Pengaruh pH Saliva Terhadap Karies Pengaruh Kalsium Saliva Terhadap Karies

8

2.3.2 Pengaruh pH Saliva Terhadap Karies

pH saliva merupakan derajat keasamaan saliva yang penting dalam menjaga integritas gigi karena memengaruhi proses demineralisasi. Saliva normal berkisar dari 6-7 namun dapat dipengaruhi oleh jumlah aliran saliva dari 5,3 sampai 7,8. pH saliva dengan stimulasi dapat dikatakan sehat apabila bernilai 6,8-7,8, asam 6,0-6,6 dan sangat asam 5,0-5,8. 26 Penurunan pH mulut dibawah 5,5 akan menyebabkan terjadi demineralisasi enamel gigi. Salah satu komponen yang memberikan kontribusi terhadap pH mulut adalah pH saliva. 28 Bakteri plak akan memfermentasi karbohidrat sukrosa dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini maka bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp, yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans berperan dalam permulaan initition terjadi karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies. 28

2.3.3 Pengaruh Kalsium Saliva Terhadap Karies

Kalsium adalah unsur mineral paling banyak dalam tubuh, pada orang dewasa mencakup sekitar 2 dengan berat badan yang setara sekitar 1.200 gram kalsium. Mayoritas 99 kalsium terdapat dalam tulang dan gigi, terutama sebagai hidroksiapatit, merupakan kristal anorganik terdiri atas susunan kalsium dan fosfor [Ca 10 PO 4 6 OH 2 ], memberikan kekerasan. Sisanya ada dalam jaringan lunak dan cairan tubuh dan menyumbang kurang dari 1 dari total kalsium dalam tubuh. Kalsium merupakan nutrisi paling penting, tidak hanya untuk mineralisasi tulang dan gigi tetapi mengatur sebagian intraseluler dalam jarigan tubuh. 24 Kalsium salah satu komponen elektrolit didalam saliva terdapat dalam bentuk ion. Kadar normal kalsium saliva adalah 1-2 mmolliter. Interaksi antara plak dan saliva mempunyai peranan penting dalam mineralisasi, karena saliva merupakan Universitas Sumatera Utara 9 sumber utama ion anorganik kalsium yang berperan membantu proses pembentukan kalkulus. 15 Kadar kalsium dalam saliva dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: 16 1. Jenis kelenjar, sekresi kalsium terbesar dihasilkan oleh kelenjar submandibula. 2. Ritme biologis, kadar ion kalsium saliva akan menurun pada pagi dini hari. 3. Stimulus, dalam keadaan tanpa stimulasi sebagian besar saliva utuh berasal dari kelenjar submandibula, sedangkan dalam keadaan distimulasi sebagian besar saliva utuh berasal dari kelenjar parotis. 4. Aliran saliva, merupakan faktor penting terhadap kadar komponen saliva. Konsentrasi kalsium akan meningkat ketika aliran saliva meningkat. Enamel gigi merupakan bahan yang keras dan paling padat didalam tubuh. Komposisi hidroksiapatit merupakan mineral yang mengandung kalsium dan fosfat. Struktur biomineralisasi ini adalah unik yang diperbaharui oleh remineralisasi, dimana melibatkan deposit dari ion kalsium dan fosfat dari saliva ke dalam area permukaan enamel dan didalam permukaan enamel. Dibawah kondisi asam kristal apatit dari bawah permukaan enamel, larut dalam cairan saliva disekitarnya. Demineralisasi ini merupakan salah satu langkah dalam perkembangan karies gigi, tersedianya kalsium dan fosfat faktor penting untuk remineralisasi dari awal pembentukan karies sesudah asam, selanjutnya angka karies terendah dihubungkan dengan konsentrasi kalsium saliva tinggi. 16 Konsentrasi dari kalsium dalam plak memengaruhi demineralisasi enamel gigi terjadinya risiko karies semakin tinggi konsentrasi kalsium, menurunnya tingkat demineralisasi dan risiko gigi berlubang. Semakin tinggi konsentrasi kalsium dalam plak, maka semakin besar penurunan pH yang bisa ditolerir sebelum terjadi demineralisasi. Adanya kalsium dalam makanan dapat membantu mengurangi terjadi karies gigi karena meningkatkan konsentrasi kalsium dalam plak, tentu makanan lain, misalnya makanan dan minumana asam, dapat mengurangi kalsium dalam plak. 24 Universitas Sumatera Utara 10

2.4 Karies Gigi

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi pada enamel, dentin dan sementum, yang dihasilkan oleh fermentasi dari diet karbohidrat. Karies ditandai adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi, tetapi proses penyakit dimulai dalam biofilm bakteri plak gigi yang menutupi suatu permukaan gigi. 1 Pembentukan biofilm pada permukaan gigi dimulai dari permukaan gigi yang bersih segera berkontak dengan bakteri dan produk host pada cairan saliva dan krevikular. Produk ini diabsorbsi oleh hidroksiapatit pada permukaan gigi, menciptakan lapisan tipis yang disebut pelikel. Komposisi utama pelikel berbeda pada daerah rongga mulut dan antara individu. Spesies Streptococcus gram positif seperti Streptococcus oralis , Streptococcus mitis dan Neisseria terutama berkoloni pada permukaan gigi. Adhesi berikutnya pada lapisan pertama koloni, biofilm plak gigi membentuk multiplikasi dari pengkoloni utama, dan melalui koagregasi dan koadhesi bakteri koloni sekunder. Koloni sekunder cenderung melekat pada reseptor dari koloni utama. 29 Konsep terjadinya karies gigi berfokus pada fermentasi dari karbohidrat oleh bakteri yang kariogenik, menghasilkan asam organik. Bakteri plak menghasilkan berbagai hasil akhir yang berbeda tergantung pada diet. Jika ada karbohidrat yang mampu difermentasi asam-asam organik menghasilkan asam laktat, formit dan asetat. Asam-asam tersebut dapat menurunkan pH pada plak menghasilkan demineralisasi pada gigi dan menciptakan suatu lingkungan yang menguntungkan lebih lanjut bakteri Streptococcus mutans. . 25 Karies gigi merupakan penyakit yang dimulai dengan perubahan di dalam biofilm kompleks dan dipengaruhi oleh aliran dan komposisi saliva, terpapar oleh fluor, konsumsi diet gula-gula dan pencegahan membersihkan gigi. Penyakit ini awalnya reversibel dan dapat dihentikan pada setiap tahap bahkan ketika beberapa dentin dan enamel rusak. 1 Universitas Sumatera Utara 11

2.4.1 Etiologi Karies