Pusat Pasar Petisah Jeruk Manis 35.112.500

Tabel 4. Nama Pasar, Kecamatan, Luas Lahan Pasar, dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kota Medan. No Nama Pasar Kecamatan Luas Lahan Pasar m 2 Jumlah Pedagang

1. Pusat Pasar

Medan Kota 41.091,00 2.560 2. Halat Medan Barat 5.851,20 576 3. Bakti Medan Area 3.863,16 533 4. Sukarame Medan Area Kebakaran tanggal 17 Okrober 2010 950 5. Titi Kuning Medan Johor 5.519,30 356 6. Kemiri Medan Kota 1.030,00 228 7. Kampung Baru Medan Maimun 360,10 70 8. Timah Medan Area 2.022,00 336 9. Sambu Medan Timur 3.456,00 780 10. Sambas Medan Kota 2.258,03 644

11. Petisah

Medan Petisah 24.256,00 2.409 12. Sei Sikambing Medan Helvetia 6.166,00 794 13. Muara Takus Medan Polonia 3.950,10 216 14. Desa Lalang Medan Sunggal 5.358,00 719 15. Sunggal Medan Baru 943,65 93 16. Padang Bulan Medan Tuntungan 2.756,60 595 17. Simalingkar Medan Johor 7.370,43 940 18. Kwala Bekala Medan Helvetia 5.975,03 681 19. Helvetia Medan Tembung 5.630,86 1.142 20. Aksara Medan Petisah 3.435,20 816 21. Khandak Medan Perjuangan 1.210,34 100 22. Sentosa Baru Medan Barat 1.628,20 167 23. Glugur Medan Timur 3.171,00 384 24. Pendidikan Medan Barat 2.013,12 579

25. Medan Deli

Medan Barat 8.500,00 1.203 26. Martubung Medan Labuhan 5.000,00 - 27. Titi Papan Medan Labuhan 3.986,93 115 28. Labuhan Medan Labuhan 3.666,00 457 29. Paus Medan Belawan 2.215,57 269 30. Jawa Medan Belawan 2.707,40 418 31. Kapuas Medan Belawan 1.965,45 114 32. Pisang Medan Belawan 1.251,00 125 Sumber: Direksi PD.Pasar Kota Medan 2010.

3.2 Metode Penentuan Sampel.

Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode Accidental penelusuran. Pengambilan responden melalui metode ini adalah konsumen yang sedang membeli jeruk manis dan penjual yang sedang menjual jeruk manis yang dijumpai Universitas Sumatera Utara di daerah penelitian untuk meminta pendapat mereka mengenai hal yang dibutuhkan untuk kelancaran penelitian ini. Dari seluruh populasi penduduk Kota Medan diambil 60 sampel yaitu 30 sampel pembeli jeruk manis dan 30 sampel penjual jeruk manis. Berdasarkan teori penarikan contoh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ≥ 30 sampel karena bagaimanapun bentuk populasi teori penarikan sampel menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30 Walpole, 1992.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional serta wawancara kepada konsumen dan pedagang dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik BPS, Direksi PD Pasar, dan dari literatur serta sumber pendukung lainnya.

3.4 Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesa yang akan diuji. 1. Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya penjualan, dan jumlah pedagang dengan menggunakan rumus : Y = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ Universitas Sumatera Utara Keterangan : Y = Jumlah penawaran jeruk manis Kgbln a = Koefisien intersep konstanta, yaitu nilai Y jika X 1 , X 2 , dan X 3 = 0 b 1 , b 2 , b 3 = Koefisen Regresi, yaitu nilai yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel bebas X 1 , X 2 , dan X 3 X 1 = Harga beli pedagang Rpkgbln X2 = Biaya penjualan Rpbln X3 = Keuntungan Rpkgbln µ = Kesalahan pengganggu Pengambilan keputusan : • Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit Koefisien Determinasi Goodness of Fit, yang dinotasikan dengan R 2 , merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan data yang sesungguhnya. Nilai Koefisien Determinasi R 2 ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai Koefisien Determinasi sama dengan 0 R 2 = 0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R 2 = 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan demikian baik atau Universitas Sumatera Utara buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 –nya yang mempunyai nilai antar nol dan satu. • Uji F Uji Simultan Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas independent variable secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H : Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. H 1 : Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel , yaitu dengan kriteria: - Jika F hitung ≥ F tabel , maka H ditolak ; H 1 diterima - Jika F hitung F tabel , maka H diterima ; H 1 ditolak • Uji t Uji Parsial Uji t digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas independent variable secara individu terhadap penawaram jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H : Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. H 1 : variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai T hitung dengan T tabel , yaitu dengan kriteria: Universitas Sumatera Utara - Jika t hitung ≥ t tabel , maka H ditolak ; H 1 diterima - Jika, t hitung t tabel , maka H diterima ; H 1 ditolak • Uji Asumsi Klasik. Penggunaan kriteria ini dalam pengujian hipotesis adalah untuk memutuskan sejauh mana model estimasi mempunyai sifat- sifat yang tidak biasa, efisien, dan konsisten. Sifat- sifat ini akan terpenuhi apabila model estimasi memenuhi asumsi- asumsi yang diisyaratkan dalam model regresi linier klasik, dimana antara lain tidak ada gejala multikolineritas, heteroskedastisitas, dan normalitas. - Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan di mana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah Multikolinearitas. Konsekuensi adanya Multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Variabel yang menyebabkan Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau VIF yang lebih besar dari 10 Priyatno, 2011. - Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengambilan keputusannya adalah:  Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebur kemudian menyempit, maka terjadi Heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara  Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dari output regresi pada Chart titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titi-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi Priyatno, 2011. - Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dianalisis telah mewakili populasi atau belum. Dengan diketahuinya kenormalan distribusi akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Pada penelitian dimana data yang tersedia memiliki distribusi normal, akan mampu menghasilkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan variabel terikat secara lebih tepat. Model regresi baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu caranya adalah dengan melihat grafik histogram. Jika variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri dan menceng ke kanan Helmi dan Muslich, 2011.

2. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan

alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-ratabln, dan jumlah tanggungan dengan menggunakan rumus: Y = a+ b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + µ. Universitas Sumatera Utara Keterangan: Y = Jumlah permintaan jeruk manis Kgbln a = Koefisien intersep konstanta, yaitu nilai Y jika X 1 , X 2 , dan X 3 = 0 b 1 , b 2 , b 3 = Koefisen Regresi, yaitu nilai yang menunjukkan peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel bebas X 1 , X 2 , dan X 3 X 1 = Harga beli konsumen Rpkgbln X2 = Pendapatan rata-rata Rpbln X3 = Jumlah tanggungan Jiwa µ = KesalahaPengambilan keputusan : • Uji F Uji Simultan Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas independent variable secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H : Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. H 1 : Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan F tabel , yaitu dengan kriteria: - Jika F hitung ≥ F tabel , maka H ditolak ; H 1 diterima - Jika F hitung F tabel , maka H diterima ; H 1 ditolak Universitas Sumatera Utara • Uji t Uji Parsial Uji t digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas independent variable secara individu terhadap permintaan jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H : Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. H 1 : Variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai t hitung dengan t tabel , yaitu dengan kriteria: - Jika t hitung ≥ t tabel , maka H ditolak ; H 1 diterima - Jika, t hitung t tabel , maka H diterima ; H 1 ditolak • Uji Asumsi Klasik. Penggunaan kriteria ini dalam pengujian hipotesis adalah untuk memutuskan sejauh mana model estimasi mempunyai sifat- sifat yang tidak biasa, efisien, dan konsisten. Sifat- sifat ini akan terpenuhi apabila model estimasi memenuhi asumsi- asumsi yang diisyaratkan dalam model regresi linier klasik, dimana antara lain tidak ada gejala multikolineritas, heteroskedastisitas, dan normalitas. - Multikolinearitas Multikolinearitas adalah keadaan di mana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah Multikolinearitas. Konsekuensi adanya Multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Universitas Sumatera Utara Variabel yang menyebabkan Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau VIF yang lebih besar dari 10 Priyatno, 2011. - Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengambilan keputusannya adalah:  Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebur kemudian menyempit, maka terjadi Heteroskedastisitas.  Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dari output regresi pada Chart titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titi-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi Priyatno, 2011. - Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dianalisis telah mewakili populasi atau belum. Dengan diketahuinya kenormalan distribusi akan dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Pada penelitian dimana data yang tersedia memiliki distribusi normal, akan mampu menghasilkan persamaan regresi yang dapat menjelaskan variabel terikat secara lebih tepat. Model regresi baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu caranya adalah Universitas Sumatera Utara dengan melihat grafik histogram. Jika variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri dan menceng ke kanan Helmi dan Muslich, 2011.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari dari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam proses penelitian, maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Defenisi 1. Pedagang jeruk manis adalah pedagang yang menjual jeruk manis di pasar tradisional kota Medan yang telah ditentukan tempatnya. 2. Penawaran jeruk manis adalah banyaknya jumlah jeruk manis yang ditawarkan oleh pedagang kepada konsumen pada waktu tertentu. 3. Harga beli pedagang jeruk manis adalah harga yang dibeli pedagang jeruk manis kepada petani ataupun kepada penjual grosir jeruk manis. 4. Biaya penjualan jeruk manis adalah biaya yang dikeluarkan dalam penjualan jeruk manis. 5. Keuntungan adalah laba yang diperoleh oleh pedagang jeruk manis. 6. Konsumen jeruk manis adalah konsumen yang tujuannya mengkonsumsi jeruk manis dengan kriteria ibu rumahtanggakepala rumahtangga di pasar tradisonal Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya. 6. Permintaan jeruk manis adalah jumlah jeruk manis yang dibeli konsumen dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 7. Harga beli konsumen adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen yang sudah ditetapkan oleh pedagang jeruk manis. 8. Pendapatan konsumen adalah penghasilan konsumen rata-rata per bulan. 9. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya. 10.Pasar adalah tempat pedagang dan pembeli melakukan transaksi jual beli.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian diadakan di beberapa pasar tradisional yang menjual jeruk manis di Kota Medan, Sumatera Utara dari bulan April sd bulan Mei 2013. 2. Responden penelitian adalah konsumen yang membeli jeruk manis di pasar tradisional yang telah ditentukan menjadi tempat penelitian. 3. Responden penelitian adalah penjual yang menjual jeruk manis di pasar tradisional yang telah ditentukan menjadi tempat penelitian. Universitas Sumatera Utara

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITAN

4.1. Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan merupakan Ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Secara goegrafis Kota Medan terletak pada posisi 3 o .27 ’ - 3 o .47 ’ Lintang Utara dan 98 o .35 ’ – 98 o .44 ’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah 265,10 km 2 . Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 kecamatan, dan 151 kelurahan. Kota Medan berbatasan dengan: − Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang − Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang − Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang − Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2011 berkisar 22,49 o C- 23,97 o C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15 o C- 34,21 o C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimummnya berkisar antara 22,50 o C- 24,10 o C dan suhu maksimum berkisar antara 31,40 o C- 33,30 o C. Kelembapan udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76-81, kecepatan angin rata-rata sebesar 1,75 msec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 81,74 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2011 per bulan 21,50 hari dengan rata- Universitas Sumatera Utara rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 216,33 mm dan pada Stasiun polonia per bulannya 18,75 mm.

4.2. Kependudukan

Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku, etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan berjumlah 2.117.224 jiwa, dan tahun 2010 berjumlah 2.097.610 jiwa. Dibanding hasil sensus penduduk tahun 2010, terjadi pertambahan penduduk dari tahun 2010-2011 sebesar 19.614 jiwa 0,94. Kota Medan memiliki 488.462 rumah tangga RT yang tersebar di setiap kecamatan. Kota Medan memiliki luas wilayah mencapai 265,10 km 2 , kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwakm 2 . Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 2.117.224 jiwa yang terdiri dari 1.046.560 jiwa laki-laki 51,63 dan 980.664 jiwa perempuan 48,37. Dari data tersebut dapat di lihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Usia non produktif 0- 14 tahun yang terdiri dari bayi balita, anak-anak dan remaja berjumlah 569.534 jiwa 28,10. Jumlah usia produktif 15-54 tahun yaitu orang dewasa sebesar 1.261.737 jiwa 62,24. Dan jumlah manula ≥55tahun sebesar 195.953 jiwa 9,66. Universitas Sumatera Utara Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2011. Umur Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa Jiwa Persentase Jiwa Persentase 0-4 96.545 9,22 91.044 9,28 187.589 5-9 99.946 9,55 93.487 9,53 193.433 10-14 97.101 9,29 91.411 9,32 188.512 15-19 102.913 9,83 107.751 11,00 210.664 20-24 115.983 11,08 126.476 12,9 242.459 25-29 98.368 9,40 10.788 1,1 109.156 30-34 87.666 8,38 89.331 9,11 176.997 35-39 78.091 7,46 81.543 8,31 159.634 40-44 70.080 6,70 72.575 7,4 142.655 45-49 59.180 5,65 61.495 6,28 120.675 50-54 49.206 4,70 50.291 5,13 99.497 55-59 36.707 3,51 36.411 3,71 73.118 60-64 22.310 2,13 24.687 2,51 46.997 65 32.464 3,10 43.374 4,42 75.838 Total 1.046.560 100 980.664 100 2.027.224 Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012.

4.3 Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamatan SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase 1 SD 271.812 46,37 2 SLTP 115.056 19,63 3 SLTA 128.319 21,90 4 Perguruan Tinggi Negeri 70.925 12,10 Total 586.112 100 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2012. Universitas Sumatera Utara Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD yaitu sebesar 271.812 jiwa 46,37, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA yaitu sebesar 128.319 orang 21,90, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama SLTP yaitu sebesar 115.056 orang 19,63, dan Peguruan Tinggi Negeri berjumlah 70.925 orang 12,10.

4.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, TNIPOLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan masih banyak lagi yang lain jenis dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk di Kota Medan Tahun 2011 No Mata pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1 Pegawai Negeri 19.253 4,82 2 Pegawai Swasta 15.580 3,91 3 TNIPOLRI 14.326 3,60 4 Tenaga Pengajar 45.426 11,40 5 Tenaga Kesehatan 3.290 0,82 6 Lain-lain 300.862 75,45 Total 397.737 100 Sumber: BPS, Medan dalam angka 2012. Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah selain mata pencaharian dari pegawai negeri, pegawai swasta, TNIPOLRI, tenaga pengajar, dan tenaga kesehatan yaitu sebesar 300.862 jiwa 75,45. Kemudian sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 45.426 orang 11,4, pegawai negeri sebesar 19.253 orang 4,82, pegawai swasta 15.580 orang 3,93, Universitas Sumatera Utara TNIPOLRI Sebesar 14.326 orang 3,61, dan tenaga kesehatan sebesar 3.290 orang 0,83.

4.5 Penggunaan Tanah Tabel 8. Luas dan Penggunaan Tanah di Kota Medan Tahun 2011

No Uraian Jumlah Persentase 1 Pemukiman 9.623,13 36,30 2 Perkebunan 821,81 3,10 3 Lahan Jasa 503,69 1,90 4 Sawah 1.617,11 6,10 5 Perusahaan 1.113,42 4,20 6 Kebun Campuran 11.956,01 45,10 7 Industri 397,65 1,50 8 Hutan Rawa 477,18 1,80 Total 26.510,00 100 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012. Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang luas adalah kebun campuran yaitu sebesar 11.956,01 ha 45,1, pemukiman sebesar 9.623,13 ha36,30, sawah 1.617,11 ha 6,10, perusahaan 1.113,42 ha 4,20, perkebunan 821,81 3,10, lahan jasa 503,69 ha 1,90, hutan rawa 477,18 ha 1,80, dan industri sebesar 397,65 ha 1,50.

4.6 Sarana dan Prasarana.

Sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap. Pada Tabel 10 menunjukkan sarana pendidikan di Kota Medan mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 816 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama berjumlah 348 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 344 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kwalitas yang beragam. Sarana Universitas Sumatera Utara Kesehatan sangat di perlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu puskesmas 39 unit, pustu 41 unit, BPU 357 unit, rumah bersalin 175 unit, dan rumah sakit 75 unit. Sarana peribadatan juga sangat di perlukan oleh penduduk Kota Medan yang besar dan beragam, dapat saling menerima diantara perbedaan yang ada sehingga tetap saling menghormati, sarana peribadatan yang ada yaitu Masjid 1041 unit, Musholla 699 unit, Gereja 751 unit, Kuil 34 unit, Wihara 22 unit, dan Klenteng 23 unit. Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota Medan. Jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.154,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km, jalan dalam kondisi rusak 20,1 km, dan jalan dalam kondisi rusak berat 1,4 km. Pasar tradisional maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih ingin berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Ada 32 unit pasar tradisional dan 64 unit pasar modern pada tahun 2012 yang tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda. Pasar tradisional umumnya buka pada pagi hingga siang atau sore hari, sedangkan pasar modern buka pada pagi hingga malam hari. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel pasar tradisional adalah Pusat Pasar, Pasar Petisah, dan Pasar Medan Deli. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sudah baik. Jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, pasar, dan lainnya yang sudah cukup memadai. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Kota Medan Tahun 2011 No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Unit 1. Sekolah a. SD 816 b. SLTP 348 c. SLTA 344 d. Perguruan Tinggi 33 2. Kesehatan a. Puskesman 39 b. Pustu 41 c. BPU 357 d.Rumah Bersalin 175 e. Rumah Sakit 75 3. Tempat Peribadatan a. Masjid 1.041 b. Musholla 699 c. Gereja 751 d. Kuil 34 e. Wihara f. Klenteng 22 23 4. Sarana Jalan a. Jalan Baik 3.154,3 km b. Jalan Sedang 15,8 km c. Jalan Rusak 20,1 km d. Jalan Rusak Berat 1,3 km 5. Pasar a. Pasar Tradisional 32 b. Pasar Modern 64 Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

4.7 Karakteristik Pasar Lokasi Penelitian di Pasar Tradisional

Dalam penelitian ini, penulis meneliti pasar tradisional sebanyak 3tiga pasar antara lain Pusat Pasar, Pasar Petisah, dan Pasar Medan Deli. Ketiga pasar menjual barang-barang yang beraneka ragam, diantaranya kebutuhan pokok buah-buhanan, sayur-sayuran, ikan, dan lain-lain. Luas lahan pasar tradisional tempat penelitian seperti Pusat Pasar sekitar ±41.091,00 m 2 dengan jumlah pedagang keseluruhan 2.560 pedagang, Pasar Petisah sekitar ± 24.256,00 m 2 Universitas Sumatera Utara dengan jumlah pedagang keseluruhan 2.409 pedagang, dan Pasar Medan Deli sekitar ± 8.500,00 m 2 dengan jumlah pedagang keseluruhan 1.203 pedagang.

4.7.1 Karakteristik Sampel Pedagang.

Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjual jeruk manis di pasar tradisional Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya. Jumlah seluruh pedagang sampel yang diteliti oleh peneliti berjumlah 30 orang penjual. Jumlah pedagang sampel di Pusat Pasar sebanyak 13 pedagang, Pasar Petisah sebanyak 10 pedagang, dan Pasar Medan Deli sebanyak 7 pedagang. Karakteristik pedagang yang dimaksud meliputi harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. 1. Harga Beli Pedagang. Harga beli pedagang merupakan modal yang digunakan untuk menjual barangjasa dengan harapan memperoleh keuntungan yang tinggi. Pedagang cenderung mencari harga beli jeruk yang cukup murah dengan kualitas cukup baik untuk meminimalisasi biaya dan memaksimumkan keuntungan. 2. Biaya Penjualan. Biaya penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan pedagang untuk menghasilkan barang dan jasa. Jika biaya produksi yang dikeluarkan pedagang cukup tinggi maka pada umumnya jumlah penawaran akan berkurang. Biaya produksi penjualan responden pedagang jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi. 3. Keuntungan. Universitas Sumatera Utara Keuntungan merupakan laba yang diperoleh pedagang dalam penjualan barang dan jasa. Jika keuntungna yang diperoleh pedagang cukup tinggi maka pada umumnya jumlah penawaran juga cukup tinggi. Keuntungan responden pedagang jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi.

4.7.2 Karakteristik Sampel Konsumen.

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen jeruk manis yang tujuannya mengkonsumsi jeruk manis untuk keluarga dengan kriteria ibu rumahtangga kepala rumahtangga yang membeli jeruk manis di pasar tradisonal Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya yaitu atas dasar luas lahan dan jumlah pedagang keseluruhan terbanyak di Kota Medan. Jumlah seluruh responden sampel yang diteliti oleh peneliti berjumlah 30 orang pembeli. Jumlah responden sampel di Pusat Pasar sebanyak 13 pembeli, Pasar Petisah sebanyak 10 pembeli, dan Pasar Medan Deli sebanyak 7 pembeli. Karakteristik konsumen yang dimaksud yaitu yang terdiri dari harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan. 1. Harga Beli Konsumen. Konsumen sangat teliti dalam membeli suatu barangjasa, sehingga harga beli konsumen sangat mempengaruhi jumlah permintaannya. Harga yang lebih mahal dari biasanya mengakibatkan volume pembelian konsumen terhadap jeruk manis berkurang, dan begitu juga sebaliknya jika harga lebih murah dari biasanya maka volume pembelian jeruk manis meningkat. Universitas Sumatera Utara 2. Pendapatan rata-ratabln Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperolehnya cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi. Pendapatan responden konsumen jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi. 3. Jumlah Tanggungan Dalam membeli dan mengkonsumsi jeruk manis, responden juga sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama-sama dengan dia, karena itu jumlah tanggungan dapat pula mempengaruhi jumlah konsumsi dalam suatu keluarga. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Analisis Jumlah Penawaran Jeruk Manis 5.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Jeruk Manis Semua analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Uji regresi linier berganda dilakukan untuk menganalisis apakah variabel terikat berpengaruh atau tidak terhadap variabel bebas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jeruk manis yaitu dengan variabel terikat jumlah penawaran jeruk manis Y dan variabel bebas yaitu harga beli pedagang X 1 , biaya penjualan X 2 , dan keuntungan X 3 . Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di beberapa pasar tradisional Kota Medan Provinsi Sumatera Utara diperoleh : 1. Harga Beli Pedagang X 1 . Harga beli jeruk manis yang dibeli oleh pedagang bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa harga rata-rata jeruk manis yang dibeli pedagang adalah sebesar Rp. 15.306kg, harga beli pedagang tertinggi sebesar Rp.16.000kg, dan harga beli pedagang terendah sebesar Rp. 14.500kg. 2. Biaya Penjualan X 2 Biaya penjualan rata-rata jeruk manis adalah sebesar Rp 4.951.833bulan, biaya penjualan pedagang tertinggi sebesar Rp. 11.962.500bulan, dan biaya penjualan pedagang terendah sebesar Rp. 1.006.000bulan. Universitas Sumatera Utara 3. Keuntungan X 3 Keuntungan jeruk manis bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa keuntungan rata-rata jeruk manis adalah sebesar Rp 4.456.466bulan, keuntungan pedagang tertinggi sebesar Rp. 10.010.500bulan, dan keuntungan pedagang terendah sebesar Rp. 1.450.000bulan.

5.1.2 Interpretasi Hasil Penawaran Jeruk Manis. Tabel 10. Hasil Analisis Penawaran Jeruk Manis.

Variabel Koefisien Regresi t-hitung Signifikan Constanta 3644.069 .907 .373 X 1 = Harga Beli -.227 -.887 .383 X 2 =Biaya Penjualan .001 2.182 .038 X 3 = Keuntungan .001 3.782 .001 R-Square= 0,854 F-Hitung= 50,629 F-tabel 0,05= 2,975 t-tabel0,05= 2,048 Sumber: Lampiran 9. Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah: Y= 3644,069 – 0,227 X 1 + 0,001 X 2 + 0,001 X 3 . Keterangan: Y= Jumlah Penawaran Jeruk Manis Kgbulan X 1 = Harga Beli PedagangRpkgbulan X2= Biaya Penjualan Rpbulan X3= Keuntungan Rpbulan Universitas Sumatera Utara

5.1.3 Interpretasi Model Penawaran Jeruk Manis

Dari tabel 10 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan terhadap jumlah penawaran jeruk manis di pasar tradisional Kota Medan sebagai berikut: 1. Harga Beli Pedagang X 1 . Harga Beli Pedagang X 1 memiliki pengaruh yang negatif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar -0,227. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga beli pedagang sebesar Rp. 1.000,- maka akan menurunkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,227kg . 2. Biaya Penjualan X 2 . Biaya Penjualan X 2 memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan biaya penjualan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,001 kg. 3. Keuntungan X 3 . Keuntungan X 3 memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan keuntungan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,001 kg. • Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit. Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi linier berganda tersebut, maka diperoleh hasil R 2 sebesar 0,854 yang artinya 85,4 variasi variabel jumlah penawaran jeruk manis telah dapat dijelaskan oleh variabel harga beli pedagang, Universitas Sumatera Utara biaya penjualan, dan keuntungan. Sisanya sebesar 14,6 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. • Uji F Uji Simultan. Berdasarkan Tabel ANOVA diatas dapat dilihat bahwa secara serempak variabel harga beli, biaya penjualan, dan keuntungan ternyata signifikan secara statistik pada ∝ = 5. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-hitung 50,629 F-tabel 2,975, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah penawaran jeruk manis. • Uji t Uji Parsial. Untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji t, jika t-hitung t-tabel, maka Ho ditolak, sedangkan jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima. Jika tingkat signifikansi 0.05, maka Ho ditolak dan tingkat signifikansi 0.05, maka Ho diterima. 1. Harga Beli X 1 . Secara parsial, variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung -0,887 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,383 0,05 2. Biaya Penjualan X 2 . Secara parsial, variabel biaya penjualan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 2,182 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,038 0,05 Universitas Sumatera Utara 3. Keuntungan X 3 . Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 3,782 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,001 0,005 • Hasil Pengujian Asumsi Klasik Jumlah Penawaran Jeruk Manis. - Uji Multikolinieritas. Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 11. Nilai Coefficient dan VIF. Variabel Tolerance VIF Harga Beli .828 1.208 Biaya Penjualan .231 4.321 Keuntungan .239 4.181 Sumber : lampiran 9. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel 0,1 dan nilai VIF10. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas di dalam model persamaan tersebut. • Uji Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 6. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan penjual berdasarkan masukan variabel independent. • Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari grafik histogram dan scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 7. Grafik Histogram Uji Normalitas. Berdasarkan gambar grafik histogram 7 terlihat bahwa variabel keputusan berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng kanan. Untuk lebih meyakinkan maka dapat menganalisis plot untuk menguji normalitas. Universitas Sumatera Utara Gambar 8. Scatterplot Uji Normalitas Gambar Scatterplot 8 dapat dilihat bahwa memiliki aturan jarak titik-titik gradient antara probabilita kumulatif observasi dan probabilita kumulatif harapan berada sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat gambar diatas dimana titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka dapat disimpulkan bahwa variabel keputusan telah mengikuti distribusi normal. 5.2 Hasil Analisis Jumlah Permintaan Jeruk Manis 5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jeruk Manis Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di beberapa pasar tradisional Kota Medan Provinsi Sumatera Utara diperoleh : Universitas Sumatera Utara 1. Harga Beli Konsumen X 1 Harga jeruk manis bervariasi pada setiap pedagang dan juga pasar yang berbeda. Dari data yang diperoleh bahwa harga rata-rata jeruk manis adalah sebesar Rp. 18.600kg, harga tertinggi sebesar Rp. 20.000kg, dan harga terendah sebesar Rp. 18.000kg. 2. Pendapatan rata-ratabln X 2 Pendapatan konsumen jeruk manis bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa pendapatan rata-rata konsumen adalah Rp. 3.200.000bulan, pendapatan konsumen tertinggi sebesar Rp. 5.000.000bulan, dan pendapatan konsumen terendah sebesar Rp. 1.500.000bulan. 3. Jumlah Tanggungan X 3 Jumlah tanggungan konsumen bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa jumlah tanggungan rata-rata konsumen adalah 3 orang, jumlah tanggungan terbanyak adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan paling sedikit adalah 1 orang.

5.2.2 Interpretasi Hasil Permintaan Jeruk Manis. Tabel 12. Hasil Analisis Permintaan Jeruk Manis.

Variabel Koefisien Regresi T-Hitung Signifikan Constanta 23,657 4,866 0,000 X 1 = Harga -0,001 4,584 0,000 X 2 = Pendapatan 1,834 7,558 0,000 X 3 = Jumlah Tanggungan 0,260 1,143 0,264 R-Square= 0,803 F-hitung= 35,388 F-tabel 0,05 = 2,975 T-tabel 0,05 = 2,048 Universitas Sumatera Utara Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah: Y= 23,657 - 0,001 X 1 + 1,834 X 2 + 0,260 X 3 . Keterangan: Y= Jumlah Permintaan Jeruk Manis Kgbulan X 1 = Harga Rpkgbulan X2= Pendapatan Rpbulan X3= Jumlah Tanggungan Jiwa

5.2.3 Interpretasi Model Permintaan Jeruk Manis :

Dari tabel 12 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan terhadap jumlah permintaan jeruk manis di pasar tradisional Kota Medan Sumatera Utara sebagai berikut: 1. Harga X 1 Harga X 1 memiliki pengaruh yang negatif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar -0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga sebesar Rp 1.000,- maka jumlah permintaan akan turun sebesar 0,001 kg. 2. Pendapatan X 2 . Pendapatan X 2 memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar 1,834. Hal ini berarti bahwa kenaikan pendapatan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah permintaan jeruk manis sebesar 1,834 kg. 3. Jumlah Tanggungan X 3 . Jumlah Tanggungan X 3 memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,260. Hal ini berarti bahwa Universitas Sumatera Utara penambahan 1 orangjiwa tanggungan keluarga menyebabkan peningkatan jumlah permintaan jeruk manis sebesar 0,260 kg. • Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit. Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi linier berganda tersebut, maka diperoleh hasil R 2 sebesar 0,803 yang artinya 80,3 variasi variabel jumlah permintaan jeruk manis telah dapat dijelaskan oleh variabel harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan. Sisanya sebesar 19,7 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. • Uji F. Berdasarkan tabel ANOVA diatas dapat dilihat bahwa secara serempak variabel harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan ternyata berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah permintaan jeruk manis, secara statistik pada ∝ = 5. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-hitung 35,388 F-tabel 2,975, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah permintaan jeruk manis. • Uji t Uji Parsial. Untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji t, jika t-hitung t-tabel, maka Ho ditolak, sedangkan jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima. Jika tingkat signifikansi 0.05, maka Ho ditolak dan tingkat signifikansi 0.05, maka Ho diterima. Universitas Sumatera Utara 1. Harga X 1 . Secara parsial, variabel harga berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 4,584 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0.000 0.05 2. Pendapatan X 2 . Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 7,558 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0.000 0.05 3. Jumlah Tanggungan X 3 . Secara parsial, variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 1,143 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0.264 0.05 • Hasil Pengujian Asumsi Klasik Permintaan Jeruk Manis - Uji Multikolinieritas. Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel seperti pada Tabel 13: Tabel 13. Nilai Coefficient dan VIF. Variabel Tolerance VIF Harga 0,982 1,018 Pendapatan 0,852 1,174 Jumlah Tanggungan 0,864 1,158 Sumber : Lampiran 10. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel 0,1 dan nilai VIF10. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala multikolinieritas di dalam model persamaan tersebut. • Uji Heteroskedastisitas. Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Gambar 9. Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan pembeli berdasarkan masukan variabel independennya. • Uji Normalitas Uji normalitas dapat dilihat dari histogram dan scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 10 . Grafik Histogram Uji Normalitas. Berdasarkan grafik histogram di atas terlihat bahwa variabel keputusan berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng kanan. Untuk lebih meyakinkan maka dapat menganalisis plot untuk menguji normalitas. Gambar 11. Scatterplot Uji Normalitas Gambar Scatterplot diatas memiliki aturan jarak titik-titik gradient antara probabilita kumulatif observasi dan probabilita kumulatif harapan berada Universitas Sumatera Utara sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat gambar diatas dimana titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka dapat disimpulkan bahwa variabel keputusan telah mengikuti distribusi normal. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disusun pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan data-data yang diperoleh selama penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penawaran jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F- hitung 50,629 F-Tabel 2,975 pada ∝ = 5. Secara parsial, variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat t-hitung -0,887 t- tabel 2,048. Secara parsial, variabel biaya penjualan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 2,182 t-tabel 2,048. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t- hitung 3,782 t-tabel 2,048. 2. Permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-Hitung 35,388 F-Tabel 2,975 pada ∝ = 5. Secara parsial, variabel harga berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 4,584 t- tabel 2,048. Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh secara nyata Universitas Sumatera Utara terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 7,558 t-tabel 2,048. Secara parsial, variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 1,143 t-tabel 2,048. 5.2 Saran. Kepada Konsumen Sebaiknya konsumen membeli jeruk lokal, selain karena jeruk lokal lebih terjamin kualitasnya juga membantu kehidupan petani lokal. Kepada Pedagang Sebaiknya pedagang meningkatkan penawaran jeruk manis dengan melihat kebutuhan pasar dan memasarkannya dengan pengelolaan yang baik agar keuntungan yang diperoleh lebih banyak. Kepada Pemerintah Diharapkan kepada pemerintah Kota Medan agar lebih memperhatikan sektor pertanian dan pemasarannya, karena Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota pemasaran, khususnya hortikultura seperti jeruk. Sosialisai untuk meningkatkan produksi dan mengurangi gagal panen secara efisien dan efektif. serta membantu mengembangkan pasar hortikultura. Kepada Peneliti Selanjutnya. Sebaiknya peneliti selanjutnya membahas mengenai strategi peningkatan pemasaran hortikultura khususnya komoditi yang berperan di Kota Medan untuk melihat potensi dari sektor pertanian kita. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Jeruk

Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2006, mengatakan bahwa tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia yaitu Asia Timur dan Tenggara. China merupakan negara yang dipercaya sebagai tempat pertama kalinya jeruk tumbuh. Saat ini tanaman jeruk telah berkembang di seluruh dunia. Bahkan dipercayai juga bahwa tanaman jeruk tumbuh di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu sebagai peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan Italia. Buah jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin Cina. Yang membudidayakan pertama kali adalah orang Cina bagian Selatan. Jeruk manis dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci mulut setelah makan. Negara penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Brasil, Mexico, Israel, Argentina, Maroko, dan Afrika Selatan Pracaya, 2003. Masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi jeruk dalam bentuk segar. Konsumsi buah jeruk dapat dimakan secara langsung maupun diperas terlebih dahulu untuk diambil sarinya. Hal ini karena manfaat yang dapat diperoleh dari buah jeruk, diantaranya : Universitas Sumatera Utara 1 Sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi. Tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk memungkinkan buah jeruk dikonsumsi sebagai pencegah maupun penyembuh penyakit influenza. Buah jeruk juga mengandung zat fosfor dan zat kapur tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang pada anak-anak. Kadar vitamin dan mineral buah jeruk dari tiap-tiap 100 gram dapat dilihat pada tabel 4. 2 Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi dan sabun wangi. 3 Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata. Hasrat masyarakat, terutama petani untuk menanam jeruk cukup besar. Hal ini disebabkan karena usahatani jeruk memberi penghasilan yang cukup tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Di samping itu permintaan pasar tehadap buah jeruk terus meningkat Joesoef, 1993. Tabel 3. Kadar Vitamin dan Zat Mineral Buah Jeruk Tiap 100 gram Jenis Jeruk Vit. A I.U Vit. B gamma Vit. C mg Protein gram Besi mg Kapur mg Pospor mg Keprok 400 60 30 0,5 - 40 20 Manis 200 60 50 0,5 0,3 40 20 Nipis - 60 40 0,3 0,1 10 10 Grape fruits - 60 50 0,3 0,1 20 20 Sumber : Departemen Pertanian 2006. Universitas Sumatera Utara Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kandungan nutrisi seperti Vit. C dan Besi pada jeruk manis lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk keprok yaitu sebesar 50 mgr Vit.C dan 0,3 mgr Besi pada jeruk manis, sedangkan Vit.C pada jeruk keprok sebesar 30 mgr sementara besi tidak terkandung didalamnya, kemudian kandungan kapur atau kalsium, besi, protein dan Vit. A jeruk manis lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk nipis dan jeruk grape sebesar 40 mgr kapur 0,3 mgr besi 0,5 grm protein dan 200 grm Vit. A pada jeruk manis. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran Supply Hukum penawaran menjelaskan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah penawaran barang tersebut. Makin tinggi harga barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual, dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah Daniel, 2002. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginannya ketika harganya rendah Sukirno, 2003. Universitas Sumatera Utara Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut : Gambar 1. Kurva Penawaran Dimana: P : Harga Q : Jumlah barang yang diminta S : Penawaran A : Merupakan Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P 1 dan Q 1 B : Merupakan Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P 2 dan Q 2 Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Penawaran Supply menunjukkan seluruh hubungan antara jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Suatu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan the quantity supplied pada harga tersebut Kadariah, 1994. S P Q P 2 P 1 Q 2 Q 1 A B Universitas Sumatera Utara Pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran. Pergeseran kurva penawaran dari kurva S ke S 1 disebut dengan pergeseran kurva penawaran, menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang ditawarkan. Menurut Rahardja dan Mandala, 2008, ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu : 1. Harga beli pedagang Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan the quantity supplied dari setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap. B A S Q 1 Q 2 Q S 1 P P 1 P 2 Universitas Sumatera Utara 2. Biaya penjualan Biaya penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan produsen untuk menghasilkan ouput barang dan jasa. Apabila variabel-variabel lain dianggap tetap, maka makin tinggi biaya produksi yang dipakai dalam produksi suatu komoditi, makin kecil keuntungan yang diperoleh dari produksi komoditi tersebut. Kenaikan dalam biaya penjualan akan menggeser kurva penawaran ke kiri, yang menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah yang ditawarkan pada setiap harga tertentu. Penurunan dalam biaya akan menggeser kurva penawaran ke kanan 3. Keuntungan Produsen dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Artinya bahwa produsen selalu memilih tingkat output yang dapat memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi total biaya yang dikeluarkan oleh produsen.

2.2.2 Permintaan demand

Menurut Daniel 2002, permintaan Demand adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang – barang ekonomi. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Menurut Sudarsono 1990, Tenaga beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah maka Universitas Sumatera Utara jumlah barang yang diminta juga akan berubah demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga dapat berubah. Secara matematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak. Menurut Sukirno 2003, Hukum Permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: “Semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut”. Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut : Gambar 3. Kurva Permintaan Dimana: P : Harga Q : Jumlah barang yang diminta D : Permintaan A : Merupakan Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P 1 dan Q 1 B : Merupakan Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P 2 dan Q 2 D P P 2 P 1 Q Q 1 Q 2 A B Universitas Sumatera Utara Menurut Hanafie 2010, kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak P dan jumlah diukur pada sumbu horizontal Q. Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan berbagai jumlah barang yang mau dibeli oleh sekian banyak konsumen pada masyarakat dengan harga tertentu. Menurut Kadariah 1994, Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap ceteris paribus, kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta the quantity demanded naik dengan turunnya harga. Gambar 4. Pergeseran Kurva Permintaan Pergeseran kurva permintaan ke kanan dari kurva D bergeser ke D 1 menunjukkan bahwa adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang dapat disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri misalnya: pendapatan, jumlah penduduk, selera, dan lain-lain Nuraini, 2006. Menurut Pracoyo 2006, ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu: 1. Harga barang itu sendiri Q Q Q 2 D D 1 P 1 P 2 P A B Universitas Sumatera Utara Naik turunnya harga barangjasa akan mempengaruhi banyaksedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan kuantitas yang diminta berhubungan negatif negatively related dengan harga. Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang berkebalikan. 2. Pendapatan Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggirendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, maka barang tersebut dinamakan barang normal normal goods. Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorangmasyarakat meningkat maka akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. 3. Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat. Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Pemikiran

Pedagang jeruk manis melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran yang dilakukan oleh pedagang dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya produksi penjualan, dan keuntungan. Faktor-faktor ini juga akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran jeruk manis. Jeruk manis sangat disukai oleh konsumen pada saat ini baik dalam bentuk buah segar maupun diolah seperti sari buahjus, syirup, minyak wangi, jelly buah, tepung instan, sabun dan lain-lain. Konsumen jeruk manis adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian mengkonsumsi jeruk manis untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun yang mempengaruhi permintaan jeruk manis adalah harga beli konsumen, pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Untuk itu maka faktor- faktor ini perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan jeruk manis. Universitas Sumatera Utara Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan : : menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh Pedagang Jeruk Manis Penawaran Jeruk Manis Faktor – faktor yang mempengaruhi : 1. Harga beli pedagang 2. Biaya Penjualan 3. Keuntungan Pasar Permintaan Jeruk Manis Faktor-faktor yang mempengaruhi : 1. Harga beli konsumen 2. Pendapatan rata-ratabln 3. Jumlah tanggungan Konsumen Jeruk Manis Universitas Sumatera Utara

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis. 2. Harga beli konsumen, pendapatan rata-rata konsumen, dan jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumatera Utara dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan dan hortikultura. Salah satu komoditas hortikultura yang dihasilkan Sumatera Utara adalah jeruk. Provinsi penghasil utama komoditas unggulan hortikultura yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan NTT Departemen Pertanian, 2009. Jeruk manis dengan nama lain citrus aurantium Anggen, 2012. adalah buah yang populer di masyarakat. Kandungan senyawa dalam jeruk manis yang kaya vitamin C, potassium, dan folid acid, dapat berfungsi untuk menghambat sel-sel kanker. Selain kaya serat, buah berwarna kuning ini juga mengandung hesperidin yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, menurunkan tekanan darah, dan masih banyak manfaat buah jeruk lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gram karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak. Nilai serat dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12 persen yang dibutuhkan per hari Kebutuhan terhadap buah-buahan, seperti buah jeruk terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, dan makin tingginya kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi. Kebutuhan terhadap buah jeruk juga cenderung meningkat dengan adanya Universitas Sumatera Utara kemajuan teknologi dan pengetahuan yang memungkinkan pengolahan buah- buahan lebih beragam. Hal ini berarti membuka peluang yang baik bagi petani dan pengusaha jeruk Indriani, 1993. Selain dipasarkan dalam bentuk segar, buah jeruk dengan bantuan tekhnologi moderen bisa diolah sedemikian rupa misalnya, minuman segar, sari buahjusminuman kotak, syirup, minyak wangi, jelly buah, tepung instan, sabun dan lain-lain Departemen Pertanian, 2007. Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup menguntungkan untuk diusahakan. Jika diusahakan dengan sungguh-sungguh terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, konsumsi buah meningkat, dan dapat menumbuh-kembangkan perekonomian regional serta peningkatan pendapatan nasional. Oleh karena itu pemacuan produksi jeruk dan perbaikan manajemen penjualan sesuai permintaan pasar akan berdampak nyata terhadap kelangsungan hidup banyak masyarakat khususnya yang mencari nafkah dibidang usaha buah jeruk Departemen Pertanian, 2007 Kenaikan permintaan buah jeruk dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi buah jeruk. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi jeruk manis berubah setiap tahunnya, konsumsi jeruk manis Sumatera Utara tahun 2009 sebanyak 35.112.500 kgperkapitatahun dan tahun 2010 sebanyak 34.397.000 kgkapitatahun, sehingga konsumsi jeruk tahun 2009-2010 mengalami penurunan sekitar 5,8. Sedangkan tahun 2011 jumlah konsumsi jeruk manis sebanyak Universitas Sumatera Utara 34.715.000 kgkapitatahun, hal ini mengindikasikan bahwa volume konsumsi jeruk tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sekitar 2,7. Tabel 1. Konsumsi Jeruk Manis PerkapitaTahun Kg, Tahun 2009-2011. No. Komoditi Total Konsumsi Hortikultura PerkapitaTahun Kg 2009 2010 2011

1. Jeruk Manis 35.112.500

34.397.000 34.715.000 2. Rambutan 2.782.500 2.725.800 2.751.000

3. Salak 11.262.500

11.033.000 11.135.000 4. Pepaya 24.115.000 23.623.600 23.842.000

5. Belimbing

662.500 649.000 655.000

6. Semangka 4.107.500

4.023.800 4.061.00 7. Nenas 10.997.500 10.773.400 10.873.000

8. Alpukat. 662.500

649.000 4.061.000

9. Durian 662.500

649.000 4.061.000 Jumlah 90.365.000 88.523.600 96.154.000 Sumber : Dinas Pertanian 2012. Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah jeruk itu sendiri. Selain karena tuntutan permintaan pasar, keuntungan yang diperoleh produsen sangat menentukan semangatnya dalam bekerja untuk lebih meningkatkan penawarannya terhadap buah jeruk. Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi jeruk di Medan pada tahun 2009 sebanyak 51,76 ton dan tahun 2010 sebanyak 11,80 ton, sehingga produksi jeruk mengalami penurunan dari tahun 2009-2010 sekitar 77,2, sedangkan pada tahun 2011 produksi jeruk sebanyak 60,5 ton, hal ini mengindikasikan bahwa produksi jeruk dari tahun 2010-2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sekitar 80,5 . Universitas Sumatera Utara