Analisa Kasus PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN

Untuk pembagian tersebut, kurator membuat daftar pembagian yang harus disetujui oleh hakim pengawas yang berisi: 190 1. Perincian tentang jumlah uang yang diterima dan jumlah uang yang dikeluarkan, termasuk upah kurator. 2. Nama-nama kreditor yang telah disetujui dan jumlah uang yang telah mendapat veriikasi. 3. Pembayaran-pembayaran yang akan dilakukan terhadap semua tagihan-tagihan. Semua hasil pelelangan harta pailit ditambah hasil-hasil yang diperoleh dari tagihan piutang si pailit dan dikurangi dengan biaya-biaya kepailitan dan hutang- hutang harta pailit merupakan harta yang akan dibagi kepada kreditor yang berkepentingan dengan urutan-urutan sebagai berikut: 191 1. Kreditor-kreditor yang mempunyai hak istimewa 2. Kreditor-kreditor yang piutangnya dijamin dengan hipotik, hak tanggungan dan gadai, tetapi belum dibayar lunas. 3. Kreditor-kreditor konkuren yang pembagiannya sesuai dengan imbangan jumlah piutangnya. Dengan telah berakhirnya masa kepailitan kurator berkewajiban untuk : 192 1. Mengumumkan berakhirnya kepailitan itu dalam berita Negara dan dalam surat kabar 2. Memberikan perhitungan tanggung jawab tentang pengurusan dan penguasaan serta pemberesan yang telah dilakukan kepada hakim pengawas. 3. Mengembalikan seluruh buku-buku dan surat-surat milik si debitor pailit.

D. Analisa Kasus

Pada tanggal 10 Mei 1998, PT. Bank Credit Lyonnais Indonesia yang merupakan salah satu kreditur dari PT. Sandjaja Graha Sarana memohon pailit atas 190 Victor M Situmorang dan Hendri Soekarso, Pengantar Hukum Kepailitan di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hal. 97 191 Martiman Prodjohamidjojo, Op.cit., hal. 79 192 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Buku 8, Perwasitan, Kepailitan dan Penundaan Pembayaran , Jakarta: Djambatan, 1992, hal. 51 Universitas Sumatera Utara PT. Sandjaja Graha Sarana karena adanya utang sebesar US 1.926.555.08 yang terdiri atas utang pokok dan utang bunga. Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih sejak tanggal 26 Agustus 1998 tetapi sampai dengan tanggal yang ditentukan bank tidak menerima pembayaran dari perusahaan tersebut. Bank telah memperingatkan dan menagihnya berkali-kali kepada perusahaan tersebut namun PT. Sandjaja Graha Sarana tidak juga melakukan pembayaran. Untuk menjamin pelunasan hutang PT. Sandjaja Graha Sarana memberikan jaminan berupa sebidang tanah dan bangunan yang diikat dengan hak tanggungan. Selain dengan PT. Bank Credit Lyonnais, PT. Sandjaja Graha mempunyai pinjaman pada BNP Lippo yang juga telah jatuh tempo dan tidak ada pembayaran sama sekali macet. Kemudian PT. Bank Credit Lyonnais mengajukan permohonan pailit kepada pengadilan niaga dan permohonan kepailitan yang diajukan oleh PT. Bank Credit Lyonnais itu diterima untuk diperiksa dan selanjutnya diputuskan. Secara otomatis PT. Sandjaja Graha Sarana menjadi kehilangan haknya untuk melakukan pengusaan dan pengurusan atas harta kekayaanya dan selanjutnya penguasaan dan pengurusan harta kekayaan PT. Sandjaja Graha Sarana diurus oleh Kurator dan Putusan pailit ini juga membawa akibat kepada kreditur yaitu haknya di tangguhkan selama 90 hari berdasarkan pasal 56 Undang-Undang kepailitan. Hak tanggungan merupakan hak yang fakultatif yaitu suatu kaedah yang boleh tidak dilaksanakan tetapi apabila pemegang hak itu hendak memenuhi haknya pihak lain tidak boleh menghalang-halangi pemenuhan hak tersbut. Dengan demikian apabila debitor pemberi hak tanggungan cidera janji ataupun dinyatakan pailit, maka Universitas Sumatera Utara para kreditor pemegang hak tanggungan boleh memilih apakah dengan melakukan eksekusi sendiri berdasarkan parate eksekusi kekuasaan mengeksekusi sendiri sehingga seolah-olah tidak terjadi kepailitan ataukah memilih untuk memailitkan si debitor pemberi hak tanggungan tersebut dengan resiko bahwa hak eksekusi kreditor tersebut ditangguhkan selama 90 sembilan puluh hari sejak tanggal putusan pailit ditetapkan dan berkurangnya hasil likuidasi barang jaminan untuk memenuhi klaim dari kreditor lain. Ditangguhkannya hak ekesekusi kreditor ini sebenarnya merugikan kreditur karena kreditur separatis dengan kekuasaan sendiri dapat melakukan eksekusi. Setelah ditangguhkan selama 90 sembilan puluh hari dan debitur dinyatakan insoleven maka kreditur pemegang hak tanggungan dapat melaksanakan haknya untuk mengeksekusi objek hak tanggungan selama 2 dua bulan. Waktu 2 dua bulan ini adalah sangat singkat untuk mencari pembeli dengan harga yang terbaik yang sesuai untuk melunasi piutang mereka yang dibebani hak tanggungan tersebut. Ketentuan ini sangat merugikan kreditur karena dalam keadaan normal pun sangat sulit bagi kreditor pemegang hak tanggungan untuk melakukan penjualan aset tidak bergerak Dalam waktu yang telah ditentukan ternyata PT. Bank Credit Lyonnais tidak mampu menjual tanah tersebut sehingga hak untuk melakukan eksekusi berpindah ke tangan kurator. Dengan demikian penangguhan eksekusi ini sangat tidak menguntungkan bagi kreditor pemegang hak tanggungan karena mereka tidak dapat melaksanakan haknya untuk mengeksekusi dengan segera untuk memperoleh piutang dan juga akan Universitas Sumatera Utara menghadapi resiko berkurangnya nilai likuidasi barang jaminan tersebut serta harus membayar biaya honor kurator sebesar kurang lebih 5 lima persen yang dihitung dari total asset yang akan dieksekusi Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 19

0 0 13

PENDAHULUAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Dan Undang – Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penunda

0 2 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN Tinjauan Yuridis Tentang Hak Kreditor Dalam Melaksanakan Eksekusi Selaku Pemegang Hak Tanggungan Dikaitkan Dengan Undang – Undang Nomor 4 Tah

0 0 22

PELAKSANAAN EKSEKUSI BARANG JAMINAN PADA MASA PENANGGUHAN (STAY) YANG DILAKUKAN OLEH KREDITOR SEPARATIS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN P.

0 0 2

HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SEBAGAI PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DAN UNDANG-UNDAN.

0 0 1

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR SEPARATIS SEHUBUNGAN DENGAN PENOLAKAN PERMOHONAN KEPAILITAN OLEH HAKIM PENGADILAN NIAGA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILIT.

1 2 1

IMPLIKASI PEMBATALAN KEPAILITAN TERHADAP KEDUDUKAN BANK SEBAGAI KREDITOR SEPARATIS YANG MEMEGANG HAK TANGGUNGAN DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN K.

0 0 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996 DALAM HAL PENANGGUHAN EKSEKUSI JAMINAN UTANG DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN 2004 TE.

0 1 1

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITOR BERKAITAN DENGAN KEPASTIAN PEMBAYARAN OLEH DEBITOR SEJAK DITETAPKANNYA MASA INSOLVENSI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUN.

0 0 1