Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara

KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN
PURSE SEINE 56 GT DI KOTA SIBOLGA
SUMATERA UTARA

KARTA JAYA HATORANGAN TAMBUNAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kelayakan Usaha
Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2014

Karta Jaya H Tambunan
NIM C44090009

ABSTRAK
KARTA JAYA H TAMBUNAN. Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan
Purse Seine 56 GT di Kota Sibolga Sumatera Utara. Dibimbing oleh MULYONO
S BASKORO dan ROZA YUSFIANDAYANI.
Berdasarkan ukuran jaring, purse seine di Sibolga dibedakan menjadi dua
jenis yaitu pukat rapat dengan panjang maksimal 750 meter, dan pukat tongkol
dengan panjang maksima 1.000 meter. Akibat penurunan jumlah produksi ikan
pelagis kecil di sekitar perairan Sibolga mengakibatkan nelayan beralih
menggunakan pukat tongkol
yang sebelumnya didominasi pukat rapat.
Produktivitas purse seine di Sibolga sebesar 6.025,3 ton/tahun. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan pukat tongkol serta mengetahui kelayakan usaha
melalui analisis finansial. Metode yang digunakan adalah survei dan experimental
fishing. Usaha perikanan purse seine 56 GT memperoleh keuntungan Rp.
557.816.018 per tahun dengan jumlah trip 25 trip/tahun. Alat tangkap purse seine

ini layak untuk dikembangkan berdasarkan nilai R/C ratio sebesar 1,34 dan lama
pengembalian invetasi dalam waktu 1-2 tahun.
Kata kunci: analisis finansial , perairan Sibolga, purse seine

ABSTRACT
KARTA JAYA H TAMBUNAN. The Business Feasibility of 56 GT Purse Seine
Fisheries in Sibolga of North Sumatera. Supervised by MULYONO S BASKORO
and ROZA YUSFIANDAYANI.
Based on the size of fishing gear, purse seine in Sibolga divided into two
types: pukat rapat with a maximum length of 750 meters, and pukat tongkol
maximum length 1,000 meters. Due to a decrease the production of small pelagic
fish in the Sibolga waters have impact fishermen used pukat tongkol with
previously dominated pukat rapat. Productivity of purse seine in Sibolga is
6,025.3 ton/year. This study aims to describe the pukat tongkol and determine the
feasibility of through financial analysis. The method used was a survey and
experimental fishing. Purse seine fisheries with 56 GT have Rp. 557,816,018 per
year with 25 trips per year. Purse seine fishing gear proper developed based on
R/C ratio of 1.34 and payback period within 1-2 years.
Keywords: financial analysis , Sibolga waters, purse seine


KELAYAKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN DENGAN
PURSE SEINE 56 GT DI KOTA SIBOLGA
SUMATERA UTARA

KARTA JAYA HATORANGAN TAMBUNAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di
Kota Sibolga Sumatera Utara

Nama
: Karta Jaya Hatorangan Tambunan
NIM
: C44090009
Mayor
: Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc
Pembimbing I

Dr Roza Yusfiandayani, SPi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Budy Wiryawan
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Pemanfaatan Sumerdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang dipilih pada penelitian yang
dilakukan di Kota Sibolga, Teluk Tapian Nauli pada bulan Februari – Maret 3013
ini adalah Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan dengan Purse Seine 56 GT di
Sibolga Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1) Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro, MSc dan Dr Roza Yusfiandayani, SPi selaku
komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan nasehat kepada
penulis selama meyelesaikan skripsi;
2) Dr Ir Anwar Bey Pane, DEA selaku penguji dan Dr Yopi Novita, SPi MSi
selaku komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
yang telah memberikan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi;
3) Orang tua tercinta, Ibu Orlide Simanjuntak beserta keluarga besar yang
senantiasa memberikan doa dan dukungan selama penulis menjalankan masa
studi di IPB.
4) Teman-teman PSP 46;

5) Pihak terkait yang tidak disebutkan satu persatu atas bantuan dalam
menyelesaikan penelitian dan skripsi.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir
kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pemabaca.
Bogor, Juli 2014

Karta Jaya H Tambunan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


METODE

4

Tempat dan Waktu Penelitian

4

Alat Penelitian

4

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

4

Metode Analisis Data

5


HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Teknis

7
7

Analisis Finansial

15

Pembahasan

17

KESIMPULAN DAN SARAN

19

Kesimpulan


19

Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

26

DAFTAR TABEL

1 Spesifikasi komponen alat tangkap purse seine di Sibolga
2 Jabatan, tugas, dan sistem bagi hasil nelayan purse seine di Sibolga
3 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim ikan dan musim angin
di Sibolga
4 Produktivitas perikanan purse seine di Sibolga
5 Pembiayaan operasional nelayan purse seine 56 GT per trip dan per
tahun di Sibolga
6 Harga hasil tangkapan purse seine 56 GT
7 Hasil analisis finansial purse seine 56 GT
8 Beberapa skenario sistem bagi hasil antara pemilik usaha dengan ABK
perikanan purse seine

9
11
13
15
16
16
16
18

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian
2 Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun
2007-2011
3 Bentuk umum alat tangkap purse seine di Sibolga
4 Bentuk umum kapal purse seine di Sibolga
5 Jumlah tenaga kerja per armada penangkapan ikan tahun 2011
6 Konstruksi rumpon di Sibolga
7 Metode pengopersian purse seine di Sibolga
8 Produksi alat tangkap di Sibolga tahun 2011

4
8
9
10
11
12
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Dokumentasi penelitian
Perhitungan analisis finansial perikanan purse seine 56 GT
Perincian pendapatan nelayan purse seine 56 GT
Perhitungan cash flow perikanan purse seine 56 GT

21
21
23
24

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Sibolga merupakan salah satu Kotamadya yang terdapat di Provinsi
Sumatera Utara yang terletak di Pantai Barat Sumatera dan berhadapan langsung
dengan Samudera Hindia yang merupakan satu kesatuan wilayah penangkapan
ikan (fishing ground) bagi nelayan di Sibolga. Menurut data statistik KKP (2011)
potensi perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan 572 (Samudera Hindia
sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda) sebesar 565.100 ton/tahun, sementara
produksi perikanan di WPP tersebut mencapai rata-rata 503.738 ton/tahun,
sehingga sisa potensi yang bisa dimanfaatkan sekitar 61.362 ton/tahun. Jumlah
ikan yang didaratkan di Sibolga mempunyai rata-rata 46.278,07 ton/tahun (DKP
Sibolga 2012). Berdasarkan data tersebut tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di
Sibolga belum optimal dan kemungkinan masih bisa ditingkatkan.
Potensi perikanan di WPP 572 didominasi oleh jenis ikan pelagis kecil
sebesar 315.900 ton/tahun (KKP 2011) sehingga dibutuhkan alat tangkap yang
bertujuan untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil. Menurut Brandt (2005),
bahwa purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap
ikan-ikan pelagis yang cenderung bergerombol. Prinsip pengoperasian purse seine
ditujukan untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol dengan cara
melingkari gerombolan ikan tersebut, kemudian bagian bawah jaring dikerutkan
dengan menarik tali kolor (purse line) melalui cincin-cincin yang terdapat pada
bagian tali ris bawah dan jaring akan berbentuk seperti mangkuk. Salah satu
dampak positif dari penggunaan purse seine adalah kemampuannya menghasilkan
hasil tangkapan dalam jumlah besar sehingga memberikan keuntungan yang besar
dan tentunya akan membutuhkan investasi yang besar pula (Harahap 2006).
Armada perikanan kelas menengah dan besar sangat erat hubungannya
dengan nelayan Sibolga, dimana alat tangkap yang banyak dioperasikan nelayan
adalah purse seine dan pancing ulur. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Sibolga (2012), jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga pada tahun 2011
berjumlah 106 unit sedangkan pancing ulur berjumlah 168 unit. Tahun 2004
mengalami penurunan dari 198 unit menjadi 152 unit. Berdasarkan survei awal
yang dilakukan, hal ini disebabkan karena ada beberapa kapal ukuran di bawah 30
GT tidak melakukan operasi penangkapan karena semakin jauhnya fishing ground,
sehingga pemilik purse seine dengan ukuran kapal di bawah 30 GT beralih
menggunakan kapal ukuran di atas 50 GT. Semakin bertambahnya ukuran kapal
maka alat tangkap yang dioperasikan juga akan semakin bertambah dan juga biaya
investasi yang semakin meningkat.
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk
mengkaji kelayakan usaha purse seine di atas 56 GT dari aspek teknis dan
finansial. Aspek finansial menyangkut modal dan keuntungan yang diperoleh serta
sejauh mana usaha ini layak untuk dikembangkan. Aspek teknis menyangkut
peralatan dan teknologi untuk memanfaatkan sumberdaya ikan berupa alat
tangkap, kapal, alat bantu peanangkapan, serta sarana penangkapan lainya.

2
Perumusan Masalah
Tingkat pemanfaatan rata-rata sumberdaya ikan di kota Sibolga setiap tahun
mencapai 14,6 % dari potensi Pantai Barat Sumatera (DKP Sibolga 2012). Hal ini
menandakan masih kurang optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan di kota
Sibolga. Hasil wawancara dengan nelayan purse seine 56 GT terdapat beberapa
faktor permasalahan yang terkait dengan hal ini adalah (1) adanya penurunan
jumlah upaya penangkapan yang disebabkan oleh karena penjualan kapal yang
memiliki ukuran kecil secara besar-besaran untuk digantikan dengan kapal besar,
(2) lokasi fishing ground yang semakin jauh sehingga membutuhkan biaya
operasional yang tinggi, (3) adanya kegiatan illegal fishing yang dilakukan oleh
kapal-kapal asing maupun nelayan lokal.
Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga sejak tahun 2004 mengalami
penurunan (DKP Sibolga 2012). Hal ini dipengaruhi oleh faktor fishing ground
yang semakin jauh sehingga tingkat keefektifan alat tangkap purse seine yang
didominasi ukuran kapal di bawah 30 GT semakin menurun. Tahun 2006
pengusaha perikanan purse seine dengan ukuran kapal di bawah 30 GT beralih
kepada purse seine dengan ukuran kapal di atas 50 GT.
Penambahan ukuran kapal akan berdampak pada jumlah produksi dan
investasi yang ditanamkan untuk satu unit penangkapan ikan. Secara langsung hal
ini akan berpengaruh pada tingkat pendapatan pemilik kapal (investor) dan ABK.
Hal inilah yang mendorong penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis
kelayakan usaha perikanan purse seine dengan ukuran kapal di atas 56 GT yang
ada di kota Sibolga. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
(1) Mendeskripsikan alat tangkap purse seine di atas 56 GT yang ada di wilayah
perairan Sibolga.
(2) Menghitung nilai produktivitas alat tangkap purse seine yang ada di wilayah
perairan Sibolga.
(3) Menganalisis aspek finansial dari penggunaan purse seine di atas 56 GT di
perairan laut Sibolga.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang nantinya diharapkan dari penelitian ini adalah:
(1) Memberikan masukan kepada pemerintah setempat terkait pengelolaan
perikanan purse seine di wilayah perairan Sibolga.
(2) Memberikan informasi supaya dapat dilakukan pengembangan perikanan
purse seine di wilayah perairan Sibolga di masa yang akan datang.

3
Perikanan purse seine di
Sibolga

Sumberdaya ikan
pelagis kurang
dimanfaatkan

Jumlah purse
seine menurun
tahun 2004

Kelayakan Purse
seine 56 GT belum
pernah diteliti

-------------------------------------------------------------------------------------------- Permasalahan

Aspek teknis

Aspek finansial

-------------------------------------------------------------------------------------------- Input
1. Unit penangkapan purse
seine 56 GT
2. Produktivitas
3. Sistem operasional
4. Rumpon

Analisis kelayakan usaha

-------------------------------------------------------------------------------------------- Proses
Kelayakan teknis

Kelayakan usaha

-------------------------------------------------------------------------------------------- Output

Pengembangan usaha
perikanan purse seine 56 GT

-------------------------------------------------------------------------------------------- Tujuan
Keterangan:
------ = batasan bagian alur pemikiran
= alur pemikiran

Gambar 1 Kerangka penelitian

4

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian pendahuluan dilaksanakan terlebih dahulu pada bulan Agustus
2012 untuk melakukan survei awal. Pengambilan data dan experimental fishing
dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2013 yang berlokasi di wilayah
perairan Sibolga dan tangkahan yang ada di sekitar Teluk Tapian Nauli Kota
Sibolga, Sumatera Utara.

Keterangan:

= Lokasi penelitian

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi,
stopwatch, alat tulis, data sheet, serta lembar kuisioner untuk wawancara. Obyek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit kapal purse seine 56 GT dan
satu unit rumpon.

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan
experimental fishing. Metode survei merupakan penyelidikan yang dilakukan
untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara
faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok
atau daerah (Nazir 1983). Metode experimental fishing dilakukan dengan uji coba

5
penangkapan secara langsung dengan menggunakan purse seine KM. Maskapai
Nusantara. Survei dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke
lapangan tempat nelayan mendaratkan hasil tangkapannya.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara, pengisian
kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan. Pengambilan responden
dilakukan dengan cara sampling atau pengambilan contoh. Jumlah kapal yang
dijadikan sampel sebanyak 5 unit kapal purse seine dengan ukuran 56 GT dengan
responden berjumlah 5 orang. Kelima responden tersebut merupakan nahkodan
atau kepala kamar mesin kapal purse seine. Pemilihan responden dilakukan
dengan pertimbangan bahwa responden mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Sibolga serta melakukan studi pustaka.
Jenis data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah:
1. Aspek teknis yang berhubungan dengan keragaan purse seine di Sibolga
1) Ukuran dan jumlah unit penangkapan purse seine;
2) Konstruksi dan metode pengoperasian menggunakan purse seine 56 GT;
3) Musim dan daerah penangkapan ikan purse seine 56 GT;
4) Konstruksi rumpon;
5) Komposisi hasil tangkapan dan jumlah trip per musim.
2. Aspek finasial
1) Biaya investasi awal unit penangkapan purse seine 56 GT;
2) Biaya operasional nelayan per trip;
3) Harga jual hasil tangkapan;
4) Pendapatan nelayan.
Jenis data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Jumlah unit penangkapan yang ada di Sibolga selama tahun 2007-2011;
2. Produksi perikanan di Sibolga selama tahun 2007-2011;
3. Peta lokasi daerah penangkapan pure seine 56 GT;
4. Keadaan umum daerah penelitian berupa letak geografis, keadaan perikanan,
kependudukan.
Metode Analisis Data
Analisis Teknis
Aspek teknis yang menjadi tolak ukur untuk mengetahui keefektifan operasi
penangkapan dengan purse seine antara lain konstruksi purse seine, metode
penangkapan, komposisi hasil tangkapan, musim dan daerah penangkapan ikan
(Aminah 2010). Penilaian aspek teknis lebih dititik beratkan pada penilaian
produktifitas alat tangkap yang dilihat dari data sekunder.
Produktivitas merupakan suatu alat ukur untuk mengetahui apakah sebuah
alat tangkap itu sudah efesien secara teknis atau tidak. Produktivitas juga
merupakan pembanding antara hasil penangkapan dengan semua input
sumberdaya yang dipergunakan (Hanafiah 1986). Penghitungan nilai produktivitas
perikanan purse seine menggunakan data sekunder dengan menggunakan
persamaan berikut.

6
J
J
J

Analisis Finansial
Analisis finansial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis dari
segi investasi dan pendapatan usaha perikanan purse seine. Analisis finansial yang
dilakukan diantaranya adalah analisis usaha dan analisis kelayakan usaha
perikanan purse seine di Kota Sibolga. Suatu usaha dapat dijalankan, bila
diharapkan: (1) memberikan keuntungan untuk memenuhi setiap kewajiban untuk
jangka pendek, (2) berkembangnya kemampuan untuk membiayai operasi
terutama dari modal sendiri dan bukan kreditpada suatu saat, dan (3) dapat
membayar semua beban pembiayaan. Kelayakan finansial harus mengungkapkan
secara terperinci apakah usaha atau kegiatan ekonomi akan menguntungkan dalam
suasana persaingan, risiko bisnis, kondisi perekonomian, tidak stabil dan lain-lain
(Telaunbanua 2009).
Analisis finansial dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan
keuangan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai.
Analisis finansial yang dilakukan antara lain analisis pendapatan usaha, analisis
imbangan penerimaan dan biaya (Revenue Cost Ratio), analisis Return of
Investment (ROI), dan analisis payback period.
Secara matematis formula yang digunakan untuk menghitung analisis
pendapatan usaha menurut Djamin dalamAminah (2010) adalah :

 = TR - TC
Keterangan:
π
= Keuntungan
TR = Penerimaan total
TC = Total biaya

Ketentuan :
TR > TC, maka usaha mengalami keuntungan
TR < TC, maka usaha mengalami kerugian
TR = TC, maka usaha tidak untung maupun tidak rugi.
Sebuah usaha perlu dilakukan analisis keuangan yang bertujuan
membandingkan kinerja antar periode atau untuk mengevaluasi proyek investasi.
Metode yang perlu digunakan adalah membandingkan seluruh sumberdaya yang
keluar dengan laba usaha yang diperoleh. Menghitung besar keuntungan yang
diperoleh dibandingkan dengan besarnya investasi yang ditanam menggunakan
persamaan Glueck dan Jauch dalam Yusfiandayani (1997).

7
I

I
Keterangan:
ROI = Return On Investment (tingkat pengembalian)
LB = Laba Bersih
I
= Jumlah investasi yang ditanam

Analisis revenue cost ratio digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil
yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan
atau tidak. Suatu usaha dikatakan untung dan layak dilanjutkan apabila R/C ratio
> 1 (Sugiarto et al. 2002). RC Ratio dapat diperoleh melalui rumus:

Keterangan:
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
TC = Total Biaya (Total Cost)

Analisis payback period digunakan untuk dapat menghitung waktu yang
diperlukan oleh net benefit untuk mengembalikan seluruh biaya investasi yang
telah digunakan untuk kegiatan usaha perikanan. Adapun formulauntuk
menghitung nilai payback period adalah sebagai berikut (Glueck dan Jauch dalam
Yusfiandayani 1997):
I
Keterangan:
PP
= Payback Period
LB = Laba Bersih
I
= Jumlah investasi yang ditanam

Kriteria:
Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum ketentuan
payback period maka usaha tersebut layak untuk dilanjutkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Teknis
Unit Penangkapan Ikan
Jumlah unit penangkapan purse seine menempati urutan ketiga terbanyak
setelah pancing ulur dan bubu. Tahun 2011 ada 106 unit penangkapan purse seine
yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Sibolga maupun di tangkahan yang
ada di sekitarnya. Jumlah ini mengalami penambahan satu unit penangkapan dari
tahun sebelumnya (DKP Sibolga 2012).
(1) Alat Tangkap Purse Seine
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991), purse seine adalah sejenis
alat tangkap yang terdiri dari jaring yang membentang antara tali ris atas yang
dilengkapi sejumlah pelampung dan tali ris bawah yang dipasang pemberat.

8
Hubungan antara pelampung dan pemberatnya sangat erat agar jaring bisa
membuka dan membentang dengan baik. Bagian tali ris bawah digantungkan
purse (cincin), dimana pada cincin terdapat purse line (tali kolor) yang berfungsi
untuk mengerucutkan bagian bawah jaring.
Jumlah alat tangkap purse seine di Sibolga tahun 2008 sampai 2010 relatif
konstan dengan jumlah 105 unit, pada tahun 2007 mengalami penurunan,
sedangkan pada tahun 2011 mengalami penambahan (Gambar 3).
107

106

Jumlah (unit)

106
105

105

105

105

2008

2009

2010

104
103
102

102

101
100
2007

2011

Tahun
Gambar 3 Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun
2007-2011
Jaring yang dioperasikan oleh nelayan Sibolga memiliki panjang 500-1.000
meter dan lebar 60-80 meter. Berdasarkan panjang jaring, nelayan di Sibolga
membedakan purse seine menjadi dua jenis yaitu pukat rapat dengan panjang
maksimal 750 meter dan pukat tongkol dengan panjang maksimal 1000 meter.
Konstruksi pukat cincin terdiri dari beberapa komponen seperti tali ris atas (head
rope), tali ris bawah (foot rope), sayap (wing), badan (body), kantong (bunt),
serampat atas (upper selvedge), dan serampat bawah (lower selvedge), pelampung,
pemberat serta dilengkapi dengan tali kolor (purse line). Benang sintesis banyak
digunakan sebagai bahan komponen pukat cincin, antara lain polyamide (PA),
nylon dan polyethylene (PE). Bagian jaring yang terbuat dari benang PA
digunakan sebagai komponen utama pembuat jaring dengan ukuran mata jaring
berkisar antara 3-4 cm. Jaring yang terbuat dari bahan PE digunakan pada jaring
serampat dengan ukuran mata jaring 2 inchi.
Serampat bertujuan untuk memperkuat pukat cincin sewaktu dioperasikan
terutama pada waktu hauling. Tali ris bawah berfungsi untuk menggantungkan
cincin dan pemberat, tali ini terbuat dari polyethylene dengan diameter 15 mm dan
panjang 1000 meter. Tali kolor (purse line) berguna untuk mengerucutkan pukat
cincin pada bagian bawah saat hauling, jika seluruh ring telah terkumpul maka
cincin pada bagian bawah akan berkumpul menjadi satu dan jaring akan
membentuk seperti mangkuk. Pelampung yang digunakan alat tangkap purse seine
di Sibolga umumnya berwarna kuning dan putih dengan ukuran diameter 11 cm
dan panjang 20 cm. Melalui lubang dari cincin-cincin tersebut dimasukkan tali
kerut (purse line). Pemberat yang digunakan terbuat dari bahan timah hitam
(plumbum) dengan panjang 38 mm dan diameter lubang 16 mm. Gambaran umum
komponen alat tangkap purse seine dapat dilihat pada Gambar 4.

9

Keterangan:
A
= Kantong
B
= Badan sayap
C
= Sayap
D
= Selvadge (Srampad)
E
= Tali ris atas

F
G
H
I
J

= Tali ris bawah
= Pemberat
= Pelampung
= Tali kolor (purse line)
= Cincin

Gambar 4 Bentuk umum alat tangkap purse seine di Sibolga
Spesifikasi alat tangkap purse seine di Sibolga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi komponen alat tangkap purse seine di Sibolga
Keterangan gambar
Bahan
Spesifikasi
Kantong
Polyamide
Mesh size = 3 cm
Badan jarring
Polyamide
Mesh size = 3-4 cm
Sayap
Polyamide
Mesh size = 4 cm
Selvadge (Srampad)
Polyethylene
Mesh size = 2 inchi
Tali ris atas
Polyethylene
Panjang = 1000 m
Tali ris bawah
Polyethylene
Panjang = 1000 m
Pemberat
Timah
Berat @ 3 kg
Pelampung
Polyvinyl chloride
Ø = 11 cm, panjang = 20 cm
Tali kolor
Polyethylene
Panjang = 1.500 meter
Cincin
Besi
Ø = 5 cm
(2) Kapal Purse Seine
Perikanan purse seine di perairan Sibolga tergolong pada perikanan skala
kecil dan menengah. Nelayan Sibolga menggunakan kapal dengan ukuran 10-100
GT untuk menangkap ikan pelagis yang dilengkapi dengan alat navigasi serta alat
bantu penangkapan lainnya. Kapal juga dilengkapi dengan dua buah sampan
untuk membantu proses setting dan hauling.
Bahan utama pembuatan kapal purse seine adalah kayu yang terdapat di
sekitar daerah Sibolga maupun Tapanuli Tengah. Jenis-jenis kayu yang digunakan

10
adalah kayu meranti, damar laut dan kayu rasak. Kapal purse seine di Sibolga
umumnya mempunyai panjang total kapal (LOA ) 15-28 meter dengan lebar kapal
(B) 3,5-7 meter dan tinggi kapal (D) 2 meter. Mesin utama berkekuatan 120-370
PK dengan merek yang berbeda seperti Yamaha, Nissan, dan Mitsubishi. Kapal
yang digunakan dalam penelitian ini adalah KM. Maskapai Nusantara berukuran
56 GT yang mempunyai jarak fishing ground antara 300 mil sampai dengan 500
mil dari fishing base. Kapal tersebut memiliki beberapa ruang yaitu ruang kemudi,
ruang mesin, rumah ABK, palka beserta gudang. Ruang palka terdapat pada
haluan bagian bawah kapal yang terdiri dari 4 pintu untuk tempat hasil tangkapan,
2 pintu untuk tempat air es, dan 2 pintu untuk tempat air bersih. Bentuk umum
kapal purse seine yang dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) Tampak atas
Keterangan:
A1 : Palka tempat air es
A2 : Palka tempat hasil tangkapan
A3 : Palka tempat air bersih

B : Ruang kemudi
C : Rumah nelayan
D : Gudang

(b) Tampak samping
Gambar 5 Bentuk umum kapal purse seine di Sibolga
Sumber: Harahap 2006
(3) Nelayan dan Sistem Bagi Hasil
Nelayan adalah bagian dari unit penangkapan yang mempunyai peran
penting dalam keberhasilan sebuah operasi penangkapan ikan. Keberhasilan ini
sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya nelayan dalam menggunakan dan
mengoperasikan unit penangkapan ikan yang dimiliki. Berdasarkan data yang
didapat dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sibolga jumlah nelayan yang bekerja
untuk perikanan purse seine pada tahun 2011 berjumlah 4.240 jiwa dari total
nelayan Sibolga yang berjumlah 7.775 jiwa. Jumlah tenaga kerja per armada
penangkapan ikan di Sibolga pada tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.

11

Jumlah Tenaga Kerja

5000
4000

4240

3000
2000
1000
0

1352
300

192

0

170

441

840
50

190

Gambar 6 Jumlah tenaga kerja per armada penangkapan ikan tahun 2011
Jumlah nelayan dalam satu unit perikanan purse seine umumnya berjumlah
45 orang yang terdiri dari nelayan tetap danjuga nelayan sambilan. Nelayan tetap
adalah kapten kapal, juru mesin, juru masak dan juru sampan, sedangkan lainnya
adalah nelayan sambilan.
Sistem bagi hasil produksi hasil tangkapan purse seine di Sibolga setelah
dikeluarkan semua biaya operasional adalah 60% untuk pemilik dan 40% untuk
ABK. Jabatan, tugas masing-masing ABK dan sistem bagi hasil dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2 Jabatan, tugas, dan sistem bagi hasil nelayan purse seine di Sibolga
Jumlah Jumlah Persentase
No.
Jabatan
Tugas
Bagian ABK
(%)
1. Nahkoda
Juru mudi
3
1
5,83
Wakil
Pengganti tugas
2.
2
1
3,88
Nahkoda
nakhoda
Mengoperasikan dan
3. KKM
2
1
3,88
merawat mesin kapal
Pengganti atau
4. Wakil KKM
1,5
1
2,91
menemani KKM
Juru
Menurunkan dan
5.
2
3
11,65
Lampung
menaikkan pelampung
Membantu merapikan
6. Juru Sampan
1,5
2
5,83
pelingkaran jaring
Menurunkan dan
7. Juru Batu
2
2
5,83
menarik pemberat
Menyediakan makanan
8. Juru Masak
2
2
7,77
dan minuman nelayan
Mengatur posisi
9. Juru Haluan
1,5
2
5,83
kapalsaat tambat labuh.
Menurunkan dan
10. ABK Biasa
1
30
46,60
menarik jaring
Total
45
100

12
(4) Alat Bantu Penangkapan Ikan
Alat bantu penangkapan yang digunakan dalam satu unit purse seine di
Sibolga adalah rumpon dan cahaya yang berfungsi mengumpulkan ikan di suatu
area penangkapan. Serok berfungsi untuk memindahkan hasil tangkapan dari
perairan ke atas kapal, power block berfungsi untuk menggulung tali kolor dengan
tenaga mesin, sampan yang berfungsi untuk membantu saat proses setting maupun
hauling. Alat navigasi seperti GPS, kompas, fish finder, dan radio komunikasi
sangat berguna untuk membantu posisi rumpon dan untuk melakukan operasi
penangkapan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan bahwa rumpon yang
digunakan nelayan Sibolga telah mempunyai teknologi yang baik. Hal ini dapat
terlihat dari material yang digunakan seperti pengapung dari plat besi yang diisi
dengan sterefoam cor, tali pemberat terbuat dari rantai dan tali serat sintesis,
pemberat terbuat dari coran beton seberat 1.800 kg dan material pemikat dari daun
nibung yang dipasang pada kedalaman perairan sekitar 2.000 meter. Menurut hasil
wawancara dengan nelayan pembuatan 6 unit rumpon dapat mencapai Rp.
45.562.500, sedangkan untuk cahaya, nelayan Sibolga umunya menggunakan
lampu halogen dengan ukuran 1.000 watt dengan jumlah 38-42 buah. Konstruksi
rumpon di Sibolga dapat dilihat pada Gambar 7.
Keterangan:
A = Pengapung (besi berisi
sterofoam cor)
B = Sayatan ban luar truk
C = Segel
D = Rantai (15 meter)
E = Kili-kili
F = Pemberat pegas
G = Tali PA
H = Kili-kili
I
= Pemberat
J
= Tali PA
K = Pemikat (daun nibung)
L = Pemberat

Gambar 7 Konstruksi rumpon di Sibolga
Daerah dan Musim Penangkapan Ikan
Kapal purse seine yang berukuran 10-30 GT beroperasi selama 6-10 hari
dengan jarak fishing base ke fishing ground berkisar antara 25 mil sampai dengan
200 mil dengan waktu tempuh 2-12 jam pelayaran. Mereka biasanya melakukan
penangkapan di sekitar pulau Mursala, Pantai Barat Sumatera yang meliputi
daerah Padang, Aceh dan ada juga yang sampai ke Bengkulu. Beda halnya dengan
kapal yang berukuran di atas 50 GT yang beroperasi selama 10-14 hari bahkan

13
ada yang sampai 16 hari dengan jarak fishing ground sejauh 200-500 mil. Mereka
biasanya melakukan penangkapan di laut lepas dengan waktu tempuh 2 hari
pelayaran untuk mencapai fishing ground.
Musim penangkapan di wilayah perairan Sibolga dikelompokkan menjadi
tiga musim. Musim puncak terjadi pada bulan Februari sampai Mei, musim
paceklik terjadi pada bulan Juni sampai bulan Oktober. Musim sedang terjadi pada
bulan November sampai Januari (Tabel 3). Kegiatan penangkapan yang dilakukan
oleh nelayan Sibolga berlangsung sepanjang tahun (Nontji 2007).
Tabel 3 Musim penangkapan ikan berdasarkan musim ikan dan musim angin di
Sibolga
Musim
ikan

DPI

Bulan
Musim
DPI
angin

Puncak
Feb

Mrt

Apr

Paceklik
Mei

Peralihan 1

Jun

Jul Ag
Musim
timur

Sep

Sedang
Okt Nov
Peralihan
2

Des Jan
Musim
barat

Metode Pengoperasian Purse Seine
Kapal yang digunakan dalam penelitian adalah KM. Maskapai Nusantara
yang melakukan operasi penangkapan selama 16 hari. Nelayan terlebih dahulu
mempersiapkan perbekalan selama operasi sebelum menuju fishing ground.
Waktu yang dibutuhkan nelayan untuk sampai di fishing ground adalah selama
dua hari. Selama perjalanan menuju fishing ground, nelayan masih melakukan
pencarian fishing ground walaupun sebenarnya mereka sudah mempunyai daerah
penangkapan di sekitar rumpon. Nelayan mencari fishing ground berdasarkan
pengetahuan mereka seperti terdapatnya burung camar di atas permukaan perairan
dan adanya buih di tengah-tengah perairan menjadi alat nelayan untuk
menentukan sebuah fishing ground. Nelayan juga menggunakan fish finder untuk
mendeteksi gerombolan ikan di dalam perairan.
Saat kapal berada di kawasan rumpon, kapal ditambatkan pada pengapung
rumpon kemudian pada pukul 18.00 WIB tali tambat kapal dilepas dan kapal
mengapung sambil menyalakan lampu hingga pukul 04.00 WIB. Pukul 04.30
WIB satu persatu lampu mulai dimatikan dan yang tinggal adalah lampu sampan
yang telah diturunkan terlebih dahulu. Nelayan kemudian menurunkan pelampung
tandayang diikuti dengan penurunan jaringyang diletakkan di sisi kanan kapal
sembarikapal bergerak melingkar ke arah kanan dengan kecepatan 7 knot. Apabila
kapal berada pada posisi pelampung tanda, maka tali kolor (purse line) ditarik
menggunakan penggulung (roller) sehingga bagian bawah jaring akan mengerucut.
Berikutnya adalah nelayan menarik pelampung dan jaring sehingga yang
tertinggal dalam air adalah bagian kantong. Ikan yang terkumpul dalam kantong
ini kemudain diangkat ke atas dek menggunakan serok untuk disortir sebelum
dimasukkan ke dalam palka. Proses hauling selesai, kemudian alat tangkap
dibersihkan, disusun dan diperbaiki kembali untuk memudahkan pengoperasian
selanjutnya. Bagan alir metode pengoperasian purse seine dapat dilihat pada
Gambar 8.

14
Mulai
fishing base
Menuju fishing ground
Tiba di fishing ground
Penyalaan lampu mulai dari malam hari
sampai pagi jam 04.30 WIB dengan
keadaan kapal mengapung
Pemadaman lampu secara bertahap ± 30 menit
Penurunan jaring (setting) ± 1 jam
Penarikan jaring (hauling) ± 3 jam
Pengangkatan hasil tangkapan ± 1 jam
Penanganan hasil tangkapan dan
merapikan jaring ± 2 jam

Ya

Lama trip kurang dari 18
hari dan perbekalan
mencukupi

Tidak

Kembali ke fishing base ± 2 hari

Selesai
Gambar 8 Metode pengoperasian purse seine di Sibolga

15
Jenis dan Jumlah Hasil Tangkapan
Ikan-ikan yang menjadi hasil tangkapan purse seine umumnya adalah ikan
pelagis yang hidup bergerombol terutama ikan cakalang dan baby tuna.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama trip dan di tangkahan yang ada di
Sibolga dapat diketahui bahwa jenis ikan yang umumnya tertangkap adalah ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis), yellowfintuna (Thunnus albacares), dan
bluefintuna (Thunnus thynnus) untuk kapal yang beroperasi di atas 50 GT.
Produksi hasil tangkapan purse seine selama 6-8 kali setting dalam satu trip
penangkapan adalah 10-14 ton pada musim puncak, musim sedang hanya
mendapatkan 5-7 ton, sedangkan pada musim paceklik nelayan hanya
mendapatkan 2-3 ton.
Produktivitas
Produktivitas purse seine di Sibolga pada tahun 2011 menempati urutan ke
dua setelah perikanan pukat ikan (trawl) yang pengoperasiannya illegal (Gambar
9).
10566.1
Produksi (ton/trip)

10200
8200
6200

6025.3
4282.1

4200

2663.1

2838.4

2200

395.5

524.9

Pancing

Bubu

200
Pukat
Cincin

Bagan
Perahu

Jaring
Insang

Pukat
Ikan
(trawl)

Trammel
Net

Gambar 9 Produksi alat tangkap di Sibolga tahun 2011
Produktivitas perikanan purse seine per trip adalah sebesar 6.025.300 kg per
trip. Sedangkan setiap unit penangkapan purse seine mempunyai produktivitas
sebesar 57.383,81 kg per unit dalam satu trip (Tabel 4).
Tabel 4 Produktivitas perikanan purse seine di Sibolga
Produktivitas
Nilai Akhir
Per trip
6.025.300
Per kapal
57.383,81
Per hari operasi
4.781,98
Per nelayan
1.434,59

Satuan
(kg)
(kg/unit/trip)
(kg/unit/hari)
(kg/org/trip)

Analisis Finansial
Hasil tangkapan purse seine dengan menggunakan kapal 56 GT
menunjukkan produksi ikan pelagis yang sangat besar. Penambahan upaya
tentunya akan mengakibatkan terjadinya penambahan biaya. Purse seine 56 GT
melakukan operasional penangkapan ikan rata-rata 25 trip dalam setahun dengan

16
biaya operasional sebesar Rp. 1.314.109.132 dalam satu tahun dan setiap tripnya
menghabiskan biaya rata-rata sebesar Rp. 22.770.000 (Tabel 5).
Tabel 5 Pembiayaan operasional nelayan purse seine 56 GT per trip dan per
tahun di Sibolga
No.
Uraian
Satuan
Nilai Akhir
1. Biaya Operasional Nelayan Per Trip
Ransum
Rp./trip
4.773.000
Solar
Rp./trip
15.288.750
Oli
Rp./trip
521.250
Minyak Tanah
Rp./trip
108.250
Rumpon
Rp./trip
2.078.750
Sub Total
Rp./trip
22.770.000
2. Biaya Operasional Tahunan
Biaya Operasional
Rp./tahun
569.250.000
Biaya Retribusi
Rp./tahun
110.671.120
Gaji Anak Buah Kapal
Rp./tahun
634.188.012
Total Biaya Operasional
Rp./tahun
1.314.109.132
*Harga bahan bakar diasumsikan pada saat penelitian di tahun 2013
Solar = Rp. 4.500 per liter; Oli= Rp. 10.000 per liter; Minyak tanah = Rp. 10.000 per
liter

Hasil tangkapan pada umumnya di daratkan di tangkahan yang ada di sekitar
pantai Sibolga. Keberadaan tangkahan ini sangat berdampak pada penentuan
harga ikan. Berdasarkan wawancara pada nelayan, harga ikan berbeda-beda di
setiap tangkahan. Rata-rata harga ikan di Sibolga dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok seperti yang terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Harga hasil tangkapan purse seine 56 GT
Harga (Rp.)
Hasil
Tangkapan
Musim Puncak
Musim Sedang
Cakalang
10.000
11.500
Baby Tuna
15.500
17.500

Musim Paceklik
15.000
23.000

Analisis finansial yang dilakukan antara lain analisis pendapatan usaha,
analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue Cost Ratio), Payback Period
(PP), dan analisis Return of Investment (ROI). Hasil penelitian menunjukkan
usaha perikanan purse seine di atas 50 GT menunjukkan keuntungan yang cukup
besar bagi pemilik usaha (Tabel 7).
Tabel 7 Hasil analisis finansial purse seine 56 GT
No.
Aspek Analisis Finansial
Satuan
1. Investasi Awal
Rp.
2. Total Penerimaan
Rp./tahun
3. Total Pengeluaran
Rp./tahun
4. Keuntungan
Rp./tahun
5. R/C Ratio
6. Return of Investment (ROI)
%
7. Payback Period
Tahun

Nilai Akhir
775.927.500
2.213.422.400
1.655.606.382
557.816.018
1,34
71,89
1,39

17
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis usaha perikanan purse seine 56
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 557.816.018 dan waktu pengembalian
investasi selama 1,39 tahun.

Pembahasan
Kapal purse seine di Sibolga mempunyai panjang 15-28 meter, lebar 3,5-7
meter dan tinggi 2 meter. Kapal ini tergolong besar jika dibandingkan dengan
kapal purse seine yang berada di pesisir utara pulau Jawa, yaitu panjang kapal
minimal 15-18 meter, lebar 3-5 meter dan dalam 1,5 meter (Yusron 2005 dalam
Tanjaya 2011). Dibandingkan dengan kapal purse seine yang ada di Pekalongan,
ukuran kapal purse seine yang ada di Sibolga lebih kecil dibandingkan dengan di
Pekalongan. Menurut Hufiadi dalam Tanjaya (2011) panjang kapal purse seine di
Pekalongan minimal 30,2 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter.
Ukuran jaring purse seine di beberapa daerah juga berbeda-beda. Sebagai contoh,
purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang
memiliki panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1.350 m, lebar dari 60
hingga 85 m (Chaliluddin 2002 dalam Tanjaya 2011), di Pekalongan panjang
jaring 350-600 meter dengan lebar 90-110 meter, di Kabupaten Maluku Tenggara
panjang jaring antara 200-400 m dan lebar 60-75 m (Tanjaya 2011). Ukuran kapal
purse seine di Sibolga tergolong besar jika dibandingkan dengan beberapa daerah,
akan tetapi ukuranya lebih kecil jika dibandingkan dengan kapal purse seine yang
ada di Pekalongan. Jaring purse seine di Sibolga juga tergolong ukuran besar jika
dibandingkan dengan di daerah lain.
Nelayan purse seine di Sibolga menggunakan rumpon dan cahaya untuk
mengumpulkan ikan dalam catchable area. Lampu yang digunakan saat operasi
mempunyai total daya di atas 30.000 watt. Hal ini bertentangan dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011
mengenai jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan dan alat
b
,
≥ 30 G
≤ 16.000 w . H
oleh nelayan yang
kurang tahu terhadap peraturan pemerintah dan keinginan nelayan untuk
mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Jenis ikan yang tertangkap oleh purse seine di atas 50 GT adalah ikan
perenang cepat seperti Cakalang (Katsuwonus pelamis), Tuna (Thunus sp), dan
Tongkol (Euthynnus sp). Saat operasi penangkapan dengan menggunakan KM.
Maskapai Nusantara, proses setting hanya dilakukan pagi hari saja. Malam hari
nelayan memancing di sekitar rumpon untuk menambah pendapatan. Selain gaji
dari pemilik kapal dan hasil memancing, nelayan juga mendapatkan penghasilan
dari hasil tangkapan yang sudah dipisahkan untuk dijual oleh nahkoda di tengah
laut. Hasil penjualan ini tidak masuk ke dalam kas pemilik kapal. Penjualan ikan
di tengah laut ini akan mengakibatkan data produksi perikanan tangkap di Sibolga
kurang akurat, karena tidak sesuai dengan hasil tangkapan yang sesungguhnya.
Menurut wawancara dengan nelayan, sistem bagi hasil antara pemilik kapal
dengan ABK kurang mencukupi, mengingat besarnya risiko, tenaga, waktu serta
penderitaan yang dialami oleh nelayan dalam memperoleh hasil tangkapan,
sehingga mereka menjual sebagian hasil tangkapan di tengah laut.

18
Purse seine merupakan alat tangkap ke dua paling produktif di Sibolga
setelah alat tangkap pukat ikan (trawl). Keberadaan trawl ini membuat nelayan
purse seine merasa khawatir akan ketersediaan stok ikan di sekitar perairan
Sibolga yang semakin hari semakin menurun. Faktor lain adalah praktek illegal
fishing yang dilakukan oleh kapal-kapal asing terutama yang berasal dari negara
Thailand yang memiliki teknologi dan perlengkapan yang canggih mengakibatkan
terjadinya konflik sosial antara nelayan. Penggunaan bom untuk menangkap ikan
juga masih kerap dilakukan oleh nelayan lokal sehingga mengakibatkan kerusakan
pada habitat ikan. Hasil analisis finansial usaha menunjukkan bahwa usaha
perikanan purse seine 56 GT layak dikembangkan jika melihat nilai R/C ratio > 1
yang menunjukkan usaha ini layak dilanjutkan. Berdasarkan perhitungan cash
flow dengan perkiraan 10 tahun produksi, pengusaha mendapatkan rata-rata
keuntungan bersih Rp. 610.270.268 per tahun.
Sistem bagi hasil yang berlaku di Sibolga yaitu 60 % untuk pemilik kapal
dan 40% untuk nelayan ABK. Meningkatkan pendapatan para ABK tersebut
hendaknya sistem bagi hasil yang berlaku selama ini perlu ditingkatkan lagi.
Harga ikan yang berlaku di setiap tangkahan perlu diawasi oleh Dinas
Pemerintahan setempat untuk mengurangi risiko permainan harga di tangkahan
yang ada di Kota Sibolga. Jumlah pendapatan yang diperoleh ABK pada beberapa
skenario dalam sistem pembagian keuntungan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Beberapa skenario sistem bagi hasil antara pemilik usaha dengan
ABK perikanan purse seine
Sistem bagi hasil
Rata-rata pendapatan
Pengusaha
ABK
Pengusaha (Rp/tahun) ABK (Rp/orang/tahun)
60
40
557.816.018
21.743.589
55
45
478.542.517
24.461.538
50
50
399.269.015
27.179.486
45
55
319.995.514
29.897.435
40
60
240.722.012
32.615.384
Berdasarkan tabel di atas, disarankan sistem pembagian hasil antara pemilik
dengan ABK masih bisa ditingkatkan menjadi 40:60. Hal ini sangat terlihat jelas
jumlah keuntungan yang didapatkan oleh kedua pihak, dimana nelayan sudah
memperoleh pendapatan yang lebih baik dan pemilikpun mendapatkan
keuntungan yang cukup banyak yaitu sebesar Rp. 240.722.012 per tahun, dimana
investasi perusahaan masih bisa kembali pada tahun ke tiga. Berdasarkan sistem
bagi hasil yang berlaku, nelayan ABK biasa hanya mendapatkan upah rata-rata
Rp. 483.190,87 per orang per trip, jika ditambah dengan hasil memancing selama
satu trip bisa mencapai Rp. 1.000.000 lebih.
Keberadaan tangkahan di Sibolga membuat jumlah hasil tangkapan yang
didaratkan di PPN Sibolga rendah. Hal ini terlihat pada saat penelitian, bahwa
kapal yang mendaratkan hasil tangkapanya di PPN Sibolga sangat sepi,
berbanding terbalik dengan tangkahan-tangkahan yang ada di Sibolga. Menurut
wawancara dengan pegawai PPN Sibolga bahwa tangkahan ini sudah lebih dahulu
beroperasi di Sibolga dibandingkan Tempat Pendaratan Ikan (TPI) milik
pemerintah, sehingga aktivitas pedaratan ikan di tangkahan ini lebih ramai dari
TPI PPN Sibolga, padahal tangkahan tersebut termasuk tempat pendaratan ikan
yang masih illegal (Simatupang 2010).

19

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Kapal yang mengoperasikan alat tangkap purse seine di Sibolga mempunyai
panjang 15-28 meter, lebar 3,5-7 meter dan tinggi kapal 2 meter yang terbuat
dari bahan utama kayu, dengan mesin utama 120-170 PK. Jaring yang
digunakan nelayan Sibolga umumnya mempunyai panjang 500-1000 meter
dan lebar 60-80 meter dengan bahan polyamide dan polyethylene.
(2) Produktivitas purse seine di Sibolga adalah 57.383,81 kg per kapal dalam satu
trip.
(3) Penangkapan ikan dengan menggunakan purse seine 56 GT memerlukan biaya
operasional Rp. 22.770.000 per trip dengan lama operasi 12-16 hari. Usaha
perikanan purse seine di atas 50 GT memperoleh keuntungan sebesar Rp.
557.816.018 per tahun dengan jumlah trip 25 trip/tahun. Usaha ini layak untuk
dikembangkan berdasarkan nilai R/C ratio sebesar 1,34 dan lama
pengembalian invetasi dalam jangka waktu 1-2 tahun.

Saran
Saran dari penelitian ini adalah:
(1) Pemerintah perlu meninjau ulang kapal purse seine yang menggunakan lampu
di atas 1.600 watt untuk mencegah penggunaan daya lampu yang berlebihan.
(2) Perlu dilakukan penelitian untuk menghitung optimasi armada penangkapan
yang disesuaikan dengan stok persediaan ikan di fishing ground.
(3) Sistem bagi hasil yang berlaku perlu ditinjau ulang, karena penghasilan
nelayan kurang mencukupi untuk kehidupan yang layak.

20

DAFTAR PUSTAKA
Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan Investasi Optimal Sumberdaya
Rajungan dengan Jaring Rajungan di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor (ID).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.144 hal.
Brandt AV. 2005. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. Stratfordupon-Avon : Warwickshire: Avon Litho Ltd. 418 pp.
[Ditjen] Direktorat Jenderal Perikanan. 1991. Petunjuk Dasar Purse Seine dan
Lampara Dasar. Departemen Pertanian, Jakarta, 24 hal.
[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sibolga.2012. Buku Tahunan Statistik
Perikanan Kotamadya Sibolga.Hasil Survey Produksi Perikanan.Sibolga.
Fridman AL. 1986. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkap Ikan.
Diterjemahkan oleh Badan Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang. 1988.
Calculations For Fishing Gear Design. 304 hal.
Hanafiah AM. 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia. 208 hal.
Harahap H. 2006. Optimasi Perikanan Purse Seine di Perairan Laut Sibolga
Provinsi Sumatera Utara [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.187 hal.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Jalur
Penangkapan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia. Jakarta (ID).
Nazir M. 1983. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. 622 hal.
Nikijuluw VPH. 2005. Politik Ekonomi Perikanan Bagaimana dan Kemana Bisnis
Perikanan?. Jakarta: PT.FERACO.
Nontji A. 2007. Laut Nusantata. Jakarta (ID): Djambatan. 372 hal.
Simatupang SM. 2010. Dampak Tangkahan Terhadap Pendaratan Hasil
Tangkapan di Pelabuhan Perikanan Musantara Sibolga, Tenaga Kerja dan
Pendapatan Daerah [Skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Istitut Pertanian Bogor.122 hal.
Sugiarto, Sudjana R, Kelana S, Herlambang T, Brastoro. 2002. Ekonomi Mikro:
Sebuah Kebijakan Komperhensif. Jakarta (ID): Gramedia PustakaUtama. 514
hal.
Tanjaya E. 2011. Kajian Perikanan Purse Seine Mini di Desa Sathean Kabupaten
Maluku Tenggara. [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Telaunbanua SJ. 2009. Studi Pengembangan Perikanan Tangkap di Kabupaten
Nias [Tesis]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.216 hal.
Yusfiandayani R. 1997. Studi Tentang Perikanan Mini Purse Seine di Lempasing,
Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung dan Prospek
Pengembangannya. [Skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 92 hal.

21
Lampiran 1 Dokumentasi penelitian

a) Kompas

b) GPS

c) Fish finder

d) Radio komunikasi

e) Cincin (ring)

f) Lampu halogen

g) Pelampung

h) Pelampung rumpon

i) Kapal purse seine

Lampiran 2 Perhitungan analisis finansial perikanan purse seine 56 GT
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

I. Investasi
Unit
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
38
1
2
6

Keterangan
Kapal
Sampan
Mesin penggerak
Generator set
Mesin pembuat Es
Alat Tangkap
Kompas
Radio komunikasi
GPS
Fish Finder
Lampu
Mesin pompa air
Mesin Sampan
Rumpon
Lain-lain
Total Investasi

Satuan
unit
unit
unit
unit
unit
unit
buah
buah
buah
buah
buah
unit
unit
unit

Jumlah (Rp.)
371.250.000
6.000.000
76.125.000
16.225.000
13.125.000
166.250.000
500.000
8.000.000
3.000.000
6.000.000
29.640.000
6.000.000
24.000.000
45.562.500
4.250.000
775.927.500

22
Lampiran 2 Lanjutan
II. Biaya Tetap
No.
1
2

6

Keterangan
SIUP
Biaya Penyusutan
- Kapal Utama
- Mesin penggerak
- Generator set
- Alat tangkap
- Mesin Es
- Mesin pompa air
- Mesin sampan
Biaya Pemeliharaan
- Kapal
- Mesin

Unit

900,000

Jumlah
(Rp/tahun)
900,000

unit
unit
unit
unit
unit
unit
unit

33,412,500
6,470,625
1,379,125
31,587,500
1,181,250
1,140,000
2,160,000

33,412,500
6,470,625
1,379,125
31,587,500
1,181,250
1,140,000
4,320,000

unit
unit

88,218,750
113,200,00
0
59,687,500
51,968,750

88,218,750
113,200,000

Satuan

1

tahun

1
1
1
1
1
1
2
1
6

Harga (Rp.)

- Alat Tangkap
1
unit
59,687,500
- Rumpon
6
unit
51,968,750
Total Biaya Tetap
393,466,000
III. Biaya Tidak Tetap
1 Ransum
25
trip/tahun
4,773,000
119.325.000
2 Solar
3,500 Liter/trip
4,500
382.218.750
3 Oli
50
Liter/trip
10,000
13.031.250
4 Minyak tanah
10
Liter/trip
10,000
2.706.250
5 Biaya retribusi
5%
Persen
110.671.120
6 Bagi hasil
40% Persen
634.188.012
Total Biaya Tidak Tetap
1.262.140.382
TOTAL BIAYA
1.655.606.382
IV. Penerimaan
1
Musim Puncak
a. Cakalang
735.625.000
b. Baby Tuna
543.860.900
2
Musim Sedang
a. Cakalang
462.760.000
b. Baby Tuna
142.135.000
3
Musim Paceklik
a. Cakalang
249.691.500
b. Baby Tuna
79.350.000
TOTAL PENERIMAAN
2.213.422.400
557.816.018
Keuntungan Bersih
1,34
R/C
1,39 tahun
PP
71,89%
ROI

23
Lampiran 3 Perincian pendapatan nelayan purse seine 56 GT
Jabatan

Bagian

Nahkoda
Wakil Nahkoda
KKM
Wakil KKM
Juru Lampung
Juru Sampan
Juru Batu
Juru Masak
Juru Haluan
ABK Biasa

3
2
2
1,5
2
1,5
1,5
2
1,5
1

Jumlah
(orang)
1
1
1
1
3
2
2
2
2
25

Jumlah
Bagian
3
2
2
1,5
6
3
3
4
3
25

Pendapatan Nelayan
Rp/Org/Trip
Rp/org/thn
36.239.314,97
1.449.572,60
24.159.543,31
966.381,73
24.159.543,31
966.381,73
18.119.657,49
724.786,30
24.159.543,31
966.381,73
18.119.657,49
724.786,30
18.119.657,49
724.786,30
24.159.543,31
966.381,73
18.119.657,49
724.786,30
12.079.771,66
483.190,87

24
Lampiran 4 Perhitungan cash flow perikanan purse seine 56 GT
Keterangan
INFLOW
a. Penerimaan

Tahun Produksi
0

1
0

2213422400

2
2213422400

3
2213422400

4
2213422400

5
2213422400

6
2213422400

7
2213422400

8
2213422400

9
2213422400

10
2213422400

b. Nilai Sisa Modal
Kapal

37125000

Alat Tangkap

8312500

Mesin

15165000

Mesin (air+Sampan)
Total Inflow

2700000
-

2213422400

2213422400

2213422400

2213422400

2224434900

2213422400