91
Berdasarkan hasil deskripsi analisis variabel minat terhadap panggilan hidup bakti secara keseluruhan rata-rata kaum muda mempunyai minat terhadap
panggilan hidup bakti. Melalui kesaksian hidup yang makin baik maka semakin banyak kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti.
Minat merupakan suatu perangakat mental atau kecenderungan dari dalam diri setiap orang untuk mengetahui apa yang dirasakan mengesan,
menyenangkan, menguntungkan, bermakna, dan bernilai, memberi sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan, terdorong untuk melakukan
apa pun untuk mencapainya. Kesaksian hidup biarawan-biarawati secara keseluruhan dalam bertutur kata, dalam membangun relasi kerjasama yang baik
dengan siapa pun, tidak membuat perbedaan terhadap sesama yang dilayani, ikut serta dalam kegiatan paroki dan lingkungan yang merupakan model yang tidak
secara langsung menjadi objek yang menarik, menjadi sumber motivasi, membuat kaum muda merasa senang dan tertarik untuk mengetahui dan mencari informasi
serta mendalaminya lebih jauh tentang panggilan hidup bakti.
4. Korelasi Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat Kaum Muda Terhadap
Panggilan Hidup Bakti
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat hubungan nyata antara Penghayatan Hidup Bakti variabel X teruji kebenaran hipotesis alternatif Ha
dengan variabel Y Minat terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Prinwulung Yogyakarta dengan nilai signifikansi
sebesar 0,000 ᦪ 0,005.
Maka Hipotesis nihil Ho dalam kajian pustaka bab II ditolak yaitu tidak ada Hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat
92
Terhadap Panggilan Hidup Bakti bagi Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara penghayatan hidup bakti dengan minat kaum muda terhadap panggilan hidup bakti.
Hasil penelitian melalui analisis korelasi membuktikan bahwa besar hubungan antara Penghayatan Hidup Bakti dengan Minat terhadap Panggilan
Hidup Bakti Kaum Muda di Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta adalah 0,630. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup erat
antara penghayatan hidup bakti dengan minat terhadap panggilan hidup bakti. Data hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin baik penghayatan hidup bakti
maka semakin meningkat jumlah kaum muda yang berminat terhadap panggilan hidup bakti. Dari data tersubut terjadi hubungan yang positif antara variabel
penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti. Hasil yang diperoleh memberi gambaran mengenai keeratan hubungan
antara variabel penghayatan hidup bakti dengan variabel minat terhadap panggilan hidup bakti bagi kaum muda di paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung
Yogyakarta. Data hasil wawancara dengan kaum muda, menunjukkan bahwa biarawan-biarawati menghayati hidup baktinya dengan baik melalui kehadirannya
dalam karya perutusan serta kesaksian hidupnya yang dapat memberi motivasi, inspirasi bagi mereka. Selain hasil penelitian yang menunjukkan hubungan antara
kedua variabel tersebut, ada faktor lain dari minat kaum muda yang berhubungan dengan panggilan hidup bakti yaitu minat terhadap panggilan hidup bakti
93
merupakan anugerah cuma-cuma dari Allah. Allah-lah yang berinisiatif memanggil setiap orang dan kepada setiap pribadi untuk mengikuti-Nya sebagai
biarawan-biarawati. Oleh karena itu dibutuhkan kepekaan hati untuk melihatnya, memahami dan menanggapinya.
D. Refleksi Kateketis.
1. Pengertian Katekese
Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II tentang katekese masa kini yaitu dalam art. 18 tentang katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan
orang-orang dewasa dalam iman, dan penyampaian ajaran Kristen, yang diberikan secara organis
dan sistematis dengan maksud mengantar peserta memasuki kepenuhan hidup Kristen. Dari pengertian tersebut katekese adalah usaha-usaha
dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Katekese dipahami
sebagai bagian utuh pastoral Gereja dan memiliki hubungan erat dengan evangelisasi baru. Arah utama seluruh kegiatan pastoral Gereja adalah demi
pembangunan hidup umat. Tujuan utama katekese adalah pengembangan hidup beriman umat agar secara bersama-sama ikut berjuang mewujudkan nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup manusia. Dalam semua karya pastoral yang diusahakan oleh Gereja diarahkan agar
semua umat makin mengasihi dan mengimani Yesus Kristus sebagai jantung dan hati umat beriman Kristiani. Karena itu, arah evangelisasi dan katekese adalah
membantu umat supaya menjadikan Yesus Kristus sebagai acuan hidup baik secara pribadi maupun komuniter CT. 5. Arah evangelisasi adalah membantu
94
umat supaya lebih mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus Kristus dari hari ke hari, seperti Kristus lebih dulu telah menjukkan kasih-Nya itu kepada manusia
melalui sengsara wafat dan bangkit demi keselamatan semua umat manusia. Evangelisasi bukan membawa umat untuk masuk ke dalam Gereja tetapi lebih-
lebih mendorong umat supaya berdasar imannya memberikan kesaksian konkret di tengah-tengah hidup masyarakat agar kehadiran umat sungguh mendatangkan
berkat bagi sesama di sekitarnya. Seluruh umat pada prinsipnya secara bersama-sama ikut memiliki
katekese dan sungguh-sungguh secara aktif bertanggung jawab terhadap perkembangan katekese. Di samping itu, seluruh segi hidup dan kegiatan umat
dapat bernilai kateketis. Komunitas umat beriman mejadi asal, tempat dan tujuan katekese. Komunitas mencakup keluarga, lingkungan, sekolah, dan gerakan umat
lainnya bekerjasama dalam membangun iman umat.
2. Biarawan-Biarawati Hidup Bakti sebagai Ketekis
Seperti Kristus melaksanakan karya penebusan dalam kemiskinan dan penganiayaan, begitu pula Gereja dipanggil untuk menyalurkan buah-buah
keselamatan kepada manusia LG. 8, 9. Dalam hal ini terdapat dalam Luk 19:10; 18, Kristus diutus oleh Allah untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-
orang miskin, menyembuhkan mereka yang putus asa, mencari dan menyelamatkan yang hilang.
Dalam Injil Matius 28:19 berbicara mengenai semua umat yang telah dibaptis menjadi murid-murid yang dipanggil dan diutus. Artinya semua orang
95
yang telah dibaptis apapun kedudukannya dalam Gereja atau tingkat pendidikan adalah pelaku-pelaku evangelisasi.
Di dalam konteks ini, setiap pribadi perlu menyadari bahwa semua kegiatan karya kerasulan dan bentuk keterlibatan di paroki dapat bernilai
kateketis. Karena itu, setiap anggota yang dengan sepenuh hati menghayati imannya dan mengambil bagian secara aktif di dalam kegiatan beriman umat
dapat berperan sebagai “katekis”. Kesaksian iman umat tersebut meneguhkan, memberi ilham, memperkaya dan mendorong sesama umat untuk juga
berkembang di dalam iman. Seluruh kehidupan dan pelayanan bernilai katekis. Ini cocok dengan katekese umat yang Kristosentris. Artinya katekese benar-benar
dari, oleh dan untuk umat.
3. Aspek Katekis dalam Minat Terhadap Panggilan Hidup Bakti
Kaum muda pada zaman ini, hidup dalam konteks budaya globalisasi. Kehadiran globalisasi membawa banyak kemudahan. Salah satu contoh dampak
dari kehadiran globalisasi seperti kemajuan teknologi komunikasi dapat membantu orang dalam membangun relasi dan berkomonikasi, serta memberi
banyak informasi mengenai pengetahuan dalam hidup. Kehadiran dan kesaksian hidup biarawan-biarawati berjalan seiring dengan budaya globalisasi tersebut.
Sangat menarik bahwa di tengah maraknya budaya globalisasi ini, kesaksian hidup biarawan-biarawati tidak terlepas dari tugasnya sebagai ketekis sekaligus
sebagai pewarta dapat membantu kaum muda zaman ini dengan berbagai kegiatan pastoral baik di sekolah, di Gereja, dan di mana pun serta didukung pula dengan
96
kesaksian hidup yang baik sehingga kehadirannya bermakna dan bisa menginspirasi hidup orang lain.
Kesaksian hidup yang baik merupakan tindakan awal pewartaan Injil. Kehadiran semua umat, lebih-lebih biarawan-biarawati hidup bakti yang
menunjukkan sikap saling berbagi, kesetiakawanan, juga merupakan unsur hakiki dan pada umumnya itu yang pertama ditunjukan dalam pewartaan Injil. Semua
orang Kristiani dipanggil untuk memberi kesaksian itu, dan dengan demikian mereka dapat menjadi pewarta Injil yang sejati. Kerygma atau pewartaan adalah
salah satu dari tugas Gereja bagi semua umat yang sudah dibaptis. Kerygma, dalam konteks yang lebih luas dapat juga berarti kemampuan untuk melihat setiap
persoalan dalam perspektif iman. Hanya iman yang tanggap yang akan mampu mewujudkan bukti nyata membantu di dalam memaknai permasalahan hidup.
Begitu pula dengan minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi karena pengalaman pribadi sesorang terhadap apa yang dilihat dan dialami. Pengalaman
pribadi itu dialami dalam lingkup keluarga, sekolah dan sebaginya. Jika kesaksian hidup yang makin baik dari keluarga, lingkungan sosial, dan sekolah, akan
menguntungkan bagi mereka yang menyaksikan, khususnya kaum muda yang cenderung merasa terdorong untuk mengikutinya. Justru sebaliknya tidak maka ia
akan melupakan karena tidak menguntungkan bagi dirinya. Minat mulai tumbuh karena pengalaman pribadi seseorang dengan objek
yang mempengaruhinya. Objek yang dimaksudkan adalah kesaksian hidup biarawan-biarawati yang ramah, gembira, rajin, disiplin, jujur dan membantu
orang tanpa membeda-bedakan. Minat terhadap panggilan hidup bakti terjadi
97
karena dukungan dari keluarga. Dalam hal ini orang tua juga ikut berperan serta dalam memberikan kesaksian hidup yang baik dan ada relasi kerjasama yang baik
antara biarawan-biarawati hidup bakti dengan keluarga. Jika orang tua mempunyai perhatian terhadap kehidupan membiara maka anak pun akan
meneladan orang tuanya. Kesaksian hidup bakti biarawan-biarawati dan keluarga serta pihak
sekolah mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan minat terhadap panggilan hidup bakti dalam diri kaum muda. Mutu keberhasilan seseorang atau
komunitas baik keluraga dan komunitas biara dalam suatu karya perutusan, dan bertambahnya minat terhadap panggilan hidup bakti terletak dalam mutu hidup
rohani setiap pribadi dalam menghayati hidupnya baik sesebagai biarawan- biarawati dan sebagai orang tua dan anak-anak. Pengalaman penulis selama ini,
sebagai calon katekis dan sekaligus sebagai biarawati menyadari bahwa kehadiran dan perjumpaan dengan sesama serta dalam kegiatan apa pun, ada unsur kesaksian
hidup yang didukung pula dengan pendekatan secara rutin dengan simpatisan kaum muda yang berminat dengan panggilan hidup bakti. Pendekatan secara
personal dengan kaum muda, bagi penulis sebagai pintu masuk untuk mengenal mereka secara mendalam tentang keprihatianan dan pergulatan mereka, sehingga
dapat membuka wawasan mereka mengenai kehidupan membiara diperkaya. Pengalaman penulis mengenai minat terhadap panggilan hidup bakti, mulai
tumbuh melalui hal-hal yang sederhana seperti dukungan dari orang tua dengan cara bertanya mengenai apa cita-citamu. Bentuk dukungan ini diperkuat dengan
kunjungan keluarga dari biarawan-biarawati ke rumah.
98
Maka sangat tepatlah penulis mengutip kata-kata Paus Frasiskus dalam Evangelii Gaudium art. 46 berbicara mengenai Gereja dipanggil untuk menjadi
rumah Bapa, dengan pintu-pintu yang selalu terbuka lebar sehingga jika seseorang digerahkan oleh dorongan Roh, datang ke sana untuk mencari Allah dan tidak
mendapati sebuah pintu tertutup. Dengan demikian setiap orang dengan cara tertentu dapat mengambil bagian dalam kehidupan menggereja. Gereja merupakan
rumah Bapa dimana ada tempat untuk setiap orang dengan permasalahan hidup mereka.
Gereja seluruhnya harus keluar menjumpai setiap orang tanpa kecuali, namun terutama pada mereka yang miskin, sakit, mereka yang dihina dan
diabaikan dan mereka yang tidak bisa membalasmu EG. 48. Paus menegaskan sekali lagi bahwa marilah kita bergerak keluar, marilah kita bergerak keluar
mewartakan kepada setiap orang hidup Yesus Kristus. Paus Fransiskus mengimbau kepada seluruh umat, para imam dan umat awam dan juga biarawan-
biarawati hidup bakti dengan mengatakan bahwa saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan dari pada Gereja
yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa aman sendiri EG. 49. Kehadiran biarawan-biarawati hidup bakti mempunyai aspek katekis dan itu
diwujudkan melalui berbagai karya kerasulan tarekat. Kesaksian yang dimaksud tidak lain adalah menghadirkan Tuhan yang penuh sukacita dan belaskasih seperti
pengalaman nabi Zefannya yang menghadirkan Tuhan dengan umatnya di tengah perayaan yang berlagsung dengan sukacita keselamatan Zef 3:17-18, dan inilah
sukacita yang kita alami sehari-hari, di tengah berbagai hal kecil dalam hidup, sebagai tanggapan atas undangan kasih Allah kepada kita. GE.4.