Logika Penentuan Jumlah Produksi Optimal Minuman Teh Menggunakan Metode Fuzzy Sugeno Dan Metode Fuzzy Tsukamoto (Studi Kasus : PT.Sinar Sosro Tanjung Morawa)

benar dengan tingkat akurasi yang tepat, sehingga model yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan dari masalah yang diteliti. 3. Fase Pemilihan Selection Phase . Dalam fase ini dilakukan pencarian alternatif solusi yang sesuai dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Dimana dibuat suatu keputusan yang nyata untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase desain dan pemilihan kurang jelas, karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut, yaitu analis bias saja kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain.

2.2 Logika

Fuzzy Menurut Sri Kusuma Dewi dan Hari Purnomo 2004 Logika Fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk soft computing. Logika Fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy . Pada teori himpunan fuzzy , peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut. Menurut Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo 2004 metode yang akan dibandingkan pada penelitian ini adalah metode fuzzy Sugeno dan metode fuzzy Tsukamoto. Hal ini dikarenakan logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output misalnya studi kasus di PT.Sinar Sosro jika manajer pergudangan mengatakan pada manajer produksi seberapa banyak persediaan barang pada akhir minggu ini, kemudian manajer produksi akan menetapkan jumlah barang yang harus di produksi esok hari. Contoh pemetaan input ke dalam suatu ruang output bisa dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Contoh pemetaan input-output Antara input dan output terdapat satu kotak hitam yang harus memetakan input ke output yang sesuai.Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy , antara lain: 1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti. 2. Logika fuzzy sangat fleksibel. 3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat. 4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks. 5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman - pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. 6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional. 7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Pada himpunan tegas crisp , nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan µA[x], memiliki 2 kemungkinan, yaitu: 1. satu 1, yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau 2. nol 0, yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan. Contoh Jika diketahui: S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} adalah semesta pembicaraan. A = {1, 2, 3} B = {3, 4, 5} bisa dikatakan bahwa: a. Nilai keanggotaan 2 pada himpunan A, µA[2]=1, karena 2אA. b. Nilai keanggotaan 3 pada himpunan A, µA[3]=1, karena 3אA. c. Nilai keanggotaan 4 pada himpunan A, µA[4]=0, karena 4בA. d. Nilai keanggotaan 2 pada himpunan B, µB[2]=0, karena 2בB. e. Nilai keanggotaan 3 pada himpunan B, µB[3]=1, karena 3אB. Contoh umum perhitungan logika fuzzy pada temperatur ruangan, pada variabel temperatur ada 5 yaitu DINGIN, SEJUK, NORMAL, HANGAT, dan PANAS dapat dilihat pada gambar 2.3. Gambar 2.3. Himpunan F uzzy Variabel Temperatur Nilai variabel pada gambar diatas [0 40] merupakan keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy yang disebut dengan semesta pembicaraan. Selanjutnya, keseluruhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy merupakan nilai domain. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Contoh domain himpunan fuzzy pada temperatur: a. DINGIN = [0 20] b. SEJUK = [15 25] c. NORMAL = [20 30] d. HANGAT = [25 35] e. PANAS = [30 40] Pada proses perhitungan fuzzy perlunya suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya sering juga disebut dengan derajat keanggotaan yang memiliki interval antara 0 sampai 1 yang disebut fungsi keanggotaan membership function . Ada beberapa fungsi keanggotaan yang bisa digunakan yaitu representasi linear naik dan linear turun, representasi kurva segitiga dan representasi kurva trapesium. Contoh kurva fungsi keanggotaan linear naik dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4 Kurva Keanggotaan Linear Naik Fungsi keanggotaan : Perhitungan kurva fungsi keanggotaan PANAS pada variabel temperatur ruangan dapat dilihat pada gambar 2.5. μpanas [32] = 32-2535-25 = 710=0,7 Gambar 2.5 Kurva Keanggotaan Panas Contoh kurva fungsi keanggotaan linear turun dapat dilihat pada gambar 2.6: Gambar 2.6 Kurva Keanggotaan Linear Turun Fungsi keanggotaan: Fungsi keanggotaan untuk himpunan DINGIN pada variabel temperatur ruangan dapat dilihat pada gambar 2.7. μDINGIN [20] =30-2030-15= 1015 = 0,667 Gambar 2.7 Kurva Keanggotaan Dingin Contoh kurva fungsi keanggotaan segitiga dapat dilihat pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Kurva Keanggotaan Segitiga Fungsi keanggotaan : Misalnya fungsi keanggotaan untuk himpunan NORMAL dapat dilihat pada gambar 2.9 . Gambar 2.9 Fungsi Keanggotaan NORMAL µNORMAL [23] = 23-15 25-15 = 810 = 0,8 Contoh kurva fungsi keanggotaan trapesium dapat dilihat pada gambar 2.10. Gambar 2.10 Kurva Keanggotaan Trapesium Fungsi keanggotaan : Fungsi keanggotaan untuk himpunan NORMAL pada variabel temperatur ruangan terlihat pada Gambar 2.11. μNORMAL[32] = 35-3235-27 = 38 = 0,375 Gambar 2.11 Kurva Keanggotaan Normal Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan secara khusus untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy . Ada 3 operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh, yaitu: a. Operator AND : Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. α–predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan yang bersangkutan. b. Operator OR : Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α– predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan yang bersangkutan. c. Operator NOT : Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan. α–predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari 1. Setelah menentukan operasi fuzzy, perlunya untuk membuat suatu aturan implikasi pada proses perhitungan fuzzy . Bentuk umum dari aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi adalah: IF x is A THEN y is B dengan x dan y adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan fuzzy . Proposisi yang mengikuti IF disebut sebagi anteseden, sedangkan proposisi yang mengikuti THEN disebut sebagai konsekuen. Proposisi ini dapat diperluas dengan menggunakan operator fuzzy , seperti: IF x1 is A1 o x2 is A2 o x3 is A3 o ...... o xN is AN THEN y is B dengan o adalah operator misal: OR atau AND . Setelah menghitung predikat aturan yang telah ditentukan, nilai defuzzifikasi dapat dapat diperoleh dengan perhitungan Weight Average. WA = α1Z1 + α2Z2 + α3Z3 + .... + αηZη α1 + α2 + α3 + .... + αη Dengan αη : Nilai predikat aturan ke-n Zη : Indeks nilai output ke –n

2.3 Metode