Ambik Sakimun Hubungan Patron Klien antara Petani Sawit Lahan Gambut dengan Buruh Tani di Desa Rokan Baru Kecamatan Pekaitan Kabupaten Rokan Hilir

yang kurang, Pak Giso bekerja menjadi buruh tani bagi petani-petani yang berasal dari luar Desa Rokan Baru. Saat ini ia menjadi buruh tani Bapak Saam, yaitu seorang petani yang berasal dari Kota Pinang.

b. Ambik

Bapak Kastari 47 Tahun adalah sesosok petani padi yang cukup ulet, ia menanam padi di lahan miliknya yang tidak terlalu luas. Tidak hanya bergantung pada hasil panen padi dari lahan miliknya saja, tetapi ia juga memanfaatkan waktu luangnya dengan melakukan berbagai kegiatan lain, yg dapat menjadi penghasilan tambahan baginya kelak. Bapak Kastari bukan warga asli Desa Denai Kuala, ia lahir di Desa Sialang Bangun Purba. Pada tahun 1964 ketika ia masih bayi, kedua orangtuanya membawanya pindah dari Bangun Purba ke Desa Denai Kuala Lama. Bapak Kastari menjadi penduduk Desa Denai Kuala pada tahun 1982, ketika ia menikahi seorang gadis asli Desa Denai Kuala lalu kemudian mereka tinggal di dusun III, Desa Denai Kuala. Bapak Kastari dan istri yang bersuku jawa dikaruniai 4 orang anak, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. 2 orang anaknya yang perempuan sudah menikah dan memiliki anak, hal ini dikarenakan umumnya warga Desa DenaiKuala menikah pada usia muda. Anaknya yang laki-laki belum menikah dan saat ini masih tinggal bersama bapak Kastari, dahulu anak bapak Kastari yang laki-laki

c. Sakimun

Bapak ini sudah bertani sejak masa lajang namun mulai mengolah lahan sendiri tahun 2003 dan menjadi buruh tani semenjak 2011. Bapak ini memiliki lahan seluas 3 hektar. Bapak Gisober-etnis Jawa dan telah tinggal di Desa Rokan Baru semenjak ia dilahirkan. Orang tua Bapak Sakimun adalah masyarakat transmigran yang pertama kali di datang dari Pulau Jawa dan menempati desa ini. Bapak Giso memiliki seorang istri dan 3 orang anak. Pendidikan yang dikenyamnya hanya sebatas tamatan sekolah dasar SD. Sulitnya ekonomi orang tua di masa kecil membuat Bapak Sakimun harus menamatkan sekolahnya sampai SD. Meskipun Bapak Sakimunhanya tamat sekolah dasar SD namun Ia tidak ingin anak-anaknya tidak memiliki sekolah yang tinggi, ia selalu bertekad dan berusaha agar anaknya dapat mendapatkan pendidikan yang lebih baik darinya. Bahkan Bapak Giso sangat ingin melihat anaknya bisa kuliah. Anaknya yang pertama laki-laki sekarang ia sekolahkan di salah satu sekolah SMA di Kota duri. Sedangkan anaknya yang kedua adalah perempuan yang sekarang masih duduk di bangku SMP kelas 2. Kemudian anaknya yang ketiga yaitu seorang perempuan sekarang sedang duduk di kelas 6 SD yang ada di Desa itu. Alasan Bapak Sakimun menjadi buruh tani adalah untuk menambah penghasilan keluarganya. Terutama untuk mencukupi kebutuhan sekolah anak-anaknya. Sebab, Bapak Sakimun mengatakan bahwa upah hasil menjadi buruh taninya kerap ia tabung untuk kebutuhan sekolah anaknya di masa depan. Akan tetapi uang yang ia tabung tersebut juga tidak jarang dipakai untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya yang beraneka ragam.

d. Sumardi