Pengertian, Dasar Falsafah dan Hukum Bank Syariah Arti Perbankan Syariah Dasar dan Falsafah Bank Syariah

24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian, Dasar Falsafah dan Hukum Bank Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi intermediary institution, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk fasilitas pembiayaan.

2.1.2 Arti Perbankan Syariah

Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1992,”Bank syariah adalah bank umum atau bank perkreditan rakyat yang melakukan kegiatan usaha semata-mata berdasarkan prinsip syariat Islam”. Lebih jauh purwatmadja dan Antonio 1999:1 menjelaskan bahwa yang dimaksud bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam atau mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam hal ini praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba dijauhi, untuk diganti dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan. Universitas Sumatera Utara 25

2.1.3 Dasar dan Falsafah Bank Syariah

Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah kepada manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar- besarnya bagi kesejahteraan manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini, Allah tidak meninggalkan manusia sendiri tetapi diberikannya petunjuk melalui rasul- Nya. Dalam petunjuk ini Allah berikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik aqidah,akhlak,maupun syariah. Dua komponen yang utama sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun komponen syariah senantiasa diubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf perbedaan umat, dimana seoarang Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, ia bukan saja komprehensif tetapi juga universal. Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk menyempurnakannya. Komprehensif, berarti ia merangkum seluruh aspek kehidupan baik ritual maupun social ibadah maupun muamalah. Ibadah diperlukan dengan tujuan untuk menjaga ketaatan, dan harmonisnya hubungan manusia dengan kholiqnya, serta untuk mengingatkan secara berkelanjutan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Ketentuan-ketentuan muamalah diturunkan untuk menjadi rule of the game dalam keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Universal, bermakna ia dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti, Keuniversalan ini akan tampak jelas sekali terutama dalam special treatmentbagi muslim dan membedakannya dari non muslim. Universitas Sumatera Utara 26 Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali, yang artinya: dalam bidang kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita. Sifat eksternal muamalat ini dimungkinkan karenea adanya yang dinamakan tsabit wa mutaghayyirat prinsip dan variabel dalam islam. Kalau kita ambil contoh sektor ekonomi seperti: larangan riba, adanya prinsip bagi hasil, prinsip pengambilan keuntungan, pengenaan zakat, dan lain-lain. Variabel merupakan instrumen-instrumen untuk melaksanakan prinsip-prinsip tadi seperti: mudharabah, musyarakah, murabahah,dan sebagainya. Disinilah tugas cendikiawan muslim sepanjang zaman untuk menerapkan teknik penerapan prinsip-prinsip tapi dalam variabel-variabel sesuai dengan situasi dan kondisi sesama. Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan didunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntutan agama harus dihindari: a. Menjatuhkan diri dari unsur riba, dengan cara: a. Menghindari penggunaan sistem yang menerapkan dimuka secara pasti keberhasilan usaha QS.Luqman:34; b. Menghindari penggunaan sistem persentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang Universitas Sumatera Utara 27 mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis hutangsimpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu QS.Ali Imran:130; c. Menghindari penggunaan sistem perdaganganpenyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas HR.Muslim; d. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka tambahan atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela HR.Muslim. b. Menetapkan sistem bagi hasil dan perdagangan Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dengan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barangjasa, uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barangjasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi.

2.1.4 Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia