Potensi Biomassa Dari Hutan Rakyat Sebagai Sumber Bahan Bakar Energi Pembangkit Listrik Di Desa Sinarlaut, Cianjur

POTENSI BIOMASSA DARI HUTAN RAKYAT SEBAGAI
SUMBER BAHAN BAKAR ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK
DI DESA SINARLAUT, CIANJUR

HARDIAN AKBAR

DEPARTEMAN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Biomassa dari
Hutan Rakyat Sebagai Sumber Bahan Bakar Energi Pembangkit Listrik di Desa
Sinarlaut, Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Hardian Akbar
NIM E44110054

ABSTRAK
HARDIAN AKBAR. Potensi Biomassa dari Hutan Rakyat Sebagai Sumber Bahan
Bakar Energi Pembangkit Listrik di Desa Sinarlaut, Cianjur. Dibimbing oleh
ULFAH JUNIARTI SIREGAR dan BUDI HADI NARENDRA.
Potensi pengembangan energi terbarukan memiliki peluang besar terutama
dari biomassa. Tujuan penelitian ini adalah menduga potensi biomassa di Hutan
Rakyat Desa Sinarlaut sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Analisis
vegetasi dilskukan menggunakan plot lingkaran sebanyak tujuh plot di setiap jenis
Hutan Rakyat untuk menghitung nilai Indeks Nilai Penting (INP), jumlah biomassa
dan pendugaan jumlah listrik yang dihasilkan. Pendugaan biomassa dilakukan
dengan persamaan alometrik, sedangkan perhitungan energi listrik dilakukan
memakai rumus konversi listrik. Nilai INP tertinggi pada jenis Paraserianthes
falcataria sebesar 184,76%. Kandungan biomassa sebanyak 43,14 ton/ha
menghasilkan energi listrik sebesar 0,442 GWh. Tanaman P.falcataria umur lima

tahun dapat menghasilkan listrik 0,167 GWh/ha, sehingga kebutuhan listrik Desa
Sinarlaut 1,375 GWh/tahun dapat dipenuhi dengan potensi Hutan Rakyat sengon
sebanyak 8,2 ha. Dengan potensi luas Hutan Rakyat sebesar 50 ha, pasokan
biomassa untuk memenuhi kebutuhan listrik Desa Sinarlaut akan lestari.
Kata kunci: energi terbarukan, biomassa, Hutan Rakyat, Paraserianthes falcataria

ABSTRACT
HARDIAN AKBAR. Potency Biomass at Community Forest as a source of Power
Plant Fuel in Sinarlaut Village, Cianjur. Supervised by ULFAH JUNIARTI
SIREGAR and BUDI HADI NARENDRA.
The potency of develop renewable energy from biomass is very promising.
This study aimed at estimating potency of biomass at Community Forest of
Sinarlaut Village as an alternative source of power plant fuel. Vegetation analysis
was done by estabilishing seven circusing circle plots was done to count the value
of Imle plot at each forest type, to calculate Important Value Index, biomass, and
estimate produced electricity from biomass. Estimated biomass was calculated
using allometric equation, and then converted to electrical energy using the electric
conversion formula. Highest Important Value Index belongs to Paraserianthes
falcataria with amount 184.76%. Average biomass content was 42.14 ton/ha which
will produce 0,442 GWh electricity. Five years old P. falcataria could produce

electricity of 0,167 GWh/ha, that Sinarlaut Village electricity demand of 1,375
GWh/year could be supplied by 8,2 ha Sengon plantation. Having potential of 50
ha community forest, biomass supply to meet Sinarlaut Village electricity demand
will be sustainable.
Key words: biomass, Community Forest, Paraserianthes falcataria, renewable
energy

POTENSI BIOMASSA DARI HUTAN RAKYAT SEBAGAI
SUMBER BAHAN BAKAR ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK
DI DESA SINARLAUT, CIANJUR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah
biomassa, dengan judul Potensi Biomassa dari Hutan Rakyat Sebagai Sumber
Bahan Bakar Energi Pembangkit Listrik di Desa Sinarlaut, Cianjur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ulfah Juniarti Siregar, MAgr
selaku pembimbing I dan Bapak Budi Hadi Narendra, S.Hut, MSi, MSc selaku
pembimbing II. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Apendi selaku Kepala Desa Sinarlaut beserta stafnya, yang telah membantu selama
pelaksanaan pengambilan data. Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman
Lawalata IPB dan Silvikultur 48 yang telah membantu saya dalam menyusun
skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga, dan Sri Wulan atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015

Hardian Akbar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang


1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

METODE

2

Tempat dan Waktu Penelitian


2

Bahan

3

Alat

3

Data yang Dikumpulkan

3

Prosedur Pengambilan Data

3

Analisis Data


4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Analisis Vegetasi

5

Kandungan Biomassa dan Energi Listrik

6

Penilaian Segi Ekonomi


10

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN


14

RIWAYAT HIDUP

15

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Konversi biomassa ke energi listrik
4
Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan
7
Nilai BEF dan berat jenis kayu
7

Potensi biomassa Desa Sinarlaut untuk dijadikan energi listrik
7
Perbandingan kandungan biomassa dan energi Anthocepalus cadamba
dan Paraserianthes falcataria pada umur lima tahun
9

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Desain plot lingkaran pada hutan tanaman
3
Peta Sebaran Pengambilan Plot Hutan Rakyat Desa Sinarlaut, Cianjur 5
Presentase nilai INP tanaman di Desa SInarlaut
6
Teknologi konversi biomassa
8
Proyeksi kebutuhan listrik Desa Sinarlaut tahun 2015-2025
9
Perbandingan pengeluaran biaya menggunakan PLN, diesel dan wood
pellet
10
7 Perbandingan penjualan tegakan menjadi wood pellet, penjualan karbon,
dan kayu pertukangan
11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tally sheet analisis vegetasi

14

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Energi terbarukan mulai dikembangkan seiring dengan terbatasnya cadangan
energi fosil dan dampak negatif pada lingkungan akibat penggunaan energi fosil
tersebut. Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbaharui sehingga
pemakaiannya harus ditekan. Berdasarkan Perpres Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Kebijakan Energi Nasional, energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari
sumber daya energi berkelanjutan yang berasal dari panas bumi, angin, bioenergi,
sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan
laut. Pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia masih sangat rendah jika
dibandingkan dengan penggunaan energi fosil. Komposisi sumber energi untuk
pembangkitan listrik di Indonesia saat ini meliputi, batubara 43%, gas 25%, minyak
bumi 20%, tenaga air 6%, dan panas bumi 6% (Coordinating Ministry of Economic
Affair, 2013).
Penggunaan energi fosil dalam pembangkit listrik masih terus meningkat
akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang membutuhkan energi listrik. Di sisi
lain, pemenuhan kebutuhan listrik bagi daerah terpencil masih belum memadai
karena penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara ataupun solar
(diesel) tidak cukup efisien. Dampak dari kedua bahan bakar tersebut yaitu
menghasilkan emisi gas rumah kaca serta harga BBM yang sangat fluktuatif
bergantung pada harga minyak dunia dan memiliki hambatan dalam hal
mendistribusikan bahan bakar ke daerah pelosok. Pengembangan energi terbarukan
sangat berpeluang dioptimalkan untuk menjadi alternatif solusi energi listrik yang
menggunakan energi fosil.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar untuk
dikembangkan. Tercatat pada awal tahun 2009 potensi tersebut diantaranya,
mini/micro hydro sebesar 450 MW, Biomasa 50 GW, energi surya 4,80
kWh/m2/hari, energi angin 3-6 m/det dan energi nuklir 3 GW (DEN, 2010).
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang dihasilkan dari kayu, limbah
pertanian, kotoran hewan, dan tanaman hidup. Biomassa digunakan sebagai bahan
bakar untuk menghasilkan energi listrik dan dapat digunakan dalam bentuk gas,
cair, dan padat.
Berdasarkan sumber bahan bakunya biomassa dapat dikategorikan dalam 5
kelompok antara lain (Kong, 2010) : biomassa yang berasal dari sisa pemukiman,
sisa pabrik pengolahan kayu, sisa pengolahan hutan, sisa panen diladang
persawahan, dan biomassa berasal dari tumbuh-tumbuhan energi (sengaja ditanam).
Energi biomassa, khususnya biomassa yang berasal dari tumbuhan energi, memiliki
ketersedian yang melimpah terlebih Indonesia memiliki hutan yang luas mulai dari
hutan alam, hutan tanaman industri, maupun hutan rakyat. Selain itu, biomassa yang
dimanfaatkan untuk dikonversikan ke energi listrik menghasilkan 90% CO₂ yang
lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pemanfaatan biomassa juga
akan mendorong pemanfaatan lahan kosong dan potensi Hutan Rakyat untuk
ditanami tumbuhan energi.
Salah satu sumber energi biomassa yang dikembangkan dari hasil hutan
adalah wood pellet (wood biomass energy). Wood pellet cocok digunakan sebagai

2
bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri besar, bahkan untuk
industri pembangkit tenaga listrik. Menurut Satrio Astungkoro, Direktur PT. Energi
Biomasa Indonesia, nilai kandungan panas wood pellet mencapai 4,880 kilo kalori
(kkal) sehingga produk ini mampu menggantikan batu bara. Kemampuannya
mengeluarkan panas yang setara dengan batu bara, wood pellet akan dapat diterima
pasar karena saat ini dunia sedang menuju mekanisme pembangunan bersih untuk
membantu mengurangi efek gas rumah kaca.
Perumusan Masalah
Energi fosil memiliki keterbatasan dalam jumlah stok dan memiliki dampak
besar dalam efek gas rumah kaca. Sementara kebutuhan energi listrik semakin
tinggi akibat jumlah penduduk yang terus meningkat. Pengembangan energi
terbarukan merupakan solusi untuk mengatasi kebutuhan energi listrik. Energi
terbarukan, khususnya biomassa perlu dikembangkan di ekosistem Hutan Rakyat
yang memiliki potensi cukup besar. Untuk mengetahui kecukupan biomassa di
suatu daerah sebagai sumber bahan bakar pembangkit listrik, perlu dilakukan
pendugaan potensinya. Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan yang harus
diselesaikan adalah melihat kelestarian potensi biomasssa di Hutan Rakyat sebagai
bahan bakar pembangkit tenaga listrik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga potensi kandungan biomassa di Hutan
Rakyat Desa Sinarlaut sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah memberikan data
dan informasi dasar mengenai potensi kandungan biomassa di Hutan Rakyat Desa
Sinarlaut untuk dikembangkan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Rakyat Desa Sinarlaut, Kecamatan
Agrabinta, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 515 Juni 2015. Luas wilayah Desa Sinarlaut mencapai 22,22 km2 dan merupakan
desa terluas ke empat (8,97% luas Kecamatan Agrabinta) dari 11 desa di Kecamatan
Agrabinta. Desa Sinarlaut memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara
: Jalan lintas Jawa Barat Selatan dan Desa Bojo Kaso
2. Selatan
: Samudera Indonesia
3. Timur
: Kali Cisokan dan Desa Mekarsari
4. Barat
: Desa Wamgun Jaya
Data curah hujan di Desa Sinarlaut, menurut BMKG bulan Mei 2015
mencapai 101-150 mm atau dalam kategori curah hujan menengah.

3
Bahan
Bahan yang digunakan adalah Hutan Rakyat di Desa Sinarlaut dan data
deskripsi umum mengenai Desa Sinarlaut.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pita ukur, meteran roll,
haga meter, tali tambang, kamera, GPS, kompas, voice recorder, tally sheet.
Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang langsung dikumpulkan dilapangan. Data primer yang diambil
berupa data analisis vegetasi. Analisis vegetasi digunakan untuk menghitung Indeks
Nilai Penting sebuah vegetasi, kandungan biomassa tegakan, dan perhitungan
energi listrik yang dihasilkan. Pembuatan plot diambil secara acak di lima RW
(Rukun Warga)/dusun. Data yang diambil meliputi nama jenis, diameter setinggi
dada (DBH), tinggi bebas cabang, dan tinggi total disetiap tingkat vegetasi.
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk menunjang hasil
penelitian. Data yang diambil meliputi data kondisi umum Desa Sinarlaut,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Prosedur Pengambilan Data
Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi suatu tegakan dengan hasil
akhir yaitu Indeks Nilai Penting (INP). Penempatan plot contoh jenis- jenis vegetasi
yang ada dilakukan secara acak di lima RW/dusun yang ada. Petak contoh yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah plot lingkaran. Menurut Rusolono et
al. (2015), plot lingkaran umum digunakan untuk survei vegetasi (termasuk
biomassa dan cadangan karbon) di hutan-hutan yang kondisinya relatif homogen,
seperti tanaman atau hutan di daerah temperate. Plot lingkaran memiliki jari - jari
sebesar 17,8 m (Gambar 1), dengan data yang diambil dalam plot yaitu data
diameter pohon setinggi dada (DBH), tinggi total pohon, dan tinggi bebas cabang
pohon. Luas satu plot lingkaran sebesar 0,1 ha. Data diambil di 7 macam hutan
tanaman dengan masing – masing hutan dibuat satu contoh plot lingkaran. Tujuh
macam hutan tanaman tersebut ditanami dengan sengon, jabon, akasia, karet, dan
hutan tanaman campuran.

17,8 m

Gambar 1 Desain plot lingkaran pada hutan tanaman

4
Metode Pengambilan Contoh Biomassa Tegakan
Biomassa tegakan dapat dihitung dari data Dbh (1,3m), tinggi pohon, dan
nama jenis yang ada didalam masing-masing plot. Potensi biomassa dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan alometrik.
Analisis Data
Perhitungan Indeks Nilai Penting (INP)
Data hasil analisis vegetasi diolah untuk mengetahui nilai INP, dan jenis
pohon yang dominan pada daerah tersebut. Indeks Nilai Penting (INP) digunakan
untuk menentukan dominansi suatu jenis terhadap jenis lain. Indeks Nilai Penting
(INP) merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif
(DR) dan Frekuensi Relatif (FR) (Soerianegara dan Indrawan 1988).
INP = KR + FR (untuk semai, pancang, tumbuhan bawah)
INP = KR + FR + DR (untuk tiang dan pohon)
Σ
a
x 1 ha
Kerapatan (K)
=
Kerapatan Relatif (KR)

=

Frekuensi (F)

=

Frekuensi Relatif (FR)

=

Dominansi (D)

=

Dominansi Relatif (DR)

=

a

a

a aa

Σ

a aa

F

Σ LBDS
L a
D

D

a

a

F

a

a

a

a

a
a

x 100 %
a

x 100 %
x 1 ha

a

x 100 %

Perhitungan Kandungan Biomassa
Pendugaan kandungan biomassa menggunakan pendekatan model-model
persamaan alometrik sesuai jenis pohon dan tipe ekosistem. Jika jenis pohon yang
ditemukan tidak memiliki persamaan alometrik biomassa, pendugaan biomassa
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus alometrik volume jenis yang
bersangkutan. Pendekatan volume menggunakan data tinggi dan diameter (DBH)
pengukuran pohon dalam tegakan (Krisnawati et al. 2012).
Perthitungan Potensi Energi Listrik
Pendugaan potensi energi listrik dilakukan dengan menggunakan pendekatan
konversi wood pellet ke kalor dan kalor ke energi listrik. Menurut hasil penelitian,
biomassa yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton wood pellet adalah sebanyak
1,5 ton atau satu setengah kalinya biomassa jika kadar airnya sebesar 40%.
Perhitungan konversi kalor menggunakan rumus 1 ton wood pellet = 19,8 GJ (Payne
1980), Menurut Ramsey (1982), mesin memiliki nilai efisiensi sebesar 40% untuk
menghasilkan listrik, dapat dilihat di Tabel 1.

5
Tabel 1 Konversi biomassa ke energi listrik
Biomassa : WP

Kalor (GJ/ton)

Lisrtik (GWh)

Efisiensi mesin
(40%)

1,5

1 ton WP = 19,8 GJ

1 GJ = 1 x 2,7-5 GWh

1 GJ = 1 x 1,1-4 GWh

:

1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Desa Sinarlaut memiliki mata pencaharian sebagai petani sebesar
90% dari seluruh masyarakat yang produktif. Potensi sumber daya alam Desa
Sinarlaut terdiri dari, lahan pertanian sebesar 750 ha, lahan perkebunan 850 ha,
lahan Hutan Rakyat (HR) 50 ha dan lahan tambak pesisir 150 ha. Desa Sinarlaut
juga mempunyai 13 kelompok tani dan 18 jasa penggilingan padi. Hasil di bidang
perkebunan diantaranya diolah oleh 50 industri kecil gula merah dan tiga industri
bidang kayu.
Jaringan listrik PLN sudah menjangkau sebagian masyarakat Desa Sinarlaut
pada tahun 2009 dan 2013. Terdapat sekitar 1.300 KK yang sudah terpasang listrik
PLN dan masih ada 206 KK yang belum tersentuh listrik. Daerah yang belum
dijangkau PLN yaitu di Kampung Lebakloyang, Sinarlega, dan Cipompok
dikarenakan akses yang cukup jauh untuk ke daerah tersebut. Masyarakat umumnya
berlangganan listrik PLN melalui sistem pra bayar (listrik jenis pulsa) dengan
kapasitas daya 450 watt atau 900 watt dan beberapa ada yang memakai 1.300 watt.
Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis vegetasi suatu tegakan dengan hasil
akhir yaitu Indeks Nilai Penting (INP). Pengambilan contoh sampel dilakukan di
tujuh plot, dapat dilihat peta sebaran plot di Desa Sinarlaut pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta Sebaran Pengambilan Plot Hutan Rakyat Desa Sinarlaut, Cianjur

6

Bila ke tujuh plot disatukan INP yang diperoleh dari hasil pengamatan dapat
dilihat di Gambar 3. Nilai INP tertinggi pada tingkat pohon yaitu jenis
Paraserianthes falcataria atau yang disebut sengon (Jeungjing dalam nama lokal
Sunda) dengan nilai INP sebesar 184,76%. INP tertinggi pada tingkat tiang juga
diperoleh dari jenis sengon sebesar 143,04%.
184,76

Persentase tanaman

200

149,04

150
100
62,22
50

61,86

40,6

32,25

36,21
15,86

17,16
0

0
Acacia
mangium

Anthocepalus
cadamba
Pohon (%)

Hevea
brasillensis

Paraserianthes Pterocarpus
falcataria
javanicum

Tiang (%)

Gambar 3 Persentase nilai INP tanaman di Desa Sinarlaut
Keberadaan sengon di Jawa Barat banyak ditanam di Hutan Rakyat (HR)
maupun Hutan Tanaman Industri (HTI). Menurut laporan Departemen Kehutanan
dan Badan Statistika Nasional (2004), provinsi dengan luas tanaman sengon rakyat
terbesar adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat, dimana total jumlah pohon yang
dibudidayakan di kedua provinsi ini dilaporkan lebih dari 60% dari total jumlah
pohon sengon yang ditanam oleh masyarakat di Indonesia. Karakteristik sengon
yang cepat tumbuh dan banyak digunakan oleh penduduk Jawa Barat untuk bahan
perumahan (papan, balok, tiang, kaso, dan sebagainya), selain itu juga dipakai
untuk pembuatan peti, venir, dan pulp membuat sengon banyak dicari dan ditanam
oleh masyarakat (Risnasari 2008). Beberapa faktor tadi yang diperkirakan membuat
tanaman sengon banyak dijumpai di Desa Sinarlaut.
Kandungan Biomassa dan Energi Listrik
Simpanan biomassa tegakan terdiri dari simpanan biomassa pohon, tiang,
dan pancang. Penggunaan persamaan alometrik menggunakan rumus yang
dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan tahun 2013
berjudul “Pedoman Penggunaan Model Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan
Stok Karbon Hutan di Indonesia”. Pengunaan rumus dapat dilihat pada Tabel 2 dan
nilai Biomass Expansion Factor (BEF) tersaji pada Tabel 3.
Tabel 2 Persamaan alometrik pendugaan biomassa dan volume tegakan
No Jenis Pohon
Persamaan alometrik
Sumber
1
Acacia mangium BBA = 0,199 D2,148
Krisnawati et al. (2013)
2,3445
2
Paraserianthes
BBA = 0,1126 D
Siringoringo dan Siregar
falcataria
(2006)
3
Jenis pohon lain BBA= ρ.V.BEFpohon/ Krisnawati et al. (2012)
V = 0,25л.(D/100)²H.F

7
Ket : BBA= biomassa tegakan; V= volume pohon; D= diameter pohon; H= tinggi pohon;

No
1
2
3
4
5

Jenis pohon
Acacia mangium
Paraserianthes falcataria
Hevea brasillensis
Anthocepalus cadamba
Jenis pohon lain

Nilai BEF
1,33
1,34
1,73
1,74
1,74

Berat Jenis/ ρ (kg/m3)
400
330
610
420
Tergantung jenis pohon

F= angka bentuk pohon

Tabel 3 Nilai Biomass Expansion Factor (BEF) dan berat jenis kayu
Perhitungan dengan menggunakan pendekatan model-model persamaan
alometrik dapat menghasilkan nilai biomassa dan pendugaan energi yang dihasilkan.
Hasil pengukuran simpanan biomassa yang berada di Desa Sinarlaut serta energi
yang dapat dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Potensi biomassa Desa Sinarlaut untuk dijadikan energi listrik
No Plot
Biomassa (ton/ha) WP (ton/ha)
1 (Sengon)
9,653
6,435
2 (Sengon)
42,485
28,323
3 (Akasia)
17,476
11,650
4 (Jabon)
98,461
65,640
5 (Karet)
20,745
13,830
6 (Sengon)
25,262
16,841
7 (Campuran) 87,898
58,598
301,982
201,321
TOTAL
Sumber: Nilai BEF: Krisnawati et al. (2012)

Kalor (GJ/ton)
127,432
560,802
230,684
1299,688
273,839
333,467
1160,254
3986,169

Energi (GWh)
0,001
0,062
0,025
0,144
0,030
0,037
0,128
0,442

Hasil inventarisasi tujuh Hutan Rakyat menunjukkan total biomassa yang ada
sebesar 301,982 ton/ha atau jika di rata-rata kandungan biomassa yang ada sebesar
43,14 ton/ha Kandungan biomassa terbesar berada di HR 4 (Jabon) dimana nilai
biomassa sebesar 98,461 ton/ha, sementara nilai kandungan biomassa terkecil di
HR 1 (Sengon umur 2 tahun). Kandungan biomassa HR Jabon terlihat lebih tinggi
dibandingkan yang lain, karena umur tegakan Jabon telah mencapai lima tahun,
sementara pada HR (2) Sengon memiliki umur dua tahun. Menurut Krisnawati et
al. (2011) pertumbuhan riap diameter sengon sekitar 4-5 cm hingga umur enam
tahun. Sementara, jika kandungan biomassa Sengon pada umur lima tahun mampu
mencapai 114,25 toh/ha. Nilai ini akan lebih besar dibandingkan dengan kandungan
biomassa Jabon pada umur lima tahun.
Perkembangan teknologi membuat biomassa dapat dikonversikan menjadi
energi. Secara umum teknologi konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu pembakaran langsung, konversi termokimia, dan
konversi biokimiawi (Yokoyama, 2008), dapat dijelaskan pada Gambar 4.

8

Pembakaran
Langsung

Tungku boiler

Pengarangan

Panas
Bahan
bakar padat

Pirolisis
Konversi
Termokimi
awi

Gasifikasi

Syngas/
gas fuel

Indrect
liquifaction

Bahan
bakar cair

Direct liquifaction
Biomassa

Konversi
Biokimiaw
i

Esterdikasi/
transesterifikasi

Biodisel

Pencernaan
anerobik

Gas metan

Fermentasi
hidrolisis

Etanol

Gambar 4 Teknologi konversi biomassa
Menurut Yokoyama (2008), biomassa yang dikonversikan untuk pembakaran
langsung digunakan menjadi bahan bakar pada tungku boiler. Boiler/ ketel uap
adalah suatu bejana tertutup yang terbuat dari baja yang digunakan untuk
menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan dari proses pemanasan lalu di ubah menjadi
energi listrik untuk keperluan rumah tangga ataupun industri. Penggunaan boiler
biomassa terus meningkat sebagai energi terbarukan dan sistem boiler biomassa
dapat menggunakan bahan bakar pelet, dimana kayu (biomassa) diubah menjadi
bentuk lebih padat yaitu pelet.
Menurut Yokoyama (2008), karakteristik pelet kayu lebih unggul jika
dibandingkan dengan bahan bakar fosil adalah; penanganan, penyalaan, dan
pembakaran mudah; bentuk dan sifat bahan bakar yang seragam; emisi gas beracun
saat pembakaran sedikit; efisiensi transportasi tinggi; dan kerapatan energi juga
tinggi. Faktor-faktor ini yang membuat wood pellet lebih unggul dibandingkan
bahan bakar fosil. Hasil konversi biomassa menjadi wood pellet untuk digunakan
bahan bakar energi listrik tersaji pada Tabel 5.
Konversi biomassa menjadi wood pellet memiliki perbandingan 1,5:1 dimana
diasumsikan biomassa yang tersedia memiliki kadar air sebesar 40%. Dengan
demikian wood pellet yang dapat dihasilkan dalam tujuh ha HR di Desa Sinarlaut
sebanyak 201,321 ton dengan berbagai jenis pohon yang tersedia. Wood pellet yang
ada, kemudian dikonversikan menjadi energi listrik melalui perhitungan kalor,
dimana dalam 1 ton wood pellet dapat menghasilkan 19,8 GJ/ton. Dengan demikian
energi listrik yang dapat dihasilkan dari wood pellet sebesar 0,442 GWh/tujuh ha
dari berbagai jenis pohon.
HR yang menghasilkan energi listrik terbesar yaitu HR jenis Jabon, dimana
energi listrik yang dihasilkan sebesar 0,144 GWh atau sebesar 32,6% dari energi
listrik yang dihasilkan tujuh ha hutan rakyat. Konsumsi kebutuhan energi listrik di
Desa Sinarlaut pada tahun 2015 sebesar 1,375 GWh/tahun (Indartono et al. 2015).

9

GEh/tahun

Proyeksi kebutuhan listrik jangka panjang di Desa Sinarlaut hingga tahun 2025
dapat dilihat pada Gambar 5.
2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

1,37

1,42

1,46

1,5

1,55

1,59

1,64

1,69

1,74

1,79

1,85

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025

Tahun

Kebutuhan Energi

Sumber : Indartono et al (2015)

Gambar 5 Proyeksi kebutuhan listrik Desa Sinarlaut tahun 2015-2025
Proyeksi kebutuhan listrik Desa Sinarlaut tahun 2015 sebesar 1,375
GWh/tahun, dengan lahan seluas tujuh ha yang disurvei belum mampu memenuhi
listrik satu desa pada tahun 2015 dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga
uap. Sementara untuk memenuhi kebutuhan listrik satu desa dalam setahun masih
memerlukan listrik sebesar 0,928 GWh. Kekurangan listrik tersebut masih bisa
diatasi dengan potensi lahan Hutan Rakyat Desa Sinarlaut seluas 50 ha.
Asumsi kebutuhan energi listrik disuplai dari pelet yang berbahan dasar kayu
jenis jabon umur lima tahun dengan menghasilkan listrik sebesar 0,144 GWh/tahun,
maka lahan yang akan dibutuhkan sebanyak 9,5 ha setiap tahun. Dengan luas hutan
rakyat yang tersedia, yaitu 50 ha jika ditanami jabon artinya terdapat 5 kali
pemanenan untuk pemenuhan kebutuhan listrik selama 5 tahun. Menurut
Krisnawati et al. (2011), periode rotasi (waktu panen) jabon tergantung pada tujuan
produksi dan rata-rata sudah bisa dipanen pada umur 4-5 tahun.
Untuk membandingkan energi listrik dari bahan bakar tegakan sengon dapat
diasumsikan dari kandungan biomassa Sengon berumur lima tahun di atas. Dapat
dilihat pada Tabel 5, energi yang dihasilkan oleh tegakan Sengon pada umur lima
tahun lebih besar dibandingkan tegakan Jabon umur lima tahun. Energi yang
dihasilkan dari tegakan Sengon sebesar 0,167 GWh/ha, sementara yang dihasilkan
tegakan Jabon sebesar 0,144 Gwh/ha (Tabel 5).
Tabel 5 Perbandingan kandungan biomassa dan energi Anthocepalus cadamba dan
Paraserianthes falcataria pada umur lima tahun
Jenis
A. cadamba
P. falcataria

Biomassa (ton/ha) WP (ton/ha)
98,461
65,640
114,250
76,166

Kalor (GJ/ton)
1299,6
1508,1

Energi (GWh)
0,144
0,167

Potensi Sengon di Desa Sinarlaut sebagai bahan bakar teknologi ketel uap
cukup besar dibandingkan dengan Jabon. Saat energi yang dihasilkan Sengon
sebesar 0.167 GWh/ha, maka lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

10
listrik setahun yaitu sebesar 8,2 ha. Sementara, potensi lahan desa untuk ditanami
tegakan Sengon sebesar 50 ha maka akan ada 6 kali pemanenan untuk memenuhi
kebutuhan listrik setiap tahun selama 6 tahun. Jumlah pemanenan ini lebih besar
sebanyak satu kali panen dibandingkan dengan Jabon yang mampu dipanen
sebanyak 6 kali dan dengan demikian lebih efisien dalam kelestarian tegakan untuk
pemenuhan sengon.
Penilaian Segi Ekonomi
Pembaharuan teknologi serta budaya masyarakat tidak terlepas dari nilai
ekonomi. Peningkatan mutu teknologi akan berdampak terhadap perekonomian
yang ada. Di Desa Sinarlaut terdapat 77% rumah tangga dengan pendapatan kurang
dari Upah Minimun Kerja (UMK) Kabupaten Cianjur tahun 2015 sebesar Rp.
1.648.000,-, sementara rumah tangga yang memiliki pendapatan di atas UMK
sebanyak 33%. Nilai ekonomi pemanfaatan kayu sebagai bahan bakar ketel uap
dapat dibandingkan dengan pemanfaatan kayu untuk hal lain, seperti pada Gambar
6.
RUPIAH
1.800.000.000
1.600.000.000
1.400.000.000
1.200.000.000
1.000.000.000
800.000.000
600.000.000
400.000.000
200.000.000
0
PLN (Rp. 650/ KWh)

831.875.000

Wood Pellet (Rp.
280000/ton)

175.000.175

PLTD (Rp. 6700/lt)

1.699.814.815

Gambar 6 Perbandingan pengeluaran biaya menggunakan PLN, wood pellet, dan
diesel
Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam satu tahun berbeda nyata
apabila masyarakat Desa Sinarlaut tetap menggunakan listrik yang berasal dari PLN
maupun diesel dibandingkan wood pellet. Berdasarkan tarif PLN untuk rumah
tangga dengan daya 900 VA pada tahun 2014 dikenakan tarif sebesar Rp. 650,kWh. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan jika konsumsi listrik Desa Sinarlaut
yang mencapai 1,375 GWh/tahun menghabiskan biaya sebesar Rp. 831.875.000,untuk satu desa. Bila 1 liter solar mampu menghasilkan 5,4 kWh untuk
mengoperasikan mesin diesel (Sidiq 2014) dengan harga solar sebesar Rp. 6.700,/lt, maka untuk memenuhi 1,375 GWh/tahun akan menghabiskan biaya sebesar Rp.
1.699.814.815,- Sementara biaya yang harus dikeluarkan dengan menggunakan
wood pellet hanya mencapai Rp. 175.000.175,- dengan mengacu biaya operasional
pembuatan wood pellet sebesar Rp. 280.000,- per ton (Sidiq 2014) dan diasumsikan
mesin pembangkit listrik dan pengolah wood pellet telah tersedia. Perbedaan nilai

11
ekonomi yang signifikan antara harga listrik PLN, pembangkit diesel, dan wood
pellet membuat wood pellet menjadi lebih unggul dalam penggunaannya menjadi
energi listrik yang terbarukan serta lebih ekonomis dalam segi biaya.
RUPIAH
1.400.000.000
1.200.000.000
1.000.000.000
800.000.000
600.000.000
400.000.000
200.000.000
0
wood pellet (Rp. 1,1 jt/ton)

687.500.687

karbon (12 USD/ton)

45.000.045

kayu Sengon (Rp. 900.000/m³)
kayu Jabon (Rp. 700.000/m³)

1.272.050.119
598.659.602

Gambar 7 Perbandingan keuntungan penjualan tegakan menjadi wood pellet,
perdagangan karbon, dan kayu pertukangan (Sengon dan Jabon)
Tegakan yang digunakan menjadi wood pellet menjadikan alih fungsi tegakan
yang sebelumnya dijual untuk kayu pertukangan. Gambar 7 menjelaskan
perbandingan keuntungan jika tegakan dijual untuk keperluan wood pellet,
perdagangan karbon, dan kayu pertukangan (Sengon dan Jabon). Hasil perhitugan
wood pellet, karbon, maupun kayu pertukangan dihasilkan dari konversi kebutuhan
energi listrik Desa Sinarlaut (1,375 GWh) menjadi wood pellet, karbon, dan kayu
pertukangan.
Tegakan yang dijual untuk wood pellet memberikan insentif keuntungan
sebesar Rp. 687.500.687,- dengan asumsi harga pellet di Indonesia sebesar Rp.
1.100.000,-/ton. Sementara, jika tegakan dijual dalam perhitungan karbon yang
diasumsikan karbon berasal dari 50% biomassa maka keuntungan yang didapatkan
sebesar Rp. 45.000.045.- dengan harga karbon sebesar US$ 12/ton karbon. Tegakan
yang dijual sebagai kayu pertukangan memberikan keuntungan yaitu sebesar Rp.
1.272.050.119,- dengan asumsi harga kayu Sengon di Jawa Barat sebesar Rp.
900.000,-/m3. Sementara, jika diasumsikan kayu pertukangan dengan
menggunakan Jabon dihasilkan sebesar Rp. 598.659.602,- dengan harga Jabon di
Jawa Barat sebesar Rp. 700.000,-/m3.
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa jika kayu Sengon dijual sebagai kayu
pertukangan, maka masyarakat akan mendapatkan untung sebesar
Rp.1.272.050.119,-. Dengan demikian hasil penjualan tegakan sengon untuk
industri kayu akan lebih menguntungkan dibandingkan untuk wood pellet. Hal ini
akan menjadi kendala dalam upaya penggunaan wood pellet sebagai bahan baku
pembangkit listrik di Desa Sinarlaut dilihat dari segi ekonomi. Kecenderungan
masyarakat untuk menjual tegakannya bagi industri kayu sangat didukung oleh
banyaknya industri perkayuan yang ada di Jawa, sehingga bagi Desa Sinarlaut yang
ada di Jawa pemasaran hutan rakyat akan mudah. Hal yang berbeda akan terjadi
bila daerah atau desa tersebut terpencil, jauh dari pulau besar seperti Jawa. Dalam

12
hal ini, dimana desa tersebut jauh dari industri perkayuan, dan akses distribusi
listrik PLN sulit dijangkau maka penggunaan wood pellet atau biomasa akan sangat
menguntungkan. Hal ini disebabkan untuk daerah yang terpencil PLN seringkali
memasok solar untuk pembangkit listriknya, sedangkan menurut perhitungan biaya
tersebut di atas, penggunaan wood pellet atau biomasa jauh lebih murah
dibandingkan solar..
Ada beberapa kendala yang akan dihadapi oleh masyarakat apabila
mengganti pasokan listrik dari PLN ke wood pellet. Yang pertama pengadaan alat
ketel uap dan alat pembuatan wood pellet akan begitu mahal apabila alat tersebut
disediakan oleh masyarakat sendiri. Harga pembangkit listrik tenaga uap dan alat
wood pellet yang sangat mahal akan membuat pengadaan alat terhambat. Yang
kedua adalah kendala sosial berupa pengetahuan dan kelembagaan masyarakat
dalam menjalankan alat dan perawatan secara rutin, yang juga mempengaruhi
apabila Desa Sinarlaut akan menggunakan energi listrik yang berasal dari wood
pellet. Sosialisasi dan pelatihan untuk masyarakat harus dilakukan untuk
menjalankan penggunaan teknologi listrik berbasis energi terbarukan yang berasal
dari biomassa. Selain itu kelembagaan masyarakat harus dibuat untuk mengelola
pembangkit dan mendistribusikan keuntungan secara mandiri dan lestari.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
INP terbesar pada tingkat pohon dan tiang di hutan rakyat Desa Sinarlaut
yaitu pada jenis P. falcataria (Sengon atau Jeungjing) dengan nilai masing-masing
sebesar 184,76% dan 149,04%. Kandungan biomassa tertinggi ditunjukkan oleh
jenis P. falcataria yang pada umur lima tahun memiliki kandungan biomassa
sebesar 114,25 toh/ha, sedangkan biomassa jenis A. cadamba pada umur lima tahun
sebesar 98,461 ton/ha.
Nilai konversi biomasa menjadi energi listrik tertinggi dihasilkan oleh jenis
P. falcataria dengan nilai sebesar 0,144 GWh/ha. Jika kebutuhan biomassa untuk
energi listrik dihasilkan dari hutan P. falcataria saja maka luas lahan yang
diperlukan tiap tahun sebanyak 8,2 ha.
Biaya yang diperlukan untuk memasok listrik Desa Sinarlaut dari sumber
biomassa jauh lebih kecil dibandingkan dengan tarif PLN dan PLTD. Keuntungan
ekonomis penjualan kayu untuk industri jauh lebih besar dibandingkan dengan
perdaganga karbon dan penggunaan untuk suplai energi.
Saran
Potensi biomassa Desa Sinarlaut mampu memenuhi kebutuhan energi listrik
hingga 2025 sehingga dapat dilakukan pergantian energi listrik dari PLN menjadi
wood pellet. Pemerintah atau pihak swasta diharapkan dapat membantu pengadaan
alat pembangkit (PLTU) untuk sumber energi listrik. Pemanfaatan tegakan harus
diseimbangkan dengan pemeliharaan yang lestari untuk menjaga keberlangsungan
pasokan biomassa yang ada. Pemanfaatan wood pellet dapat menguntungkan dari
segi penghematan bahan bakar fosil serta pengurangan emisi gas rumah kaca.

13

DAFTAR PUSTAKA
Coordinating Ministry for Economic Affairs, Republic of Indonesia, “Smart Grid
Development
Policy
in
Indonesia”,
Hanoi,
2
April
2013,
http://www.egnret.ewg.apec.org/meetings/egnret40/%5BE4%5D%20Indonesia.pd
f, Akses 20 September 2015
Departemen Kehutanan dan Badan Statistika Nasional. 2004. Potensi Hutan Rakyat
Indonesia 2003. Jakarta (ID): Dephut dan BSN
Indartono YS, Siregar UJ, Budiarto R, Rachmida TD, Reksowardojo IK, Dewi RG,
Yuliarto B, Liebman A, Skryabin I. 2015. Smart Micro Grid Berbasis Energi
Terbarukan. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung
Kong GH. 2010. Peran Biomassa Bagi Energi Terbarukan. Jakarta (ID): Gramedia.
Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M.2011. Anthocephalus cadamba Miq: Ecology,
Silviculture, and Productivity. Bogor (ID): Center for International Forestry
Research (CIFOR).
Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Praserienthes falcataria (L)
Nielsen: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): Center for International
Forestry Research (CIFOR).
Krisnawati H, Adinugroho CW, Imanudin R. 2012. Model-Model Alometrik untuk
Pendugaan Biomassa Pohon pada Berbagai Tipe Ekosistem Hutan di Indonesia.
Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan – Kementerian Kehutanan.
Krisnawati H, Adinugroho CW, Imanudin R. 2013. Pedoman Penggunaan Model
Alometrik untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon di Indonesia. Bogor (ID):
Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan – Kementerian Kehutanan.
[ORNL] Oak Ridge National Laboratory. 2008. Conversion Factors for Bioenergy.
North Carolina (US): North Carolina State University.
Payne Ga. 1980. The Energy Managers Handbook. Guildford, Surrey (UK): Westbury
House.
[PP] Peraturan Pemerintah. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Jakarta (ID): Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
Ramsay S. 1982. Energy From Forest Biomass. Washington (US): Academic Press.
Risnasari I. 2008. Tanin. Medan (ID): Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Rusolono T, Tiryana T, Purwanto J. 2015 Panduan Survei Cadangan Karbon dan
Keanekaragaman Hayati di Sumatera Selatan. Palembang (ID): German
International Cooperation (GIZ) Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan.
Sidiq F. 2014. Wood Pellet sebagai Sumber Energi untuk Pemecahan Krisis Listrik di
Indonesia. Bandung (ID): Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung.
Siringoringo HH, Siregar CA. 2006. Model Persamaan Allometrik Biomassa Total
untuk Estimasi Akumulasi Karbon pada Tanaman Sengon. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam, 3(5): 541-553.
Soerianegara I, Indarwan A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Yokayama S. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia. The Japan Institute of Energy.

14
Lampiran
Lampiran 1 Tally sheet Analisis Vegetasi
Nama Surveyor :

Tanggal :

Lokasi

:

No Plot : 1

Koordinat

:

Status :

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Nama Jenis
Lokal
Latin

Diameter
(cm)

Kll
(cm)

TT (m)

TBC
(m)

Umur

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 15
Nopember 1993 sebagai anak keempat dari pasangan Sulaiman dan Dewi Muryani.
Tahun 2011 penulis lulus dari SMA YSP Pusri Palembang dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Silvikultur.
Selama studi di IPB penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Organisasi yang
aktif diikuti penulis yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam
LAWALATA IPB. Pada kepengurusan 2014/2015 penulis menjadi Ketua Umum
LAWALATA IPB.
Tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di
Gunung Sawal dan Pangandaran Tahun 2014 penulis melaksanakan Praktik
Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Tahun 2015
penulis melaksanakan Praktik Kerja Profesi di PT TIMAH, Belitung.
Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan penulis menyelesaikan skripsi
dengan Potensi Biomassa dari Hutan Rakyat Sebagai Sumber Bahan Bakar Energi
Pembangkit Listrik di Desa Sinarlaut, CIanjur di bawah bimbingan Dr Ir Ulfah J
Siregar MAgr dan Budi Hadi Narendra S.Hut MSi MSc.