senyawa yang larut di dalam etanol yaitu senyawa metabolit sekunder. Penetapan kadar abu total sebanyak 5,42 untuk mengetahui kadar zat anorganik yang
terdapat pada simplisia, sedangkan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam sebanyak 0,25 untuk mengetahui kadar zat anorganik yang tidak larut
dalam asam. Perhitungan pemeriksaan serbuk simplisia daun sirsak dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 29.
4.3 Hasil Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, antrakinon, steroidatriterpenoida, hasil skrining fitokimia
ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia
No Pemeriksaan Serbuk Simplisia
1 2
3 4
5 6
7 Alkaloida
Flavonoid Saponin
Tanin Glikosida
Antrakinon Steroidatriterpenoida
+ +
+ +
+ -
+
Keterangan: + = memberikan reaksi
- = tidak memberikan reaksi
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia di atas menunjukkan bahwa daun sirsak Annonae muricatae folium mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
glikosida, dan steroidtriterpenoid, dan hasilnya sesuai dengan pendapat Taylor yang menyatakan bahwa daun sirsak mengandung alkaloid dan tanin. Skrining
fitokimia memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia yang terdapat
Universitas Sumatera Utara
dalam simplisia daun sirsak. Komposisi kandungan senyawa kimia dari suatu tanaman dapat mempengaruhi aktivitas biologis dari tanaman tersebut.
4.4 Hasil Ekstraksi
Ekstraksi bahan pada setiap perlakuan dilakukan dengan cara perkolasi secara bertingkat, mula-mula menggunakan pelarut n-heksana, etilaasetat, dan
etanol 96. Hasil perkolasi 200 g serbuk simplisia daun sirsak diperoleh ekstrak n-heksan sebanyak 9,656 g 4,83, ekstrak etilasetat sebanyak 7,872 g 3,94
dan ekstrak etanol sebanyak 20,306 g 10,15. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak simplisia daun sirsak lebih banyak mengandung senyawa polar
dibandingkan senyawa semi polar dan non polar.
4.5 Hasil Uji Sitotoksisitas
Uji Sitotoksisitas dilakukan dengan metode Brine Shrimp Lethally Test, dimana ekstrak n-heksana, ekstrak etilasetat, dan ekstrak etanol masing-masing
diuji sitotoksisitasnya terhadap larva Artemia salina Leach. Hasil Uji sitotoksisitas dari ekstrak simplisia daun sirsak ditunjukkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Sitotoksisitas dari ekstrak simplisia daun sirsak
No Ekstrak
LC
50
1 2
3 n-heksan
Etil asetat Etanol 96
3,66 µgml 1,75 µgml
0,73 µgml
LC
50
merupakan konsentrasi letal yang mengakibatkan 50 dari hewan uji mati. Jika harga LC
50
yang diperoleh semakin rendah maka sitotoksisitasnya akan semakin tinggi karena ekstrak yang digunakan untuk membunuh Artemia
salina Leach jumlahnya lebih sedikit. Aktivitas sitotoksisitas suatu senyawa dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu aktivitas tinggi LC
50
10µgml,
Universitas Sumatera Utara
aktif10µgml LC
50
50µgml, aktif sedang 50µgml LC
50
100µgml, dan tidak aktif LC
50
100µgml. Hasil Uji sitotoksisitas dari ekstrak simplisia daun sirsak menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan, ekstrak etilasetat, dan ekstrak etanol
memiliki aktivitas yang tinggi dengan LC
50
10µgml. Ekstrak etanol memiliki harga LC
50
yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak n-heksan dan ekstrak etilasetat dan menunjukkan sifat sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak
n-heksana dan ekstrak etilasetat. Hasil perhitungan LC
50
ekstrak simplisia daun sirsak dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 39.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN