C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas
Hasil analisis data untuk menguji perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku meyontek ditinjau dari fakultas diketahui bahwa ada
perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas. Hasil ini berdasarkan nilai probabilitas Sig. 0,000 yang lebih
kecil dari alpha 0.05. Berdasarkan deskripsi data tentang perbedaan sikap mahasiswa
terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas diperoleh hasil 10 mahasiswa mempunyai sikap sangat tinggi, 20 mahasiswa mempunyai
sikap tinggi, 24 mahasiswa mempunyai sikap cukup tinggi, 59 mahasiswa mempunyai sikap rendah, dan 230 mahasiswa mempunyai sikap sangat
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mempunyai sikap sangat rendah terhadap perilaku menyontek.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Adanya perbedaan sikap
mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas dapat ditunjukkan pada mean dan penilaian perbedaan sikap mahasiswa
terhadap perilaku menyontek berdasarkan PAP II. Mean pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan adalah 33,02 masuk ke dalam kategori
sangat rendah. Mean pada Fakultas Ekonomi adalah 38,52 masuk ke dalam kategori rendah. Mean pada Fakultas Sastra adalah 32,30 masuk ke
dalam kategori sangat rendah. Mean pada Fakultas Sains dan Teknologi adalah 31,33 masuk ke dalam kategori sangat rendah. Mean pada Fakultas
Teologi adalah 27,73 masuk ke dalam kategori sangat rendah. Mean pada Fakultas Farmasi adalah 31,38 masuk ke dalam kategori sangat rendah.
Mean pada Fakultas Psikologi adalah 29,17 masuk ke dalam kategori sangat tidak setuju. Fakultas Ekonomi memiliki nilai mean paling tinggi
dibandingkan dengan fakultas lain, sedangkan Fakultas Teologi memiliki nilai mean yang paling rendah dibandingkan dengan fakultas lainnya.
Meskipun Fakultas Ekonomi memiliki sikap rendah atau tidak setuju, fakultas ekonomi adalah fakultas yang lebih setuju terhadap perilaku
menyontek dibandingkan dengan fakultas lain. Sedangkan mahasiswa fakultas teologi memiliki sikap paling rendah atau paling tidak setuju
terhadap perilaku menyontek. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan
Premaux, Lin Wen Mujahidan, 2009 yang menyatakan bahwa mahasiswa di fakultas teknik, matematika, kedokteran dan ekonomi lebih
sering menyontek daripada mahasiswa di fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa fakultas ekonomi,
fakultas sains dan teknologi, dan fakultas farmasi memang memiliki mean yang lebih tinggi dibandingkan fakultas psikologi dan fakultas teologi.
Namun, fakultas sastra yang tergolong dalam ilmu humaniora ternyata memiliki mean di atas fakultas sains dan teknologi dan fakultas farmasi.
Perbedaan ini disebabkan karena tingkat kesulitan mata kuliah masing- masing fakultas berbeda.
Penelitian ini juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan Micehel Seguin yang menunjukkan bahwa perilaku menyontek lebih
banyak dilakukan oleh mahasiswa Sains dan Manajemen daripada mahasiswa Ilmu Humaniora, ilmu komunikasi, Politik dan Hukum,
Pendidikan dan Seni. Dalam penelitian ini, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan serta fakultas sastra memiliki mean yang lebih tinggi
dibandingkan dengan fakultas sains dan teknologi. 2. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari
Motivasi Belajar Hasil analisis data untuk menguji perbedaan sikap mahasiswa
terhadap perilaku meyontek ditinjau dari motivasi belajar diketahui bahwa ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau
dari fakultas. Hasil ini berdasarkan nilai probabilitas Sig. 0,000 yang lebih kecil dari alpha 0.05.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Adanya perbedaan sikap
mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar dapat ditunjukkan pada mean dan penilaian perbedaan sikap mahasiswa
terhadap perilaku menyontek berdasarkan PAP II. Mean pada motivasi belajar sangat tinggi adalah 36,67 masuk ke dalam kategori rendah. Mean
pada motivasi belajar tinggi adalah 29,61 masuk ke dalam kategori sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rendah. Mean pada motivasi belajar cukup adalah 33,88 masuk ke dalam kategori sangat rendah. Mean pada motivasi belajar rendah adalah 33,41
masuk ke dalam kategori sangat rendah. Mean pada motivasi belajar sangat rendah adalah 38,76 masuk ke dalam kategori rendah. Mahasiswa
dengan motivasi belajar sangat rendah memiliki nilai mean paling tinggi. Sedangkan mahasiswa dengan motivasi belajar tinggi memiliki nilai mean
paling rendah. Meskipun mahasiswa dengan motivasi belajar sangat rendah memiliki mean dalam kategori sikap rendah, mahasiswa dengan
motivasi sangat rendah adalah fakultas yang lebih setuju terhadap perilaku menyontek dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi
belajar yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan Aryani, dkk yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan negatif antara motivasi diri dengan kecenderungan
menyontek. Artinya, semakin tinggi motivasi diri maka semakin rendah kecenderungan menyontek. Hasil analisis data menunjukkan tingkat
motivasi diri pelajar SMK PGRI 1 Pacitan Jawa Timur secara umum termasuk kategori tinggi atau positif yaitu sebesar 50. Hasil penelitian
ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan Winkel 2004 bahwa peranan dari motivasi adalah mempengaruhi kuat lemahnya semangat
belajar. Individu yang memiliki motivasi tinggi dalam mencapai tujuan, ketika menghadapi masalah akan melakukan tindakan-tindakan yang
positif untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan bagi individu yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memiliki motivasi rendah akan cenderung bermalas-malasan dan melakukan tindakan negatif.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh tekanan dalam diri seseorang untuk medapatkan nilai yang tinggi. Tekanan ini dapat timbul karena
adanya kompetisi dalam kelas. Haryono, dkk 2001, mengatakan bahwa pelajar yang mempersepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan
terdorong untuk melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi persepsi pelajar terhadap intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula
perilaku menyontek yang terjadi. Tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi menyebabkan pelajar cemas. Perasaan cemas tersebut akan
mendorong individu untuk melakukan upaya demi mencapai tujuannya, yaitu belajar atau menyontek. Di antara dua alternatif tersebut, menyontek
lebih sering dilakukan sebab menuntut usaha yang minimal tetapi efektif untuk mencapai tujuan.
72
BAB VI PENUTUP