rendah
akan terjebak dalam kemerataan. Oleh karena itu, ketimpangan dianggap sebagai
faktor penting dalam meningkatkan human capital dan output.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi seberapa banyak individu mewariskan
sejumlah kekayaan kepada generasi selanjutnya sehingga generasi tersebut
diharapkan dapat berinvestasi dalam human capital (Galor dan Zeira 1993).
Teknologi merupakan salah satu hasil dari investasi human capital. Proses
pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kapasitas penggunaan teknologi baru.
Pada tahap yang lebih sempurna, kemajuan teknologi berhubungan positif dengan
tingkat human capital individu. Adanya peningkatan investasi human capital dari
individu yang berpendidikan tinggi akan memberikan efek menetes ke bawah
(trickle down effect) pada orang-orang yang kurang berpendidikan melalui
kemajuan teknologi dalam produksi. Hal ini dikenal sebagai eksternalitas produksi
global (Galor dan Tsiddon 1997).
10
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan mengapa
ketimpangan human capital dapat mempengaruhi pertumbuhan. Castello-Climent
(2005) menjelaskan bagaimana harapan hidup sebagai jembatan yang dapat
menjelaskan dampak ketimpangan human capital terhadap pertumbuhan.
Mekanisme teorinya melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan demografi
(fertilitas dan harapan hidup) dan pendekatan pasar kredit yang tidak sempurna.
Semakin tinggi ketimpangan human capital maka semakin tinggi pula
ketidaksempurnaan pasar kredit. Hal ini berakibat pada rendahnya akumulasi
human capital yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Penduduk merupakan unsur penting dalam meningkatkan produksi dan
mengembangkan kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan tersedianya tenaga kerja,
tenaga ahli, pimpinan perusahaan, tenaga usahawan yang diperlukan untuk
menciptakan kegiatan ekonomi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor positif
yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah tenaga kerja
akan meningkatkan produktvitas yang pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat akan menjadi
beban tersendiri bagi perekonomian. Jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
mampu menampung semua angkatan kerja baru maka sebagian angkatan kerja
baru itu akan memperpanjang barisan penganggur yang dapat berdampak negatif
terhadap perekonomian dan bidang lainnya.
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2006) menyatakan bahwa infrastruktur merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan pembangunan ekonomi. Infrastruktur dapat berupa jalan
raya, kereta api, lapangan udara, pelabuhan, listrik, air, telekomunikasi dan
infrastruktur sosial maupun ekonomi lainnya. Infrastruktur tersebut dapat menjadi
fasilitas penunujang dalam kegiatan ekonomi sehingga mampu meningkatkan
produktivitas ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi endogen oleh Romer juga memasukkan peran
infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa teknologi
sebagai faktor endogen yang sangat ditentukan oleh investasi sumber daya
manusia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi sumber daya alam perlu
penyediaan infrastruktur.
Tinjauan Empiris
Hassan et al. (2005) meneliti tentang pengaruh dimensi pendidikan terhadap
pertumbuhan di Pakistan dan mengevaluasi kebijakan pemerintah bidang
pendidikan di empat provinsi selama tahun 1973-1998. Salah satu model yang
digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Barro dan Sala Martin (1995) dan
11
the first differenced Macro-Mincerian equation oleh Kreuger and Lindahl (2001)
adalah:
)
(
)
(
(
)
(2.5)
Menggunakan regresi panel disimpulkan bahwa variabel rata-rata lama sekolah
(AYS), perubahan rata-rata lama sekolah ( (
)), koefisien gini pendidikan
(GE) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien
sebesar -0.84. Variabel lag perkapita (
dan rasio pengeluaran pendidikan
terhadap GDP tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kegagalan
kebijakan pendidikan di Pakistan karena terjadinya inefisiensi belanja pendidikan.
Gungor (2006) meneliti tentang dampak ketimpangan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan ini dilihat dari sisi pendidikan dan
akumulasi human capital di provinsi Turki tahun 1975-2000. Menggunakan
analisis data panel, salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan
pendidikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien
sebesar -12.368 (metode fixed effect model). Variabel yang digunakan adalah
basic non human capital augmented Mankiw (income perkapita, akumulasi
kapital fisik dengan proksi konsumsi listrik sektor industry serta pertumbuhan
tenaga kerja). Human capital diukur dengan rata-rata lama sekolah angkatan kerja.
Ketimpangan pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi di Turki
melalui jalur inefisiensi alokasi sumber daya bukan jalur akumulasi human capital.
Rao dan Rohana bt Jani (2008) meneliti tentang hubungan antara kualitas
pendidikan dasar dan pendidikan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Malaysia tahun 1986-2005. Koefisien gini pendidikan menggunakan data rasio
murid terhadap guru di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Model dalam penelitian ini yaitu:
(2.6)
dimana PCGDP adalah GDP Perkapita, GPS merupakan ukuran gini pendidikan
dasar, GSS merupakan ukuran gini pendidikan menengah dan Pop adalah jumlah
penduduk umur 0-14 tahun sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gini pendidikan menengah berpengaruh signifikan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi yang berarti bahwa GSS merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap GDP perkapita di Malaysia dengan koefisien sebesar
-323.28.
Duarte dan Marta Simoes (2010) menganalisis tentang hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan regional dari sisi ketimpangan
pendapatan dan pendidikan sebagai faktor penjelas di 30 daerah regional di
Portugal tahun 1995-2007. Ketimpangan pendidikan diukur dengan menggunakan
ukuran indeks gini, indeks Theil, indeks Atkinson dan rasio persentil. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
(2.7)
dimana
merupakan rata-rata pertumbuhan GDP perkapita,
adalah GDP riil perkapita,
menunjukkan ketimpangan
pendidikan dan pendapatan yang akan dianalisis secara simultan,
merupakan variabel kontrol seperti pendidikan rata-rata tenaga kerja, share tenaga
12
kerja sektor pertanian, industri dan jasa, serta dummy wilayah. Dengan
menggunakan metode OLS, kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
ketimpangan pendidikan signifikan positif berpengaruh terhadap pertumbuhan
GDP perkapita dengan koefisien sebesar 0.10. Ketimpangan pendidikan lebih kuat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan ketimpangan
pendapatan.
Fidalgo et al. (2010) melihat hubungan antara ketimpangan pendidikan dan
rata-rata lama sekolah di Portugal tahun 1986-2005 dengan menggunakan metode
OLS. Ketimpangan pendidikan diukur dengan menggunakan metode indeks gini,
indeks Theil, indeks Atkinson. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketimpangan
pendidikan akan menurun seiring dengan peningkatan rata-rata tingkat pendidikan
tenaga kerja.
Zhang Changzheng dan Kong Jin (2010) menganalisis tentang hubungan
antara kesetaraan pendidikan di China dan kualitas pertumbuhan ekonomi China
tahun 1978-2004 dengan menggunakan Granger Causality dan OLS. Kesetaraan
pendidikan diukur dengan menggunakan indeks gini dan kualitas pertumbuhan
ekonomi diukur dengan menggunakan total faktor produksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesetaraan pendidikan dapat mendorong kualitas
pertumbuhan ekonomi di China dengan koefisien gini pendidikan sebesar -1.21.
Digdowiseiso (2009) meneliti dampak pertumbuhan ekonomi terhadap
ketimpangan pendapatan serta melihat pengaruh dari variabel pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi pada 23 provinsi di Indonesia selama tahun 1996-2005.
Penelitian ini menggunakan metode OLS sebagai estimasi awal dan model ini
kemudian kembali diestimasi menggunakan metode Two Stage Least Square
dimana variabel yang tidak signifikan hasil estimasi awal tidak dimasukkan lagi
pada persamaan. Salah satu model yang digunakan dalam memperlihatkan
hubungan gini pendidikan (EG) dengan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai
berikut:
(2.8)
Persamaan di atas mencakup variabel kontrol yakni rata-rata lama sekolah (AYS),
angka harapan hidup (LiExp) dan lag PDRB per kapita
. Dari persamaan
tersebut salah satu disimpulkan bahwa variabel gini pendidikan tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penggunaan metode Two Stage Least
Square menjadi keterbatasan penelitian ini dimana persamaan (2.8) diatas
merupakan model dinamis. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan
metode panel dinamis pada penelitian selanjutnya.
Mengacu pada model pertumbuhan neoklasik Solow yang conditional
convergence, Sauer dan Zagler (2011) menjelaskan pengaruh koefisien gini
pendidikan terhadap pertumbuhan PDB per kapita di 137 negara sepanjang enam
dekade (1950-2010) yaitu:
(
)
( )
(
)
(
)
( )
(2.9)
dimana
adalah PDB riil per kapita di negara i pada periode t, τ adalah periode
5 tahunan,
adalah PDB perkapita tahun t-τ, adalah lama sekolah rata-rata,
GE adalah gini pendidikan, I/Y adalah Share investasi fisik terhadap PDB,
adalah laju pertumbuhan penduduk. Metode estimasi yang digunakan adalah SYSGMM. Dugaan adanya hubungan nonlinear antara gini pendidikan dan rata-rata
lama sekolah, maka penelitian ini membangun model dengan membangun
13
interaksi antar kedua variabel tersebut. Ketika interaksi tersebut tidak dimasukkan
dalam model, maka rata-rata lama sekolah dan gini pendidikan berdampak tidak
signifikan dalam model. Sebaliknya, ketika interaksi masuk dalam model, ratarata lama sekolah dan gini pendidikan menjadi signifikan dengan koefisien gini
pendidikan sebesar 0.307.
Bustomi (2012) menganalisis ketimpangan pendidikan antar kabupaten/kota
dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa
Tengah selama periode tahun 2007-2010. Metode analisis data yang adalah indeks
gini pendidikan, analisis regresi data panel dengan teknik Pooled EGLS.
Berdasarkan hasil analisis ketimpangan pendidikan antar kabupaten/kota diketahui
bahwa perhitungan indeks gini pendidikan di Provinsi Jawa Tengah termasuk
dalam kategori ketimpangan pendidikan rendah (0.309). Salah satu hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh
negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita di Provinsi Jawa
Tengah dengan koefisien sebesar -1.95.
Kerangka Penelitian
Gambar 5 menyajikan kerangka penelitian. Keberhasilan pembangunan
bukan hanya pencapaian pertumbuhan ekonomi tetapi juga pemerataan hasilhasilnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
peningkatan kualitas human capital yang pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi
- PDRB Perkapita
Indikator
Pendidikan
Rata-rata
Lama Sekolah
Gini
Pendidikan
Anomali Fenomena
PDRB Perkapita dan
Capaian Pendidikan
antara Provinsi Riau
dan Provinsi Maluku
Mengukur Ketimpangan
di Provinsi Riau
Pengaruh Ketimpangan
Pendidikan dan Variabel
lainnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Riau
Simpulan dan Saran
Gambar 5 Kerangka penelitian
14
Salah satu indikator pendidikan antara lain rata-rata lama sekolah. Dari sisi
pencapaian ekonomi Provinsi Riau, nilai PDRB perkapita merupakan peringkat
enam tertinggi namun capaian rata-rata lama sekolah masih lebih rendah
dibandingkan Provinsi Maluku yang nilai PDRB perkapitanya terendah kedua
nasional. Untuk mengukur ketimpangan pendidikan dapat digunakan gini
pendidikan. Oleh karena itu akan diukur ketimpangan pendidikan Provinsi Riau
dan dampak ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan, dan alur kerangka pemikiran maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin cepat laju pertumbuhan penduduk,
maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak melambat.
2. Infrastruktur yang diproksi dengan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah
merupakan faktor yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Ketimpangan pendidikan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan ketimpangan pendidikan akan menurunkan akumulasi human
capital yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
4. Stok human capital yang diproksi dengan rata-rata lama sekolah berdampak
positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
5. Share sektor industri terhadap PDRB merupakan faktor yang berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
15
3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Periode waktu penelitian yaitu tahun 2005-2011. Wilayah penelitian
mencakup 11 dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Terdapat satu kabupaten
yang baru terbentuk pada tahun 2009 yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti.
Mengingat bahwa periode penelitian adalah sebelum terbentuknya Kabupaten
Meranti maka pada penelitian ini Kabupaten Kepulauan Meranti masih tergabung
dengan Kabupaten Bengkalis sebagai kabupaten induknya. Sumber data yang
digunakan untuk penghitungan gini pendidikan yaitu data individu hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS, data PDRB
Kabupaten/Kota, infrastruktur jalan, jumlah penduduk dan data pendukung
lainnya dirujuk dari publikasi terbitan BPS.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian terdiri
dari analisis deskriptif, analisis koefisien gini pendidikan, analisis regresi data
panel. Analisis deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran umum
kabupaten/kota di Provinsi Riau. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama
digunakan indeks gini pendidikan. Sedangkan tujuan penelitian kedua
menggunakan analisis regresi data panel statis untuk mengetahui variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.
Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami,
dengan bantuan tabel dan grafik yang berhubungan dengan penelitian. Analisis
deskripsi yang disajikan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum
karakteristik kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Analisis Koefisien Gini Pendidikan
Thomas et al. (2001) mempelopori penghitungan ukuran ketimpangan
pendidikan berdasarkan capaian pendidikan yaitu koefisien gini pendidikan
(Education Gini). Ukuran ini dapat diterima dan dianggap cukup baik dalam
mengukur ketimpangan pendidikan secara relatif. Selain berdasarkan capaian
pendidikan, gini pendidikan juga dapat dihitung berdasarkan data partisipasi
sekolah dan jumlah dana pendidikan. Namun pengukuran melalui data partisipasi
sekolah belum mampu menggambarkan stok human capital. Selain itu,
penggunaan variabel jumlah dana pendidikan juga belum tepat dalam
mencerminkan stok human capital karena besarnya dana input
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI RIAU
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Ketimpangan
Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan
NIM H151114224
RINGKASAN
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN. Analisis Ketimpangan
Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau.
Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan SAHARA.
Selain modal fisik dan tenaga kerja, human capital merupakan salah satu
faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Schultz (1962)
merupakan salah satu pelopor yang menekankan pentingnya human capital.
Penelitian sebelumnya menempatkan human capital sebagai faktor tak langsung
dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap tergabung dengan kemajuan
teknologi. Mankiew et al. (1992) menambahkan human capital dalam model
Solow sebagai faktor yang terpisah dari modal fisik dan tenaga kerja. Thomas et
al. (2001) menyebutkan bahwa indikator pendidikan kurang efektif dalam
menggambarkan ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu perlu suatu ukuran
ketimpangan pendidikan seperti gini pendidikan. Ketimpangan pendidikan
sebagai proksi dari ketimpangan human capital. Penelitian yang mengaitkan
ketimpangan human capital dengan pertumbuhan ekonomi masih jarang
dilakukan di tingkat provinsi. Oleh karena itu penelitian ini ingin meneliti
pengaruh ketimpangan human capital di Provinsi Riau.
PDRB perkapita Provinsi Riau menduduki peringkat ketiga di Pulau
Sumatera (peringkat ke enam di Indonesia) pada tahun 2011 dengan nilai sebesar
Rp 9 123 juta. Namun prestasi Provinsi Riau tersebut tidak diikuti oleh capaian
pendidikan. Rata-rata lama sekolah Provinsi Riau berada dibawah rata-rata lama
sekolah Provinsi Maluku (8.7 tahun) yang nilai PDRB perkapita Provinsi Maluku
berada di peringkat ke dua terendah nasional sebesar Rp 2 851 juta.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian yaitu: (1) menghitung
ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau; (2) menganalisis pengaruh
ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau. Wilayah
penelitian mencakup 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau selama periode 20052011. Data yang digunakan yaitu data mentah Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) dari Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB serta data pendukung lainnya.
Metode untuk menjawab tujuan penelitian pertama yaitu indeks gini pendidikan
yang diadopsi dari penelitian Thomas et al. (2001). Untuk menjawab tujuan kedua
digunakan analisis regresi data panel statis. Variabel gini pendidikan, rata-rata
lama sekolah, jumlah penduduk, rasio panjang jalan, share sektor industri
terhadap PDRB digunakan sebagai variabel eksogen.
Hasil analisis gini pendidikan menunjukkan bahwa Provinsi Riau termasuk
dalam kategori ketimpangan rendah selama periode 2005-2011 dengan nilai di
bawah 0.3. Hasil Fixed Effect Model (FEM) menemukan variabel yang
memengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah rasio panjang jalan, gini pendidikan
dan share sektor industri terhadap PDRB. Saran yang diberikan adalah: (1) agar
kebijakan pemerintah berorientasi pada pemerataan pendidikan bukan hanya pada
peningkatan pencapaian pendidikan; (2) penelitian selanjutnya dapat
menggunakan ukuran ketimpangan lainnya seperti indeks theil maupun indeks
atkinson.
Kata kunci: gini pendidikan, pertumbuhan ekonomi, panel statis
SUMMARY
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN. Analysis of Education
Inequality and Its Impact on Economic Growth in Riau Province. Supervised by
SRI MULATSIH and SAHARA.
Besides physical capital and labor, human capital is one of important
factors in stimulating economic growth. Schultz (1962) is one of the pioneers who
emphasizes the importance of human capital. Previous research tends to put
human capital as an indirect factor in economic growth and it is incorporated with
the advancement of technology. Mankiw et al. (1992) place human capital in the
Solow model as a separate factor from physical capital and labor. Thomas et al.
(2001) state that education indicators are less effective in describing educational
inequality. Therefore, it needs other tools to measure education inequality. One
emerging tools is education gini as a proxy of human capital inequality. Previous
research linking human capital inequality and economic growth is still limited in
the region levels. This study aims to fill the gap by analyzing the impact of human
capital inequality in Riau Province.
GDP per capita of Riau Province was the the sixth ranked in Indonesia in
2011 with the value about Rp 9 123 million. However this achievement was not
followed by educational attainment. This is indicated by mean of school years in
Riau Province below mean of school years Maluku Province (8.7 years). In fact he
value of GDP per capita in Maluku Province was the second lowest compared to
other provinces in Indonesia.
Therefore, this study aims to: (1) calculate educational inequality in Riau
Province; (2) analyze the impact of education inequality on economic growth in
Riau Province. The area of this study covers 11 districts in Riau Province during
2005-2011. This study uses the raw data of National Socioeconomic Survey
(Susenas) conducted by the Central Bureau of Statistics (BPS), secondary data
such as GDP by industry sector and other supporting data is also utilized. Method
to answer the first objectives is gini index of education adopted from Thomas, et
al (2001). The second objective is analyzed by using a static panel data regression
analysis which the exogenous variable are gini education, mean of school years,
population, ratio of road length and the share of industries to GDP.
Results of gini education show that education inequality in Riau Province
is relatively low over the period 2005-2011 as indicated by gini index below 0.3.
Based on static panel data analysis with Fixed Effect Model (FEM). The study
finds that education gini, ratio of road length and share of industrial sector to GDP
are significant negatively affect on economic growth.
This study suggests: (1) government policy is not only concern in
educational attainment but also in education inequality, (2) further research can
use other inequality measurement such as Theil index and atkinson index.
Keywords: Education inequality, economic growth, static panel data
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KETIMPANGAN PENDIDIKAN DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
PROVINSI RIAU
SISWINY MARITO OCTALYA Br. TAMBUNAN
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir R Nunung Nuryartono, MSi
Judul Tesis
: Analisis Kctimpangan Pendidikan dan Pcngaruhnya
Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Riau
Nama
: Siswiny Marito Octalya Br Tambunan
: H 151114224
NTh'1
tcrhadap
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
~
Dr Ir Sri ~lulatsih. ~1ScA£r
Anggota
Ketua
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi
Tanggal Ujian: 31 Agustus 2013
Tanggal Lulus:
26zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQP
SErtU lj
PRAKATA
Segala hormat, puji dan kemuliaan hanya bagi Allah Bapa atas segala
kasih serta anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
tesis ini yang berjudul “Analisis Ketimpangan Pendidikan dan Pengaruhnya
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Riau”. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tesis ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr Ir Sri
Mulatsih, MScAgr selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Sahara, SP MSi PhD
selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang sangat
bermanfaat bagi penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi sebagai Ketua Program
Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarja IPB atas kesediaannya menjadi Penguji
Luar Komisi. Demikian juga terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
untuk semua dosen yang telah mengajar penulis serta rekan-rekan seperjuangan
kelas BPS Batch 4 yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti
perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Secara khusus,
penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada Kepala BPS Republik Indonesia, Kepala BPS Provinsi Riau, dan Kepala
BPS Kota Dumai yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti kuliah di Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Demikian pula
kepada Kepala Pusdiklat beserta jajarannya, yang telah membantu kelancaran
administrasi selama penulis mengikuti program Tugas Belajar.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di BPS
Provinsi Riau atas bantuan yang diberikan selama penyusunan tesis ini
serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu namun namanya tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Ucapan
terimakasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya juga penulis
sampaikan kepada kedua orangtua yang saya cintai, abang/kakak/adik dan
keponakan yang selalu menjadi motivator penulis dan senantiasa mendoakan
penulis untuk memperoleh yang terbaik.
Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan dan waktu. Namun demikian, penulis berharap semoga karya ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2013
Siswiny Marito Octalya Br. Tambunan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
xv
xv
xvi
1
1
3
5
5
5
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Pendapatan Regional dan Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow
Teori Pertumbuhan Endogen
Model Augmented Solow dengan Human Capital
Ukuran Ketimpangan Pendidikan
Ketimpangan Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi
Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Tinjauan Empiris
Kerangka Penelitian
Hipotesis Penelitian
6
6
6
6
7
8
9
9
10
10
10
13
14
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Metode Analisis
Analisis Deskriptif
Analisis Koefisien Gini Pendidikan
Analisis Regresi Data Panel Statis
Pemilihan Model Terbaik
Uji Asumsi
Spesifikasi Model Penelitian
Definisi Variabel Operasional
15
15
15
15
15
16
18
18
20
20
4
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Provinsi Riau
Karakteristik Wilayah Administrasi
Karakteristik Penduduk
Infrastruktur Wilayah
Karakteristik Perekonomian
Karakteristik Sumber Daya Manusia
Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita
21
21
21
22
24
25
28
30
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita dengan
Migas
Dinamika Pendidikan
30
31
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dinamika Ketimpangan Pendidikan di Provinsi Riau
Determinan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Riau
35
35
39
6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
42
42
42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
43
45
51
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Kerangka identifikasi autokorelasi
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
Nama-nama ibukota dan luas wilayah kabupaten/kota Provinsi Riau
IPM Provinsi Riau dan indikator pembentuknya tahun 2008-2011
Penduduk umur 16-24 menurut status pendidikan di Provinsi Riau
tahun 2009-2011
Indikator pendidikan di Provinsi Riau tahun 2009-2011
Indeks gini kabupaten/kota dan Provinsi Riau tahun 2005 dan 2011
Hasil estimasi variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
19
20
22
28
32
32
36
39
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas serta rata-rata lama
sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dan nasional tahun 2007-2011
Angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau dan APS
kabupaten/kota menurut kelompok umur tahun 2011
Tingkat pertumbuhan ekonomi kondisi mapan model Solow
Kerangka penelitian
Peta wilayah Provinsi Riau
Kepadatan penduduk menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun
2011
Piramida penduduk Provinsi Riau tahun 2010
Rasio panjang jalan terhadap luas wilayah menurut kabupaten/kota di
Provinsi Riau tahun 2011
Persentase rumah tangga menggunakan listrik PLN menurut
kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
Struktur perekonomian Provinsi Riau tanpa migas tahun 2011
Struktur perekonomian dengan migas dan persentase penduduk yang
bekerja menurut sektor ekonomi di Provinsi Riau tahun 2011
Kontribusi PDRB dan penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja
menurut lapangan usaha dan kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun
2011
Indikator penyusun IPM menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau
tahun 2011
PDRB perkapita ADHK, PDRB perkapita ADHB dan pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau tahun 2005 - 2011
PDRB perkapita kabupaten/kota Provinsi Riau tahun 2005–2011
Peringkat rata-rata lama sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi
Riau tahun 2011
2
3
4
7
13
21
23
23
24
25
26
26
27
29
30
31
33
18
19
20
21
22
Rata-rata lama sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau dan
status wilayah tahun 2011
Gini pendidikan Provinsi Riau tahun 2005-2011
Analisis kuadran gini pendidikan dan rata-rata lama sekolah (MYS)
menurut kabupaten/kota tahun 2005 dan 2011
Analisis kuadran gini pendidikan dan growth_pdrb_perkapita menurut
kabupaten/kota tahun 2011
Analisis kuadran share industri dan growth_pdrb_kap menurut
kabupaten/kota tahun 2011
34
35
37
38
40
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
PDRB perkapita menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 20052011 (juta rupiah)
Rata-rata lama sekolah kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 20052011 (tahun)
Gini pendidikan kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2005-2011
Hasil pengujian antara fixed effect dengan pooled least square (Uji
Chow)
Hasil pengujian antara fixed effect dengan random effect (Uji
Hausman)
Hasil pengujian dengan metode fixed effect
Hasil pengujian normalitas error
45
46
47
48
48
49
50
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Human capital merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi selain faktor modal fisik dan tenaga kerja. Schultz (1962)
adalah salah satu pelopor yang menekankan pentingnya human capital. Penelitian
sebelumnya cenderung menempatkan human capital sebagai faktor tak langsung
dalam pertumbuhan ekonomi karena dianggap tergabung dengan kemajuan
teknologi. Namun Mankiw et al. (1992) menambahkan human capital dalam
model Solow sebagai faktor yang terpisah dari modal fisik dan tenaga kerja.
Kemajuan ilmu pengetahuan menjadikan pendidikan sebagai faktor penting
dalam pembentukan human capital. Variabel stok human capital dapat
dicerminkan oleh rata-rata lama sekolah dan angka partisipasi sekolah pada level
pendidikan tertentu. Tilak (1989) mengemukakan bahwa inti dari human capital
mendasarkan pada pendidikan yang mampu memacu produktivitas angkatan kerja
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu investasi
human capital dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas
sehingga menjadi aset yang potensial dalam pembangunan (Galor dan Moav
2004).
Pembangunan merupakan suatu kombinasi proses perubahan mendasar atas
seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan lainnya, untuk
memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Proses pembangunan memiliki tiga
tujuan inti yaitu: peningkatan ketersediaan serta perluasan distribusi berbagai
barang kebutuhan hidup yang pokok; peningkatan standar hidup (pendapatan,
penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, peningkatan perhatian
atas nilai-nilai kultural dan kemanusiaan); dan perluasan pilihan-pilihan ekonomis
dan sosial (Todaro dan Smith 2006). Pembangunan dikatakan berhasil tidak hanya
dilihat dari tingginya pertumbuhan ekonominya, tetapi juga dari bagaimana
pertumbuhan ekonomi itu mampu dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa sumber ketimpangan bukan
hanya bersumber dari distribusi pendapatan tetapi juga dari pendidikan dan
kesehatan. Pendidikan dan kesehatan menjadi hal yang sangat penting dalam
pembangunan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan dan kesehatan juga
merupakan tujuan pembangunan yang mendasar.
Keikutsertaan pemerintah dalam deklarasi MDGs (Millenium Development
Goals) dan deklarasi Dakar (Education for All), merupakan salah satu bentuk
komitmen pemerintah dalam pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang
merata dan berkeadilan bagi seluruh anak Indonesia. Komitmen pemerintah dalam
pendidikan tertuang antara lain dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab IV Bagian 1 Pasal 5 yang salah satunya
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Demikian juga Instruksi Presiden
No.5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Hal ini
menunjukkan bahwa jalur pendidikan merupakan sarana yang strategis dan
penting.
2
70
12.0
60
10.0
50
8.0
40
6.0
30
4.0
20
10
2.0
0
0.0
PDRB perkapita tanpa migas
PDRB perkapita dengan migas
Rata-rata lama sekolah (Tahun)
PDRB perkapita (Juta rupiah)
Provinsi Riau dikenal sebagai provinsi yang kaya dengan sumber daya alam
seperti minyak bumi. PDRB perkapita Provinsi Riau menduduki peringkat ketiga
terbesar di Pulau Sumatera pada tahun 2011 dengan nilai sebesar Rp 9 123 juta
dan merupakan peringkat keenam terbesar di Indonesia. Rata-rata lama sekolah
pada tahun 2011 sebesar 8.6 tahun mengindikasikan bahwa belum tercapainya
target pemerintah dalam pemenuhan sembilan tahun wajib belajar. Nilai tersebut
juga masih dibawah capian rata-rata lama sekolah Provinsi Maluku yang PDRB
perkapitanya menduduki peringkat kedua terendah nasional. Peringkat enam besar
dengan nilai PDRB perkapita tinggi, ternyata tidak diikuti oleh capaian rata-rata
lama sekolah yang memuaskan.
Perekonomian Provinsi Riau tidak lepas dari kontribusi kabupaten/kota.
Dari 12 kabupaten/kota, enam kabupaten/kota merupakan hasil pemekaran sejak
tahun 2001 dimana Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan kabupaten termuda
di Provinsi Riau yang terbentuk pada tahun 2009 berdasarkan UU No.12 tahun
2009. Nilai PDRB perkapita dengan migas menunjukkan nilai yang bervariasi
antar kabupaten/kota. Daerah penghasil migas seperti Kabupaten Bengkalis dan
Kabupaten Siak memiliki nilai PDRB perkapita yang tinggi dibandingkan
kabupaten/kota lainnya. Sedangkan dari sisi PDRB perkapita tanpa migas,
Kabupaten Indrgiri Hilir merupakan kabupaten yang memiliki nilai PDRB
perkapita tertinggi yaitu sebesar Rp 11.017 juta dan Kabupaten Rokan Hulu
memiliki nilai PDRB perkapita terendah yaitu sebesar Rp 5.603 juta pada tahun
2011. Namun capaian rata-rata lama sekolah Kabupaten Indrgiri Hilir yaitu
sebesar 7.2 tahun masih lebih rendah dari pada Kabupaten Rokan Hulu yang
memiliki rata-rata lama sekolah sebesar 7.6 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
anomali fenomena PDRB perkapita dan capaian pendidikan yang terjadi antara
Provinsi Riau dan Provinsi Maluku juga terjadi antar kabupaten/kota di Provinsi
Riau.
Rata-rata lama sekolah
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 1 PDRB perkapita dengan migas dan tanpa migas serta rata-rata lama
sekolah menurut kabupaten/kota di Provinsi Riau tahun 2011
3
Pencapaian rata-rata lama sekolah dan angka partisipasi sekolah
menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan capaian
pendidikan tersebut belum tentu mengimplikasikan pendidikan yang sudah merata.
Thomas et al. (2001) menyatakan bahwa indikator pendidikan kurang efektif
dalam menggambarkan ketimpangan pendidikan. Oleh karena itu perlu ukuran
ketimpangan pendidikan lainnya seperti indeks gini pendidikan yang juga dapat
digunakan sebagai pelengkap indikator kesejahteraan.
Penelitian tentang ketimpangan pendidikan khususnya di Indonesia masih
jarang dilakukan apalagi yang membahas dalam lingkup provinsi. Mengingat
bahwa peran penting dari ukuran ketimpangan pendidikan dan juga kelangkaan
studinya, maka penelitian ini melakukan pengukuran ketimpangan pendidikan
melalui koefisien gini pendidikan dari tahun 2005–2011 untuk 11 kabupaten/kota
di Provinsi Riau.
Perumusan Masalah
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Selain PDRB perkapita, pertumbuhan ekonomi dapat menjadi salah satu
indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Perekonomian Provinsi Riau
dipacu untuk mampu mendorong pertumbuhan ekonomi (Gambar 2). Sejak tahun
2009 pertumbuhan ekonomi yang mulai mengalami peningkatan yaitu dari 2.97%
pada tahun 2009 meningkat menjadi 5.01% pada tahun 2011. Tren pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau yang meningkat juga searah dengan tren pertumbuhan
ekonomi nasional. Meskipun PDRB perkapita Provinsi Riau berada dalam
peringkat enam besar, namun selama tahun 2007-2011 pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau masih dibawah nasional. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi
Provinsi Riau merupakan pertumbuhan ekonomi terendah di Pulau Sumatera.
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2007
2008
2009
Riau
2010
2011
Nasional
Sumber: BPS
Gambar 2 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau dan nasional tahun 2007-2011
Pencapaian angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau pada tahun 2011
menunjukkan pencapaian yang masih belum merata antar kabupaten/kota
(Gambar 3). Terdapat enam dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau yang
memiliki APS umur 13-15 dan umur 16-18 di bawah APS Provinsi Riau pada
tahun 2011. Angka APS SLTP lebih rendah dibandingkan APS SD dan APS
SLTA lebih rendah dibandingkan APS SLTP di kabupaten/kota Provinsi Riau
pada tahun 2011. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya anak umur 13-15
4
Angka Partisipasi Sekolah (%)
tahun yang tidak bersekolah di tingkat SLTP dan anak umur 16-18 tahun yang
tidak bersekolah tingkat SLTA. Pemerintah menargetkan APS tahun 2011 untuk
umur 7-12 dan 13-15 tahun masing-masing sebesar 97.8% dan 91.1%. Kabupaten
Indragiri Hilir, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Rokan Hulu memiliki APS
yang masih berada dibawah target tersebut.
120
100
80
60
40
20
0
usia 7-12
APS usia 7-12 Provinsi
usia 13-15
APS usia 13-15 Provinsi
usia 16-18
APS usia 16-18 Provinsi
Sumber: BPS (2012)
Gambar 3 Angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Riau
kabupaten/kota menurut kelompok umur tahun 2011
dan
APS
Penelitian terdahulu pada umumnya hanya mencakup variabel akumulasi
ataupun stok human capital seperti rata-rata lama sekolah, jumlah partisipasi
sekolah pada level pendidikan tertentu dan tingkat melek huruf. Beberapa hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa stok human capital dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi secara signifikan (Barro 1991; Mankiw et al. 1992).
Sebaliknya, terdapat hasil penelitian yang mengemukakan dampak negatif stok
human capital terhadap pertumbuhan ekonomi (Benhabib dan Spiengel 1994).
Menanggapi kondisi tersebut, Lopez et al. (1998) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa variabel ketimpangan (distribusi) pendidikan seharusnya
dibutuhkan dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena
itu, diperlukan juga penelitian yang mengaitkan ketimpangan human capital
dengan pertumbuhan. Penelitian mengenai hal tersebut masih jarang dilakukan di
Indonesia baik di level nasional maupun provinsi.
Berkaitan dengan pemaparan diatas, beberapa masalah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana tingkat ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau?
2. Bagaimana pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau?
5
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menghitung ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau.
2. Menganalisis pengaruh ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Provinsi Riau.
Manfaat Penelitian
1.
2.
Manfaat penelitian ini adalah untuk:
Memberikan informasi sebagai dasar pertimbangan, pendukung dan
sumbangan pemikiran kepada pengambil keputusan dalam usaha mengurangi
ketimpangan pendidikan serta memacu pertumbuhan ekonomi.
Memperkaya ranah penelitian, khususnya tentang ketimpangan pendidikan di
Provinsi Riau.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup analisis penelitian ini mencakup dua hal. Pertama,
menyajikan gambaran umum ketimpangan pendidikan di Provinsi Riau dengan
analisis tabel dan gambar. Kedua, menganalisis keterkaitan ketimpangan
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui model ekonometrika. Lingkup
wilayah penelitian mencakup 11 kabupaten/kota di Provinsi Riau periode tahun
2005-2011. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik seperti Susenas, PDRB lapangan usaha serta data pendukung
lainnya.
6
2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teori
Pendapatan Regional dan Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan perekonomian adalah kondisi dimana nilai riil Produk
Domestik Bruto (PDB) mengalami peningkatan output (Dornbusch et al. 2008).
Penyebab utama dari pertumbuhan ekonomi adalah tersedianya sejumlah sumber
daya dan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Konsep PDB
digunakan pada tingkat nasional, sedangkan untuk tingkat provinsi dan
kabupaten/kota digunakan konsep PDRB. PDB atau PDRB dapat diukur dengan
tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan
pendekatan pengeluaran (Tambunan 2001). Pendekatan produksi dan pendekatan
pendapatan adalah pendekatan dari sisi penawaran agregat sedangkan pendekatan
pengeluaran adalah pendekatan dari sisi permintaan agregat (Blanchard 2009).
Teori pertumbuhan ekonomi semakin berkembang dari masa ke masa.
Beberapa teori pertumbuhan ekonomi antara lain model pertumbuhan neoklasik
dan model pertumbuhan endogen. Teori pertumbuhan neoklasik dipelopori oleh
Harrod-Domar dan Robert Solow.
Model pertumbuhan Harrod dan Domar atau lebih dikenal dengan model
pertumbuhan Harrod-Domar merupakan model pertumbuhan Keynesian yang
secara luas telah banyak diaplikasikan pada negara-negara sedang berkembang
(Jhinghan 2010). Domar menekankan peran ganda investasi dalam proses
pertumbuhan ekonomi. Investasi memengaruhi permintaan agregat melalui proses
investment multiplier dan dalam jangka panjang merupakan proses akumulasi
modal yang akan menambah stok kapital dan meningkatkan kapasitas produksi
sehingga investasi juga memengaruhi penawaran agregat.
Teori Pertumbuhan Neoklasik Solow
Model pertumbuhan neoklasik oleh Solow memasukkan peran teknologi
sebagai faktor pertumbuhan ekonomi. Model mengasumsikan bahwa output
produksi berasal dari dua input yaitu kapital dan tenaga kerja, dimana input tenaga
kerja dan modal memakai asumsi skala hasil yang terus berkurang (diminishing
returns) jika keduanya dianalisis secara terpisah, sedangkan jika keduanya
dianalisis secara bersamaan memakai asumsi skala hasil tetap (constant returns to
scale) (Todaro dan Smith 2006).
Fungsi produksi adalah Y= F(K,L) yang menunjukkan bahwa output
dipengaruhi oleh persedian kapital dan tenaga kerja dengan asumsi skala hasil
tetap. Persediaan kapital dapat berubah sepanjang waktu karena adanya investasi
dan depresiasi. Sebagai proses akumulasi kapital, satu unit investasi menghasilkan
satu unit tambahan kapital baru, sedangkan kapital yang lama mengalami
penyusutan. Oleh karena itu persediaan kapital menjadi faktor penentu dalam
perekonomian karena cenderung berubah sepanjang waktu.
Model Solow ini kemudian diperluas dengan menambahkan kemajuan
teknologi sebagai variabel eksogen sehingga fungsi produksi menjadi
dimana K adalah kapital, L adalah tenaga kerja dan E adalah efisiensi tenaga
kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang
7
metode produksi dimana efisiensi tenaga kerja akan meningkat seiring kemajuan
teknologi. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini yaitu
peningkatan efisiensi tenaga kerja sejalan dengan peningkatan angkatan kerja.
Selain itu, teknologi juga menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat
sehingga diperoleh model Solow dengan kemajuan teknologi yang
mengoptimalkan tenaga kerja. Modal per pekerja efektif dinyatakan sebagai
sehingga output per pekerja efektif
sehingga
fungsi produksi menjadi
.
Kondisi mapan (steady-state) menunjukkan ekuilibrium perekonomian
jangka panjang. Tingkat modal per pekerja kondisi mapan (k*) ditunjukkan oleh
stok kapital per tenaga kerja efektif akan berada pada posisi jalur pertumbuhan
ekonomi yang berimbang (the balance growth path) ketika perubahan investasi
aktual sama dengan perubahan investasi break-even. Pada posisi ini stok kapital
dan output total per tenaga kerja efektif tumbuh pada tingkat yang sama yaitu
sebesar pertumbuhan kemajuan teknologi (Gambar 4). Hal ini menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang, perekonomian senantiasa akan konvergen secara
otomatis menuju pertumbuhan yang berimbang, yaitu situasi dimana setiap
peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Pada pertumbuhan yang berimbang,
pertumbuhan output per tenaga kerja hanya ditentukan oleh tingkat kemajuan
teknologi. Di sinilah peran penting kemajuan teknologi dalam proses
pertumbuhan ekonomi menurut pandangan Solow.
Investasi breakeven, (δ+n+g)k
Investasi aktual dan
Investasi break-even
Investasi , sf(k)
Sumber: Mankiw (2006)
Gambar 4
k*
Modal per pekerja efektif, k
Tingkat pertumbuhan ekonomi kondisi mapan model Solow
Teori Pertumbuhan Endogen
Salah satu kritik terhadap model pertumbuhan Solow adalah penggunaan
asumsi perbaikan teknologi yang kurang spesifik. Teori pertumbuhan endogen ini
dipelopori oleh Robert Lucas dan Paul Romer. Teori ini pada awalnya
berkembang dalam dua cabang pemikiran yang bertumpu pada pentingnya sumber
daya manusia dalam perekonomian, yaitu:
1. Pemikiran bahwa knowledge stock adalah sumber utama bagi peningkatan
produktivitas ekonomi.
2. Pemikiran yang menekankan pada pentingnya learning by doing dan
human capital dengan introduksi hal-hal baru (bersifat eksternal) dalam
8
perekonomian menjadi faktor pendorong bagi peningkatan produktivitas
perekonomian.
Pemikiran pertama oleh Romer menempatkan stok pengetahuan sebagai
salah satu faktor produksi yang semakin meningkat. Sehingga tingkat
pertumbuhan dapat terus ditingkatkan sesuai dengan kemampuan masing-masing
negara untuk meningkatkan dan menciptakan stok pengetahuan.
Pemikiran kedua (teori learning) dikemukakan oleh Lucas melalui model
akumulasi human capital. Teori learning memasukkan unsur peningkatan kapital
pada proses produksi. Peningkatan kapital akan meningkatkan stok public
knowledge, sehingga secara keseluruhan proses produksi dalam skala yang
bersifat increasing return to scale. Akumulasi human capital dapat dilakukan
melalui pendidikan formal maupun bukan jalur pendidikan formal (on the job
traning). Kemudian dilanjutkan dengan proses learning by doing, yang dapat
memunculkan penemuan-penemuan baru sehingga dapat meningkatkan efisiensi
produksi. Efisiensi ini yang dapat meningkatkan produktivitas. Oleh karena
kualitas sumber daya manusia adalah faktor yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Model Augmented Solow dengan Human Capital
Untuk dapat menangkap peran human capital secara jelas dalam
pertumbuhan ekonomi, Mankiw et al. (1992) menambahkan model Solow dengan
memasukkan human capital sebagaimana memasukkan kapital fisik. Sehingga
fungsi produksi Cobb-Douglas menjadi:
(2.1)
dimana Y adalah output, K adalah kapital, H merupakan stok dari human capital
L adalah tenaga kerja, A adalah teknologi, β adalah share human capital dalam
output. L dan A diasumsikan tumbuh sebesar n dan g. Asumsi
berarti
bahwa ada decreasing return to capital. Fraksi dari output yang diinvestasikan
dalam kapital fisik dan human capital diasumsikan konstan pada tingkat dan
secara berurutan, dan depresiasi kedua kapital tersebut pada Sehingga evolusi
ekonomi ditentukan oleh:
̇
(2.2.1)
̇
(2.2.2)
dimana
,
dan
adalah kuantitas per tenaga kerja
efektif. Dengan menyamakan persamaan 2.2.1 dan 2.2.2 dengan nol, maka kondisi
steady state menjadi:
(
)
dan
(2.3)
Kemudian dengan mensubstitusi persamaan (2.3) ke persamaan fungsi
produksi dan membuatnya ke dalam bentuk logaritma maka steady state output
per tenaga kerja menjadi:
(2.4)
9
Ukuran Ketimpangan Pendidikan
Pembahasan tentang ukuran ketimpangan pendidikan masih sangat jarang
ditemukan. Salah satu penelitian empiris mengenai ukuran ketimpangan
pendidikan dilakukan oleh Thomas et al. (2001). Beberapa alasan mengapa
ketimpangan pendidikan menjadi hal yang perlu untuk diteliti karena adanya
keterkaitan kesejahteraan dan efisiensi. Dari sisi kesejahteraan, pendidikan yang
berkualitas mampu meningkatkan kemampuan individu dalam memperkuat
kesejahteraannya secara langsung. Meskipun masih ditemui adanya gap
pendidikan antara si kaya dan si miskin. Sen (2000) menyatakan bahwa jika
kondisi kemiskinan dianggap sebagai “perampasan dari pemenuhan kebutuhan
minimum pendidikan yaitu sekolah dasar”, maka ketimpangan kesejahteraan
harus memasukkan ukuran ketimpangan pendidikan.
Dari sisi efisiensi, fungsi produksi agregat dan pertumbuhan dipengaruhi
oleh tingkat distribusi kapital maupun aset lainnya. Human capital merupakan
salah satu aset yang sangat penting dalam fungsi produksi karena human capital
yang berkualitas dapat mempengaruhi tingkat efisiensi kegiatan produksi. Namun
tidak cukup untuk memasukkan tingkat rata-rata pendidikan sebagai salah satu
proksi dari human capital dalam analisis pertumbuhan. Hal ini disebabkan karena
human capital merupakan aset yang tidak completely tradable (tidak dapat
diperdagangkan). Oleh karena itu, diperlukan variabel yang mampu
mencerminkan distribusi pendidikan.
Ketimpangan Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi
Ketimpangan human capital merupakan satu dimensi dari ketimpangan
lainnya (ketimpangan pendapatan, kesehatan). Galor dan Tsiddon (1997)
menjelaskan bahwa pada saat memasuki tahap awal pembangunan ekonomi,
ketimpangan human capital yang tinggi dipandang sebagai syarat perlu untuk
memasuki tahap pembangunan selanjutnya yaitu tahap tinggal landas.
Ketimpangan akan mendorong individu pada golongan masyarakat yang
berpendidikan untuk terus meningkatkan investasi human capital. Sedangkan
golongan masyarakat yang memiliki tingkat investasi human capital yang rendah
akan terjebak dalam kemerataan. Oleh karena itu, ketimpangan dianggap sebagai
faktor penting dalam meningkatkan human capital dan output.
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi seberapa banyak individu mewariskan
sejumlah kekayaan kepada generasi selanjutnya sehingga generasi tersebut
diharapkan dapat berinvestasi dalam human capital (Galor dan Zeira 1993).
Teknologi merupakan salah satu hasil dari investasi human capital. Proses
pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan kapasitas penggunaan teknologi baru.
Pada tahap yang lebih sempurna, kemajuan teknologi berhubungan positif dengan
tingkat human capital individu. Adanya peningkatan investasi human capital dari
individu yang berpendidikan tinggi akan memberikan efek menetes ke bawah
(trickle down effect) pada orang-orang yang kurang berpendidikan melalui
kemajuan teknologi dalam produksi. Hal ini dikenal sebagai eksternalitas produksi
global (Galor dan Tsiddon 1997).
10
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan mengapa
ketimpangan human capital dapat mempengaruhi pertumbuhan. Castello-Climent
(2005) menjelaskan bagaimana harapan hidup sebagai jembatan yang dapat
menjelaskan dampak ketimpangan human capital terhadap pertumbuhan.
Mekanisme teorinya melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan demografi
(fertilitas dan harapan hidup) dan pendekatan pasar kredit yang tidak sempurna.
Semakin tinggi ketimpangan human capital maka semakin tinggi pula
ketidaksempurnaan pasar kredit. Hal ini berakibat pada rendahnya akumulasi
human capital yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi
Penduduk merupakan unsur penting dalam meningkatkan produksi dan
mengembangkan kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan tersedianya tenaga kerja,
tenaga ahli, pimpinan perusahaan, tenaga usahawan yang diperlukan untuk
menciptakan kegiatan ekonomi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor positif
yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah tenaga kerja
akan meningkatkan produktvitas yang pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Angkatan kerja yang tumbuh dengan cepat akan menjadi
beban tersendiri bagi perekonomian. Jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak
mampu menampung semua angkatan kerja baru maka sebagian angkatan kerja
baru itu akan memperpanjang barisan penganggur yang dapat berdampak negatif
terhadap perekonomian dan bidang lainnya.
Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Todaro (2006) menyatakan bahwa infrastruktur merupakan salah satu faktor
penting yang menentukan pembangunan ekonomi. Infrastruktur dapat berupa jalan
raya, kereta api, lapangan udara, pelabuhan, listrik, air, telekomunikasi dan
infrastruktur sosial maupun ekonomi lainnya. Infrastruktur tersebut dapat menjadi
fasilitas penunujang dalam kegiatan ekonomi sehingga mampu meningkatkan
produktivitas ekonomi yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
Teori pertumbuhan ekonomi endogen oleh Romer juga memasukkan peran
infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi. Teori ini menyatakan bahwa teknologi
sebagai faktor endogen yang sangat ditentukan oleh investasi sumber daya
manusia. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efisiensi sumber daya alam perlu
penyediaan infrastruktur.
Tinjauan Empiris
Hassan et al. (2005) meneliti tentang pengaruh dimensi pendidikan terhadap
pertumbuhan di Pakistan dan mengevaluasi kebijakan pemerintah bidang
pendidikan di empat provinsi selama tahun 1973-1998. Salah satu model yang
digunakan dalam penelitian ini merujuk pada Barro dan Sala Martin (1995) dan
11
the first differenced Macro-Mincerian equation oleh Kreuger and Lindahl (2001)
adalah:
)
(
)
(
(
)
(2.5)
Menggunakan regresi panel disimpulkan bahwa variabel rata-rata lama sekolah
(AYS), perubahan rata-rata lama sekolah ( (
)), koefisien gini pendidikan
(GE) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien
sebesar -0.84. Variabel lag perkapita (
dan rasio pengeluaran pendidikan
terhadap GDP tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kegagalan
kebijakan pendidikan di Pakistan karena terjadinya inefisiensi belanja pendidikan.
Gungor (2006) meneliti tentang dampak ketimpangan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ketimpangan ini dilihat dari sisi pendidikan dan
akumulasi human capital di provinsi Turki tahun 1975-2000. Menggunakan
analisis data panel, salah satu hasil penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan
pendidikan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan koefisien
sebesar -12.368 (metode fixed effect model). Variabel yang digunakan adalah
basic non human capital augmented Mankiw (income perkapita, akumulasi
kapital fisik dengan proksi konsumsi listrik sektor industry serta pertumbuhan
tenaga kerja). Human capital diukur dengan rata-rata lama sekolah angkatan kerja.
Ketimpangan pendidikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi provinsi di Turki
melalui jalur inefisiensi alokasi sumber daya bukan jalur akumulasi human capital.
Rao dan Rohana bt Jani (2008) meneliti tentang hubungan antara kualitas
pendidikan dasar dan pendidikan menengah terhadap pertumbuhan ekonomi di
Malaysia tahun 1986-2005. Koefisien gini pendidikan menggunakan data rasio
murid terhadap guru di tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Model dalam penelitian ini yaitu:
(2.6)
dimana PCGDP adalah GDP Perkapita, GPS merupakan ukuran gini pendidikan
dasar, GSS merupakan ukuran gini pendidikan menengah dan Pop adalah jumlah
penduduk umur 0-14 tahun sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gini pendidikan menengah berpengaruh signifikan negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi yang berarti bahwa GSS merupakan variabel yang
berpengaruh terhadap GDP perkapita di Malaysia dengan koefisien sebesar
-323.28.
Duarte dan Marta Simoes (2010) menganalisis tentang hubungan
pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan regional dari sisi ketimpangan
pendapatan dan pendidikan sebagai faktor penjelas di 30 daerah regional di
Portugal tahun 1995-2007. Ketimpangan pendidikan diukur dengan menggunakan
ukuran indeks gini, indeks Theil, indeks Atkinson dan rasio persentil. Model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
(2.7)
dimana
merupakan rata-rata pertumbuhan GDP perkapita,
adalah GDP riil perkapita,
menunjukkan ketimpangan
pendidikan dan pendapatan yang akan dianalisis secara simultan,
merupakan variabel kontrol seperti pendidikan rata-rata tenaga kerja, share tenaga
12
kerja sektor pertanian, industri dan jasa, serta dummy wilayah. Dengan
menggunakan metode OLS, kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
ketimpangan pendidikan signifikan positif berpengaruh terhadap pertumbuhan
GDP perkapita dengan koefisien sebesar 0.10. Ketimpangan pendidikan lebih kuat
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan ketimpangan
pendapatan.
Fidalgo et al. (2010) melihat hubungan antara ketimpangan pendidikan dan
rata-rata lama sekolah di Portugal tahun 1986-2005 dengan menggunakan metode
OLS. Ketimpangan pendidikan diukur dengan menggunakan metode indeks gini,
indeks Theil, indeks Atkinson. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketimpangan
pendidikan akan menurun seiring dengan peningkatan rata-rata tingkat pendidikan
tenaga kerja.
Zhang Changzheng dan Kong Jin (2010) menganalisis tentang hubungan
antara kesetaraan pendidikan di China dan kualitas pertumbuhan ekonomi China
tahun 1978-2004 dengan menggunakan Granger Causality dan OLS. Kesetaraan
pendidikan diukur dengan menggunakan indeks gini dan kualitas pertumbuhan
ekonomi diukur dengan menggunakan total faktor produksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kesetaraan pendidikan dapat mendorong kualitas
pertumbuhan ekonomi di China dengan koefisien gini pendidikan sebesar -1.21.
Digdowiseiso (2009) meneliti dampak pertumbuhan ekonomi terhadap
ketimpangan pendapatan serta melihat pengaruh dari variabel pendidikan terhadap
pertumbuhan ekonomi pada 23 provinsi di Indonesia selama tahun 1996-2005.
Penelitian ini menggunakan metode OLS sebagai estimasi awal dan model ini
kemudian kembali diestimasi menggunakan metode Two Stage Least Square
dimana variabel yang tidak signifikan hasil estimasi awal tidak dimasukkan lagi
pada persamaan. Salah satu model yang digunakan dalam memperlihatkan
hubungan gini pendidikan (EG) dengan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai
berikut:
(2.8)
Persamaan di atas mencakup variabel kontrol yakni rata-rata lama sekolah (AYS),
angka harapan hidup (LiExp) dan lag PDRB per kapita
. Dari persamaan
tersebut salah satu disimpulkan bahwa variabel gini pendidikan tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penggunaan metode Two Stage Least
Square menjadi keterbatasan penelitian ini dimana persamaan (2.8) diatas
merupakan model dinamis. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan
metode panel dinamis pada penelitian selanjutnya.
Mengacu pada model pertumbuhan neoklasik Solow yang conditional
convergence, Sauer dan Zagler (2011) menjelaskan pengaruh koefisien gini
pendidikan terhadap pertumbuhan PDB per kapita di 137 negara sepanjang enam
dekade (1950-2010) yaitu:
(
)
( )
(
)
(
)
( )
(2.9)
dimana
adalah PDB riil per kapita di negara i pada periode t, τ adalah periode
5 tahunan,
adalah PDB perkapita tahun t-τ, adalah lama sekolah rata-rata,
GE adalah gini pendidikan, I/Y adalah Share investasi fisik terhadap PDB,
adalah laju pertumbuhan penduduk. Metode estimasi yang digunakan adalah SYSGMM. Dugaan adanya hubungan nonlinear antara gini pendidikan dan rata-rata
lama sekolah, maka penelitian ini membangun model dengan membangun
13
interaksi antar kedua variabel tersebut. Ketika interaksi tersebut tidak dimasukkan
dalam model, maka rata-rata lama sekolah dan gini pendidikan berdampak tidak
signifikan dalam model. Sebaliknya, ketika interaksi masuk dalam model, ratarata lama sekolah dan gini pendidikan menjadi signifikan dengan koefisien gini
pendidikan sebesar 0.307.
Bustomi (2012) menganalisis ketimpangan pendidikan antar kabupaten/kota
dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pendidikan di Provinsi Jawa
Tengah selama periode tahun 2007-2010. Metode analisis data yang adalah indeks
gini pendidikan, analisis regresi data panel dengan teknik Pooled EGLS.
Berdasarkan hasil analisis ketimpangan pendidikan antar kabupaten/kota diketahui
bahwa perhitungan indeks gini pendidikan di Provinsi Jawa Tengah termasuk
dalam kategori ketimpangan pendidikan rendah (0.309). Salah satu hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketimpangan pendidikan mempunyai pengaruh
negatif secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB per kapita di Provinsi Jawa
Tengah dengan koefisien sebesar -1.95.
Kerangka Penelitian
Gambar 5 menyajikan kerangka penelitian. Keberhasilan pembangunan
bukan hanya pencapaian pertumbuhan ekonomi tetapi juga pemerataan hasilhasilnya. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
peningkatan kualitas human capital yang pada akhirnya dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan Ekonomi
- PDRB Perkapita
Indikator
Pendidikan
Rata-rata
Lama Sekolah
Gini
Pendidikan
Anomali Fenomena
PDRB Perkapita dan
Capaian Pendidikan
antara Provinsi Riau
dan Provinsi Maluku
Mengukur Ketimpangan
di Provinsi Riau
Pengaruh Ketimpangan
Pendidikan dan Variabel
lainnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Riau
Simpulan dan Saran
Gambar 5 Kerangka penelitian
14
Salah satu indikator pendidikan antara lain rata-rata lama sekolah. Dari sisi
pencapaian ekonomi Provinsi Riau, nilai PDRB perkapita merupakan peringkat
enam tertinggi namun capaian rata-rata lama sekolah masih lebih rendah
dibandingkan Provinsi Maluku yang nilai PDRB perkapitanya terendah kedua
nasional. Untuk mengukur ketimpangan pendidikan dapat digunakan gini
pendidikan. Oleh karena itu akan diukur ketimpangan pendidikan Provinsi Riau
dan dampak ketimpangan pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi
Riau.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan, dan alur kerangka pemikiran maka
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin cepat laju pertumbuhan penduduk,
maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak melambat.
2. Infrastruktur yang diproksi dengan rasio panjang jalan terhadap luas wilayah
merupakan faktor yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Ketimpangan pendidikan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan ketimpangan pendidikan akan menurunkan akumulasi human
capital yang selanjutnya akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
4. Stok human capital yang diproksi dengan rata-rata lama sekolah berdampak
positif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.
5. Share sektor industri terhadap PDRB merupakan faktor yang berdampak
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
15
3 METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Periode waktu penelitian yaitu tahun 2005-2011. Wilayah penelitian
mencakup 11 dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Terdapat satu kabupaten
yang baru terbentuk pada tahun 2009 yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti.
Mengingat bahwa periode penelitian adalah sebelum terbentuknya Kabupaten
Meranti maka pada penelitian ini Kabupaten Kepulauan Meranti masih tergabung
dengan Kabupaten Bengkalis sebagai kabupaten induknya. Sumber data yang
digunakan untuk penghitungan gini pendidikan yaitu data individu hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS, data PDRB
Kabupaten/Kota, infrastruktur jalan, jumlah penduduk dan data pendukung
lainnya dirujuk dari publikasi terbitan BPS.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian terdiri
dari analisis deskriptif, analisis koefisien gini pendidikan, analisis regresi data
panel. Analisis deskriptif yang digunakan untuk memberikan gambaran umum
kabupaten/kota di Provinsi Riau. Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama
digunakan indeks gini pendidikan. Sedangkan tujuan penelitian kedua
menggunakan analisis regresi data panel statis untuk mengetahui variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.
Analisis Deskriptif
Analisis ini merupakan analisis statistik yang menggambarkan atau
mendeskripsikan data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami,
dengan bantuan tabel dan grafik yang berhubungan dengan penelitian. Analisis
deskripsi yang disajikan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum
karakteristik kabupaten/kota di Provinsi Riau.
Analisis Koefisien Gini Pendidikan
Thomas et al. (2001) mempelopori penghitungan ukuran ketimpangan
pendidikan berdasarkan capaian pendidikan yaitu koefisien gini pendidikan
(Education Gini). Ukuran ini dapat diterima dan dianggap cukup baik dalam
mengukur ketimpangan pendidikan secara relatif. Selain berdasarkan capaian
pendidikan, gini pendidikan juga dapat dihitung berdasarkan data partisipasi
sekolah dan jumlah dana pendidikan. Namun pengukuran melalui data partisipasi
sekolah belum mampu menggambarkan stok human capital. Selain itu,
penggunaan variabel jumlah dana pendidikan juga belum tepat dalam
mencerminkan stok human capital karena besarnya dana input