Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user 152 posisi merendahkan diri kepada mitra tuturnya. Dia merasa telah melakukan perbuatan yang membuat orang lain merasa dirugikan. Untuk itu, dia meminta maaf dengan harapan dapat menjalin hubungan yang harmonis dalam pertuturan itu.

D. Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian di atas, beberapa interpretasi dapat diungkapkan. Pertama, jenis tindak tutur ekspresif memperlihatkan jumlah yang paling banyak dibandingkan tindak tutur lainnya. Hal ini dapat menegaskan bahwa tuturan novel bercirikan ekspresif. Dominannya tuturan ini disebabkan oleh pengarang yang menjadikan novel sebagai tempat untuk mengekspresikan ide, gagasan, perasaan, dan pikirannya. Pengarang mengekspresikan keempatnya dalam wujud narasi maupun pemakaian tuturan monolog dan dialog. Pemakaian tuturan monolog dan dialog yang sesuai untuk menyalurkan ekspresi pengarang tersebut adalah tuturan berjenis ekspresif, yakni jenis tuturan yang digunakan untuk mengekpresikan kondisi psikologis penuturnya. Kedua, realisasi kesantunan berbahasa paling banyak terjadi dalam tindak tutur jenis direktif. Kesantunan merupakan ciri yang melekat pada tindak tutur direktif. Tindak direktif merupakan tindak tutur yang mengharuskan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Tujuan tindak tutur tersebut berpeluang menciptakan perselisihan atau pemaksaan terhadap salah satu pihak dalam pertuturan. Untuk itu, pemilihan tuturan yang santun dapat dijadikan alat guna menghindari atau menghilangkan hal negatif yang dapat timbul dalam tindak direktif. commit to user 153 Beberapa penelitian kesantunan berbahasa cenderung menitikberatkan pada jenis tindak direktif. Blum-Kulka 1990, misalnya, mengkaji pola perwujudan kesantunan berbahasa dalam tuturan meminta. Salah satu cara merealisasikan kesantunan dalam tuturan itu dilakukan dengan menggunakan tuturan tidak langsung. Sementara itu, Gunarwan 1992 mengkaji persepsi kesantunan direktif bahasa Indonesia dalam beberapa kelompok etnik di Jakarta. Temuan dari penelitiannya mengungkapkan bahwa ketidaklangsungan dalam sebuah tuturan direktif belum dapat dipastikan sebagai bentuk kesantunan berbahasa. Ketiga, strategi merealisasikan kesantunan bersifat bebas. Artinya, penutur dapat mengkreasikan bahasa untuk mencapai kesantunan berdasarkan kemampuan berbahasa dan kebudayaan yang dimilikinya. Faktor kebahasaan bertumpu pada kemampuan memilih kata yang tepat. Di sisi lain, faktor budaya bertolak dari sifat-sifat kebudayaan tertentu. Apa yang dianggap santun dalam pendukung budaya tertentu belum tentu dianggap santun oleh pendukung budaya lainnya. Temuan penelitian ini menyebutkan bahwa strategi merealisasikan kesantunan berbahasa dengan tuturan tidak langsung mendominasi daripada strategi lainnya. Latar belakang budaya Jawa disinyalir sebagai faktor banyaknya pemakaian strategi ini. Pengarang novel Ronggeng Dukuh Paruk dilahirkan dan hidup di dalam budaya Jawa sampai saat ini yang memengaruhi tindak tanduknya, termasuk bentuk pertuturannya. Di samping itu, latar cerita novel terjadi dalam lingkup budaya Jawa. Dengan demikian, tuturan tidak langsung berhubungan erat dengan budaya Jawa. Orang Jawa berkecenderungan menggunakan tuturan tidak commit to user 154 langsung untuk menyampaikan suatu maksud tertentu dibandingkan dengan kebudayaan lainnya. commit to user 155

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Tindak tutur dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari terdiri atas 39 tindak tutur. Tindak tutur tersebut terbagi dalam empat kelompok tindak ilokusi, yakni asertif, direktif, komisif, dan ekspresif seperti terurai di bawah ini. 1. Asertif : a menegaskan, b memberi tahu, c menuduh, d menyangkal, e menolak, f meyakini, g menggunjing, dan h melaporkan. 2. Direktif : a memerintah, b menawarkan, c menantang, d meminta, e mendesak, f .melarang, g mengingatkan, h meyakinkan, i membujuk, j mengajak, k menyarankan, l menghibur, dan m mempersilakan. 3. Komisif : a berharap, b mengancam, dan c menawar. 4. Ekspresif : a memuji, b bersyukur, c khawatir, d menyombongkan diri, e marah, f heran, g meminta maaf, h takut, i kecewa, j mengeluh, k tidak percaya, l ragu-ragu, m basa-basi, n mengejek, dan o membanggakan. Realisasi kesantunan berbahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari terdapat dalam tujuh macam tindak tutur. Ketujuh realisasi tersebut meliputi 1. realisasi kesantunan berbahasa dalam menolak,

Dokumen yang terkait

Konflik batin tokoh utama dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari serta implikasinya terhadap pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di MTS Al-Mansuriyah, Kec Pinang, Kota Tangerang

4 44 99

Ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

9 242 140

KAJIAN STILISTIKA ASPEK BAHASA FIGURATIF NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 7 14

Menggali Kearifan Lokal pada Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari

0 4 16

KONFLIK BATIN TOKOH SRINTIL DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

0 2 21

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

2 7 121

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).

0 0 121

View of DIKSI SEKSUALITAS DALAM NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI

0 0 10

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25

REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari)

0 0 25