Pencegahan DBD BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD

mungkin diperlukan jika berlaku perdarahan yang berat. Oksigen perlu diberikan kepada penderita yang mengalami renjatan shock Gale Encyclopedia of Medicine, 2008. Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan perdarahan Depkes RI, 2001. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan keluarga jika ada salah satu atau lebih anggota keluarganya diduga DD atau DBD yakni member minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak seperti air susu, teh atau oralit. Untuk menurunkan demam, beri kompres air dingin atau air es dan berikan obat penurun panas misalnya parasetamol dengan dosis untuk anak-anak sebanyak 10-20 mgkg dalam 1 hari dan untuk dewasa 3x1 tablet tiap hari. Setelah itu jangan lupa dibawa segera ke dokter atau petugas puskesmas pembantu atau bidan desa atau perawat atau ke PuskesmasRumah Sakit terdekat Depkes RI, 1995.

2.8 Pencegahan DBD

Masyarakat umumnya memilih fogging atau penyemprotan sebagai cara untuk memberantas penyakit DBD. Padahal untuk melakukan fogging tersebut diperlukan beberapa prosedur yang sulit yang melibatkan Rumah Sakit terdekat. Hal ini karena fogging yang terlalu sering tidak baik untuk kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Pratiwi D.S., 2009 . Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan fogging pengasapan pada mulanya dianggap oleh masyarakat sebagai cara yang paling tepat untuk mengatasi masalah penyakit demam berdarah. Hal tersebut ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh Universitas Sumatera Utara nyamuk dewasa yang infektif, yaitu nyamuk yang di dalam tubuhnya telah mengandung virus Dengue dan siap menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi mencegah terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue yang paling penting adalah menanamkan pengetahuan terhadap masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang tempat berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata rantai perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa Kusumawati Y. et al., 2007. Gerakan 3M merupakan salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti, yaitu dengan memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembangbiaknya. Setiap keluarga harus melaksanakan 3M ini sekurang-kurangnya sekali seminggu secara teratur karena kebanyakan tempat membiaknya adalah di rumah-rumah dan tempat- tempat umum. Tindakan yang dilakukan antaranya adalah menguras bak mandi sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengganti air vas bunga atau tanaman air seminggu sekali, mengganti air tempat minum burung, menimbun barang-barang bekas yang dapat menampung air, menabur bubuk abete atau altosid pada tempat-tempat penampungan air yang sulit dikuras atau di daerah yang air bersih sulit didapat sehingga perlu penampungan air hujan, dan memelihara ikan di tempat-tempat penampungan air Kusumawati Y. et al., 2007. Sejak kebelakangan ini, cara terefektif untuk memberantas DBD selain 3M adalah melalui PSJN Pemberantasan Sarang Jentik dan Nyamuk. Upaya dalam menerapkan PSJN ini ditempuh dengan beberapa cara di antaranya adalah melalui pemberdayaan masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan pembinaan ratusan Kader Wamantik Siswa Pemantau Jentik dan Bumantik Ibu Pemantau Jentik yang bertugas memantau 10 rumah di sekitarnya menyangkut keberadaan jentik di rumah mereka, tidak lupa juga memberikan penyuluhan. Selain itu ikanisasi, abatesasi temephos, dan fogging dengan syarat dan persetujuan dari Rumah Sakit sekitar Departemen Kesehatan RI, 2005 dalam Pratiwi D.S., 2009. Universitas Sumatera Utara