pagelaran seni dan hal lainnya. Sikap nasionalisme pun ditunjukan warga Indonesia non eksil yang berada di sekitar Eropa. Mereka ikut membantu
menyumbang berdirinya Restoran Tanah Air. Kontribusi eksil ditunjukan dengan kesedian Dimas mengisi dan menulis kolom Tahanan Politik
walau saat itu ia menjadi eksil di Prancis. “Tjai juga akan membuat riset bentuk usaha apa yang ingin
kita bangun, apakah PT atau ko…”“Koperasi. Sudah pasti koperasi” kata Tjai tegas.
“Oke, koperasi,” kata Mas Nug dengan patuh hingga aku bertanya-tanya, siapa sesungguhnya yang lebih ditakuti dalam
kelompok ini.
76
Rasa nasionalisme juga terarah kepada keinginan kembali ke Indonesia walau para eksil tertahan bertahun-tahun dan telah menetap di
Paris. Namun, tanggapan untuk kepulangan meraka berbeda-beda. Nugroho sudah merasa nyaman dan merasa tenang untuk menghabiskan
masa hidupnya di Paris. Tjai masih ingin terus mencoba kembali ke Indonesia meski tidak untuk menetap. Sedangkan Risjaf yang berhasil
mendapatkan visa Indonesia, tidak cukup tertarik karena dia sudah memiliki Istri dan anak di tempat pembuangnnya. Dimas adalah satu-
satunya orang yang tetap memiliki harapan kembali ke Indonesia walaupun kekuatan pemerintahan Orde Baru tetap kokoh dan belum bisa
digantikan. Dimas menginginkan jasadnya dikembumikan di Karet, Jakarta, meski belum diketahui saat itu pemerintahan Orde Baru akan
runtuh. Indonesia adalah tempat dia merasa pulang, tempat yang ia kenal harum tanahnya.
Sikap nasionalisme tidak hanya bisa ditunjukan dengan berada di Indonesia, sikap yang ditunjukan para eksil dapat dikategorikan menjadi
nasionalisme jarak jauh. Mereka menunjukan rasa nasionalisme dengan
76
Ibid., h. 103
membuka rumah makan masakan Indonesia di Paris, menggunakan sistem koperasi sebagai wadah bagi Restoran Tanah Air, hingga menggelar acar-
acara budaya Indonesia di restoran tersebut. Sebuah sikap mencintai tanah air yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Mereka tetap mencintai dan
menghargai Indonesia dengan memberikan kontribusinya di luar Indonesia.
D. Implikasi di Sekolah
Pembelajaran sastra di sekolah sudah seharusnya membangun kondisi siswa menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dalam memperluas
pengatahuan di bidang sosial, karena karya sastra banyak dipengaruhi oleh realitas yang terjadi pada dunia nyata. Kecakapan hidup dikelompokan
menjadi lima bagian: kecakapan mengenali diri atau personal, kecakapan berpikir, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejuruan.
Lima kecakapan tersebut masuk dalam ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan tingkat keceradaan peserta
didik yang telah dicapai. Ranah afektif berhubungan dengan sikap atau tingkah laku yang ditunjukan peserta didik dalam pembelajaran. Ranah
psikomotorik berhubungan dengan perkembangan peserta didik dalam menerapkan nilai-nilai yang didapat dalam kebiasaannya di kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan kajian terhadap novel Pulang karya Leila S. Chudori,
kompetensi dasar yang dapat digunakan pembelajaran di sekolah adalah menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik dari pembacaan penggalan
novel pada tingkat SMSMA kelas XII semester satu dalam aspek mendengarkan. Pembelajaran unsur instrinsik dan ektrinsik pada novel
Pulang dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami perasaan, imajinasi, kepekaan serta pemahaman terhadap lingkungan sekitar.
Ranah kognitif dapat dilihat dari kemampuan peserta didik memahami dan menafsirkan unsur-unsur intrinsik dan ektrinsik yang terkandung dalam
pembacaan penglaman novel. Setelah diketahui kemampuan pengatahuna peserta didik dalam memahami, guru mengamati sikap dan tingkah laku
peserta didik selam pembelajaran berlangsung. Bagaimana keterlibatan peserta didik selama pembelajaran, apakah peserta didik aktif, atau justru
peserta didik tidak tertarik dengan pembahasan yang dipelajari. Pengetahuan dan sikap dapat ditunjukan dalam pembelajaran berlangsung kemudian
dilanjutkan dengan pengamatan guru terhadap nilai-nilai yang dapat peserta didik terapkan untuk membangun kebiasaan sehari-hari. Peranan guru dalam
mengawasi peseta didik tidak hanya terjadi saat pembelajaran di kelas saja. Namun, dilakukan pula kontrol lapangan untuk membuat kebiasaan baru agar
membangun peserta didik menjadi individu yang lebih baik setelah pembelajaran usai.
Bila dikaitkan antara pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dengan kajian novel Pulang karya Leila S. Chudori, peserta didik
dapat menjadikan novel Pulang sebagai objek kajian untuk membahas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik dalam novel Pulang memiliki
keragamanan untuk dipahami, mulai dari tema, alur, tokoh dan penokohan, sudut pandang, serta gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang. Untuk
kajian ekstrinsik, peserta didik dapat mengambil kajian sosial, baik latar sosial, kondisi, atau peristiwa sosial yang terjadi. Pembahasan intrinsik dan ektrinsik
yang dilakukan peserta didik dapat menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan sosial, sikap kepekaan tersebut dapat berupa sikap toleransi,
mengahargai, dan tangung jawab. Guru berperan penting dalam mengarahkan peserta didik untuk menafsirkan data-data temuan dalam penerapan di
kehidupan sehari-hari. Terkadang pembelajaran hanya berakhir dalam memahami saja, tanpa tahu bagaimana pesan yang dapat diterapkan di
kehidupan sehari-hari yang dialami peserta didik. Novel Pulang memiliki kaitan latar sejarah Indonesia pada peristiwa
1965 dan 1998. Guru Bahasa dan Sastra Indoesia harus memiliki wawasan
seputar sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada latar novel tersebut. Pembelajaran peristiwa tersebut berhubungan dengan pembelajaran sejarah di
sekolah, kaitannya dengan peristiwa G30S dan Mei 1998. Tugas guru Bahasa dan Sastra Indonesia adalah berkoordinasi dengan guru sejarah untuk
menyatukan pemahaman seputar kejadian peristiwa tersebut, agar tidak terjadi perbedaan pendapat dalam menanggapi peristiwa tersebut sehingga
menimbulkan kebingungan peserta didik dalam memahami peristiwa sejarah Indonesia. Metode yang digunakan dalam pembelajaran memahami unsur
ektrinsik dapat digunakan metode tematik, yaitu menyatukan tema pembelajaran antara pelajaran Bahasa dan Sastra Indoensia dengan
pembelajaran sejarah melalui pembahasan latar sejarah peristiwa G30S atau Mei 1998. Kolaborasi pembelajaran juga membuka peluang untuk peserta
didik melebarkan wawasan baru dengan membaca literatur yang berkaitan dengan peristiwa tersebut. Dengan demikian kolaborasi antara pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia dengan sejarah menjadi pembelajaran menarik dan memudahkan siswa untuk memahami kedua mata pelajaran sekaligus.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NAMA SEKOLAH
SMAMA ....................... MATA PELAJARAN
Bahasa dan Sastra Indonesia
KELAS SEMESTER
XII dua belas 1 satu
PROGRAM ASPEK
PEMBELAJARAN
Mendengarkan
STANDAR KOMPETENSI
Memahami pembacaan novel
KOMPETENSI DASAR Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari
pembacaan penggalan novel
Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai Budaya
Dan Karakter Bangsa
Kewirausahaan Ekonomi Kreatif
Menjelaskan unsur-unsur –unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam penggalan novel yang
dibacakan. Kreatif
Bersahabat komunikatif
Gemar membaca
Keorisinilan Kepemimpinan
ALOKASI WAKTU 3 x 45 enit
TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN
Siswa mampu menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dari pembacaan penggalan novel
MATERI POKOK PEMBELAJARAN
Pembacaan penggalan novel Unsur-unsur intrinsik novel
Unsur-unsur ektrinsik novel
METODE PEMBELAJARAN
1. Diksusi
2. Presentasi
KEGIATAN PEMBELAJARAN TAHAP
KEGIATAN PEMBELAJARAN Nilai Budaya Dan