Tabel 4. Nama Pasar, Kecamatan, Luas Lahan Pasar, dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kota Medan.
No Nama Pasar
Kecamatan Luas Lahan Pasar
m
2
Jumlah Pedagang
1. Pusat Pasar
Medan Kota 41.091,00
2.560
2. Halat
Medan Barat 5.851,20
576 3.
Bakti Medan Area
3.863,16 533
4. Sukarame
Medan Area Kebakaran tanggal
17 Okrober 2010 950
5. Titi Kuning
Medan Johor 5.519,30
356 6.
Kemiri Medan Kota
1.030,00 228
7. Kampung Baru
Medan Maimun 360,10
70 8.
Timah Medan Area
2.022,00 336
9. Sambu
Medan Timur 3.456,00
780 10.
Sambas Medan Kota
2.258,03 644
11. Petisah
Medan Petisah 24.256,00
2.409
12. Sei Sikambing
Medan Helvetia 6.166,00
794 13.
Muara Takus Medan Polonia
3.950,10 216
14. Desa Lalang
Medan Sunggal 5.358,00
719 15.
Sunggal Medan Baru
943,65 93
16. Padang Bulan
Medan Tuntungan 2.756,60
595 17.
Simalingkar Medan Johor
7.370,43 940
18. Kwala Bekala
Medan Helvetia 5.975,03
681 19.
Helvetia Medan Tembung
5.630,86 1.142
20. Aksara
Medan Petisah 3.435,20
816 21.
Khandak Medan Perjuangan
1.210,34 100
22. Sentosa Baru
Medan Barat 1.628,20
167 23.
Glugur Medan Timur
3.171,00 384
24. Pendidikan
Medan Barat 2.013,12
579
25. Medan Deli
Medan Barat 8.500,00
1.203
26. Martubung
Medan Labuhan 5.000,00
- 27.
Titi Papan Medan Labuhan
3.986,93 115
28. Labuhan
Medan Labuhan 3.666,00
457 29.
Paus Medan Belawan
2.215,57 269
30. Jawa
Medan Belawan 2.707,40
418 31.
Kapuas Medan Belawan
1.965,45 114
32. Pisang
Medan Belawan 1.251,00
125 Sumber: Direksi PD.Pasar Kota Medan 2010.
3.2 Metode Penentuan Sampel.
Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode Accidental penelusuran. Pengambilan responden melalui metode ini adalah konsumen yang sedang
membeli jeruk manis dan penjual yang sedang menjual jeruk manis yang dijumpai
Universitas Sumatera Utara
di daerah penelitian untuk meminta pendapat mereka mengenai hal yang
dibutuhkan untuk kelancaran penelitian ini.
Dari seluruh populasi penduduk Kota Medan diambil 60 sampel yaitu 30 sampel pembeli jeruk manis dan 30 sampel penjual jeruk manis. Berdasarkan teori
penarikan contoh sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ≥ 30 sampel
karena bagaimanapun bentuk populasi teori penarikan sampel menjamin akan diperolehnya hasil yang memuaskan dan untuk penelitian yang menggunakan
analisa statistik, ukuran sampel paling minimum 30 Walpole, 1992.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di pasar tradisional serta
wawancara kepada konsumen dan pedagang dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari
lembaga atau instansi terkait seperti Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik BPS, Direksi PD Pasar, dan dari literatur serta sumber
pendukung lainnya.
3.4 Metode Analisis Data
Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesa yang akan diuji.
1. Hipotesis 1 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga beli pedagang, biaya
penjualan, dan jumlah pedagang dengan menggunakan rumus :
Y =
a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Y
= Jumlah penawaran jeruk manis Kgbln
a =
Koefisien intersep konstanta, yaitu nilai Y jika X
1
, X
2
, dan X
3
= 0 b
1
, b
2
, b
3
= Koefisen Regresi, yaitu nilai yang menunjukkan
peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel bebas X
1
, X
2
, dan X
3
X
1
= Harga beli pedagang Rpkgbln
X2 =
Biaya penjualan Rpbln X3
= Keuntungan Rpkgbln
µ =
Kesalahan pengganggu Pengambilan keputusan :
•
Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit
Koefisien Determinasi Goodness of Fit, yang dinotasikan dengan R
2
, merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik
atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang terestimasi dengan
data yang sesungguhnya. Nilai Koefisien Determinasi R
2
ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai Koefisien
Determinasi sama dengan 0 R
2
= 0, artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R
2
= 1, artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan demikian baik atau
Universitas Sumatera Utara
buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 –nya yang mempunyai nilai antar nol dan satu.
•
Uji F Uji Simultan
Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas independent variable
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap penawaran jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan
adalah: H
: Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
H
1
: Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F
hitung
dengan F
tabel
, yaitu dengan kriteria: -
Jika F
hitung
≥ F
tabel
, maka H ditolak ; H
1
diterima -
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H diterima ; H
1
ditolak •
Uji t Uji Parsial
Uji t digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas independent variable secara individu terhadap penawaram jeruk manis sebagai
variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H
: Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. H
1
: variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai T
hitung
dengan T
tabel
, yaitu dengan kriteria:
Universitas Sumatera Utara
- Jika t
hitung
≥ t
tabel
, maka H ditolak ; H
1
diterima -
Jika, t
hitung
t
tabel
, maka H diterima ; H
1
ditolak •
Uji Asumsi Klasik.
Penggunaan kriteria ini dalam pengujian hipotesis adalah untuk memutuskan sejauh mana model estimasi mempunyai sifat- sifat yang tidak biasa, efisien, dan
konsisten. Sifat- sifat ini akan terpenuhi apabila model estimasi memenuhi asumsi- asumsi yang diisyaratkan dalam model regresi linier klasik, dimana antara
lain tidak ada gejala multikolineritas, heteroskedastisitas, dan normalitas.
- Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi. Model
regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah Multikolinearitas. Konsekuensi adanya Multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan
kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga. Variabel yang menyebabkan Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance
yang lebih kecil dari 0,1 atau VIF yang lebih besar dari 10 Priyatno, 2011. -
Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Pengambilan keputusannya adalah:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebur kemudian menyempit, maka
terjadi Heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. Dari output regresi pada Chart titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan
titi-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi
Priyatno, 2011. -
Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dianalisis telah mewakili populasi atau belum. Dengan diketahuinya kenormalan distribusi akan
dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Pada penelitian dimana data yang tersedia memiliki distribusi normal, akan mampu menghasilkan persamaan regresi yang
dapat menjelaskan variabel terikat secara lebih tepat. Model regresi baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu caranya adalah dengan melihat grafik histogram. Jika variabel berdistribusi normal hal ini
ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri dan menceng ke kanan Helmi dan Muslich, 2011.
2. Hipotesis 2 diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan
alat bantu SPSS. Data yang dibutuhkan adalah harga beli konsumen, pendapatan
rata-ratabln, dan jumlah tanggungan dengan menggunakan rumus: Y
= a+ b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ µ.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Y
= Jumlah permintaan jeruk manis Kgbln
a =
Koefisien intersep konstanta, yaitu nilai Y jika X
1
, X
2
, dan X
3
= 0 b
1
, b
2
, b
3
= Koefisen Regresi, yaitu nilai yang menunjukkan
peningkatan atau penurunan variabel Y yang didasarkan pada variabel bebas X
1
, X
2
, dan X
3
X
1
= Harga beli konsumen Rpkgbln
X2 =
Pendapatan rata-rata Rpbln X3
= Jumlah tanggungan Jiwa
µ =
KesalahaPengambilan keputusan : •
Uji F Uji Simultan
Uji F digunakan untuk menguji apakah sekelompok variabel bebas independent variable
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk manis sebagai variabel terikat dependent variable.
Hipotesis yang diajukan adalah: H
: Variabel bebas secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
H
1
: Variabel bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikat.
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai F
hitung
dengan F
tabel
, yaitu dengan kriteria: -
Jika F
hitung
≥ F
tabel
, maka H ditolak ; H
1
diterima -
Jika F
hitung
F
tabel
, maka H diterima ; H
1
ditolak
Universitas Sumatera Utara
•
Uji t Uji Parsial
Uji t digunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh variabel bebas independent variable secara individu terhadap permintaan jeruk manis sebagai
variabel terikat dependent variable. Hipotesis yang diajukan adalah: H
: Variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. H
1
: Variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai t
hitung
dengan t
tabel
, yaitu dengan kriteria: -
Jika t
hitung
≥ t
tabel
, maka H ditolak ; H
1
diterima -
Jika, t
hitung
t
tabel
, maka H diterima ; H
1
ditolak •
Uji Asumsi Klasik.
Penggunaan kriteria ini dalam pengujian hipotesis adalah untuk memutuskan sejauh mana model estimasi mempunyai sifat- sifat yang tidak biasa, efisien, dan
konsisten. Sifat- sifat ini akan terpenuhi apabila model estimasi memenuhi asumsi- asumsi yang diisyaratkan dalam model regresi linier klasik, dimana antara
lain tidak ada gejala multikolineritas, heteroskedastisitas, dan normalitas.
- Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana ada hubungan linear secara sempurna atau mendekati sempurna antara variabel independen dalam model regresi. Model
regresi yang baik adalah yang terbebas dari masalah Multikolinearitas. Konsekuensi adanya Multikolinearitas adalah koefisien korelasi tidak tertentu dan
kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.
Universitas Sumatera Utara
Variabel yang menyebabkan Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau VIF yang lebih besar dari 10 Priyatno, 2011.
- Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
Heteroskedastisitas. Pengambilan keputusannya adalah:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebur kemudian menyempit, maka
terjadi Heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Dari output regresi pada Chart titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titi-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi Priyatno, 2011.
- Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang dianalisis telah mewakili populasi atau belum. Dengan diketahuinya kenormalan distribusi akan
dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Pada penelitian dimana data yang tersedia memiliki distribusi normal, akan mampu menghasilkan persamaan regresi yang
dapat menjelaskan variabel terikat secara lebih tepat. Model regresi baik jika memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satu caranya adalah
Universitas Sumatera Utara
dengan melihat grafik histogram. Jika variabel berdistribusi normal hal ini ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri dan menceng ke
kanan Helmi dan Muslich, 2011.
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari dari kesalah pahaman dan kekeliruan dalam proses penelitian,
maka penulis membuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : 3.5.1 Defenisi
1. Pedagang jeruk manis adalah pedagang yang menjual jeruk manis di pasar
tradisional kota Medan yang telah ditentukan tempatnya.
2. Penawaran jeruk manis adalah banyaknya jumlah jeruk manis yang ditawarkan
oleh pedagang kepada konsumen pada waktu tertentu.
3. Harga beli pedagang jeruk manis adalah harga yang dibeli pedagang jeruk
manis kepada petani ataupun kepada penjual grosir jeruk manis. 4.
Biaya penjualan jeruk manis adalah biaya yang dikeluarkan dalam penjualan
jeruk manis.
5. Keuntungan adalah laba yang diperoleh oleh pedagang jeruk manis.
6. Konsumen jeruk manis adalah konsumen yang tujuannya mengkonsumsi jeruk manis dengan kriteria ibu rumahtanggakepala rumahtangga di pasar tradisonal
Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya. 6.
Permintaan jeruk manis adalah jumlah jeruk manis yang dibeli konsumen
dalam jumlah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
7. Harga beli konsumen adalah harga yang harus dibayar oleh konsumen yang
sudah ditetapkan oleh pedagang jeruk manis.
8. Pendapatan konsumen adalah penghasilan konsumen rata-rata per bulan.
9. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan
konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.
10.Pasar adalah tempat pedagang dan pembeli melakukan transaksi jual beli.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian diadakan di beberapa pasar tradisional yang menjual jeruk manis di Kota Medan, Sumatera Utara dari bulan April sd bulan Mei 2013.
2. Responden penelitian adalah konsumen yang membeli jeruk manis di pasar tradisional yang telah ditentukan menjadi tempat penelitian.
3. Responden penelitian adalah penjual yang menjual jeruk manis di pasar tradisional yang telah ditentukan menjadi tempat penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITAN
4.1. Kondisi Geografis Kota Medan
Kota Medan merupakan Ibukota dari Provinsi Sumatera Utara. Secara goegrafis Kota Medan terletak pada posisi 3
o
.27
’
- 3
o
.47
’
Lintang Utara dan 98
o
.35
’
– 98
o
.44
’
Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah 265,10 km
2
. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, yang terdiri dari 21 kecamatan, dan 151 kelurahan.
Kota Medan berbatasan dengan: −
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang −
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang −
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang −
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun
Polonia pada tahun 2011 berkisar 22,49
o
C- 23,97
o
C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15
o
C- 34,21
o
C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimummnya berkisar antara 22,50
o
C- 24,10
o
C dan suhu maksimum berkisar antara 31,40
o
C- 33,30
o
C. Kelembapan udara di wilayah Kota Medan rata-rata 76-81, kecepatan angin rata-rata sebesar 1,75 msec sedangkan laju penguapan tiap bulannya 81,74
mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2011 per bulan 21,50 hari dengan rata-
Universitas Sumatera Utara
rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 216,33 mm dan pada Stasiun polonia per bulannya 18,75 mm.
4.2. Kependudukan
Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku, etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini memunculkan
karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Pada tahun 2011, penduduk Kota Medan berjumlah 2.117.224 jiwa, dan tahun 2010 berjumlah 2.097.610 jiwa. Dibanding hasil sensus penduduk tahun 2010,
terjadi pertambahan penduduk dari tahun 2010-2011 sebesar 19.614 jiwa 0,94. Kota Medan memiliki 488.462 rumah tangga RT yang tersebar di setiap
kecamatan. Kota Medan memiliki luas wilayah mencapai 265,10 km
2
, kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwakm
2
. Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2011
sebesar 2.117.224 jiwa yang terdiri dari 1.046.560 jiwa laki-laki 51,63 dan 980.664 jiwa perempuan 48,37. Dari data tersebut dapat di lihat bahwa jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Usia non produktif 0- 14 tahun yang terdiri dari bayi balita, anak-anak dan remaja berjumlah 569.534
jiwa 28,10. Jumlah usia produktif 15-54 tahun yaitu orang dewasa sebesar 1.261.737 jiwa 62,24. Dan jumlah manula
≥55tahun sebesar 195.953 jiwa 9,66.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2011.
Umur Tahun
Laki-Laki Perempuan
Jumlah Jiwa
Jiwa Persentase
Jiwa Persentase
0-4 96.545
9,22 91.044
9,28 187.589
5-9 99.946
9,55 93.487
9,53 193.433
10-14 97.101
9,29 91.411
9,32 188.512
15-19 102.913
9,83 107.751 11,00
210.664 20-24
115.983 11,08 126.476
12,9 242.459
25-29 98.368
9,40 10.788
1,1 109.156
30-34 87.666
8,38 89.331
9,11 176.997
35-39 78.091
7,46 81.543
8,31 159.634
40-44 70.080
6,70 72.575
7,4 142.655
45-49 59.180
5,65 61.495
6,28 120.675
50-54 49.206
4,70 50.291
5,13 99.497
55-59 36.707
3,51 36.411
3,71 73.118
60-64 22.310
2,13 24.687
2,51 46.997
65 32.464
3,10 43.374
4,42 75.838
Total 1.046.560
100 980.664
100 2.027.224
Sumber : BPS, Medan Dalam Angka 2012.
4.3 Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan
Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamatan SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas tingkat pendidikan
penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penduduk Kota Medan Menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa
Persentase
1 SD
271.812 46,37
2 SLTP
115.056 19,63
3 SLTA
128.319 21,90
4 Perguruan Tinggi Negeri
70.925 12,10
Total 586.112
100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2012.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar SD yaitu sebesar 271.812
jiwa 46,37, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA yaitu sebesar 128.319 orang 21,90, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama SLTP yaitu sebesar 115.056
orang 19,63, dan Peguruan Tinggi Negeri berjumlah 70.925 orang 12,10.
4.4 Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kota Medan bermacam jenisnya yaitu pegawai negeri, pegawai swasta, TNIPOLRI, tenaga pengajar, tenaga kesehatan, dan
masih banyak lagi yang lain jenis dan macam pekerjaannya. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai mata pencaharian penduduk Kota Medan dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk di Kota Medan Tahun 2011 No
Mata pencaharian Jumlah
Jiwa Persentase
1 Pegawai Negeri
19.253 4,82
2 Pegawai Swasta
15.580 3,91
3 TNIPOLRI
14.326 3,60
4 Tenaga Pengajar
45.426 11,40 5
Tenaga Kesehatan 3.290
0,82 6
Lain-lain 300.862 75,45
Total 397.737
100
Sumber: BPS, Medan dalam angka 2012. Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah pekerjaan penduduk yang terbesar adalah
selain mata pencaharian dari pegawai negeri, pegawai swasta, TNIPOLRI, tenaga pengajar, dan tenaga kesehatan yaitu sebesar 300.862 jiwa 75,45. Kemudian
sebagai tenaga pengajar yaitu sebesar 45.426 orang 11,4, pegawai negeri sebesar 19.253 orang 4,82, pegawai swasta 15.580 orang 3,93,
Universitas Sumatera Utara
TNIPOLRI Sebesar 14.326 orang 3,61, dan tenaga kesehatan sebesar 3.290 orang 0,83.
4.5 Penggunaan Tanah Tabel 8. Luas dan Penggunaan Tanah di Kota Medan Tahun 2011
No Uraian
Jumlah Persentase
1 Pemukiman
9.623,13 36,30
2 Perkebunan
821,81 3,10
3 Lahan Jasa
503,69 1,90
4 Sawah
1.617,11 6,10
5 Perusahaan
1.113,42 4,20
6 Kebun Campuran
11.956,01 45,10
7 Industri
397,65 1,50
8 Hutan Rawa
477,18 1,80
Total 26.510,00
100
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012. Tabel 8 menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang luas adalah kebun campuran
yaitu sebesar 11.956,01 ha 45,1, pemukiman sebesar 9.623,13 ha36,30, sawah 1.617,11 ha 6,10, perusahaan 1.113,42 ha 4,20, perkebunan 821,81
3,10, lahan jasa 503,69 ha 1,90, hutan rawa 477,18 ha 1,80, dan industri sebesar 397,65 ha 1,50.
4.6 Sarana dan Prasarana.
Sarana pendidikan di kota Medan sangat lengkap. Pada Tabel 10 menunjukkan sarana pendidikan di Kota Medan mulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak,
Sekolah Dasar berjumlah 816 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama berjumlah 348 unit, Sekolah Lanjut Tingkat Atas berjumlah 344 unit, hingga ke Perguruan
Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri, swasta maupun sekolah luar negeri yang tersebar di
setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kwalitas yang beragam. Sarana
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan sangat di perlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu puskesmas 39 unit, pustu 41
unit, BPU 357 unit, rumah bersalin 175 unit, dan rumah sakit 75 unit. Sarana peribadatan juga sangat di perlukan oleh penduduk Kota Medan yang besar dan
beragam, dapat saling menerima diantara perbedaan yang ada sehingga tetap saling menghormati, sarana peribadatan yang ada yaitu Masjid 1041 unit,
Musholla 699 unit, Gereja 751 unit, Kuil 34 unit, Wihara 22 unit, dan Klenteng 23 unit.
Sarana transportasi sangat lengkap di dalam kota, angkutan kota sangat banyak ke segala penjuru Kota Medan. Jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.154,3 km,
jalan dalam kondisi sedang 15,8 km, jalan dalam kondisi rusak 20,1 km, dan jalan dalam kondisi rusak berat 1,4 km. Pasar tradisional maupun pasar modern banyak
sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih ingin berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern. Ada 32 unit pasar tradisional
dan 64 unit pasar modern pada tahun 2012 yang tersebar di setiap kecamatan dengan keunggulan dan kelengkapan masing-masing pasar yang berbeda-beda.
Pasar tradisional umumnya buka pada pagi hingga siang atau sore hari, sedangkan pasar modern buka pada pagi hingga malam hari. Dalam penelitian ini yang
menjadi sampel pasar tradisional adalah Pusat Pasar, Pasar Petisah, dan Pasar Medan Deli. Sarana dan prasarana di Kota Medan saat ini sudah baik. Jenis-jenis
sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, pasar, dan lainnya yang sudah cukup memadai.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Kota Medan Tahun 2011 No. Jenis
Sarana dan Prasarana Jumlah
Unit
1. Sekolah
a. SD
816 b. SLTP
348 c. SLTA
344 d. Perguruan Tinggi
33 2.
Kesehatan a. Puskesman
39 b. Pustu
41 c. BPU
357 d.Rumah Bersalin
175 e. Rumah Sakit
75 3.
Tempat Peribadatan a. Masjid
1.041 b. Musholla
699 c. Gereja
751 d. Kuil
34 e. Wihara
f. Klenteng 22
23 4.
Sarana Jalan a. Jalan Baik
3.154,3 km b. Jalan Sedang
15,8 km c. Jalan Rusak
20,1 km d. Jalan Rusak Berat
1,3 km 5.
Pasar a. Pasar Tradisional
32 b. Pasar Modern
64
Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012
4.7 Karakteristik Pasar Lokasi Penelitian di Pasar Tradisional
Dalam penelitian ini, penulis meneliti pasar tradisional sebanyak 3tiga pasar antara lain Pusat Pasar, Pasar Petisah, dan Pasar Medan Deli. Ketiga pasar
menjual barang-barang yang beraneka ragam, diantaranya kebutuhan pokok buah-buhanan, sayur-sayuran, ikan, dan lain-lain. Luas lahan pasar tradisional
tempat penelitian seperti Pusat Pasar sekitar ±41.091,00 m
2
dengan jumlah pedagang keseluruhan 2.560 pedagang, Pasar Petisah sekitar ± 24.256,00 m
2
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah pedagang keseluruhan 2.409 pedagang, dan Pasar Medan Deli sekitar ± 8.500,00 m
2
dengan jumlah pedagang keseluruhan 1.203 pedagang.
4.7.1 Karakteristik Sampel Pedagang.
Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang yang menjual jeruk manis di pasar tradisional Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya. Jumlah seluruh
pedagang sampel yang diteliti oleh peneliti berjumlah 30 orang penjual. Jumlah pedagang sampel di Pusat Pasar sebanyak 13 pedagang, Pasar Petisah sebanyak
10 pedagang, dan Pasar Medan Deli sebanyak 7 pedagang. Karakteristik pedagang yang dimaksud meliputi harga beli pedagang, biaya
penjualan, dan keuntungan. 1.
Harga Beli Pedagang. Harga beli pedagang merupakan modal yang digunakan untuk menjual
barangjasa dengan harapan memperoleh keuntungan yang tinggi. Pedagang cenderung mencari harga beli jeruk yang cukup murah dengan kualitas cukup baik
untuk meminimalisasi biaya dan memaksimumkan keuntungan. 2.
Biaya Penjualan. Biaya penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan pedagang untuk
menghasilkan barang dan jasa. Jika biaya produksi yang dikeluarkan pedagang cukup tinggi maka pada umumnya jumlah penawaran akan berkurang. Biaya
produksi penjualan responden pedagang jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi.
3. Keuntungan.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan merupakan laba yang diperoleh pedagang dalam penjualan barang dan jasa. Jika keuntungna yang diperoleh pedagang cukup tinggi maka pada
umumnya jumlah penawaran juga cukup tinggi. Keuntungan responden pedagang jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi.
4.7.2 Karakteristik Sampel Konsumen.
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen jeruk manis yang tujuannya mengkonsumsi jeruk manis untuk keluarga dengan kriteria ibu rumahtangga
kepala rumahtangga yang membeli jeruk manis di pasar tradisonal Kota Medan yang telah ditentukan tempatnya yaitu atas dasar luas lahan dan jumlah pedagang
keseluruhan terbanyak di Kota Medan. Jumlah seluruh responden sampel yang diteliti oleh peneliti berjumlah 30 orang pembeli. Jumlah responden sampel di
Pusat Pasar sebanyak 13 pembeli, Pasar Petisah sebanyak 10 pembeli, dan Pasar Medan Deli sebanyak 7 pembeli.
Karakteristik konsumen yang dimaksud yaitu yang terdiri dari harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah tanggungan.
1. Harga Beli Konsumen.
Konsumen sangat teliti dalam membeli suatu barangjasa, sehingga harga beli konsumen sangat mempengaruhi jumlah permintaannya. Harga yang lebih mahal
dari biasanya mengakibatkan volume pembelian konsumen terhadap jeruk manis berkurang, dan begitu juga sebaliknya jika harga lebih murah dari biasanya maka
volume pembelian jeruk manis meningkat.
Universitas Sumatera Utara
2. Pendapatan rata-ratabln
Daya beli masyarakat dapat dilihat melalui pendapatannya, jika pendapatan yang diperolehnya cukup tinggi, maka pada umumnya daya beli masyarakat juga tinggi.
Pendapatan responden konsumen jeruk manis dalam penelitian ini sangat bervariasi.
3. Jumlah Tanggungan
Dalam membeli dan mengkonsumsi jeruk manis, responden juga sangat dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang tinggal bersama-sama dengan dia,
karena itu jumlah tanggungan dapat pula mempengaruhi jumlah konsumsi dalam suatu keluarga.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Jumlah Penawaran Jeruk Manis 5.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Jeruk Manis
Semua analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS. Uji regresi linier berganda
dilakukan untuk menganalisis apakah variabel terikat berpengaruh atau tidak
terhadap variabel bebas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran jeruk manis yaitu dengan variabel terikat jumlah penawaran jeruk manis Y dan variabel bebas yaitu harga beli
pedagang X
1
, biaya penjualan X
2
, dan keuntungan X
3
. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di beberapa pasar tradisional
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara diperoleh : 1. Harga Beli Pedagang X
1
.
Harga beli jeruk manis yang dibeli oleh pedagang bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa harga rata-rata jeruk manis yang dibeli pedagang adalah sebesar
Rp. 15.306kg, harga beli pedagang tertinggi sebesar Rp.16.000kg, dan harga beli pedagang terendah sebesar Rp. 14.500kg.
2. Biaya Penjualan X
2
Biaya penjualan rata-rata jeruk manis adalah sebesar Rp 4.951.833bulan, biaya penjualan pedagang tertinggi sebesar Rp. 11.962.500bulan, dan biaya penjualan
pedagang terendah sebesar Rp. 1.006.000bulan.
Universitas Sumatera Utara
3. Keuntungan X
3
Keuntungan jeruk manis bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa keuntungan rata-rata jeruk manis adalah sebesar Rp 4.456.466bulan, keuntungan pedagang
tertinggi sebesar Rp. 10.010.500bulan, dan keuntungan pedagang terendah sebesar Rp. 1.450.000bulan.
5.1.2 Interpretasi Hasil Penawaran Jeruk Manis. Tabel 10. Hasil Analisis Penawaran Jeruk Manis.
Variabel Koefisien
Regresi t-hitung
Signifikan
Constanta 3644.069
.907 .373
X
1
= Harga Beli -.227
-.887 .383
X
2
=Biaya Penjualan .001
2.182 .038
X
3
= Keuntungan .001
3.782 .001
R-Square= 0,854 F-Hitung= 50,629
F-tabel 0,05= 2,975 t-tabel0,05= 2,048
Sumber: Lampiran 9. Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah:
Y= 3644,069 – 0,227 X
1
+ 0,001 X
2
+ 0,001 X
3
. Keterangan:
Y= Jumlah Penawaran Jeruk Manis Kgbulan X
1
= Harga Beli PedagangRpkgbulan X2= Biaya Penjualan Rpbulan
X3= Keuntungan Rpbulan
Universitas Sumatera Utara
5.1.3 Interpretasi Model Penawaran Jeruk Manis
Dari tabel 10 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan terhadap jumlah penawaran jeruk manis di pasar
tradisional Kota Medan sebagai berikut: 1. Harga Beli Pedagang X
1
. Harga Beli Pedagang X
1
memiliki pengaruh yang negatif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar -0,227. Hal ini berarti bahwa
kenaikan harga beli pedagang sebesar Rp. 1.000,- maka akan menurunkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,227kg .
2. Biaya Penjualan X
2
. Biaya Penjualan X
2
memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan biaya
penjualan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,001 kg.
3. Keuntungan X
3
. Keuntungan X
3
memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah penawaran jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan
keuntungan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah penawaran jeruk manis sebesar 0,001 kg.
•
Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit.
Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi linier berganda tersebut, maka diperoleh hasil R
2
sebesar 0,854 yang artinya 85,4 variasi variabel jumlah penawaran jeruk manis telah dapat dijelaskan oleh variabel harga beli pedagang,
Universitas Sumatera Utara
biaya penjualan, dan keuntungan. Sisanya sebesar 14,6 dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
•
Uji F Uji Simultan.
Berdasarkan Tabel ANOVA diatas dapat dilihat bahwa secara serempak variabel harga beli, biaya penjualan, dan keuntungan ternyata signifikan secara statistik
pada ∝ = 5. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-hitung 50,629 F-tabel
2,975, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah
penawaran jeruk manis. •
Uji t Uji Parsial.
Untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji t, jika t-hitung t-tabel, maka Ho
ditolak, sedangkan jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima. Jika tingkat signifikansi 0.05, maka Ho ditolak dan tingkat signifikansi 0.05, maka Ho
diterima. 1.
Harga Beli X
1
. Secara parsial, variabel harga beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung -0,887 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,383 0,05
2. Biaya Penjualan X
2
. Secara parsial, variabel biaya penjualan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 2,182 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,038 0,05
Universitas Sumatera Utara
3. Keuntungan X
3
. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 3,782 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0,001 0,005
•
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Jumlah Penawaran Jeruk Manis.
- Uji Multikolinieritas.
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing
variabel seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 11.
Nilai Coefficient dan VIF.
Variabel Tolerance
VIF
Harga Beli .828
1.208 Biaya Penjualan
.231 4.321
Keuntungan .239
4.181 Sumber : lampiran 9.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel 0,1 dan nilai VIF10. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinieritas di dalam model persamaan tersebut. •
Uji Heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan penjual berdasarkan masukan variabel independent.
•
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat dari grafik histogram dan scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Grafik Histogram Uji Normalitas.
Berdasarkan gambar grafik histogram 7 terlihat bahwa variabel keputusan berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak
menceng ke kiri atau menceng kanan. Untuk lebih meyakinkan maka dapat menganalisis plot untuk menguji normalitas.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 8. Scatterplot Uji Normalitas
Gambar Scatterplot 8 dapat dilihat bahwa memiliki aturan jarak titik-titik gradient antara probabilita kumulatif observasi dan probabilita kumulatif
harapan berada sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat gambar diatas dimana titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka
dapat disimpulkan bahwa variabel keputusan telah mengikuti distribusi normal.
5.2 Hasil Analisis Jumlah Permintaan Jeruk Manis 5.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jeruk Manis
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di beberapa pasar tradisional
Kota Medan Provinsi Sumatera Utara diperoleh :
Universitas Sumatera Utara
1. Harga Beli Konsumen X
1
Harga jeruk manis bervariasi pada setiap pedagang dan juga pasar yang berbeda. Dari data yang diperoleh bahwa harga rata-rata jeruk manis adalah sebesar
Rp. 18.600kg, harga tertinggi sebesar Rp. 20.000kg, dan harga terendah sebesar Rp. 18.000kg.
2. Pendapatan rata-ratabln X
2
Pendapatan konsumen jeruk manis bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa pendapatan rata-rata konsumen adalah Rp. 3.200.000bulan, pendapatan
konsumen tertinggi sebesar Rp. 5.000.000bulan, dan pendapatan konsumen terendah sebesar Rp. 1.500.000bulan.
3. Jumlah Tanggungan X
3
Jumlah tanggungan konsumen bervariasi. Dari data yang diperoleh bahwa jumlah tanggungan rata-rata konsumen adalah 3 orang, jumlah tanggungan terbanyak
adalah 6 orang, dan jumlah tanggungan paling sedikit adalah 1 orang.
5.2.2 Interpretasi Hasil Permintaan Jeruk Manis. Tabel 12. Hasil Analisis Permintaan Jeruk Manis.
Variabel Koefisien
Regresi T-Hitung
Signifikan
Constanta 23,657
4,866 0,000
X
1
= Harga -0,001
4,584 0,000
X
2
= Pendapatan 1,834
7,558 0,000
X
3
= Jumlah Tanggungan 0,260 1,143
0,264 R-Square= 0,803
F-hitung= 35,388 F-tabel 0,05 = 2,975
T-tabel 0,05 = 2,048
Universitas Sumatera Utara
Adapun persamaan yang diperoleh dari hasil analisis adalah: Y= 23,657 - 0,001 X
1
+ 1,834 X
2
+ 0,260 X
3
. Keterangan:
Y= Jumlah Permintaan Jeruk Manis Kgbulan X
1
= Harga Rpkgbulan X2= Pendapatan Rpbulan
X3= Jumlah Tanggungan Jiwa
5.2.3 Interpretasi Model Permintaan Jeruk Manis :
Dari tabel 12 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan terhadap jumlah permintaan jeruk
manis di pasar tradisional Kota Medan Sumatera Utara sebagai berikut: 1. Harga X
1
Harga X
1
memiliki pengaruh yang negatif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar -0,001. Hal ini berarti bahwa kenaikan harga
sebesar Rp 1.000,- maka jumlah permintaan akan turun sebesar 0,001 kg. 2. Pendapatan X
2
. Pendapatan X
2
memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar 1,834. Hal ini berarti bahwa kenaikan
pendapatan sebesar Rp. 1.000,- maka akan menaikkan jumlah permintaan jeruk manis sebesar 1,834 kg.
3. Jumlah Tanggungan X
3
. Jumlah Tanggungan X
3
memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah permintaan jeruk manis dengan koefisien sebesar 0,260. Hal ini berarti bahwa
Universitas Sumatera Utara
penambahan 1 orangjiwa tanggungan keluarga menyebabkan peningkatan jumlah permintaan jeruk manis sebesar 0,260 kg.
•
Uji Kesesuaian Model Test of Goodness of Fit.
Setelah dilakukan analisis terhadap model regresi linier berganda tersebut, maka diperoleh hasil R
2
sebesar 0,803 yang artinya 80,3 variasi variabel jumlah permintaan jeruk manis telah dapat dijelaskan oleh variabel harga, pendapatan,
dan jumlah tanggungan. Sisanya sebesar 19,7 dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
•
Uji F.
Berdasarkan tabel ANOVA diatas dapat dilihat bahwa secara serempak variabel harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan ternyata berpengaruh secara signifikan
terhadap jumlah permintaan jeruk manis, secara statistik pada ∝ = 5. Hal ini
dapat dilihat dari uji F, dimana F-hitung 35,388 F-tabel 2,975, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel harga beli konsumen, pendapatan, dan jumlah
tanggungan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah permintaan jeruk manis. •
Uji t Uji Parsial.
Untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji t, jika t-hitung t-tabel, maka Ho
ditolak, sedangkan jika t-hitung t-tabel, maka Ho diterima. Jika tingkat signifikansi 0.05, maka Ho ditolak dan tingkat signifikansi 0.05, maka Ho
diterima.
Universitas Sumatera Utara
1. Harga X
1
. Secara parsial, variabel harga berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 4,584 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0.000 0.05
2. Pendapatan X
2
. Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah
permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 7,558 t-tabel 2,048, dan tingkat signifikansi 0.000 0.05
3. Jumlah Tanggungan X
3
. Secara parsial, variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara nyata
terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 1,143 t-tabel 2,048, dan tingkat
signifikansi 0.264 0.05 •
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Permintaan Jeruk Manis
- Uji Multikolinieritas.
Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing
variabel seperti pada Tabel 13: Tabel 13.
Nilai Coefficient dan VIF. Variabel
Tolerance VIF
Harga 0,982
1,018 Pendapatan
0,852 1,174
Jumlah Tanggungan 0,864
1,158 Sumber : Lampiran 10.
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai Tolerance masing-masing variabel 0,1 dan nilai VIF10. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinieritas di dalam model persamaan tersebut. •
Uji Heteroskedastisitas.
Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot hasil pengolahan
dengan SPSS seperti berikut:
Gambar 9. Scatter Plot Uji Heteroskedastisitas Dari grafik scatterplot diatas terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keputusan pembeli berdasarkan masukan variabel independennya.
•
Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat dari histogram dan scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10 .
Grafik Histogram Uji Normalitas. Berdasarkan grafik histogram di atas terlihat bahwa variabel keputusan
berdistribusi normal, hal ini ditunjukkan oleh distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng kanan. Untuk lebih meyakinkan maka dapat
menganalisis plot untuk menguji normalitas.
Gambar 11. Scatterplot Uji Normalitas Gambar Scatterplot diatas memiliki aturan jarak titik-titik gradient antara
probabilita kumulatif observasi dan probabilita kumulatif harapan berada
Universitas Sumatera Utara
sepanjang garis, maka residual mengikuti distribusi normal. Melihat gambar diatas dimana titik-titik yang relatif tidak jauh dari garis, maka dapat disimpulkan
bahwa variabel keputusan telah mengikuti distribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disusun pada bab-bab sebelumnya dan sesuai dengan data-data yang diperoleh selama penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Penawaran jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-
hitung 50,629 F-Tabel 2,975 pada ∝ = 5. Secara parsial, variabel harga
beli pedagang tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat t-hitung -0,887 t-
tabel 2,048. Secara parsial, variabel biaya penjualan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95.
Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 2,182 t-tabel 2,048. Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh secara nyata terhadap jumlah penawaran
jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-
hitung 3,782 t-tabel 2,048.
2. Permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli
konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Hal ini dapat dilihat dari uji F, dimana F-Hitung 35,388 F-Tabel 2,975 pada
∝ = 5. Secara parsial, variabel harga berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan
jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana t-hitung 4,584 t- tabel 2,048. Secara parsial, variabel pendapatan berpengaruh secara nyata
Universitas Sumatera Utara
terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat dilihat bahwa t-hitung 7,558 t-tabel 2,048. Secara parsial,
variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis yaitu pada taraf kepercayaan 95. Dimana dapat
dilihat bahwa t-hitung 1,143 t-tabel 2,048. 5.2 Saran.
Kepada Konsumen
Sebaiknya konsumen membeli jeruk lokal, selain karena jeruk lokal lebih terjamin kualitasnya juga membantu kehidupan petani lokal.
Kepada Pedagang
Sebaiknya pedagang meningkatkan penawaran jeruk manis dengan melihat kebutuhan pasar dan memasarkannya dengan pengelolaan yang baik agar
keuntungan yang diperoleh lebih banyak.
Kepada Pemerintah
Diharapkan kepada pemerintah Kota Medan agar lebih memperhatikan sektor pertanian dan pemasarannya, karena Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi
Sumatera Utara merupakan kota pemasaran, khususnya hortikultura seperti jeruk. Sosialisai untuk meningkatkan produksi dan mengurangi gagal panen secara
efisien dan efektif. serta membantu mengembangkan pasar hortikultura.
Kepada Peneliti Selanjutnya.
Sebaiknya peneliti selanjutnya membahas mengenai strategi peningkatan pemasaran hortikultura khususnya komoditi yang berperan di Kota Medan untuk
melihat potensi dari sektor pertanian kita.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buah Jeruk
Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2006, mengatakan bahwa tanaman jeruk adalah
tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia yaitu Asia Timur dan Tenggara. China merupakan negara yang dipercaya sebagai tempat pertama kalinya jeruk
tumbuh. Saat ini tanaman jeruk telah berkembang di seluruh dunia. Bahkan dipercayai juga bahwa tanaman jeruk tumbuh di Indonesia sejak ratusan tahun
yang lalu sebagai peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan jeruk keprok dari Amerika dan Italia.
Buah jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Cochin Cina. Yang membudidayakan pertama kali adalah orang Cina bagian
Selatan. Jeruk manis dimakan sebagai buah segar atau sebagai pencuci mulut setelah makan. Negara penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol,
Italia, Brasil, Mexico, Israel, Argentina, Maroko, dan Afrika Selatan Pracaya, 2003.
Masyarakat Indonesia umumnya mengkonsumsi jeruk dalam bentuk segar. Konsumsi buah jeruk dapat dimakan secara langsung maupun diperas terlebih
dahulu untuk diambil sarinya. Hal ini karena manfaat yang dapat diperoleh dari buah jeruk, diantaranya :
Universitas Sumatera Utara
1 Sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan
vitamin C yang tinggi. Tingginya kadar vitamin C pada buah jeruk memungkinkan buah jeruk dikonsumsi sebagai pencegah maupun
penyembuh penyakit influenza. Buah jeruk juga mengandung zat fosfor dan zat kapur tinggi yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang pada anak-anak.
Kadar vitamin dan mineral buah jeruk dari tiap-tiap 100 gram dapat dilihat pada tabel 4.
2 Di beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula
tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi dan sabun wangi.
3 Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional
penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.
Hasrat masyarakat, terutama petani untuk menanam jeruk cukup besar. Hal ini disebabkan karena usahatani jeruk memberi penghasilan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan tanaman lainnya. Di samping itu permintaan pasar tehadap buah jeruk terus meningkat Joesoef, 1993.
Tabel 3. Kadar Vitamin dan Zat Mineral Buah Jeruk Tiap 100 gram Jenis Jeruk
Vit. A I.U
Vit. B gamma
Vit. C mg
Protein gram
Besi mg
Kapur mg
Pospor mg
Keprok 400
60 30
0,5 -
40 20
Manis 200
60 50
0,5 0,3
40 20
Nipis -
60 40
0,3 0,1
10 10
Grape fruits -
60 50
0,3 0,1
20 20
Sumber : Departemen Pertanian 2006.
Universitas Sumatera Utara
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa kandungan nutrisi seperti Vit. C dan Besi pada jeruk manis lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk keprok yaitu sebesar 50 mgr
Vit.C dan 0,3 mgr Besi pada jeruk manis, sedangkan Vit.C pada jeruk keprok sebesar 30 mgr sementara besi tidak terkandung didalamnya, kemudian
kandungan kapur atau kalsium, besi, protein dan Vit. A jeruk manis lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk nipis dan jeruk grape sebesar 40 mgr kapur 0,3 mgr
besi 0,5 grm protein dan 200 grm Vit. A pada jeruk manis.
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Penawaran
Supply
Hukum penawaran menjelaskan hubungan antara harga suatu barang dengan jumlah penawaran barang tersebut. Makin tinggi harga barang, makin banyak
jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para penjual, dan sebaliknya makin rendah harga suatu barang makin sedikit jumlah barang yang ditawarkan oleh
penjual, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah Daniel, 2002. Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat
hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan oleh para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual dalam
menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginannya ketika harganya rendah Sukirno, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Adapun bentuk kurva penawaran adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Kurva Penawaran
Dimana: P
: Harga Q
: Jumlah barang yang diminta S
: Penawaran A
: Merupakan Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P
1
dan Q
1
B : Merupakan Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P
2
dan Q
2
Kurva penawaran menanjak ke atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Penawaran Supply menunjukkan
seluruh hubungan antara jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan harga komoditi tersebut, dimana variabel-variabel lain dianggap tetap. Suatu titik pada
kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan the quantity supplied
pada harga tersebut Kadariah, 1994.
S P
Q
P
2
P
1
Q
2
Q
1
A B
Universitas Sumatera Utara
Pergeseran kurva penawaran dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran.
Pergeseran kurva penawaran dari kurva S ke S
1
disebut dengan pergeseran kurva penawaran, menunjukkan adanya pertambahan dalam jumlah suatu barang yang
ditawarkan. Menurut Rahardja dan Mandala, 2008, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penawaran yaitu : 1. Harga beli pedagang
Untuk mengembangkan teori tentang penentuan harga suatu komoditi, perlu dipelajari hubungan antara jumlah yang ditawarkan the quantity supplied dari
setiap komoditi dan harga komoditi tersebut. Suatu teori ekonomi dasar menjelaskan bahwa makin tinggi harga suatu komoditi, makin banyak jumlah
barang yang ditawarkan. Sebabnya ialah karena keuntungan yang dapat diperoleh dari produksi suatu komoditi akan naik jika harga tersebut naik, demikian juga
sebaliknya, sedangkan input yang dipakainya tetap.
B A
S
Q
1
Q
2
Q S
1
P
P
1
P
2
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya penjualan Biaya penjualan merupakan biaya yang dikeluarkan produsen untuk
menghasilkan ouput barang dan jasa. Apabila variabel-variabel lain dianggap tetap, maka makin tinggi biaya produksi yang dipakai dalam produksi suatu
komoditi, makin kecil keuntungan yang diperoleh dari produksi komoditi tersebut. Kenaikan dalam biaya penjualan akan menggeser kurva penawaran ke kiri, yang
menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah yang ditawarkan pada setiap harga tertentu. Penurunan dalam biaya akan menggeser kurva penawaran ke kanan
3. Keuntungan Produsen dianggap selalu bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Artinya
bahwa produsen selalu memilih tingkat output yang dapat memberikan keuntungan maksimum. Keuntungan diperoleh dari total penerimaan dikurangi
total biaya yang dikeluarkan oleh produsen.
2.2.2 Permintaan demand
Menurut Daniel 2002, permintaan Demand adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya
transaksi antara produsen dan konsumen atas barang – barang ekonomi. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang
sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu dengan
harga yang berlaku pada saat itu.
Menurut Sudarsono 1990, Tenaga beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.
Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah maka
Universitas Sumatera Utara
jumlah barang yang diminta juga akan berubah demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga dapat berubah. Secara matematis pengaruh
perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak.
Menurut Sukirno 2003, Hukum Permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: “Semakin rendah harga suatu barang maka semakin
banyak permintaan terhadap barang tersebut”. Adapun bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Kurva Permintaan
Dimana: P
: Harga Q
: Jumlah barang yang diminta D
: Permintaan A
: Merupakan Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P
1
dan Q
1
B :
Merupakan Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P
2
dan Q
2
D P
P
2
P
1
Q Q
1
Q
2
A B
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hanafie 2010, kurva permintaan bergerak turun dari kiri atas ke kanan bawah menurut kebiasaan internasional, harga diukur pada sumbu tegak P dan
jumlah diukur pada sumbu horizontal Q. Kurva permintaan pasar diperoleh dari penjumlahan berbagai jumlah barang yang mau dibeli oleh sekian banyak
konsumen pada masyarakat dengan harga tertentu. Menurut Kadariah 1994, Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara
jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap ceteris paribus, kurva ini memiliki slope negatif, yang menunjukkan bahwa
jumlah yang diminta the quantity demanded naik dengan turunnya harga.
Gambar 4. Pergeseran Kurva Permintaan
Pergeseran kurva permintaan ke kanan dari kurva D bergeser ke D
1
menunjukkan bahwa adanya pertambahan dalam permintaan suatu barang yang dapat
disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor diluar harga barang itu sendiri
misalnya: pendapatan, jumlah penduduk, selera, dan lain-lain Nuraini, 2006.
Menurut Pracoyo 2006, ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu: 1. Harga barang itu sendiri
Q Q
Q
2
D D
1
P
1
P
2
P
A B
Universitas Sumatera Utara
Naik turunnya harga barangjasa akan mempengaruhi banyaksedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Kuantitas akan menurun ketika harganya meningkat
dan kuantitas yang diminta meningkat ketika harganya menurun, dapat dikatakan kuantitas yang diminta berhubungan negatif negatively related dengan harga.
Sesuai dengan hukum permintaan hubungan antara harga barang dan jumlah yang diminta adalah negatif. Bila harga naik maka permintaan turun dan sebaliknya bila
harga turun permintaan akan naik dengan asumsi ceteris paribus. Dengan demikian perubahan harga terhadap permintaan mempunyai arah yang
berkebalikan. 2. Pendapatan
Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggirendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas
permintaan. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, maka barang tersebut dinamakan barang normal normal goods.
Hubungan antara pendapatan dengan jumlah barang yang diminta adalah positif. Bila pendapatan seseorangmasyarakat meningkat maka akan meningkatkan
permintaan terhadap suatu barang. 3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah permintaan akan semakin
meningkat. Hal ini berkaitan dengan usaha untuk memenuhi kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Pemikiran
Pedagang jeruk manis melakukan penawaran di pasar tradisional. Penawaran yang dilakukan oleh pedagang dipengaruhi oleh harga beli pedagang, biaya produksi
penjualan, dan keuntungan. Faktor-faktor ini juga akan dilihat apakah memang berpengaruh terhadap penawaran jeruk manis.
Jeruk manis sangat disukai oleh konsumen pada saat ini baik dalam bentuk buah segar maupun diolah seperti sari buahjus, syirup, minyak wangi, jelly buah,
tepung instan, sabun dan lain-lain. Konsumen jeruk manis adalah mereka yang melakukan kegiatan pembelian mengkonsumsi jeruk manis untuk memenuhi
kebutuhannya. Adapun yang mempengaruhi permintaan jeruk manis adalah harga beli konsumen,
pendapatan rata-rata per bulan, dan jumlah tanggungan. Untuk itu maka faktor- faktor ini perlu diteliti apakah memang benar berpengaruh terhadap permintaan
jeruk manis.
Universitas Sumatera Utara
Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :
: menyatakan hubungan : menyatakan pengaruh
Pedagang Jeruk Manis
Penawaran Jeruk Manis
Faktor – faktor yang mempengaruhi :
1.
Harga beli pedagang 2.
Biaya Penjualan 3.
Keuntungan
Pasar
Permintaan Jeruk Manis Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
1. Harga beli konsumen
2. Pendapatan rata-ratabln
3. Jumlah tanggungan
Konsumen Jeruk Manis
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian
1. Harga beli pedagang, biaya penjualan, dan keuntungan berpengaruh nyata
terhadap jumlah penawaran jeruk manis.
2. Harga beli konsumen, pendapatan rata-rata konsumen, dan jumlah tanggungan
berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan jeruk manis.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumatera Utara dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan dan hortikultura. Salah satu komoditas hortikultura yang dihasilkan Sumatera Utara adalah jeruk.
Provinsi penghasil utama komoditas unggulan hortikultura yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan NTT
Departemen Pertanian, 2009.
Jeruk manis dengan nama lain citrus aurantium
Anggen, 2012. adalah buah yang populer di
masyarakat. Kandungan senyawa dalam jeruk manis yang kaya vitamin C, potassium, dan folid acid, dapat berfungsi untuk menghambat sel-sel kanker.
Selain kaya serat, buah berwarna kuning ini juga mengandung hesperidin yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, menurunkan
tekanan darah, dan masih banyak manfaat buah jeruk lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gram
karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak. Nilai serat dalam sebuah jeruk manis setara
dengan 12 persen yang dibutuhkan per hari
Kebutuhan terhadap buah-buahan, seperti buah jeruk terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, dan
makin tingginya kesadaran masyarakat tentang pentingnya makanan bergizi. Kebutuhan terhadap buah jeruk juga cenderung meningkat dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
kemajuan teknologi dan pengetahuan yang memungkinkan pengolahan buah- buahan lebih beragam. Hal ini berarti membuka peluang yang baik bagi petani dan
pengusaha jeruk Indriani, 1993. Selain dipasarkan dalam bentuk segar, buah jeruk dengan bantuan tekhnologi
moderen bisa diolah sedemikian rupa misalnya, minuman segar, sari buahjusminuman kotak, syirup, minyak wangi, jelly buah, tepung instan, sabun
dan lain-lain Departemen Pertanian, 2007. Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup menguntungkan untuk diusahakan.
Jika diusahakan dengan sungguh-sungguh terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat, kesempatan
kerja, konsumsi buah meningkat, dan dapat menumbuh-kembangkan perekonomian regional serta peningkatan pendapatan nasional. Oleh karena itu
pemacuan produksi jeruk dan perbaikan manajemen penjualan sesuai permintaan pasar akan berdampak nyata terhadap kelangsungan hidup banyak masyarakat
khususnya yang mencari nafkah dibidang usaha buah jeruk Departemen Pertanian, 2007
Kenaikan permintaan buah jeruk dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi buah jeruk. Pada tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi jeruk manis berubah
setiap tahunnya, konsumsi jeruk manis Sumatera Utara tahun 2009 sebanyak 35.112.500 kgperkapitatahun dan tahun 2010 sebanyak 34.397.000
kgkapitatahun, sehingga konsumsi jeruk tahun 2009-2010 mengalami penurunan sekitar 5,8. Sedangkan tahun 2011 jumlah konsumsi jeruk manis sebanyak
Universitas Sumatera Utara
34.715.000 kgkapitatahun, hal ini mengindikasikan bahwa volume konsumsi jeruk tahun 2010-2011 mengalami peningkatan sekitar 2,7.
Tabel 1. Konsumsi Jeruk Manis PerkapitaTahun Kg, Tahun 2009-2011. No. Komoditi
Total Konsumsi Hortikultura PerkapitaTahun Kg 2009
2010 2011
1. Jeruk Manis 35.112.500
34.397.000 34.715.000
2. Rambutan 2.782.500
2.725.800 2.751.000
3. Salak 11.262.500
11.033.000 11.135.000
4. Pepaya 24.115.000
23.623.600 23.842.000
5. Belimbing
662.500 649.000
655.000
6. Semangka 4.107.500
4.023.800 4.061.00
7. Nenas 10.997.500
10.773.400 10.873.000
8. Alpukat. 662.500
649.000 4.061.000
9. Durian 662.500
649.000 4.061.000
Jumlah
90.365.000 88.523.600
96.154.000 Sumber : Dinas Pertanian 2012.
Kenaikan jumlah penawaran yang dilakukan produsen berhubungan dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah jeruk itu sendiri. Selain
karena tuntutan permintaan pasar, keuntungan yang diperoleh produsen sangat menentukan semangatnya dalam bekerja untuk lebih meningkatkan penawarannya
terhadap buah jeruk. Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi jeruk di Medan pada tahun 2009 sebanyak
51,76 ton dan tahun 2010 sebanyak 11,80 ton, sehingga produksi jeruk mengalami penurunan dari tahun 2009-2010 sekitar 77,2, sedangkan pada tahun 2011
produksi jeruk sebanyak 60,5 ton, hal ini mengindikasikan bahwa produksi jeruk dari tahun 2010-2011 mengalami peningkatan yang cukup tinggi sekitar 80,5 .
Universitas Sumatera Utara