Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis untuk Mewujudkan Demokratisasi dalam Bidang Ekonomi

Karya Tulis

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA
STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI
DALAM BIDANG EKONOMI

Murbanto Sinaga

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2003

Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006

DAFTAR ISI

A.


PENDAHULUAN .........................................................................

1

B.

PARTISIPASI DI LEGISLATIF ................................................

2

C.

PARTISIPASI DI EKSEKUTIF .................................................

3

D.

DEMOKRASI TANPA PEREMPUAN ......................................


4

E.

TANTANGAN SELANJUTNYA ................................................

5

ii
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA
STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI
DALAM BIDANG EKONOMI

A. PENDAHULUAN
Pada konferensi Perempuan IV yang diselenggarakan oleh PBB di
Beijing – Cina, telah dihasilkan Deklarasi Beijing yang memuat 12 area

keprihatinan untuk Perempuan di seluruh dunia, sebagai berikut:
1.

Kemiskinan Perempuan

2.

Pendidikan dan Kursus untuk Perempuan

3.

Kesehatan Perempuan

4.

Kekerasan terhadap Perempuan

5.

Perempuan dalam Situasi Konflik Bersenjata


6.

Perempuan dan Ekonomi

7.

Perempuan dalam Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan

8.

Mekanisme Kelembagaan untuk Pengembangan Perempuan

9.

Hak Azasi Perempuan

10.

Perempuan dan Media


11.

Perempuan dan Lingkungan Hidup, dan

12.

Anak Perempuan

1
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006

Keduabelas masalah perempuan di atas adalah bersifat politis. Dalam
konteks partisipasi dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun di dalam
masyarakat umumnya, masalah nomor tujuh yakni minimnya jumlah
perempuan dalam kekuasaan dan pengambilan keputusan secara langsung
maupun tak langsung mengakibatkan munculnya sebelas masalah lainnya
termasuk masalah nomor enam yang akan menjadi bahan diskusi kita bersama

pada acara Sosialisasi Pengarusutamaan Gender saat ini.
Minimnya partisipasi Perempuan Indonesia dalam pengambilan
keputusan dan kepemimpinan dapat terlihat dari persentase jumlah perempuan
di legislatif dan eksekutif.

B. PARTISIPASI DI LEGISLATIF
Data statistik menunjukkan representasi perempuan di MPR dan DPR
pusat hanya 8,9 %. Demikian juga halnya dengan jumlah perempuan yang
duduk menjadi anggota DPRD tingkat Propinsi berdasarkan Pemilu 1999 yang
tertinggi adalah Sumatera Selatan yakni 10 anggota dari 75 anggota DPRD
Propinsi atau hanya 13,3 persen, dan yang terendah adalah di Propinsi Bali
tanpa ada satu pun yang mewakili (nol persen). Sedangkan untuk propinsi lain,
jumlah perempuan di DPRD tingkat propinsi rata-rata di bawah 10 persen
termasuk Sumatera Utara yang jumlah anggota DPRD sebanyak 85 orang,
hanya 3 orang anggota perempuan yang mewakili (3,5 persen).

2
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006


Kondisi yang sama juga terlihat dari komposisi anggota DPRD
diseluruh kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Dari total 757 anggota
DPRD di 19 Kabupaten dan kota, hanya 18 anggota yang mewakili perempuan
(2,37 persen). Jumlah terbanyak di Kabupaten Tapanuli Selatan, sebanyak 3
orang dari jumlah keseluruhan 45 anggota DPRD. Ironisnya, terdapat 8
kabupaten/kota yang tak satu pun ada mewakili perempuan.

C. PARTISIPASI DI EKSEKUTIF
Tidak ada satu perempuan pun dari 32 Gubernur dan hanya dua orang
perempuan sebagai wakil Gubernur. Dari 266 Bupati, hanya lima orang
perempuan dan dari 80 walikota hanya dua orang perempuan. Di Sumatera
Utara dari 23 kabupaten/kota yang ada saat ini, tak satu orang pun perempuan
yang menjadi Bupati maupun Walikota. Hanya satu orang yang menjadi Wakil
Bupati di Kabupaten Simalungun.

3
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006


D. DEMOKRATISASI TANPA PEREMPUAN
Rendahnya keterlibatan perempuan dalam lembaga pengambilan
keputusan di parlemen (DPRD) dan dalam lembaga di pemerintahan
(birokrasi) menjadi penyebab utama tidak adanya perhatian terhadap isu
kesetaraan dan keadilan gender dalam bidang ekonomi. Lahirnya kebijakankebijakan ekonomi yang tidak sensitive gender terkait erat dengan sedikitnya
perwakilan perempuan di setiap tingkat lembaga pengambilan keputusan.
Kondisi keterwakilan perempuan di parlemen (DPR – DPRD) maupun di
birokrasi (eksekutif) menjadi gambaran umum sistem pemerintahan dan dunia
politik di Indonesia yang masih sangat didominasi oleh kaum laki-laki.
The Indonesian NGO Forum for Women menyatakan bahwa
“demokrasi tanpa perempuan bukanlah demokrasi”. Karena itu kalau suatu
negara ingin menjadi demokrasi, negara tersebut tidak mengabaikan partisipasi
perempuan. Pada dasarnya perempuan lebih mudah membangun kebijakan
yang memperhatikan kepentingan keluarga, perempuan dan anak (women
friendly policies) secara lebih efektif. Disamping itu perempuan mewakili
banyak sekali pengetahuan tentang ekonomi keluarga (home industry), kondisi
pemukiman, transportasi, lingkungan hidup, kesehatan dan fasilitas umum
lainnya.


4
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006

E. TANTANGAN SELANJUTNYA
Pertanyaan yang timbul adalah mungkinkah demokratisasi dalam
bidang ekonomi dapat terwujud tanpa adanya demokratisasi politik yang
berkeadilan gender? (Baca minimnya keterwakilan perempuan).
Jawabnya “Pasti tidak mungkin!”. Padahal jumlah perempuan di
Indonesia yang menjadi roda penggerak perekonomian keluarga demikian
banyak jumlahnya melalui berbagai pekerjaan di sektor informal maupun
formal (BUMN, BUMS dan Koperasi).
Agar terwujud demokratisasi dalam bidang ekonomi, prasyarat yang
harus terpenuhi terlebih dahulu adalah terwujudnya demokratisasi politik yang
berkeadilan gender. Prasyarat ini merupakan tantangan bagi kita semua
(stakeholders) dan harus segera dipersiapkan langkah-langkah dan upaya
untuk mewujudkannya.
Sebagai penutup, ditawarkan beberapa langkah dan upaya agar
demokratisasi politik yang berkeadilan gender tercapai sehingga terwujud pula

demokratisasi di bidang ekonomi. Langkah dan upaya tersebut antara lain:
1. Perlu peningkatan kemampuan perempuan Kota Tebing Tinggi untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan agar
perempuan Kota Tebing Tinggi dapat masuk dan terlibat secara aktif di
dunia politik di Kota Tebing Tinggi.

5
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006

2. Bagi Pemko Tebing Tinggi agar memanfaatkan peluang yang diberikan
oleh otonomi daerah untuk mendorong percepatan proses demokratisasi
yang berkeadilan gender, sehingga demokratisasi di bidang ekonomi
terwujud.

6
Murbanto Sinaga : Pengarusutamaan Gender Sebagai Upaya Strategis Untuk Mewujudkan…, 2003

USU Repository © 2006