Latar Belakang Masalah PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan Departemen Kesehatan, 1988 dalam Saputra , 2010 dan setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing seperti Ayah, Ibu, dan Anak – anak Efendi, 1998 dalam Saputra, 2010. Setiap anggota keluarga memiliki kebutuhan dasar fisik, pribadi dan sosial yang berbeda dan terbagi dalam 5 fungsi dasar Fungsi afektif, Fungsi Sosialisasi, Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi dan Fungsi perawatan Friedman, 1998 dalam Saputra, 2010. Indonesia termasuk salah satu Negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah ekonomi seperti kemiskinan, krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita gangguan jiwa Notosoedirjo, 2005 dalam Nasution, 2014,secara umum gangguan jiwa disebabkan kerena adanya tekanan psikologi yang disebabkan oleh adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu, jenis gangguan jiwa cukup bervariasi tergantung dari jenis gangguan jiwa apa yang dialami, salah satunya adalah Skizofrenia. Gangguan jiwa jenis skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif berupa menarik diri, isolasi sosial, halusinasi, kekacauan pikiran, gelisah, dan perilaku aneh atau bermusuhan Sadock, 2003 dalam Nasution, 2014. Penderita gangguan jiwa merupakan bagian dari anggota keluarga, keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat dan sakit. Pada umumnya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup lagi merawat keluarganya yang sakit, oleh karena itu asuhan keperawatan jiwa yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan klien tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan peran serta keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan tersebut Keliat, 1996 dalam Nasution, 2014. Keliat juga mengemukakan pentingnya peran serta keluarga dalam perawatan jiwa yang dapat dipandang dari berbagai segi : a Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, b Keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantungan dengan anggota keluarga yang lain, c Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien seumur hidup tetapi fasilitas yang hanya membantu klien dan keluarga sementara, d Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang. Laporan American Psychiatric Association 1995 dalam Saputra, 2010 menunjukkan bahwa prevalensi skizofrenia adalah 1 dari populasi penduduk dunia menderita gangguan jiwa, sedangkan di Indonesia sekitar 1 hingga 2 dari total jumlah penduduk dan jumlah ini terus bertambah Irmansyah, 2004 dalam Saputra, 2010. Hal ini didukung oleh penelitian Pariwisata 2006dalam Saputra, 2010 bahwa prevalensi skizofrenia di negara berkembang dan negara maju adalah hampir relatif sama yaitu sekitar 20 dari jumlah penduduk dewasa dan begitu juga di Indonesia.Porkony dkk 1993 dalam Saputra, 2010 melaporkan bahwa 49 penderita skizofrenia mengalami rawat ulang setelah follow up selama 1 tahun, sedangkan penderita- penderita non skizofrenia hanya 28. Sekitar 10-60 pasien skizofrenia sering mengalami kekambuhan.Keliat, 1996 dalam Nasution, 2014 mengemukakan bahwa 25 sampai 50 klien yang pulang dari Rumah Sakit Jiwa tidak meminum obat secara teratur sehingga klien seringkali kambuh dan kembali ke Rumah Sakit Jiwa untuk rawat jalan. Salah satu yang menyebabkan kondisi ini adalah keluarga tidak rutin membawa klien berobat ke fasilitas kesehatan yang ada. Proses penyembuhan pada pasien gangguan jiwa harus dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga. Tanpa itu, sama halnya dengan penyakit umum, penyakit jiwa pun bisa kambuh Wirawan, 2006 dalam Saputra, 2010 karena keluarga yang penuh konflik akan sangat mengganggu ruang hidup yang ada pada keluarga dan akibatnya lebih beresiko pada kekambuhan pasien skizofrenia, seperti tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar, akan tetapi terlalu memanjakan juga tidak baik Rubbyana, 2012dalam Saputra, 2010 . Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu pasien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai pasien secara pribadi dan membantu pemecahan masalah pasien Gilang, 2001 dalam Saputra, 2010. Berdasarkan penuturan dari Ny. S yang salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia, bahwa keluarga pernah putus asa dan depresi ketika harus mengasuh Tn. R yang menderita gangguan jiwa dengan bukti informasi dari petugas puskesmas jika Tn. R pernah di pasung agar tidak marah – marah dan merepotkan anggota keluarga, tetapi setelah mendengar edukasi dari petugas puskesmas keluarga menjadi tau bagaimana cara merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Dan keadaan ini cukup menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa Skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.

1.2 Rumusan Masalah