Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba Garut
VARIASI INDIVIDU DALAM KEBERHASILAN PRODUKSI
SEMEN BEKU DOMBA GARUT
MULYANI NOFRIZA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variasi Individu dalam
Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba Garut adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mulyani Nofriza
NIM B04100044
ABSTRAK
MULYANI NOFRIZA. Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen
Beku Domba Garut. Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan MUCHIDIN
NOORDIN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari variasi individu dalam
keberhasilan produksi semen beku domba Garut. Semen diperoleh dari empat ekor
domba Garut yang telah dewasa kelamin (Sinta, Wulung, Jabar, Batara), milik
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung. Semen dikoleksi dengan
menggunakan vagina buatan dan dievaluasi secara makro- dan mikroskopis.
Semen diencerkan dengan menggunakan pengencer paten Andromed®,
diekuilibrasi, dikemas dalam straw ukuran 0.25 mL, dan dibekukan diatas uap
nitrogen cair sesuai dengan standar prosedur BIB. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan kualitas semen segar tiap individu domba.
Wulung menunjukkan motilitas semen segar paling tinggi (82.50%), berbeda
nyata dengan Batara yang menunjukkan motilitas semen segar paling rendah
(75.50%). Tidak ada perbedaan post thawing motility (PTM) pada semua domba.
PTM berada antara 40.00-41.67%. Recovery rate spermatozoa domba Batara
paling tinggi dibandingkan dengan yang lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
variasi individu mempengaruhi kualitas semen beku domba Garut.
Kata kunci: semen beku, kemampuan pembekuan, domba Garut, tingkat
pemulihan
ABSTRACT
MULYANI NOFRIZA. Individual Variation on the Success of Garut Ram Frozen
Semen Production. Supervised by R IIS ARIFIANTINI and MUCHIDIN
NOORDIN.
This research aims to study the individual variation on the successful Garut
ram frozen semen production. The semen obtained from four sexuality mature
Garut ram (Sinta, Wulung, Jabar, Batara), belong to Artificial Insemination Centre
(AIC) at Lembang, Bandung. The semen was collected using artificial vagina and
evaluated macro- and microscopically. The semen was diluted with andromed,
equilibrate, packed into 0.25 mL mini straw, and freeze above liquid nitrogen
vapor according to AIC standard procedures. The result of this experiment
indicated there were differences in raw semen quality. Wulung demonstrated the
highest raw semen motility (82.50%) and Batara has the lowest raw semen motility
(75.50%). There were no differences in post thawing motility (PTM) in all rams.
The PTM were between 40.00-41.67%. The recovery rate of sperms obtained from
Batara ram was significantly higher than the others. This research concluded that
there was an individual variation on the quality of Garut rams frozen semen.
Key words: frozen semen, freezing capability, Garut ram, recovery rate
VARIASI INDIVIDU DALAM KEBERHASILAN PRODUKSI
SEMEN BEKU DOMBA GARUT
MULYANI NOFRIZA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba
Garut
Nama
: Mulyani Nofriza
NIM
: B04100044
Disetujui oleh
Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi
Pembimbing I
Drh Muchidin Noordin
Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono, MSi PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-Oktober 2013 di Balai
Inseminasi Buatan Lembang ini ialah pembekuan semen, dengan judul Variasi
Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba Garut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
1. Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung beserta seluruh staf BIB
yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data dan
pengolahan semen.
2. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini MSi selaku pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan sangat sabar hingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan dan bapak Drh Muchidin Noordin sebagai pembimbing II.
3. Ibu Dr Drh Risa Tiuria Ms PhD yang telah sabar menjadi pembimbing
akademik penulis dan kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu
yang sangat berarti kepada penulis selama
menyelesaikan jenjang
pendidikan S1 di FKH IPB
4. Mama, Papa, serta seluruh keluarga, terima kasih atas segala do’a,
dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis.
5. Rekan-rekan sepenelitian I Nengah Donny Artika dan Nurul Hafsari yang
telah menemani penulis melewati masa-masa sulit selama penelitian sampai
karya tulis ini berhasil diselesaikan.
6. Terima kasih kepada keluarga besar Acromion (FKH 47) yang telah
mawarnai dan memberi kenangan indah selama penulis menempuh
pendidikan S1 di FHK IPB.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Taufiq Hidayat yang telah
memberi dukungan dan motivasi kepada penulis. Ni Nengah Yogiswari
Resyana, Ansenora Bekris Siburian dan Putri Ekandini yang telah menjadi
sahabat yang sangat baik dan menghibur, keluarga besar kontrakan Hade
dan Green house yang telah sabar mendengar keluh kesah dan memberikan
masukan pada penulis.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam memberikan masukan dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis ucapkan
terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Mulyani Nofriza
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
5
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
7
Kualitas Semen Segar Domba Garut
7
Kualitas Semen Beku Domba Garut
8
SIMPULAN DAN SARAN
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL
1 Kualitas semen segar domba (rerata±SD)
2 Motilitas dan recovery rate spermatozoa domba Garut (rerata±SD)
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Rerata gerak spermatozoa domba Garut
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Analisis semen segar domba Garut dengan oneway ANOVA
Uji lanjut Duncan analisis semen segar domba Garut
Analisis motilitas semen beku domba Garut dengan oneway ANOVA
Uji lanjut Duncan analisis motilitas semen beku domba Garut
13
15
17
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis hewan ternak yang banyak dipelihara
oleh peternak baik dalam skala besar maupun skala kecil. Salah satu domba asli
Indonesia yang memiliki adaptasi tinggi terhadap iklim Indonesia, terutama di
Jawa Barat adalah domba Priangan (domba Garut). Pejantan domba Garut
memiliki rerata berat badan antara 60 sampai dengan 80 kg, bahkan dapat
mencapai berat lebih dari 100 kg, sehingga dapat dikembangkan sebagai salah
satu sumber daging, selain sebagai domba aduan dalam kegiatan kebudayaan
masyarakat Jawa Barat. Potensi lain dari domba Garut sangat memungkinkan
untuk dijadikan sebagai sumber bibit dan donor semen dengan tujuan
memperbaiki peforma domba lokal lainnya melalui pendekatan teknologi
reproduksi, seperti inseminasi buatan (IB). Penerapan IB pada domba dapat
menjadi solusi bagi penyediaan bibit unggul di Indonesia.
Teknologi IB pada domba belum begitu populer seperti pada ternak sapi.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak meratanya populasi domba di
Indonesia, faktor teknis pelaksanaan IB yang lebih sulit (terutama kesulitan saat
pendeposisian semen melewati cervix) dibandingkan dengan sapi, serta
penyediaan semen beku domba yang relatif sedikit dengan kualitas yang rendah.
Keberhasilan IB dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor
sumber daya manusia (SDM), faktor betina, dan faktor pejantan. Faktor pejantan
ini menjadi tanggung jawab Balai Inseminasi Buatan (BIB), seperti kualitas semen
beku yang digunakan. Pengujian kualitas semen beku berdasarkan Badan
Standardisasi Nasional (BSN 2005), hanya diuji motilitas dan scoring
individunya. Kemampuan fertilisasi dari semen selain motilitas dan scoring
individu juga ditentukan oleh total number motile sperm yang terkandung dalam
straw yang diinseminasikan (Colenbrander et al. 2003). Penyebab utama
rendahnya kualitas semen beku domba adalah proses pembekuan.
Pengolahan semen beku merupakan salah satu tahap kritis dalam rangkaian
pelaksanaan program IB. Proses pembekuan menyebabkan kerusakan sel yang
bersifat irreversible pada bagian membran plasma (Holt 2000; Lemma 2011),
terutama pada tudung akrosom (Purdy 2006). Kerusakan pada struktur tersebut
disebabkan oleh kristal es yang terbentuk selama pembekuan (Holt 2000; Lemma
2011; Martinez dan Wallgren 2011) serta perubahan komponen penyusun yang
menurunkan fungsi dari membran plasma (Lemma 2011) sehingga kualitas frozenthawed spermatozoa menurun.
Spermatozoa pada setiap hewan memiliki komposisi membran yang
berbeda, sehingga akan memengaruhi kemampuan membran tersebut untuk
bertahan terhadap proses pembekuan (freezing capability). Arifiantini et al. (2014)
melaporkan adanya pengaruh individu dalam freezing capability pada kambing
Peranakan Etawa. Perbedaan komposisi membran setiap individu, memungkinkan
adanya pengaruh individu terhadap keberhasilan produksi semen beku pada
domba Garut.
2
Perumusan Masalah
Kegagalan suatu inseminasi buatan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
di antaranya adalah faktor spermatozoa yang diinseminasikan. Setiap individu
mempunyai komposisi membran plasma spermatozoa yang berbeda. Keberhasilan
pembekuan akan dipengaruhi oleh kemampuan membran spermatozoa bertahan
terhadap proses pembekuan. Penelitian ini difokuskan untuk melihat pengaruh
variasi individu dalam keberhasilan pembekuan semen domba Garut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari adanya pengaruh
individu terhadap keberhasilan produksi semen beku pada domba Garut.
.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menentukan syarat minimal kualitas
semen segar domba Garut per individu agar bisa diproses lebih lanjut untuk
pembekuan dan proses inseminasi buatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Garut
Domba Garut (Priangan) yang terdapat di Jawa Barat termasuk kedalam
domba ekor tipis dan merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba
Merino dari Australia, dan Kaapstadt dari Afrika Selatan yang dilakukan pada
masa pemerintahan kolonial Belanda sekitar tahun 1800-an. Domba Garut
merupakan salah satu jenis domba profilik di daerah tropis sehingga memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan tropis di Indonesia, terutama di
Jawa Barat, serta memiliki badan yang lebih besar dibandingkan dengan domba
lokal lainnya. Domba Priangan ini dilaporkan memiliki kemampuan beranak
banyak dengan pertumbuhan yang relatif lebih baik (Mason 1980).
Domba Garut memiliki ciri-ciri: domba jantan bertanduk besar, melengkung
ke belakang dan berbentuk spiral, pangkal tanduk kiri dan kanan bersatu,
sedangkan domba betina tidak bertanduk, ekor pendek dengan bagian pangkal
agak besar. Domba Garut memiliki berat badan relatif lebih tinggi dari domba
lokal lainnya, betina dewasa memiliki berat 30-50 kg, pejantan dewasa memiliki
berat 60-80 kg bahkan dapat mencapai lebih dari 100 kg (Rizal 2005).
Fisiologis Semen Domba
Semen terdiri dari dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa.
Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar
assesoris (kelenjar vesikularis dan prostata) dan sebagian kecil disekresikan oleh
3
testes (Garner dan Hafez 2000). Semen domba Garut memiliki volume yang
rendah namun dengan konsentrasi yang tinggi. Komposisi kimia plasma semen
domba adalah; protein 5000, fruktosa 250, asam sitrat 110-260, natrium 178,
kalium 155, kalsium 6, magnesium 6, dan klorida 86 mg/100 ml (Garner dan
Hafez 2000). Komposisi kimia plasma semen domba Garut adalah; lemak 220,
protein 4.140, karbohidrat 800, fruktosa 180, glukosa 5.6, manosa 2.8, maltotriosa
40, vitamin C 3.2, vitamin E 24, natrium 180, kalium 117, kalsium 9, magnesium
6.12, fosfat 60, klorida 104, dan mangan 5 mg/100 ml (Rizal et al. 2003b).
Spermatozoa dihasilkan melalui proses spermatogenesis di dalam testes,
kemudian mengalami pematangan lebih lanjut dalam epididimis dan disimpan
sampai terjadinya proses ejakulasi. Spermatozoa normal terdiri dari kepala dan
ekor, kepala berbentuk oval memanjang lebar dan datar, berisi materi inti dan
kromosom yang mengandung DNA yang bersenyawa dengan protein untuk
pembawa informasi genetik (Garner dan Hafez 2000).
Sifat Fisik Semen Domba
Sifat fisik semen dapat dilihat dari warna, volume, kekentalan, pH,
konsentrasi, gerakan massa, motilitas, viabilitas (hidup/mati), morfologi
(normalitas dan abnormalitas spermatozoa), keutuhan plasma membran dan
tudung akrosom. Volume semen segar domba bervariasi. Menurut Garner dan
Hafez (2000), volume semen domba per ejakulasi berkisar antara 0.8-1.2 mL.
Pada domba Garut volume semen per ejakulat adalah 0.76 mL (Inounu 2001),
0.99 mL (Rizal et al. 2003b), 0.82 mL (Herdis et al. 2005) dan 1.1 mL (Rizal
2006). Menurut Sugiarti et al. (2004), selain dipengaruhi oleh bangsa, umur,
ukuran badan, pakan, dan frekuensi penampungan, volume semen pada jenis
ternak yang sama juga dipengaruhi oleh teknik dan metode penampungan.
Warna semen domba Garut rata-rata krem dengan konsistensi kental (Rizal
et al. 2003b; Herdis 2005). Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh pada
spermatozoa. Spermatozoa akan mengalami kematian apabila pH tinggi atau
rendah. pH semen domba rata-rata 5.8-7.3 (Garner dan Hafez 2000), pH semen
domba Garut adalah 7.07 dengan kisaran 6.8-7.2 (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005;
Rizal 2006).
Motilitas spermatozoa domba Garut rata-rata 74.17% sampai dengan
76.67% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005). Menurut Hafez dan Hafez (2000),
faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur spermatozoa,
maturasi spermatozoa, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan
fisiologik, cairan suspensi. Persentase spermatozoa hidup pada domba Garut
berkisar antara 85.67% sampai dengan 87.33% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005;
Rizal 2006). Abnormalitas spermatozoa domba Garut adalah 2.40% sampai
dengan 9% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005; Rizal et al. 2006). Toelihere (1993),
menyatakan bahwa semen domba yang baik memiliki spermatozoa abnormal tidak
lebih dari 14%.
Menurut Garner dan Hafez (2000), konsentrasi spermatozoa domba rata-rata
2000-3000 juta/mL. Pada domba Garut konsentrasi spermatozoa sangat tinggi
berkisar antara 3224 juta/mL (Rizal et al. 2003b) sampai dengan 3803 juta/mL
(Herdis 2005; Rizal 2006). Semakin kental semen yang dihasilkan oleh ternak,
maka konsentrasi akan semakin tinggi dan warna akan semakin pekat.
4
Koleksi Semen
Koleksi semen dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni: dengan
menggunakan vagina buatan, elektroejakulator, dan pemijitan (masase) (Rizal dan
Herdis 2008). Metode masase tidak dapat diaplikasikan dalam penampungan
semen domba. Metode yang paling populer adalah menggunakan vagina buatan.
Selain mudah dilakukan, kualitas semen yang dihasilkan lebih baik dan lebih
bersih, serta penggunaan vagina buatan membuat perilaku reproduksi alami ternak
tetap dapat diterapkan (Rizal dan Herdis 2008). Vagina buatan terdiri atas silinder
karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis (inner liner) dan
merupakan kantong yang dapat diisi dengan air hangat. Pada salah satu ujung
dipasang karet berbentuk corong yang dihubungkan dengan tabung penampung
semen. Vagina buatan diisi air hangat dan dibagian dalam diberi pelicin. Vagina
buatan yang digunakan sebaiknya memiliki suhu pada bagian dalam sekitar 40
sampai 42 °C (Hafez dan Hafez 2000).
Pengencer Semen
Beberapa pengencer yang sering digunakan di Balai Inseminasi Buatan
(BIB), baik di dalam maupun luar negeri adalah pengencer tris, natrium sitrat,
susu skim, susu segar, laktosa, dan beberapa pengencer komersial (siap pakai),
seperti Biladyl®, Triladyl®, Laiciphos®, Biociphos plus®, dan AndroMed®
(Rizal dan Herdis 2008). Puspita (2002) dan Kristanto (2004), melaporkan bahwa
pengencer dasar tris dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa lebih baik
dari pada pengencer sitrat maupun susu skim pada pengenceran semen domba
Garut. Aku (2005), melaporkan konsentrasi 25% AndroMed® sebagai bahan
pengencer menghasilkan kualitas semen cair domba Garut terbaik sampai jam ke84.
Pengencer AndroMed® diproduksi oleh perusahaan Minitũb Germany
dengan sumber lesitin yang berasal dari kacang kedele. Lesitin (Phosphatydil
choline) merupakan salah satu komponen utama dari phospholipid yang terdapat
dalam spermatozoa. Shurtleff dan Aoyagi (2004), melaporkan bahwa kacang
kedele yang belum maupun yang sudah mengalami penyulingan memiliki
kandungan phospolipid antara lain phosphatidyl choline 17.5 dan 23%,
phosphatidyl ethanolamine 15.0 dan 20%, glikolipid 13 sampai 16%, phospolipid
lainnya 14 sampai 18% dan trigliserida 2 sampai 4%. Selain itu, hasil penilitian
Rothe (2003), menunjukkan bahwa pengencer AndroMed® memperlihatkan
kualitas spermatozoa setelah thawing yang lebih baik dibandingkan dengan
pengencer Biochipos plus® dan Bioxcell®.
Kriopreservasi Semen
Kriopreservasi merupakan teknik penyimpanan semen dalam bentuk beku.
Dalam proses pembuatan semen beku, pengencer semen harus ditambahkan
dengan senyawa khusus yang disebut krioprotektan. Martinez dan Wallgren
(2011) menyatakan bahwa penambahan krioprotektan menyebabkan konsentrasi
air ekstraseluler lebih tinggi, sehingga air intraseluler dari spermatozoa akan
keluar menuju medium. Hal ini menyebabkan spermatozoa akan mengalami
dehidrasi selama proses pembekuan. Tanpa penambahan krioprotektan ini,
5
spermatozoa yang telah dibekukan akan mengalami kematian, karena saat proses
pembekuan akan terbentuk kristal-kristal es di dalam maupun luar spermatozoa
yang akan menyebabkan kerusakan struktur membran plasma dan mitokondria
(Holt 2000; Lemma 2011; Martinez dan Wallgren 2011), serta terjadi peningkatan
konsentrasi elektrolit di dalam sel spermatozoa (Rizal dan Herdis 2008).
Krioprotektan intraseluler yang paling umum digunakan adalah gliserol,
sedangkan krioprotektan ekstraseluler adalah lipoprotein dan protein (di dalam
susu pengencer dan kuning telur) dan berbagai macam gula. Gliserol memiliki
sifat larut lemak sehingga dapat langsung masuk ke sel menembus membran
plasma (Rizal dan Herdis 2008). Mustafa dan Dermici (2004), melaporkan
penggunaan 5% gliserol dalam pengencer tris menghasilkan kualitas spermatozoa
domba Akkaraman lebih baik setelah pengenceran dan thawing. Hasil tersebut
memperkuat laporan dari Rizal et al. (2003a) bahwa konsentrasi 5% gliserol
dalam pengencer tris merupakan dosis optimal untuk mempertahankan kualitas
semen beku domba Garut.
METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Semen Beku Balai
Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung dari bulan Juli sampai Oktober 2013.
Sumber Semen
Semen diperoleh dari 4 ekor domba jantan (Sinta, Wulung, Jabar, Batara)
yang sudah dewasa kelamin (umur 2-3 tahun) dengan kondisi tubuh dan libido
yang baik. Domba tersebut dipelihara secara individu dan diberi pakan dengan
diet harian yang sama, yaitu 1 kg konsentrat, 8 kg hijauan, 1 kg kacang-kacangan,
dan air minum secukupnya.
Koleksi Semen dan Pengujian Kualitas Semen Segar
Koleksi semen segar dilakukan pada pagi hari menggunakan vagina buatan
dua kali dalam seminggu sesuai dengan protokol yang dilakukan di BIB Lembang.
Setelah koleksi semen segar diperoleh, segera dilakukan uji kualitas. Pengujian
dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Uji makroskopis dilakukan secara
visual meliputi volume, yaitu dengan melihat skala pada tabung penampung
semen. Warna dengan melihat warna semen (semen domba normal berwarna
krem). Konsistensi (kekentalan) semen, dinilai dengan cara memiringkan tabung
yang berisi semen dan mengembalikan pada posisi semula. Derajat keasaman
(pH), dinilai dengan menggunakan pH meter.
Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang
dilengkapi dengan heating table pada suhu 37 °C agar gerak spermatozoa optimal.
Evaluasi yang dilakukan adalah gerakan massa (gelombang). Pengamatan
dilakukan dengan meletakkan satu tetes semen pada gelas objek dan diamati
dengan pembesaran 10x10. Motilitas spermatozoa/gerakan individu dilakukan
dengan cara meletakkan satu tetes semen pada gelas objek yang ditambahkan
larutan fisiologis (NaCl 0.9%) 1:8-10 tetes, lalu dihomogenkan, diambil satu tetes,
6
dipindahkan ke gelas objek yang lain dan ditutup dengan gelas penutup.
Kemudian diamati pada mikroskop dengan pembesaran 10x40. Uji mikroskopis
lainnya yaitu menghitung konsentrasi spermatozoa menggunakan photometer
SDM 5.
Pengolahan Semen
Pengencer yang digunakan yaitu pengencer paten Andromed® (Minitub
Germany). Sebanyak 20 mL andromed diencerkan dengan aquadest 80 mL,
kemudian dihangatkan pada water bath (35 °C). Pengenceran dilakukan dengan
cara menambahkan larutan pengencer secara perlahan-lahan dalam jumlah sedikit
demi sedikit melewati dinding tabung berisi semen, kemudian tabung digoyanggoyang perlahan agar semen dan larutan pengencer tercampur homogen.
Rumus Pengenceran =
Keterangan
VS
KS
PSM
VK
DI
: Volume semen
: Konsentrasi spermatozoa
: Persentase spermatozoa motil
: Volume kemasan
: Dosis IB (50 juta)
Setelah diencerkan, semen diekuilibrasi dalam cooling cabinet suhu 5 oC
selama 4 jam. Ekuilibrasi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya cold shock
pada spermatozoa saat proses pembekuan. Selanjutnya semen dikemas dalam mini
straw ukuran 0.25 mL, menggunakan automatic filling and sealing machine.
Setelah itu semen dibekukan menggunakan automatic freezing machine, selama 9
menit. Straw yang sudah beku dimasukkan ke goblet dan kanister di dalam
kontainer nitrogen cair (-196 oC) untuk pengujian lebih lanjut.
Pengujian Kualitas Semen
Pengujian motilitas spermatozoa selain pada semen segar, juga dilakukan
setelah ekuilibrasi atau pre-freezing dan setelah dicairkan kembali (thawing).
Pengujian post thawing motility (PTM), dilakukan 24 jam setelah pembekuan.
Straw di-thawing dengan cara memasukkan dalam air suhu 37 °C selama 30 detik.
Kemudian diamati motilitas dan gerakan spermatozoa maju ke depan (velocity)
dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan heating table.
Prosedur Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 16.0 dengan uji ANOVA
satu arah. Jika ada perbedaan, dilanjutkan dengan uji Duncan. Data disajikan
dalam bentuk rerata±SD.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Semen Segar Domba Garut
Semen yang memiliki konsentrasi tinggi, persentase motilitas tinggi dengan
morfologi normal merupakan pilihan yang tepat untuk diproses menjadi semen
beku (Roca et al. 2006). Pada penelitian ini, kualitas semen antar individu domba
berbeda-beda. Jabar merupakan domba Garut yang memiliki volume semen paling
tinggi mencapai 3.08±0.47 mL, sedangkan Sinta memiliki volume yang paling
rendah yaitu hanya 1.96±0.51 mL (Tabel 1). Volume semen domba Garut
umumnya adalah 3.76 mL per ejakulat (Herdis et al. 2003).
Volume domba Garut secara umum memang lebih tinggi dibandingkan
volume semen domba lainnya, domba lokal seperti domba ekor gemuk hanya
memiliki volume 0.1-0.4 mL (Wijono 1997), demikian juga volume semen domba
Konya Merino hanya 1.1 mL (Kaya et al. 2002) dan domba St Croix 1.66 mL
(Feradis 1999). Derajat keasaman (pH) antar pejantan tidak berbeda antara 6.65
sampai dengan 6.74, pH ini termasuk dalam kisaran normal domba menurut
Garner dan Hafez (2000), yaitu 5.8-7.3, berwarna krem dengan konsistensi yang
kental. Warna semen keempat individu domba dalam penelitian ini adalah krem
dengan konsistensi kental.
Tabel 1 Kualitas semen segar domba (rerata±SD)
Parameter
Makroskopis
Volume (mL)
pH
Nama Domba
Sinta
Wulung
Jabar
1.96±0.51a
2.43±0.72ab
3.08±0.47c
2.60±0.80bc
6.65±0.21a
6.66±0.19a
6.74±0.26a
6.72±0.30a
Warna
Krem
Konsistensi
Mikroskopis
Gerakan masa
Batara
Kental
2.00±0.00ab
2.25±0.45b
2.17±0.41ab 1.90±0.32a
Motilitas spermatozoa (%) 79.29±4.75ab
82.50±4.52b 81.67±5.16b 75.50±6.43a
Konsentrasi
2241.43±
2360.00±
2460.00± 2067.00±
spermatozoa (juta/mL)
146.23ab
158.40bc
273.64c 202.39a
Penilaian gerakan masa (0-3); 0 tidak ada gerakan masa, 1 buruk, 2 sedang dan 3 bagus
Huruf superscripts yang berbeda dalam baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji
selang berganda Duncan)
Secara mikroskopis domba Wulung menunjukkan gerakan massa yang
paling tinggi yaitu 2.25±0.45, sedangkan Batara yang paling rendah hanya
1.90±0.32. Motilitas spermatozoa antara domba Wulung dan Jabar tidak berbeda
yaitu 82.50±4.52% dan 81.67±5.16%, lebih tinggi dari Batara 75.50±6.43%.
Secara keseluruhan motilitas spermatozoa dari keempat domba Garut yang diuji
sangat bagus dan layak untuk dibekukan. Menurut Herdis et al. (2005) motilitas
spermatozoa domba Garut adalah 74.17% dan secara umum domba yang normal
memiliki motilitas 60-80% (Garner dan Hafez 2000).
8
Konsentrasi spermatozoa domba Jabar (2460.00±273.64 juta per mL) paling
tinggi di antara ketiga domba lainnya (Tabel 1). Domba Garut menurut Herdis et
al. (2005) memiliki konsentrasi spermatozoa 3803 juta per mL, tetapi alat uji yang
digunakan berbeda. Dalam penelitian ini konsentrasi dihitung menggunakan
photometer SDM 5 sedangkan Herdis et al. (2005) menggunakan Neubauer
chamber. Konsentrasi spermatozoa domba pada umumnya berkisar antara 20003000 juta/mL (Garner dan Hafez 2000).
Kualitas Semen Beku Domba Garut
Kualitas semen beku domba Garut post thawing dinilai dari persentase
motilitas dan velocity. Motilitas spermatozoa post thawing menunjukkan kualitas
yang sedang, yaitu antara 40.00±0.00 sampai 41.67±2.58%. Tidak ada perbedaan
post thawing motility (PTM) spermatozoa dari keempat domba yang diuji.
Motilitas spermatozoa pada saat pre freezing antara 60.83±2.04 sampai
62.14±3.23% (Tabel 2), tidak ada perbedaan pre freezing motility pada
spermatozoa dari keempat domba yang diuji. Penurunan motilitas dari pre
freezing ke PTM sekitar 22.14%.
Prosedur pembekuan dan pencairan kembali semen beku menurunkan
motilitas spermatozoa antara 35.5 sampai 42.5% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan
yang dilaporkan oleh Holt (2000), Rizal (2005), Lemma (2011), dan Arifiantini et
al. (2014) yang menyatakan bahwa proses pembekuan dan thawing menyebabkan
kerusakan spermatozoa sehingga menurunkan kualitas semen post thawing.
Tabel 2 Motilitas dan recovery rate spermatozoa domba Garut (rerata±SD)
Semen Segar
Motilitas (%)
Pre Freezing
Post Thawing
Sinta
79.29±4.75ab
62.14±3.23a
40.36±1.34a
51.07±3.53ab
Wulung
82.50±4.52b
61.82±3.37a
40.00±0.00a
48.49±2.72a
Jabar
81.67±5.16b
60.83±2.04a
41.67±2.58ab
51.11±3.21ab
Batara
75.50±6.43a
61.11±2.20a
40.00±0.00a
53.39±5.57b
Nama
Domba
Recovery
Rate (%)
Huruf superscripts yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji
selang berganda Duncan)
Indikator keberhasilan pembekuan semen dapat dilihat dari motilitas
spermatozoa setelah pencairan kembali (PTM). Pada penelitian ini, motilitas
spermatozoa post thawing antara 40.00 sampai dengan 41.67±2.58%. Nilai ini
sudah cukup baik mengingat konsentrasi spermatozoa per straw adalah 50 juta sel
sehingga 40% spermatozoa motil menunjukkan bahwa ada sekitar 20 juta sel
spermatozoa yang mampu membuahi ovum.
Indikator lain dari keberhasilan pembekuan semen adalah recovery rate
(RR) yaitu jumlah spermatozoa yang berhasil pulih kembali setelah pembekuan
yang dihitung dengan cara membandingkan antara motilitas semen segar dengan
motilitas semen post thawing. Pada penelitian ini RR tertinggi ditunjukkan oleh
domba Batara dengan nilai RR 53.39±5.57%. Domba ini meskipun motilitas
spermatozoa pada semen segar paling rendah yaitu hanya 75.50±6.43% tetapi
menunjukkan motilitas post thawing 40.00±0.00% sama dengan nilai PTM
9
domba Wulung yang awalnya menunjukkan motilitas spermatozoa paling tinggi
82.50±4.52%.
Recovery rate domba Wulung menunjukkan hasil yang paling rendah
dibandingkan dengan individu lain yaitu 48.49±2.72%. Kemampuan spermatozoa
dalam bertahan hidup setelah pembekuan dan thawing juga telah dilakukan pada
kuda jantan (Sieme et al. 2008), biri-biri (D’Alessandro et al. 2003), dan babi
(Thurson et al. 2002). Perbedaan spermatozoa dalam kemampuan bertahan hidup
tiap individu berbeda-beda, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik
masing-masing individu. Thurson et al. (2002), telah mengidentifikasi baik atau
buruknya kualitas spermaozoa post thawing pada babi berdasarkan perbedaan
urutan DNA spesifik.
Selain PTM, kualitas semen beku juga dapat dinilai dari kecepatan
spermatozoa bergerak maju ke depan/velocity (Gambar 1).
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Sinta
Wulung
Jabar
Bantara
Gambar 1 Rerata gerak spermatozoa domba Garut
Semen segar
Pre-freezing
PTM
Domba Wulung menunjukkan rerata velocity paling tinggi pada semen segar
(4.27), begitu pula pada saat post thawing (2.91). Velocity pada saat pre freezing
cukup baik (3.00) dan tidak ada perbedaan pada tiap individu. Gerakan
spermatozoa maju ke depan terburuk pada semen segar ditunjukkan oleh domba
Batara (3.89), namun pada saat post thawing menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan domba Wulung yaitu 2.89. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan bertahan spermatozoa domba Batara sangat baik untuk
mempertahankan dan meningkatkan kecepatan spermatozoa bergerak maju ke
depan/velocity. Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas semen beku pada domba
Garut dipengaruhi oleh individu domba. Syarat motilitas awal untuk dapat
dibekukan tidak dapat disamaratakan antar individu, harus ditentukan dari
recovery rate masing-masing individu domba.
10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Keberhasilan produksi semen beku pada domba Garut dipengaruhi oleh
individu domba. Syarat motilitas awal semen untuk dibekukan tidak dapat
disamaratakan antar individu, harus ditentukan dari recovery rate masing-masing
individu domba. Semen domba Batara paling tahan dibekukan dengan rerata
recovery rate sebesar 53.39%.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah dilakukannya
penelitian lebih lanjut tentang kualitas spermatozoa post thawing pada domba
Garut menggunakan berbagai macam bahan pengencer.
DAFTAR PUSTAKA
Aku AS. 2005. Preservasi dan Kriopreservasi Semen Domba Garut (Ovis aries)
dalam Berbagai Konsentrasi Bahan Pengencer Berbasis Lesitin Nabati (Tesis).
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Arifiantini RI, Nally WMM, Susnawati T, Rochmiati E. 2014. Individual
Variation on the Sperm Freezing Capability of Etawah Grade. The 2nd AsianAustralasian Dairy Goat Conference. PP:127-130.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. [SNI 01-4869.1-2005]. Standar
Nasional Indonesia Semen Beku Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Colenbrander B, Gadella BM, Stout TAE. 2003. The Predictive Value of Semen
Analysis in the Evaluation of Stallion Fertility. Reprod Domest Anim. 38:305311.
D’Alessandro AG, Martemucci G. 2003. Evaluation of Seasonal Variations of
Semen Freezability in Leccese Ram. Anim Reprod Sci. 79:93-102
Feradis. 1999. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan
Metode Sinkronisasi Estrus pada Program Inseminasi Buatan Domba St Croix
(Disertasi). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Hafez ESE,
B Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Baltimore: Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia. PP:96-109.
Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th edition. Baltimore:
Lippincott Williams & Wilkins.
Herdis. 2005. Optimalisasi Jenis Pengencer dan Dosis Gliserol pada Proses
Pembekuan Semen Domba Garut (Ovis aries) (Disertasi). Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwaritara B, Adikara RTS. 2003. Integritas
dan Daya Hidup Spermatozoa pada Pembekuan Semen Domba Garut (Ovis
11
aries) dengan Pengencer Dasar Tris dan Susu Skim Kuning Telur. JSTI.
2(3):62-68.
Herdis, Rizal M, Boediono A, Arifiantini RI, Saili T, Aku AS, Yulnawati. 2005.
Optimasi Kualitas Semen Beku Domba Garut Melalui Penambahan Trehalosa
ke dalam Pengencer Kuning Telur. JPPT. 30(4):229-236.
Holt WV. 2000. Basic Aspects of Frozen Storage Semen. J Anim Sci. 62:3-22.
Inounu I, Hidajati N, Jarmani SN, Priyantov, Hastono, Setiadi B, Subandrio. 2001.
Interaksi Genotipe dan Lingkungan Domba Eksotik dengan Domba Lokal pada
Beberapa Lokasi Pengamatan (Evaluasi Kualitas Semen Domba Hasil
Persilangan). Di dalam: Rekayasa Teknologi Peternakan/ARMP-II; Prosiding
Penelitian, Bogor: Departemen Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Hal:64-73.
Kaya, Aksoy AM, Tekeli T. 2002. Influence of Ejaculation Frequency on Sperm
Characteristics, Ionic Composition and Enzymatic Activity of Seminal Plasma
in Rams. Small Rum. Res. 44:153-158.
Kristanto T. 2004. Peranan Gliserol dan Fetal Bovine Serum dalam Pengencer
Tris Kuning Telur terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Skripsi).
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Lemma A. 2011. Effect of Cryopresenvation on Sperm Quality and Fertility. Di
dalam: Hanafi M. Editor. Artificial Insemination in Farm Animals. Croatia (R):
Intech.
Martinez HR, Wallgren M. 2011. Advances in Boar Semen Cryopreservation. Ved
Med Int. doi: 10.4061/2011/396181.
Mason IL. 1980. Profilic Tropical Sheep. FAO Animal Production and Healt
Paper No 17. Rome: FAO.
Mustafa S, Demirci E. 2004. The Effect Ascorbic Acid on the Freezability of Ram
Semen Diluted with Extender Containing Different Proportion of Glycerol. Tur
J Ve. Anim Sci. 28:893-899.
Purdy PH. 2006. A Review on Goat Sperm Cryopreservation. Small Rumin Res.
63:215-225.
Puspita RN. 2002. Pengaruh Perbedaan Jenis Pengencer terhadap Kualitas Semen
Cair Domba Garut (Skripsi). Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Rizal M. 2005. Fertilitas Spermatozoa Ejakulat dan Epididimis Domba Garut
Hasil Kriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer dengan Berbagai
Krioprotektan dan Antioksidan (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Rizal M. 2006. Pengaruh Penambahan Laktosa di dalam Pengencer Tris terhadap
Kualitas Semen Cair Domba Garut. J Indon Trop Anim Agric. 31(4):224-231.
Rizal M dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Jakarta: Rineka Cipta.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Situmorang P. 2003a. Kualitas
Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV.
7(3):194-199.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Situmorang P. 2003b.
Karakteristik Penampilan Reproduksi Pejantan Domba Garut. JITV. 8(2):134140.
Roca J, Hernandez M, Cavajal G, Vazquez JM, Martinez EA. 2006. Factor
Influencing Boar Sperm Cryopsurvival. J Anim Sci. 84:2692-2699
12
Rothe NHI. 2003. Insemination of Cryopreserved Bull Semen Portion with Sperm
Numbers after Dilution with Two Egg Yolk-free Extenders. In Procceding:
European Al Vets Meeting Cattle Sission; Budapest (Hungary). PP:14-23.
Shurtleff W, Aoyagi A. 2004. Soyfoods Center: A Chapter from the Unpublished
Manuscript, History of Soybeans and Soyfoods: 1100 B.C. to the 1980s.
Lafayette, California.
Sieme H, Harrison RAP, Petrunkina AM. 2008. Cryobiological Determinants of
Frozen Semen Quality, with Special Reference to Stallion. Anim Reprod Sci.
107:276-292.
Sugiarti T, Triwulannningsih E, Situmorang P, Sianturi RG, Kusumaningrum DA.
2004. Penggunaan Katalase dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Hal:215-220.
Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Di dalam: M Rizal.
Pengaruh Penambahan Laktosa di dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas
Semen Cair Domba Garut. 2006. J Indon Trop Anim Agric. 31(4):224-231.
Thurson LM, Watson PF, Holt WV. 2002. Semen Cryopreservation: a Genetic
Explanation for Species and Individual Variation?. Cryo Letters. 23(4):157-162.
Wijono, BB. 1997. Efisiensi Penggunaan Jantan Pemecak Domba Ekor Gemuk
sebagai Sumber Bibit. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor,
Jilid II. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Hal:463-468.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis semen segar domba Garut dengan one way ANOVA
Penggunaan ANOVA satu arah dikarenakan hanya ada 1 faktor independen,
yaitu individu domba.
Untuk analisis, nama domba diganti menjadi nomor sebagai berikut:
1 = Sinta
2 = Wulung
3 = Jabar
4 = Bantara
Hasil analisis menggunakan SPSS sebagai berikut
ONEWAY
Descriptives
N
Volume
Motilitas
Gerak
Consent
pH
RR
Mean
Std.
Deviation
95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Min
Max
1
14
1.9643
.50817
.13582
1.6709
2.2577
1.25
2.75
2
12
2.4250
.71621
.20675
1.9699
2.8801
1.25
3.60
3
6
3.0833
.46547
.19003
2.5948
3.5718
2.25
3.50
4
10
2.6000
.80104
.25331
2.0270
3.1730
1.25
3.50
Total
42
2.4071
.72789
.11232
2.1803
2.6340
1.25
3.60
1
14
79.2857
4.74631
1.26851
76.5453
82.0262
70.00
85.00
2
12
82.5000
4.52267
1.30558
79.6264
85.3736
75.00
90.00
3
6
81.6667
5.16398
2.10819
76.2474
87.0859
75.00
90.00
4
10
75.5000
6.43342
2.03443
70.8978
80.1022
60.00
80.00
Total
42
79.6429
5.67331
.87541
77.8749
81.4108
60.00
90.00
1
14
2.0000
.00000
.00000
2.0000
2.0000
2.00
2.00
2
12
2.2500
.45227
.13056
1.9626
2.5374
2.00
3.00
3
6
2.1667
.40825
.16667
1.7382
2.5951
2.00
3.00
4
10
1.9000
.31623
.10000
1.6738
2.1262
1.00
2.00
Total
42
2.0714
.34165
.05272
1.9650
2.1779
1.00
3.00
1
14 2.2414E3
146.22728
39.08088
2156.9995
2325.8577 2040.00 2520.00
2
12 2.3600E3
158.40110
3
6 2.4600E3
4
45.72646
2259.3567
2460.6433 2100.00 2700.00
273.64210 1.11714E2
2172.8302
2747.1698 2040.00 2820.00
10 2.0760E3
202.38577
64.00000
1931.2219
2220.7781 1800.00 2400.00
Total
42 2.2671E3
220.76680
34.06506
2198.3471
2335.9386 1800.00 2820.00
1
14
6.6536
.20861
.05575
6.5331
6.7740
6.42
7.10
2
12
6.6558
.18942
.05468
6.5355
6.7762
6.48
7.10
3
6
6.7367
.25742
.10509
6.4665
7.0068
6.51
7.08
4
10
6.7240
.29752
.09408
6.5112
6.9368
6.42
7.15
Total
42
6.6829
.22865
.03528
6.6116
6.7541
6.42
7.15
1
14
51.0747
3.53006
.94345
49.0365
53.1129
47.06
57.14
2
12
48.6166
2.62547
.75791
46.9484
50.2847
44.44
53.33
3
6
51.1070
3.20846
1.30985
47.7400
54.4741
47.06
56.25
4
8
53.8095
5.79311
2.04817
48.9664
58.6527
50.00
66.67
40
50.8891
4.09873
.64807
49.5782
52.1999
44.44
66.67
Total
14
Interpretasi hasil uji descriptive:
Tabel deskriptif menunjukkan beberapa data seperti standar deviasi yang
menunjukkan bahwa semakin besar nilai standar deviasi maka semakin variatif
(ketidakseragaman) data yang diperoleh. Contohnya pada bagian volume, domba
Bantara (std.deviasi = 0,80104) menghasilkan volume yang paling tidak seragam
pada setiap ulangan pengambilan semen, volume semen terendah adalah 1,25 dan
tertinggi ialah 3,5 dengan rata-rata sebesar 2,6000.
ANOVA
Sum of
Squares
volume
Between Groups
3
1.955
15.858
38
.417
21.723
41
295.952
3
98.651
1023.690
38
26.939
1319.643
41
.802
3
.267
3.983
38
.105
4.786
41
701245.714
3
233748.571
1297011.429
38
34131.880
1998257.143
41
.055
3
.018
2.088
38
.055
2.143
41
Between Groups
130.971
3
43.657
Within Groups
524.213
36
14.561
655.184
39
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Gerak
Between Groups
Within Groups
Total
Consent
Between Groups
Within Groups
Total
pH
Between Groups
Within Groups
Total
RR
Mean Square
5.865
Within Groups
motilitas
df
Total
F
Sig.
4.685
.007
3.662
.021
2.552
.070
6.848
.001
.334
.801
2.998
.043
Interpretasi tabel uji ANOVA:
Pada bagian volume, F hitung sebesar 4,685 dengan sig. 0,007, sehingga
dapat disimpulkan bahwa volume antara ke-4 individu berbeda nyata. Pada bagian
gerak, nilai sig. ialah 0,070 sehingga menyatakan bahwa gerak antara ke-4
individu tersebut tidak berbeda nyata.
15
Lampiran 2 Uji lanjut Duncan analisis semen segar domba Garut
Homogeneous Subsets
volume
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
1
14
1.9643
2
12
2.4250
4
10
3
6
3
2.4250
2.6000
2.6000
3.0833
Sig.
.129
.559
.111
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk volume semen:
Perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari nilai harmonic mean yang
dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama atau berbeda.
Pada hasil uji volume, terdapat pebedaan yang signifikan pada ke-4 individu.
motilitas
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
75.5000
1
14
79.2857
3
6
81.6667
12
82.5000
2
Sig.
.120
79.2857
.211
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk motilitas semen:
Individu 1 dan 4 berbeda nyata, sedangkan individu 2 dan 3 berada pada
satu kolom yang sama dan tidak berbeda nyata.
16
Gerak
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
1.9000
1
14
2.0000
2.0000
3
6
2.1667
2.1667
2
12
2.2500
Sig.
.097
.120
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk gerak semen:
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara individu 1 dan 3 karena mereka
berada pada kolom yang sama. Sedangkan pada individu 2 dan 4 memiliki
perbedaan yang signifikan.
consent
Subset for alpha = 0.05
domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
2.0760E3
1
14
2.2414E3
2
12
3
6
Sig.
3
2.2414E3
2.3600E3
2.3600E3
2.4600E3
.058
.170
.246
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk konsentrasi semen:
Terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi semen ke-4 domba tersebut.
RR
Subset for alpha = 0.05
domba
a
Duncan
N
1
2
2
12
48.6166
1
14
51.0747
51.0747
3
6
51.1070
51.1070
4
8
Sig.
53.8095
.201
.160
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.960.
Interpretasi Uji Duncan untuk Recovery rate:
Individu 1 dan 3 tidak ada perbedaan nyata, sedangkan individu 2 dan 4
berbeda nyata.
17
Lampiran 3
Analisis motilitas semen beku domba Garut dengan Oneway
ANOVA
ONEWAY
Descriptives
N Mean
raw
1
2
3
4
Total
Std.
Deviati
on
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Error
Lower
Bound
Upper
Bound
14 79.2857 4.74631 1.26851 76.5453 82.0262
11 82.7273 4.67099 1.40836 79.5893 85.8653
6 81.6667 5.16398 2.10819 76.2474 87.0859
9 75.5556 6.82113 2.27371 70.3124 80.7987
40 79.7500 5.76795
.91199 77.9053 81.5947
Min
0.00
5.00
5.00
0.00
5.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Pre1
freezing
1
62.1429 3.23103 .86353 60.2773 64.0084
4
0.00
2
1
61.8182 3.37100 1.01639 59.5535 64.0828
1
0.00
3
4
Total
PTM
1
2
3
4
Total
RR
6 60.8333 2.04124 .83333 58.6912 62.9755
9 61.1111 2.20479 .73493 59.4164 62.8059
4
61.6250 2.86166 .45247 60.7098 62.5402
0
14 40.3571 1.33631 .35714 39.5856
41.1287
11 40.0000 .00000 .00000 40.0000
40.0000
6 41.6667 2.58199 1.05409 38.9570
44.3763
9 40.0000 .00000 .00000 40.0000
40.0000
Max
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
70.00
70.00
65.00
65.00
70.00
45.00
40.00
45.00
40.00
40 40.3750 1.33373 .21088 39.9485 40.8015 40.00 45.00
14 51.0743 3.52883 .94312 49.0368 53.1118 47.06 57.14
11 48.4900 2.71599 .81890 46.6654 50.3146 44.44 53.33
6 51.1067 3.20770 1.30954 47.7404 54.4729 47.06 56.25
9 53.3856 5.56651 1.85550 49.1068 57.6644 50.00 66.67
Total
40 50.8885 4.09863 .64805 49.5777 52.1993 44.44 66.67
Interpretasi hasil uji descriptive:
Tabel deskriptif menunjukkan beberapa data seperti standar deviasi yang
menunjukkan bahwa semakin besar nilai standar deviasi maka semakin variatif
(ketidakseragaman) data yang diperoleh.
18
ANOVA
Sum of
Squares
raw
Between Groups
RR
Mean Square
3
93.635
Within Groups
1016.595
36
28.239
Total
1297.500
39
10.302
3
3.434
Within Groups
309.073
36
8.585
Total
319.375
39
Between Groups
12.827
3
4.276
Within Groups
56.548
36
1.571
Total
69.375
39
Between Groups
120.167
3
40.056
Within Groups
534.985
36
14.861
Total
655.152
39
prefreezing Between Groups
PTM
df
280.905
F
Sig.
3.316
.031
.400
.754
2.722
.059
2.695
.060
Interpretasi hasil uji ANOVA:
Pada bagian raw (semen segar), F hitung sebesar 3.316 dengan sig. 0.031
menunjukkan bahwa motilitas semen segar ke-4 individu berbeda nyata (P0.05).
Lampiran 4 Uji lanjut Duncan analisis motilitas semen beku domba Garut
Homogeneous Subsets
raw
Duncan
Subset for alpha =
0.05
domba
N
1
2
4
9
75.5556
1
3
14
79.2857
6
81.6667
2
11
82.7273
Sig.
.143
79.2857
.201
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Interpretasi uji Duncan untuk motilias raw semen:
Perbedaan tiap individu dapat dilihat dari dari nilai harmonic mean yang
dihasilkan tiap individu berada dalam kolom subset yang sama atau berbeda. Pada
hasil uji raw semen, terdapat perbedaan yang signifikan pada individu 4 dengan
yang yang lainnya. Sedangkan individu 2 dan 3 tidak berbeda nyata.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talang Babungo pada tanggal 10 Novenber 1991
sebagai anak ke dua dari enam bersaudara dari pasangan Jufrizal dan Dasmurni.
Penulis mendapat pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Hiliran
Gumanti pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA
Negeri 1 Hiliran Gumanti pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB
(USMI) di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Pengantar Profesi Kedokteran Hewan 2012-2013. Penulis juga aktif di berbagai
organisasi di IPB antara lain: anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Agria Swara
(2010-sekarang), anggota Organisasi Mahasiswa Daerah IPB Ikatan Pelajar
Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor (2010-sekarang), anggotan Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (2011-2012) dan anggota Himpunan Profesi Satwa
Liar FKH IPB (2011-sekarang). Penulis pernah melakukan magang di Pusat
Konservasi Gajah Sumatra di Way Kambas, Lampung Timur. Penulis juga aktif
berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Institut
Pertanian Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, penulis
menyusun skripsi berjudul “Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen
Beku Domba Garut” di bawah bimbingan Prof Dr Dra R Iis Arifiantini MSi dan
Drh Muchidin Noordin.
SEMEN BEKU DOMBA GARUT
MULYANI NOFRIZA
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Variasi Individu dalam
Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba Garut adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mulyani Nofriza
NIM B04100044
ABSTRAK
MULYANI NOFRIZA. Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen
Beku Domba Garut. Dibimbing oleh R IIS ARIFIANTINI dan MUCHIDIN
NOORDIN.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari variasi individu dalam
keberhasilan produksi semen beku domba Garut. Semen diperoleh dari empat ekor
domba Garut yang telah dewasa kelamin (Sinta, Wulung, Jabar, Batara), milik
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung. Semen dikoleksi dengan
menggunakan vagina buatan dan dievaluasi secara makro- dan mikroskopis.
Semen diencerkan dengan menggunakan pengencer paten Andromed®,
diekuilibrasi, dikemas dalam straw ukuran 0.25 mL, dan dibekukan diatas uap
nitrogen cair sesuai dengan standar prosedur BIB. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan adanya perbedaan kualitas semen segar tiap individu domba.
Wulung menunjukkan motilitas semen segar paling tinggi (82.50%), berbeda
nyata dengan Batara yang menunjukkan motilitas semen segar paling rendah
(75.50%). Tidak ada perbedaan post thawing motility (PTM) pada semua domba.
PTM berada antara 40.00-41.67%. Recovery rate spermatozoa domba Batara
paling tinggi dibandingkan dengan yang lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
variasi individu mempengaruhi kualitas semen beku domba Garut.
Kata kunci: semen beku, kemampuan pembekuan, domba Garut, tingkat
pemulihan
ABSTRACT
MULYANI NOFRIZA. Individual Variation on the Success of Garut Ram Frozen
Semen Production. Supervised by R IIS ARIFIANTINI and MUCHIDIN
NOORDIN.
This research aims to study the individual variation on the successful Garut
ram frozen semen production. The semen obtained from four sexuality mature
Garut ram (Sinta, Wulung, Jabar, Batara), belong to Artificial Insemination Centre
(AIC) at Lembang, Bandung. The semen was collected using artificial vagina and
evaluated macro- and microscopically. The semen was diluted with andromed,
equilibrate, packed into 0.25 mL mini straw, and freeze above liquid nitrogen
vapor according to AIC standard procedures. The result of this experiment
indicated there were differences in raw semen quality. Wulung demonstrated the
highest raw semen motility (82.50%) and Batara has the lowest raw semen motility
(75.50%). There were no differences in post thawing motility (PTM) in all rams.
The PTM were between 40.00-41.67%. The recovery rate of sperms obtained from
Batara ram was significantly higher than the others. This research concluded that
there was an individual variation on the quality of Garut rams frozen semen.
Key words: frozen semen, freezing capability, Garut ram, recovery rate
VARIASI INDIVIDU DALAM KEBERHASILAN PRODUKSI
SEMEN BEKU DOMBA GARUT
MULYANI NOFRIZA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba
Garut
Nama
: Mulyani Nofriza
NIM
: B04100044
Disetujui oleh
Prof Dr Dra R Iis Arifiantini, MSi
Pembimbing I
Drh Muchidin Noordin
Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono, MSi PhD APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli-Oktober 2013 di Balai
Inseminasi Buatan Lembang ini ialah pembekuan semen, dengan judul Variasi
Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen Beku Domba Garut.
Terima kasih penulis ucapkan kepada
1. Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Bandung beserta seluruh staf BIB
yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data dan
pengolahan semen.
2. Ibu Prof Dr Dra R Iis Arifiantini MSi selaku pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan sangat sabar hingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan dan bapak Drh Muchidin Noordin sebagai pembimbing II.
3. Ibu Dr Drh Risa Tiuria Ms PhD yang telah sabar menjadi pembimbing
akademik penulis dan kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu
yang sangat berarti kepada penulis selama
menyelesaikan jenjang
pendidikan S1 di FKH IPB
4. Mama, Papa, serta seluruh keluarga, terima kasih atas segala do’a,
dukungan, motivasi, cinta dan kasih sayangnya kepada penulis.
5. Rekan-rekan sepenelitian I Nengah Donny Artika dan Nurul Hafsari yang
telah menemani penulis melewati masa-masa sulit selama penelitian sampai
karya tulis ini berhasil diselesaikan.
6. Terima kasih kepada keluarga besar Acromion (FKH 47) yang telah
mawarnai dan memberi kenangan indah selama penulis menempuh
pendidikan S1 di FHK IPB.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Taufiq Hidayat yang telah
memberi dukungan dan motivasi kepada penulis. Ni Nengah Yogiswari
Resyana, Ansenora Bekris Siburian dan Putri Ekandini yang telah menjadi
sahabat yang sangat baik dan menghibur, keluarga besar kontrakan Hade
dan Green house yang telah sabar mendengar keluh kesah dan memberikan
masukan pada penulis.
8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam memberikan masukan dan arahan
kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis ucapkan
terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Mulyani Nofriza
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
METODE
5
Prosedur Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
7
Kualitas Semen Segar Domba Garut
7
Kualitas Semen Beku Domba Garut
8
SIMPULAN DAN SARAN
10
Simpulan
10
Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
10
LAMPIRAN
13
RIWAYAT HIDUP
19
DAFTAR TABEL
1 Kualitas semen segar domba (rerata±SD)
2 Motilitas dan recovery rate spermatozoa domba Garut (rerata±SD)
7
8
DAFTAR GAMBAR
1 Rerata gerak spermatozoa domba Garut
9
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
Analisis semen segar domba Garut dengan oneway ANOVA
Uji lanjut Duncan analisis semen segar domba Garut
Analisis motilitas semen beku domba Garut dengan oneway ANOVA
Uji lanjut Duncan analisis motilitas semen beku domba Garut
13
15
17
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan salah satu jenis hewan ternak yang banyak dipelihara
oleh peternak baik dalam skala besar maupun skala kecil. Salah satu domba asli
Indonesia yang memiliki adaptasi tinggi terhadap iklim Indonesia, terutama di
Jawa Barat adalah domba Priangan (domba Garut). Pejantan domba Garut
memiliki rerata berat badan antara 60 sampai dengan 80 kg, bahkan dapat
mencapai berat lebih dari 100 kg, sehingga dapat dikembangkan sebagai salah
satu sumber daging, selain sebagai domba aduan dalam kegiatan kebudayaan
masyarakat Jawa Barat. Potensi lain dari domba Garut sangat memungkinkan
untuk dijadikan sebagai sumber bibit dan donor semen dengan tujuan
memperbaiki peforma domba lokal lainnya melalui pendekatan teknologi
reproduksi, seperti inseminasi buatan (IB). Penerapan IB pada domba dapat
menjadi solusi bagi penyediaan bibit unggul di Indonesia.
Teknologi IB pada domba belum begitu populer seperti pada ternak sapi.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti tidak meratanya populasi domba di
Indonesia, faktor teknis pelaksanaan IB yang lebih sulit (terutama kesulitan saat
pendeposisian semen melewati cervix) dibandingkan dengan sapi, serta
penyediaan semen beku domba yang relatif sedikit dengan kualitas yang rendah.
Keberhasilan IB dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah faktor
sumber daya manusia (SDM), faktor betina, dan faktor pejantan. Faktor pejantan
ini menjadi tanggung jawab Balai Inseminasi Buatan (BIB), seperti kualitas semen
beku yang digunakan. Pengujian kualitas semen beku berdasarkan Badan
Standardisasi Nasional (BSN 2005), hanya diuji motilitas dan scoring
individunya. Kemampuan fertilisasi dari semen selain motilitas dan scoring
individu juga ditentukan oleh total number motile sperm yang terkandung dalam
straw yang diinseminasikan (Colenbrander et al. 2003). Penyebab utama
rendahnya kualitas semen beku domba adalah proses pembekuan.
Pengolahan semen beku merupakan salah satu tahap kritis dalam rangkaian
pelaksanaan program IB. Proses pembekuan menyebabkan kerusakan sel yang
bersifat irreversible pada bagian membran plasma (Holt 2000; Lemma 2011),
terutama pada tudung akrosom (Purdy 2006). Kerusakan pada struktur tersebut
disebabkan oleh kristal es yang terbentuk selama pembekuan (Holt 2000; Lemma
2011; Martinez dan Wallgren 2011) serta perubahan komponen penyusun yang
menurunkan fungsi dari membran plasma (Lemma 2011) sehingga kualitas frozenthawed spermatozoa menurun.
Spermatozoa pada setiap hewan memiliki komposisi membran yang
berbeda, sehingga akan memengaruhi kemampuan membran tersebut untuk
bertahan terhadap proses pembekuan (freezing capability). Arifiantini et al. (2014)
melaporkan adanya pengaruh individu dalam freezing capability pada kambing
Peranakan Etawa. Perbedaan komposisi membran setiap individu, memungkinkan
adanya pengaruh individu terhadap keberhasilan produksi semen beku pada
domba Garut.
2
Perumusan Masalah
Kegagalan suatu inseminasi buatan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
di antaranya adalah faktor spermatozoa yang diinseminasikan. Setiap individu
mempunyai komposisi membran plasma spermatozoa yang berbeda. Keberhasilan
pembekuan akan dipengaruhi oleh kemampuan membran spermatozoa bertahan
terhadap proses pembekuan. Penelitian ini difokuskan untuk melihat pengaruh
variasi individu dalam keberhasilan pembekuan semen domba Garut.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari adanya pengaruh
individu terhadap keberhasilan produksi semen beku pada domba Garut.
.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menentukan syarat minimal kualitas
semen segar domba Garut per individu agar bisa diproses lebih lanjut untuk
pembekuan dan proses inseminasi buatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Garut
Domba Garut (Priangan) yang terdapat di Jawa Barat termasuk kedalam
domba ekor tipis dan merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba
Merino dari Australia, dan Kaapstadt dari Afrika Selatan yang dilakukan pada
masa pemerintahan kolonial Belanda sekitar tahun 1800-an. Domba Garut
merupakan salah satu jenis domba profilik di daerah tropis sehingga memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan tropis di Indonesia, terutama di
Jawa Barat, serta memiliki badan yang lebih besar dibandingkan dengan domba
lokal lainnya. Domba Priangan ini dilaporkan memiliki kemampuan beranak
banyak dengan pertumbuhan yang relatif lebih baik (Mason 1980).
Domba Garut memiliki ciri-ciri: domba jantan bertanduk besar, melengkung
ke belakang dan berbentuk spiral, pangkal tanduk kiri dan kanan bersatu,
sedangkan domba betina tidak bertanduk, ekor pendek dengan bagian pangkal
agak besar. Domba Garut memiliki berat badan relatif lebih tinggi dari domba
lokal lainnya, betina dewasa memiliki berat 30-50 kg, pejantan dewasa memiliki
berat 60-80 kg bahkan dapat mencapai lebih dari 100 kg (Rizal 2005).
Fisiologis Semen Domba
Semen terdiri dari dua unsur utama, yaitu plasma semen dan spermatozoa.
Plasma semen merupakan cairan yang sebagian besar disekresikan oleh kelenjar
assesoris (kelenjar vesikularis dan prostata) dan sebagian kecil disekresikan oleh
3
testes (Garner dan Hafez 2000). Semen domba Garut memiliki volume yang
rendah namun dengan konsentrasi yang tinggi. Komposisi kimia plasma semen
domba adalah; protein 5000, fruktosa 250, asam sitrat 110-260, natrium 178,
kalium 155, kalsium 6, magnesium 6, dan klorida 86 mg/100 ml (Garner dan
Hafez 2000). Komposisi kimia plasma semen domba Garut adalah; lemak 220,
protein 4.140, karbohidrat 800, fruktosa 180, glukosa 5.6, manosa 2.8, maltotriosa
40, vitamin C 3.2, vitamin E 24, natrium 180, kalium 117, kalsium 9, magnesium
6.12, fosfat 60, klorida 104, dan mangan 5 mg/100 ml (Rizal et al. 2003b).
Spermatozoa dihasilkan melalui proses spermatogenesis di dalam testes,
kemudian mengalami pematangan lebih lanjut dalam epididimis dan disimpan
sampai terjadinya proses ejakulasi. Spermatozoa normal terdiri dari kepala dan
ekor, kepala berbentuk oval memanjang lebar dan datar, berisi materi inti dan
kromosom yang mengandung DNA yang bersenyawa dengan protein untuk
pembawa informasi genetik (Garner dan Hafez 2000).
Sifat Fisik Semen Domba
Sifat fisik semen dapat dilihat dari warna, volume, kekentalan, pH,
konsentrasi, gerakan massa, motilitas, viabilitas (hidup/mati), morfologi
(normalitas dan abnormalitas spermatozoa), keutuhan plasma membran dan
tudung akrosom. Volume semen segar domba bervariasi. Menurut Garner dan
Hafez (2000), volume semen domba per ejakulasi berkisar antara 0.8-1.2 mL.
Pada domba Garut volume semen per ejakulat adalah 0.76 mL (Inounu 2001),
0.99 mL (Rizal et al. 2003b), 0.82 mL (Herdis et al. 2005) dan 1.1 mL (Rizal
2006). Menurut Sugiarti et al. (2004), selain dipengaruhi oleh bangsa, umur,
ukuran badan, pakan, dan frekuensi penampungan, volume semen pada jenis
ternak yang sama juga dipengaruhi oleh teknik dan metode penampungan.
Warna semen domba Garut rata-rata krem dengan konsistensi kental (Rizal
et al. 2003b; Herdis 2005). Derajat keasaman (pH) sangat berpengaruh pada
spermatozoa. Spermatozoa akan mengalami kematian apabila pH tinggi atau
rendah. pH semen domba rata-rata 5.8-7.3 (Garner dan Hafez 2000), pH semen
domba Garut adalah 7.07 dengan kisaran 6.8-7.2 (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005;
Rizal 2006).
Motilitas spermatozoa domba Garut rata-rata 74.17% sampai dengan
76.67% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005). Menurut Hafez dan Hafez (2000),
faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa adalah umur spermatozoa,
maturasi spermatozoa, penyimpanan energi (ATP), agen aktif, biofisik dan
fisiologik, cairan suspensi. Persentase spermatozoa hidup pada domba Garut
berkisar antara 85.67% sampai dengan 87.33% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005;
Rizal 2006). Abnormalitas spermatozoa domba Garut adalah 2.40% sampai
dengan 9% (Rizal et al. 2003a; Herdis 2005; Rizal et al. 2006). Toelihere (1993),
menyatakan bahwa semen domba yang baik memiliki spermatozoa abnormal tidak
lebih dari 14%.
Menurut Garner dan Hafez (2000), konsentrasi spermatozoa domba rata-rata
2000-3000 juta/mL. Pada domba Garut konsentrasi spermatozoa sangat tinggi
berkisar antara 3224 juta/mL (Rizal et al. 2003b) sampai dengan 3803 juta/mL
(Herdis 2005; Rizal 2006). Semakin kental semen yang dihasilkan oleh ternak,
maka konsentrasi akan semakin tinggi dan warna akan semakin pekat.
4
Koleksi Semen
Koleksi semen dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni: dengan
menggunakan vagina buatan, elektroejakulator, dan pemijitan (masase) (Rizal dan
Herdis 2008). Metode masase tidak dapat diaplikasikan dalam penampungan
semen domba. Metode yang paling populer adalah menggunakan vagina buatan.
Selain mudah dilakukan, kualitas semen yang dihasilkan lebih baik dan lebih
bersih, serta penggunaan vagina buatan membuat perilaku reproduksi alami ternak
tetap dapat diterapkan (Rizal dan Herdis 2008). Vagina buatan terdiri atas silinder
karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis (inner liner) dan
merupakan kantong yang dapat diisi dengan air hangat. Pada salah satu ujung
dipasang karet berbentuk corong yang dihubungkan dengan tabung penampung
semen. Vagina buatan diisi air hangat dan dibagian dalam diberi pelicin. Vagina
buatan yang digunakan sebaiknya memiliki suhu pada bagian dalam sekitar 40
sampai 42 °C (Hafez dan Hafez 2000).
Pengencer Semen
Beberapa pengencer yang sering digunakan di Balai Inseminasi Buatan
(BIB), baik di dalam maupun luar negeri adalah pengencer tris, natrium sitrat,
susu skim, susu segar, laktosa, dan beberapa pengencer komersial (siap pakai),
seperti Biladyl®, Triladyl®, Laiciphos®, Biociphos plus®, dan AndroMed®
(Rizal dan Herdis 2008). Puspita (2002) dan Kristanto (2004), melaporkan bahwa
pengencer dasar tris dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa lebih baik
dari pada pengencer sitrat maupun susu skim pada pengenceran semen domba
Garut. Aku (2005), melaporkan konsentrasi 25% AndroMed® sebagai bahan
pengencer menghasilkan kualitas semen cair domba Garut terbaik sampai jam ke84.
Pengencer AndroMed® diproduksi oleh perusahaan Minitũb Germany
dengan sumber lesitin yang berasal dari kacang kedele. Lesitin (Phosphatydil
choline) merupakan salah satu komponen utama dari phospholipid yang terdapat
dalam spermatozoa. Shurtleff dan Aoyagi (2004), melaporkan bahwa kacang
kedele yang belum maupun yang sudah mengalami penyulingan memiliki
kandungan phospolipid antara lain phosphatidyl choline 17.5 dan 23%,
phosphatidyl ethanolamine 15.0 dan 20%, glikolipid 13 sampai 16%, phospolipid
lainnya 14 sampai 18% dan trigliserida 2 sampai 4%. Selain itu, hasil penilitian
Rothe (2003), menunjukkan bahwa pengencer AndroMed® memperlihatkan
kualitas spermatozoa setelah thawing yang lebih baik dibandingkan dengan
pengencer Biochipos plus® dan Bioxcell®.
Kriopreservasi Semen
Kriopreservasi merupakan teknik penyimpanan semen dalam bentuk beku.
Dalam proses pembuatan semen beku, pengencer semen harus ditambahkan
dengan senyawa khusus yang disebut krioprotektan. Martinez dan Wallgren
(2011) menyatakan bahwa penambahan krioprotektan menyebabkan konsentrasi
air ekstraseluler lebih tinggi, sehingga air intraseluler dari spermatozoa akan
keluar menuju medium. Hal ini menyebabkan spermatozoa akan mengalami
dehidrasi selama proses pembekuan. Tanpa penambahan krioprotektan ini,
5
spermatozoa yang telah dibekukan akan mengalami kematian, karena saat proses
pembekuan akan terbentuk kristal-kristal es di dalam maupun luar spermatozoa
yang akan menyebabkan kerusakan struktur membran plasma dan mitokondria
(Holt 2000; Lemma 2011; Martinez dan Wallgren 2011), serta terjadi peningkatan
konsentrasi elektrolit di dalam sel spermatozoa (Rizal dan Herdis 2008).
Krioprotektan intraseluler yang paling umum digunakan adalah gliserol,
sedangkan krioprotektan ekstraseluler adalah lipoprotein dan protein (di dalam
susu pengencer dan kuning telur) dan berbagai macam gula. Gliserol memiliki
sifat larut lemak sehingga dapat langsung masuk ke sel menembus membran
plasma (Rizal dan Herdis 2008). Mustafa dan Dermici (2004), melaporkan
penggunaan 5% gliserol dalam pengencer tris menghasilkan kualitas spermatozoa
domba Akkaraman lebih baik setelah pengenceran dan thawing. Hasil tersebut
memperkuat laporan dari Rizal et al. (2003a) bahwa konsentrasi 5% gliserol
dalam pengencer tris merupakan dosis optimal untuk mempertahankan kualitas
semen beku domba Garut.
METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Produksi Semen Beku Balai
Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung dari bulan Juli sampai Oktober 2013.
Sumber Semen
Semen diperoleh dari 4 ekor domba jantan (Sinta, Wulung, Jabar, Batara)
yang sudah dewasa kelamin (umur 2-3 tahun) dengan kondisi tubuh dan libido
yang baik. Domba tersebut dipelihara secara individu dan diberi pakan dengan
diet harian yang sama, yaitu 1 kg konsentrat, 8 kg hijauan, 1 kg kacang-kacangan,
dan air minum secukupnya.
Koleksi Semen dan Pengujian Kualitas Semen Segar
Koleksi semen segar dilakukan pada pagi hari menggunakan vagina buatan
dua kali dalam seminggu sesuai dengan protokol yang dilakukan di BIB Lembang.
Setelah koleksi semen segar diperoleh, segera dilakukan uji kualitas. Pengujian
dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Uji makroskopis dilakukan secara
visual meliputi volume, yaitu dengan melihat skala pada tabung penampung
semen. Warna dengan melihat warna semen (semen domba normal berwarna
krem). Konsistensi (kekentalan) semen, dinilai dengan cara memiringkan tabung
yang berisi semen dan mengembalikan pada posisi semula. Derajat keasaman
(pH), dinilai dengan menggunakan pH meter.
Uji mikroskopis dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang
dilengkapi dengan heating table pada suhu 37 °C agar gerak spermatozoa optimal.
Evaluasi yang dilakukan adalah gerakan massa (gelombang). Pengamatan
dilakukan dengan meletakkan satu tetes semen pada gelas objek dan diamati
dengan pembesaran 10x10. Motilitas spermatozoa/gerakan individu dilakukan
dengan cara meletakkan satu tetes semen pada gelas objek yang ditambahkan
larutan fisiologis (NaCl 0.9%) 1:8-10 tetes, lalu dihomogenkan, diambil satu tetes,
6
dipindahkan ke gelas objek yang lain dan ditutup dengan gelas penutup.
Kemudian diamati pada mikroskop dengan pembesaran 10x40. Uji mikroskopis
lainnya yaitu menghitung konsentrasi spermatozoa menggunakan photometer
SDM 5.
Pengolahan Semen
Pengencer yang digunakan yaitu pengencer paten Andromed® (Minitub
Germany). Sebanyak 20 mL andromed diencerkan dengan aquadest 80 mL,
kemudian dihangatkan pada water bath (35 °C). Pengenceran dilakukan dengan
cara menambahkan larutan pengencer secara perlahan-lahan dalam jumlah sedikit
demi sedikit melewati dinding tabung berisi semen, kemudian tabung digoyanggoyang perlahan agar semen dan larutan pengencer tercampur homogen.
Rumus Pengenceran =
Keterangan
VS
KS
PSM
VK
DI
: Volume semen
: Konsentrasi spermatozoa
: Persentase spermatozoa motil
: Volume kemasan
: Dosis IB (50 juta)
Setelah diencerkan, semen diekuilibrasi dalam cooling cabinet suhu 5 oC
selama 4 jam. Ekuilibrasi ini dilakukan untuk mencegah terjadinya cold shock
pada spermatozoa saat proses pembekuan. Selanjutnya semen dikemas dalam mini
straw ukuran 0.25 mL, menggunakan automatic filling and sealing machine.
Setelah itu semen dibekukan menggunakan automatic freezing machine, selama 9
menit. Straw yang sudah beku dimasukkan ke goblet dan kanister di dalam
kontainer nitrogen cair (-196 oC) untuk pengujian lebih lanjut.
Pengujian Kualitas Semen
Pengujian motilitas spermatozoa selain pada semen segar, juga dilakukan
setelah ekuilibrasi atau pre-freezing dan setelah dicairkan kembali (thawing).
Pengujian post thawing motility (PTM), dilakukan 24 jam setelah pembekuan.
Straw di-thawing dengan cara memasukkan dalam air suhu 37 °C selama 30 detik.
Kemudian diamati motilitas dan gerakan spermatozoa maju ke depan (velocity)
dengan menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan heating table.
Prosedur Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan SPSS 16.0 dengan uji ANOVA
satu arah. Jika ada perbedaan, dilanjutkan dengan uji Duncan. Data disajikan
dalam bentuk rerata±SD.
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kualitas Semen Segar Domba Garut
Semen yang memiliki konsentrasi tinggi, persentase motilitas tinggi dengan
morfologi normal merupakan pilihan yang tepat untuk diproses menjadi semen
beku (Roca et al. 2006). Pada penelitian ini, kualitas semen antar individu domba
berbeda-beda. Jabar merupakan domba Garut yang memiliki volume semen paling
tinggi mencapai 3.08±0.47 mL, sedangkan Sinta memiliki volume yang paling
rendah yaitu hanya 1.96±0.51 mL (Tabel 1). Volume semen domba Garut
umumnya adalah 3.76 mL per ejakulat (Herdis et al. 2003).
Volume domba Garut secara umum memang lebih tinggi dibandingkan
volume semen domba lainnya, domba lokal seperti domba ekor gemuk hanya
memiliki volume 0.1-0.4 mL (Wijono 1997), demikian juga volume semen domba
Konya Merino hanya 1.1 mL (Kaya et al. 2002) dan domba St Croix 1.66 mL
(Feradis 1999). Derajat keasaman (pH) antar pejantan tidak berbeda antara 6.65
sampai dengan 6.74, pH ini termasuk dalam kisaran normal domba menurut
Garner dan Hafez (2000), yaitu 5.8-7.3, berwarna krem dengan konsistensi yang
kental. Warna semen keempat individu domba dalam penelitian ini adalah krem
dengan konsistensi kental.
Tabel 1 Kualitas semen segar domba (rerata±SD)
Parameter
Makroskopis
Volume (mL)
pH
Nama Domba
Sinta
Wulung
Jabar
1.96±0.51a
2.43±0.72ab
3.08±0.47c
2.60±0.80bc
6.65±0.21a
6.66±0.19a
6.74±0.26a
6.72±0.30a
Warna
Krem
Konsistensi
Mikroskopis
Gerakan masa
Batara
Kental
2.00±0.00ab
2.25±0.45b
2.17±0.41ab 1.90±0.32a
Motilitas spermatozoa (%) 79.29±4.75ab
82.50±4.52b 81.67±5.16b 75.50±6.43a
Konsentrasi
2241.43±
2360.00±
2460.00± 2067.00±
spermatozoa (juta/mL)
146.23ab
158.40bc
273.64c 202.39a
Penilaian gerakan masa (0-3); 0 tidak ada gerakan masa, 1 buruk, 2 sedang dan 3 bagus
Huruf superscripts yang berbeda dalam baris yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji
selang berganda Duncan)
Secara mikroskopis domba Wulung menunjukkan gerakan massa yang
paling tinggi yaitu 2.25±0.45, sedangkan Batara yang paling rendah hanya
1.90±0.32. Motilitas spermatozoa antara domba Wulung dan Jabar tidak berbeda
yaitu 82.50±4.52% dan 81.67±5.16%, lebih tinggi dari Batara 75.50±6.43%.
Secara keseluruhan motilitas spermatozoa dari keempat domba Garut yang diuji
sangat bagus dan layak untuk dibekukan. Menurut Herdis et al. (2005) motilitas
spermatozoa domba Garut adalah 74.17% dan secara umum domba yang normal
memiliki motilitas 60-80% (Garner dan Hafez 2000).
8
Konsentrasi spermatozoa domba Jabar (2460.00±273.64 juta per mL) paling
tinggi di antara ketiga domba lainnya (Tabel 1). Domba Garut menurut Herdis et
al. (2005) memiliki konsentrasi spermatozoa 3803 juta per mL, tetapi alat uji yang
digunakan berbeda. Dalam penelitian ini konsentrasi dihitung menggunakan
photometer SDM 5 sedangkan Herdis et al. (2005) menggunakan Neubauer
chamber. Konsentrasi spermatozoa domba pada umumnya berkisar antara 20003000 juta/mL (Garner dan Hafez 2000).
Kualitas Semen Beku Domba Garut
Kualitas semen beku domba Garut post thawing dinilai dari persentase
motilitas dan velocity. Motilitas spermatozoa post thawing menunjukkan kualitas
yang sedang, yaitu antara 40.00±0.00 sampai 41.67±2.58%. Tidak ada perbedaan
post thawing motility (PTM) spermatozoa dari keempat domba yang diuji.
Motilitas spermatozoa pada saat pre freezing antara 60.83±2.04 sampai
62.14±3.23% (Tabel 2), tidak ada perbedaan pre freezing motility pada
spermatozoa dari keempat domba yang diuji. Penurunan motilitas dari pre
freezing ke PTM sekitar 22.14%.
Prosedur pembekuan dan pencairan kembali semen beku menurunkan
motilitas spermatozoa antara 35.5 sampai 42.5% (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan
yang dilaporkan oleh Holt (2000), Rizal (2005), Lemma (2011), dan Arifiantini et
al. (2014) yang menyatakan bahwa proses pembekuan dan thawing menyebabkan
kerusakan spermatozoa sehingga menurunkan kualitas semen post thawing.
Tabel 2 Motilitas dan recovery rate spermatozoa domba Garut (rerata±SD)
Semen Segar
Motilitas (%)
Pre Freezing
Post Thawing
Sinta
79.29±4.75ab
62.14±3.23a
40.36±1.34a
51.07±3.53ab
Wulung
82.50±4.52b
61.82±3.37a
40.00±0.00a
48.49±2.72a
Jabar
81.67±5.16b
60.83±2.04a
41.67±2.58ab
51.11±3.21ab
Batara
75.50±6.43a
61.11±2.20a
40.00±0.00a
53.39±5.57b
Nama
Domba
Recovery
Rate (%)
Huruf superscripts yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji
selang berganda Duncan)
Indikator keberhasilan pembekuan semen dapat dilihat dari motilitas
spermatozoa setelah pencairan kembali (PTM). Pada penelitian ini, motilitas
spermatozoa post thawing antara 40.00 sampai dengan 41.67±2.58%. Nilai ini
sudah cukup baik mengingat konsentrasi spermatozoa per straw adalah 50 juta sel
sehingga 40% spermatozoa motil menunjukkan bahwa ada sekitar 20 juta sel
spermatozoa yang mampu membuahi ovum.
Indikator lain dari keberhasilan pembekuan semen adalah recovery rate
(RR) yaitu jumlah spermatozoa yang berhasil pulih kembali setelah pembekuan
yang dihitung dengan cara membandingkan antara motilitas semen segar dengan
motilitas semen post thawing. Pada penelitian ini RR tertinggi ditunjukkan oleh
domba Batara dengan nilai RR 53.39±5.57%. Domba ini meskipun motilitas
spermatozoa pada semen segar paling rendah yaitu hanya 75.50±6.43% tetapi
menunjukkan motilitas post thawing 40.00±0.00% sama dengan nilai PTM
9
domba Wulung yang awalnya menunjukkan motilitas spermatozoa paling tinggi
82.50±4.52%.
Recovery rate domba Wulung menunjukkan hasil yang paling rendah
dibandingkan dengan individu lain yaitu 48.49±2.72%. Kemampuan spermatozoa
dalam bertahan hidup setelah pembekuan dan thawing juga telah dilakukan pada
kuda jantan (Sieme et al. 2008), biri-biri (D’Alessandro et al. 2003), dan babi
(Thurson et al. 2002). Perbedaan spermatozoa dalam kemampuan bertahan hidup
tiap individu berbeda-beda, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik
masing-masing individu. Thurson et al. (2002), telah mengidentifikasi baik atau
buruknya kualitas spermaozoa post thawing pada babi berdasarkan perbedaan
urutan DNA spesifik.
Selain PTM, kualitas semen beku juga dapat dinilai dari kecepatan
spermatozoa bergerak maju ke depan/velocity (Gambar 1).
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Sinta
Wulung
Jabar
Bantara
Gambar 1 Rerata gerak spermatozoa domba Garut
Semen segar
Pre-freezing
PTM
Domba Wulung menunjukkan rerata velocity paling tinggi pada semen segar
(4.27), begitu pula pada saat post thawing (2.91). Velocity pada saat pre freezing
cukup baik (3.00) dan tidak ada perbedaan pada tiap individu. Gerakan
spermatozoa maju ke depan terburuk pada semen segar ditunjukkan oleh domba
Batara (3.89), namun pada saat post thawing menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan domba Wulung yaitu 2.89. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan bertahan spermatozoa domba Batara sangat baik untuk
mempertahankan dan meningkatkan kecepatan spermatozoa bergerak maju ke
depan/velocity. Berdasarkan hasil penelitian ini, kualitas semen beku pada domba
Garut dipengaruhi oleh individu domba. Syarat motilitas awal untuk dapat
dibekukan tidak dapat disamaratakan antar individu, harus ditentukan dari
recovery rate masing-masing individu domba.
10
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Keberhasilan produksi semen beku pada domba Garut dipengaruhi oleh
individu domba. Syarat motilitas awal semen untuk dibekukan tidak dapat
disamaratakan antar individu, harus ditentukan dari recovery rate masing-masing
individu domba. Semen domba Batara paling tahan dibekukan dengan rerata
recovery rate sebesar 53.39%.
Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah dilakukannya
penelitian lebih lanjut tentang kualitas spermatozoa post thawing pada domba
Garut menggunakan berbagai macam bahan pengencer.
DAFTAR PUSTAKA
Aku AS. 2005. Preservasi dan Kriopreservasi Semen Domba Garut (Ovis aries)
dalam Berbagai Konsentrasi Bahan Pengencer Berbasis Lesitin Nabati (Tesis).
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Arifiantini RI, Nally WMM, Susnawati T, Rochmiati E. 2014. Individual
Variation on the Sperm Freezing Capability of Etawah Grade. The 2nd AsianAustralasian Dairy Goat Conference. PP:127-130.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2005. [SNI 01-4869.1-2005]. Standar
Nasional Indonesia Semen Beku Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional.
Colenbrander B, Gadella BM, Stout TAE. 2003. The Predictive Value of Semen
Analysis in the Evaluation of Stallion Fertility. Reprod Domest Anim. 38:305311.
D’Alessandro AG, Martemucci G. 2003. Evaluation of Seasonal Variations of
Semen Freezability in Leccese Ram. Anim Reprod Sci. 79:93-102
Feradis. 1999. Penggunaan Antioksidan dalam Pengencer Semen Beku dan
Metode Sinkronisasi Estrus pada Program Inseminasi Buatan Domba St Croix
(Disertasi). Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Garner DL, Hafez ESE. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Hafez ESE,
B Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Baltimore: Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia. PP:96-109.
Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in Farm Animals 7th edition. Baltimore:
Lippincott Williams & Wilkins.
Herdis. 2005. Optimalisasi Jenis Pengencer dan Dosis Gliserol pada Proses
Pembekuan Semen Domba Garut (Ovis aries) (Disertasi). Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Herdis, Toelihere MR, Supriatna I, Purwaritara B, Adikara RTS. 2003. Integritas
dan Daya Hidup Spermatozoa pada Pembekuan Semen Domba Garut (Ovis
11
aries) dengan Pengencer Dasar Tris dan Susu Skim Kuning Telur. JSTI.
2(3):62-68.
Herdis, Rizal M, Boediono A, Arifiantini RI, Saili T, Aku AS, Yulnawati. 2005.
Optimasi Kualitas Semen Beku Domba Garut Melalui Penambahan Trehalosa
ke dalam Pengencer Kuning Telur. JPPT. 30(4):229-236.
Holt WV. 2000. Basic Aspects of Frozen Storage Semen. J Anim Sci. 62:3-22.
Inounu I, Hidajati N, Jarmani SN, Priyantov, Hastono, Setiadi B, Subandrio. 2001.
Interaksi Genotipe dan Lingkungan Domba Eksotik dengan Domba Lokal pada
Beberapa Lokasi Pengamatan (Evaluasi Kualitas Semen Domba Hasil
Persilangan). Di dalam: Rekayasa Teknologi Peternakan/ARMP-II; Prosiding
Penelitian, Bogor: Departemen Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Hal:64-73.
Kaya, Aksoy AM, Tekeli T. 2002. Influence of Ejaculation Frequency on Sperm
Characteristics, Ionic Composition and Enzymatic Activity of Seminal Plasma
in Rams. Small Rum. Res. 44:153-158.
Kristanto T. 2004. Peranan Gliserol dan Fetal Bovine Serum dalam Pengencer
Tris Kuning Telur terhadap Kualitas Semen Cair Domba Garut (Skripsi).
Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Lemma A. 2011. Effect of Cryopresenvation on Sperm Quality and Fertility. Di
dalam: Hanafi M. Editor. Artificial Insemination in Farm Animals. Croatia (R):
Intech.
Martinez HR, Wallgren M. 2011. Advances in Boar Semen Cryopreservation. Ved
Med Int. doi: 10.4061/2011/396181.
Mason IL. 1980. Profilic Tropical Sheep. FAO Animal Production and Healt
Paper No 17. Rome: FAO.
Mustafa S, Demirci E. 2004. The Effect Ascorbic Acid on the Freezability of Ram
Semen Diluted with Extender Containing Different Proportion of Glycerol. Tur
J Ve. Anim Sci. 28:893-899.
Purdy PH. 2006. A Review on Goat Sperm Cryopreservation. Small Rumin Res.
63:215-225.
Puspita RN. 2002. Pengaruh Perbedaan Jenis Pengencer terhadap Kualitas Semen
Cair Domba Garut (Skripsi). Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor.
Rizal M. 2005. Fertilitas Spermatozoa Ejakulat dan Epididimis Domba Garut
Hasil Kriopreservasi Menggunakan Modifikasi Pengencer dengan Berbagai
Krioprotektan dan Antioksidan (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Rizal M. 2006. Pengaruh Penambahan Laktosa di dalam Pengencer Tris terhadap
Kualitas Semen Cair Domba Garut. J Indon Trop Anim Agric. 31(4):224-231.
Rizal M dan Herdis. 2008. Inseminasi Buatan pada Domba. Jakarta: Rineka Cipta.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Situmorang P. 2003a. Kualitas
Semen Beku Domba Garut dalam Berbagai Konsentrasi Gliserol. JITV.
7(3):194-199.
Rizal M, Toelihere MR, Yusuf TL, Purwantara B, Situmorang P. 2003b.
Karakteristik Penampilan Reproduksi Pejantan Domba Garut. JITV. 8(2):134140.
Roca J, Hernandez M, Cavajal G, Vazquez JM, Martinez EA. 2006. Factor
Influencing Boar Sperm Cryopsurvival. J Anim Sci. 84:2692-2699
12
Rothe NHI. 2003. Insemination of Cryopreserved Bull Semen Portion with Sperm
Numbers after Dilution with Two Egg Yolk-free Extenders. In Procceding:
European Al Vets Meeting Cattle Sission; Budapest (Hungary). PP:14-23.
Shurtleff W, Aoyagi A. 2004. Soyfoods Center: A Chapter from the Unpublished
Manuscript, History of Soybeans and Soyfoods: 1100 B.C. to the 1980s.
Lafayette, California.
Sieme H, Harrison RAP, Petrunkina AM. 2008. Cryobiological Determinants of
Frozen Semen Quality, with Special Reference to Stallion. Anim Reprod Sci.
107:276-292.
Sugiarti T, Triwulannningsih E, Situmorang P, Sianturi RG, Kusumaningrum DA.
2004. Penggunaan Katalase dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004. Hal:215-220.
Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Di dalam: M Rizal.
Pengaruh Penambahan Laktosa di dalam Pengencer Tris terhadap Kualitas
Semen Cair Domba Garut. 2006. J Indon Trop Anim Agric. 31(4):224-231.
Thurson LM, Watson PF, Holt WV. 2002. Semen Cryopreservation: a Genetic
Explanation for Species and Individual Variation?. Cryo Letters. 23(4):157-162.
Wijono, BB. 1997. Efisiensi Penggunaan Jantan Pemecak Domba Ekor Gemuk
sebagai Sumber Bibit. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor,
Jilid II. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Hal:463-468.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisis semen segar domba Garut dengan one way ANOVA
Penggunaan ANOVA satu arah dikarenakan hanya ada 1 faktor independen,
yaitu individu domba.
Untuk analisis, nama domba diganti menjadi nomor sebagai berikut:
1 = Sinta
2 = Wulung
3 = Jabar
4 = Bantara
Hasil analisis menggunakan SPSS sebagai berikut
ONEWAY
Descriptives
N
Volume
Motilitas
Gerak
Consent
pH
RR
Mean
Std.
Deviation
95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Min
Max
1
14
1.9643
.50817
.13582
1.6709
2.2577
1.25
2.75
2
12
2.4250
.71621
.20675
1.9699
2.8801
1.25
3.60
3
6
3.0833
.46547
.19003
2.5948
3.5718
2.25
3.50
4
10
2.6000
.80104
.25331
2.0270
3.1730
1.25
3.50
Total
42
2.4071
.72789
.11232
2.1803
2.6340
1.25
3.60
1
14
79.2857
4.74631
1.26851
76.5453
82.0262
70.00
85.00
2
12
82.5000
4.52267
1.30558
79.6264
85.3736
75.00
90.00
3
6
81.6667
5.16398
2.10819
76.2474
87.0859
75.00
90.00
4
10
75.5000
6.43342
2.03443
70.8978
80.1022
60.00
80.00
Total
42
79.6429
5.67331
.87541
77.8749
81.4108
60.00
90.00
1
14
2.0000
.00000
.00000
2.0000
2.0000
2.00
2.00
2
12
2.2500
.45227
.13056
1.9626
2.5374
2.00
3.00
3
6
2.1667
.40825
.16667
1.7382
2.5951
2.00
3.00
4
10
1.9000
.31623
.10000
1.6738
2.1262
1.00
2.00
Total
42
2.0714
.34165
.05272
1.9650
2.1779
1.00
3.00
1
14 2.2414E3
146.22728
39.08088
2156.9995
2325.8577 2040.00 2520.00
2
12 2.3600E3
158.40110
3
6 2.4600E3
4
45.72646
2259.3567
2460.6433 2100.00 2700.00
273.64210 1.11714E2
2172.8302
2747.1698 2040.00 2820.00
10 2.0760E3
202.38577
64.00000
1931.2219
2220.7781 1800.00 2400.00
Total
42 2.2671E3
220.76680
34.06506
2198.3471
2335.9386 1800.00 2820.00
1
14
6.6536
.20861
.05575
6.5331
6.7740
6.42
7.10
2
12
6.6558
.18942
.05468
6.5355
6.7762
6.48
7.10
3
6
6.7367
.25742
.10509
6.4665
7.0068
6.51
7.08
4
10
6.7240
.29752
.09408
6.5112
6.9368
6.42
7.15
Total
42
6.6829
.22865
.03528
6.6116
6.7541
6.42
7.15
1
14
51.0747
3.53006
.94345
49.0365
53.1129
47.06
57.14
2
12
48.6166
2.62547
.75791
46.9484
50.2847
44.44
53.33
3
6
51.1070
3.20846
1.30985
47.7400
54.4741
47.06
56.25
4
8
53.8095
5.79311
2.04817
48.9664
58.6527
50.00
66.67
40
50.8891
4.09873
.64807
49.5782
52.1999
44.44
66.67
Total
14
Interpretasi hasil uji descriptive:
Tabel deskriptif menunjukkan beberapa data seperti standar deviasi yang
menunjukkan bahwa semakin besar nilai standar deviasi maka semakin variatif
(ketidakseragaman) data yang diperoleh. Contohnya pada bagian volume, domba
Bantara (std.deviasi = 0,80104) menghasilkan volume yang paling tidak seragam
pada setiap ulangan pengambilan semen, volume semen terendah adalah 1,25 dan
tertinggi ialah 3,5 dengan rata-rata sebesar 2,6000.
ANOVA
Sum of
Squares
volume
Between Groups
3
1.955
15.858
38
.417
21.723
41
295.952
3
98.651
1023.690
38
26.939
1319.643
41
.802
3
.267
3.983
38
.105
4.786
41
701245.714
3
233748.571
1297011.429
38
34131.880
1998257.143
41
.055
3
.018
2.088
38
.055
2.143
41
Between Groups
130.971
3
43.657
Within Groups
524.213
36
14.561
655.184
39
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Gerak
Between Groups
Within Groups
Total
Consent
Between Groups
Within Groups
Total
pH
Between Groups
Within Groups
Total
RR
Mean Square
5.865
Within Groups
motilitas
df
Total
F
Sig.
4.685
.007
3.662
.021
2.552
.070
6.848
.001
.334
.801
2.998
.043
Interpretasi tabel uji ANOVA:
Pada bagian volume, F hitung sebesar 4,685 dengan sig. 0,007, sehingga
dapat disimpulkan bahwa volume antara ke-4 individu berbeda nyata. Pada bagian
gerak, nilai sig. ialah 0,070 sehingga menyatakan bahwa gerak antara ke-4
individu tersebut tidak berbeda nyata.
15
Lampiran 2 Uji lanjut Duncan analisis semen segar domba Garut
Homogeneous Subsets
volume
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
1
14
1.9643
2
12
2.4250
4
10
3
6
3
2.4250
2.6000
2.6000
3.0833
Sig.
.129
.559
.111
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk volume semen:
Perbedaan tiap kelompok dapat dilihat dari nilai harmonic mean yang
dihasilkan tiap kelompok berada dalam kolom subset yang sama atau berbeda.
Pada hasil uji volume, terdapat pebedaan yang signifikan pada ke-4 individu.
motilitas
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
75.5000
1
14
79.2857
3
6
81.6667
12
82.5000
2
Sig.
.120
79.2857
.211
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk motilitas semen:
Individu 1 dan 4 berbeda nyata, sedangkan individu 2 dan 3 berada pada
satu kolom yang sama dan tidak berbeda nyata.
16
Gerak
Subset for alpha = 0.05
Domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
1.9000
1
14
2.0000
2.0000
3
6
2.1667
2.1667
2
12
2.2500
Sig.
.097
.120
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk gerak semen:
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara individu 1 dan 3 karena mereka
berada pada kolom yang sama. Sedangkan pada individu 2 dan 4 memiliki
perbedaan yang signifikan.
consent
Subset for alpha = 0.05
domba
a
Duncan
N
1
2
4
10
2.0760E3
1
14
2.2414E3
2
12
3
6
Sig.
3
2.2414E3
2.3600E3
2.3600E3
2.4600E3
.058
.170
.246
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9.492.
Interpretasi Uji Duncan untuk konsentrasi semen:
Terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi semen ke-4 domba tersebut.
RR
Subset for alpha = 0.05
domba
a
Duncan
N
1
2
2
12
48.6166
1
14
51.0747
51.0747
3
6
51.1070
51.1070
4
8
Sig.
53.8095
.201
.160
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 8.960.
Interpretasi Uji Duncan untuk Recovery rate:
Individu 1 dan 3 tidak ada perbedaan nyata, sedangkan individu 2 dan 4
berbeda nyata.
17
Lampiran 3
Analisis motilitas semen beku domba Garut dengan Oneway
ANOVA
ONEWAY
Descriptives
N Mean
raw
1
2
3
4
Total
Std.
Deviati
on
95% Confidence
Interval for Mean
Std.
Error
Lower
Bound
Upper
Bound
14 79.2857 4.74631 1.26851 76.5453 82.0262
11 82.7273 4.67099 1.40836 79.5893 85.8653
6 81.6667 5.16398 2.10819 76.2474 87.0859
9 75.5556 6.82113 2.27371 70.3124 80.7987
40 79.7500 5.76795
.91199 77.9053 81.5947
Min
0.00
5.00
5.00
0.00
5.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Pre1
freezing
1
62.1429 3.23103 .86353 60.2773 64.0084
4
0.00
2
1
61.8182 3.37100 1.01639 59.5535 64.0828
1
0.00
3
4
Total
PTM
1
2
3
4
Total
RR
6 60.8333 2.04124 .83333 58.6912 62.9755
9 61.1111 2.20479 .73493 59.4164 62.8059
4
61.6250 2.86166 .45247 60.7098 62.5402
0
14 40.3571 1.33631 .35714 39.5856
41.1287
11 40.0000 .00000 .00000 40.0000
40.0000
6 41.6667 2.58199 1.05409 38.9570
44.3763
9 40.0000 .00000 .00000 40.0000
40.0000
Max
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
70.00
70.00
65.00
65.00
70.00
45.00
40.00
45.00
40.00
40 40.3750 1.33373 .21088 39.9485 40.8015 40.00 45.00
14 51.0743 3.52883 .94312 49.0368 53.1118 47.06 57.14
11 48.4900 2.71599 .81890 46.6654 50.3146 44.44 53.33
6 51.1067 3.20770 1.30954 47.7404 54.4729 47.06 56.25
9 53.3856 5.56651 1.85550 49.1068 57.6644 50.00 66.67
Total
40 50.8885 4.09863 .64805 49.5777 52.1993 44.44 66.67
Interpretasi hasil uji descriptive:
Tabel deskriptif menunjukkan beberapa data seperti standar deviasi yang
menunjukkan bahwa semakin besar nilai standar deviasi maka semakin variatif
(ketidakseragaman) data yang diperoleh.
18
ANOVA
Sum of
Squares
raw
Between Groups
RR
Mean Square
3
93.635
Within Groups
1016.595
36
28.239
Total
1297.500
39
10.302
3
3.434
Within Groups
309.073
36
8.585
Total
319.375
39
Between Groups
12.827
3
4.276
Within Groups
56.548
36
1.571
Total
69.375
39
Between Groups
120.167
3
40.056
Within Groups
534.985
36
14.861
Total
655.152
39
prefreezing Between Groups
PTM
df
280.905
F
Sig.
3.316
.031
.400
.754
2.722
.059
2.695
.060
Interpretasi hasil uji ANOVA:
Pada bagian raw (semen segar), F hitung sebesar 3.316 dengan sig. 0.031
menunjukkan bahwa motilitas semen segar ke-4 individu berbeda nyata (P0.05).
Lampiran 4 Uji lanjut Duncan analisis motilitas semen beku domba Garut
Homogeneous Subsets
raw
Duncan
Subset for alpha =
0.05
domba
N
1
2
4
9
75.5556
1
3
14
79.2857
6
81.6667
2
11
82.7273
Sig.
.143
79.2857
.201
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Interpretasi uji Duncan untuk motilias raw semen:
Perbedaan tiap individu dapat dilihat dari dari nilai harmonic mean yang
dihasilkan tiap individu berada dalam kolom subset yang sama atau berbeda. Pada
hasil uji raw semen, terdapat perbedaan yang signifikan pada individu 4 dengan
yang yang lainnya. Sedangkan individu 2 dan 3 tidak berbeda nyata.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Talang Babungo pada tanggal 10 Novenber 1991
sebagai anak ke dua dari enam bersaudara dari pasangan Jufrizal dan Dasmurni.
Penulis mendapat pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Hiliran
Gumanti pada tahun 2007. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA
Negeri 1 Hiliran Gumanti pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis
diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB
(USMI) di Fakultas Kedokteran Hewan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Pengantar Profesi Kedokteran Hewan 2012-2013. Penulis juga aktif di berbagai
organisasi di IPB antara lain: anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Agria Swara
(2010-sekarang), anggota Organisasi Mahasiswa Daerah IPB Ikatan Pelajar
Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor (2010-sekarang), anggotan Ikatan Mahasiswa
Kedokteran Hewan Indonesia (2011-2012) dan anggota Himpunan Profesi Satwa
Liar FKH IPB (2011-sekarang). Penulis pernah melakukan magang di Pusat
Konservasi Gajah Sumatra di Way Kambas, Lampung Timur. Penulis juga aktif
berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kegiatan kemahasiswaan di Institut
Pertanian Bogor.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, penulis
menyusun skripsi berjudul “Variasi Individu dalam Keberhasilan Produksi Semen
Beku Domba Garut” di bawah bimbingan Prof Dr Dra R Iis Arifiantini MSi dan
Drh Muchidin Noordin.