Distribusi Suhu Permukaan Pengaruh Perubahan Penutupan Lahan Terhadap Distribusi Suhu Permukaan di Kota Bogor Dengan Menggunakan Citra Satelit Landsat dan Sistem Informasi Geografis

5.3. Distribusi Suhu Permukaan

Pada penelitian ini suhu yang digunakan adalah suhu permukaan yang berarti bahwa suhu yang didapatkan berasal dari hasil pemotretan satelit pada waktu itu juga. Jadi, suhu permukaan ini merupakan suhu pada satu waktu dan bukan merupakan suhu rataan dari berbagai waktu dan berbagai kondisi. Perlu diketahui juga bahwa suhu ini adalah suhu yang ditangkap citra diatas permukaan suatu benda di permukaan bumi sehingga hasilnya akan sangat berbeda dengan suhu yang didapat dengan pengukuran manual menggunakan termometer. Distribusi suhu permukaan didapatkan dengan cara mengkonversi band 6 citra Landsat menggunakan perangkat lunak ERDAS Imagine 9.0. Pengkonversian band 6 ini dilakukan dengan membuat model pada model maker yang ada pada lunak ERDAS Imagine 9.0. Model maker dibuat untuk mengkonversi nilai-nilai pixel pada band 6. Menurut USGS dalam Panuju et al. 2003 konversi data citra menjadi data temperatur menggunakan 2 tahapan konversi yaitu : 3. Konversi Digital Number DN menjadi spectral Radiance L λ Radiance L λ = gain x DN+ offset Dimana : L λ = Radian Spektral dalam watt Gain merupakan konstanta: 0,05518 DN Digital Number berasal dari nilai pixel pada citra Offset merupakan konstanta 1,2378 Rumus diatas merupakan hasil penyederhanaan dari rumus : L λ = Lmax-LminQCALmax-QCALminx QCAL-QCALmin+Lmin Dimana: QCALmin=1, QCALmax=255, dan QCAL=Digital Number Lmin dan Lmax adalah radian spektral spektral radiance menjadi temperatur. 4. Konversi Radian Spektral Spectral Radiance menjadi temperatur. Citra band thermal band 6 dapat dikonversi menjadi peubah fisik dengan asumsi bahwa emisinya adalah satu. Persamaan konversi radian spektral menjadi temperatur adalah sebagai berikut: T = K2lnK1 L λ +1 Dimana: T = Temperatur K1 = Konstata dalam watts dengan nilai 666,09 ETM+ dan 607,76 untuk TM K2 = Konstata Kelvin dengan nilai 1282,71 untuk ETM+ dan 1260,56 untuk TM L λ = Radian Spektral dalam watt. Proses klasifikasi suhu permukaan dibedakan menjadi 11 kelas suhu permukaan yaitu 20 O C, 20-21 O C, 21-22 O C, 22-23 O C, 23-24 O C, 24-25 O C, 25- 26 O C, 26-27 O C, 27-28 O C, 28-29 O C, ≥ 29 O C. Klasifikasi dilakukan secara otomatis oleh model pada model maker ERDAS Imagine 9.0 berdasarkan 11 kelas di atas. Dari hasil klasifikasi citra Landsat TM 1997 dan ETM 2006 didapatkan suhu terendah 20 O C dan suhu tertinggi 29 O C. Pada kelas suhu 20 O C dan ≥ 29 O C dari hasil klasifikasi tidak ditemukan di Kota Bogor.

5.3.1. Distribusi Suhu Permukaan Berdasarkan Hasil Konversi Citra

Landsat Band 6 Tahun 1997 Dari hasil konversi citra Landsat TM 1997 diperoleh 9 kelas distribusi suhu dengan luasan berbeda-beda untuk tiap kelasnya. Hasil perhitungan luasan pada tiap kelas distribusi suhu disajikan pada Tabel 7 sedangkan distribusi suhu dapat dilihat pada gambar 13. Tabel 7. Distribusi Suhu Permukaan Tahun 1997 No. Suhu O C Luas Ha Persentase 1. 20 2. 20-21 225,00 1,89 3. 21-22 727,20 6,10 4. 22-23 3231,00 27,12 5. 23-24 2152,44 18,07 6. 24-25 2021,40 16,97 7. 25-26 2345,40 19,69 8. 26-27 902,52 7,58 9. 27-28 300,24 2,52 10. 28-29 9,00 0,08 11. ≥29 0 0 Jumlah 11914,2 100 Gambar 13. Peta Distribusi Suhu Permukaan Bogor Tahun 1997. Dari hasil konversi diperoleh kelas suhu yang memiliki distribusi yang cukup luas adalah kelas suhu 22-23 O C hingga kelas suhu 25-26 O C pada masing- masing kelas suhu tersebut memiliki sebaran suhu lebih dari 2000 Ha, bahkan kelas suhu 22-23 O C memiliki penyebaran suhu 3231,00 Ha dengan persentase 27,12 dari total luasan Kota Bogor. Sedangkan untuk kelas suhu 20-21 O C, 21- 22 O C, 26-27 O C, 27-28 O C, dan 28-29 O C memiliki luasan kurang dari 1000 Ha bahkan untuk kelas suhu 28-29 O C penyebarannya hanya sebesar 9,00 Ha yaitu hanya 0,08 dari total luasan Kota Bogor. Kelas suhu 20-21 O C memiliki luasan 225,00 Ha dengan persentase 1,89 dari total luasan Kota Bogor. Berdasarkan hasil layout antara Peta Distribusi Suhu Permukaan Tahun 1997 dengan Peta Admnistratif Kota Bogor. Kelas suhu 20-21 O C menyebar di 5 kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Barat, Tanah Sereal, Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Bogor Selatan. Sedangkan di Kecamatan Bogor Utara tidak ditemukan adanya penyebaran kelas suhu ini. Dari hasil layout antara Peta Distribusi Suhu Permukaan Tahun 1997 dengan Peta Penutupan Lahan 1997 didapatkan bahwa kelas suhu 20-21 O C tersebar pada seluruh kelas penutupan lahan tidak terkecuali kelas penutupan lahan terbangun. Luasan terbesar dari kelas suhu ini terdapat pada kelas penutupan lahan bervegetasi. Terdapatnya kelas suhu 20-21 O C pada area terbangun mungkin disebabkan terdapatnya vegetasi disekitar terbangun. Kondisi vegetasi disekitar bangunan memberikan efek lebih dingin ke area sekitarnya. Kelas suhu 21-22 O C memiliki luas 727,20 Ha atau sebesar 6,10 dari total luasan Kotan Bogor. Luasan terbesar dari kelas suhu ini terdapat pada kelas penutupan lahan bervegetasi dengan luasan 330,84 Ha. Jika dilihat sebaran perkecamatan kelas suhu ini memiliki sebaran terluas di Kecamatan Bogor Selatan yaitu sebesar 128,16 Ha. Besarnya luasan kelas suhu ini di Kecamatan Bogor diduga disebabkan Kecamatan Bogor Selatan memiliki tutupan lahan bervegetasi yang luas pula. Kelas suhu 22-23 O C merupakan kelas suhu dengan luas penyebaran terbesar yaitu dengan luasan 3231,00 Ha dengan persentase 27,12 dari total luasan Kota Bogor. Kelas suhu ini menyebar diseluruh kelas penutupan lahan dan di seluruh kecamatan. Penutupan lahan yang memiliki luasan kelas suhu 22-23 O C terbesar adalah pentutupan lahan bervegetasi dengan luasan 1146,24 Ha dan sebaran terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Selatan dengan luasan 1458,72 Ha. Kelas suhu 23-24 O C, 24-25 O C, 25-26 O C merupakan suhu yang sebaran luasannya hampir sama yaitu dengan luasan 2152,44 Ha, 2021,40Ha, 2345,40 Ha dengan persentase masing-masing 18,07 , 16,97 , 19,69 dari total luas Kota Bogor. Penyebaran luasan ketiga kelas suhu ini merata di seluruh kelas penutupan lahan dan seluruh kecamatan. Persentase ketiga kelas suhu dari luasan total tiap kelas luasan tutupan lahan dan luasan tiap kecamatan tidak berbeda jauh. Kelas suhu 26-27 O C memiliki luas penyebaran 902,52 Ha yang berarti 7,58 dari total luas Kota Bogor. Luasan terbesar kelas suhu ini terdapat di kelas penutupan lahan terbangun. Kelas suhu ini memiliki penyebaran terluas di Kecamatan Bogor Barat dengan luas 234,36 Ha. Jika dibandingkan dengan luasan masing-masing kecamatan persentase penyebaran terbesar di Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 22,32 . Kelas suhu 27-28 O C menyebar pada seluruh kelas penutupan lahan dan seluruh kecamatan dengan luasan 300,24 Ha berarti 2,52 dari total luasan Kota Bogor memiliki suhu antara 27 O C hingga 28 O C. Dilihat dari luasan perpenutupan lahannya 94,12 Kelas suhu ini terdapat pada penutupan lahan terbangun yaitu sebesar 282,60 Ha. Kelas suhu 28-29 O C merupakan kelas suhu dengan penyebaran terkecil dengan luas penyebaran 9,00 Ha yaitu hanya 0,08 dari total luasan Kota Bogor yang memiliki suhu 28 O C hingga 29 O C. Kelas suhu ini menyebar tidak merata pada semua kelas penutupan lahan dan kecamatan. Kelas suhu ini hanya terdapat pada kelas penutupan lahan ladang dan terbangun dengan luasan masing-masing adalah 0,36 Ha dan 7,20 Ha. Dari proses layout dengan Peta Kecamatan hanya pada Kecamatan Bogor Utara yang tidak terdapat penyebaran kelas suhu ini.

5.3.2. Distribusi Suhu Permukaan Berdasarkan Hasil Konversi Citra

Landsat Saluran 6 Tahun 2006 Dari hasil konversi citra Landsat ETM 2006 diperoleh 9 kelas distribusi suhu dengan luasan berbeda-beda untuk tiap kelasnya. Proses konversi pada citra Landsat ETM 2006 berbeda dengan konversi citra Landsat TM 1997. Perbedaan Gambar 14. Peta Distribusi Suhu Permukaan Kota Bogor 2006. proses konversi pada kedua citra ini adalah pada nilai konstanta yang digunakan. Dengan rumus yang sama yaitu T = K2lnK1 L λ +1 pada pengolahan citra Landsat ETM 2006 konstanta yang digunakan adalah K1 sebesar 666,09 dan K2 sebesar 1282,71, sedangkan pada proses konversi citra Landsat TM 1997 nilai konstanta yang digunakan adalah K1 sebesar 607,76 dan K2 sebesar 1260,56. Dari perhitungan luasan pada tiap kelas suhu didapat luasan penyebaran yang berbeda-beda pada setiap kelasnya. Hasil perhitungan luas dan persentase tiap kelas suhu permukaan Tahun 2006 disajikan pada Tabel 8. Tabel

8. Distribusi Suhu Permukaan Tahun 2006

No. Suhu O C Luas Ha Persentase 1. 20 0 0 2. 20-21 51,12 0,43 3. 21-22 600,84 5,04 4. 22-23 3211,56 26,96 5. 23-24 1919,52 16,11 6. 24-25 2409,12 20,22 7. 25-26 2396,16 20,11 8. 26-27 971,64 8,16 9. 27-28 334,44 2,81 10. 28-29 19,80 0,17 11. ≥29 0 0 Jumlah 11914,2 100 Dari hasil konversi citra Landsat ETM 2006 diketahui bahwa Kota Bogor memiliki suhu minimum 20 O C dan suhu tertinggi 29 O C. Dari suhu 20 O C hingga 29 O C dibagi menjadi 9 kelas distribusi suhu permukaan. Kelas suhu yang memiliki luasan terbesar terdapat pada kelas suhu 22-23 O C sedangkan kelas suhu yang memiliki luasan terkecil adalah kelas suhu 28-29 O C. Kelas suhu 20-21 O C memiliki sebaran luasan yang tidak begitu luas yaitu sebesar 51,12 Ha atau sebesar 0,43 dari total luas Kota Bogor. Kelas suhu 20- 21 O C ini tidak terdapat diseluruh kecamatan di Kota Bogor. Kelas suhu ini terdapat di Kecamatan Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Tengah, dan Bogor Selatan. Jika dilihat dari sebaran kelas suhu pada tutupan lahan kelas suhu ini tidak terdapat pada penutupan lahan semak dan rumput. Sebaran kelas suhu ini sebagian besar luasannya terdapat pada penutupan lahan vegetasi dengan luas 39,6 Ha. Kelas suhu 21-22 O C memiliki luasan sebesar 600,84 Ha atau sebesar 5,04 dari total luas Kota Bogor. Luasan kelas suhu 21-22 O C ini tersebar di seluruh kecamatan di Kota Bogor dan tersebar di seluruh kelas penutupan lahan. luasan terbesar kelas suhu 21-22 O C ini adalah penutupan lahan vegetasi. Sedangkan kecamatan dengan luasan terbesar kelas suhu 21-22 O C pada Kecamatan Bogor Selatan. Pada Kecamatan Bogor Selatan mempunyai luas penutupan vegetasi yang cukup besar sehingga diduga faktor yang mempengaruhi kelas suhu 21-22 O C ini adalah penutupan lahan vegetasi. Kelas suhu 22-23 O C memiliki luasan penyebaran terbesar yaitu sebesar 3211,56 Ha atau berarti 26,96 dari total luasan Kota Bogor. Kondisi kelas suhu ini tidak jauh berbeda dengan kelas suhu 21-22 O C yaitu tersebar di seluruh kecamatan di Kota Bogor dan tersebar di seluruh kelas penutupan lahan. Selain itu, luasan terbesar kelas suhu 22-23 O C ini adalah penutupan lahan vegetasi. Sedangkan kecamatan dengan luasan terbesar kelas suhu 22-23 O C pada Kecamatan Bogor Selatan. Jadi, dapat diketahui bahwa kelas suhu 22-23 O C ini diduga dipengaruhi oleh penutupan lahan bervegetasi. Kelas suhu 23-24 O C, 24-25 O C, 25-26 O C merupakan suhu yang sebaran luasannya hampir sama yaitu dengan luasan 1919,52 Ha, 2409,12 Ha, 2396,16 Ha dengan persentase masing-masing 16,11 , 20,22 , 20,11 dari total luas Kota Bogor. Penyebaran luasan ketiga kelas suhu ini merata di seluruh kelas penutupan lahan dan seluruh kecamatan. Persentase ketiga kelas suhu dari luasan total tiap kelas luasan tutupan lahan dan luasan tiap kecamatan tidak berbeda jauh. Kondisi ini menyebabkan ketiga kelas suhu ini sulit untuk diduga faktor yang mempengaruhi penyebarannya. Kelas suhu 26-27 O C dan 27-28 O C memiliki luas penyebaran sebesar 971,64 Ha dan 334.44 Ha atau berarti 8,16 dan 2,81 Ha dari total luas Kota Bogor. Kelas suhu ini tersebar pada seluruh kecamatan di Kota Bogor. Jika dilihat dari sebaran luas perpenutupan lahan, kelas suhu 26-27 O C ini sebagian besar luasannya terdapat pada penutupan lahan terbangun. Kelas suhu 28-29 O C merupakan kelas suhu dengan penyebaran terkecil dengan luas penyebaran 19,80 Ha yaitu hanya 0,17 dari total luasan Kota Bogor yang memiliki suhu 28 O C hingga 29 O C. Kelas suhu ini menyebar tidak merata pada semua kelas penutupan lahan dan kecamatan. Kelas suhu ini hanya terdapat pada kelas penutupan lahan ladang dan terbangun dengan luasan masing-masing adalah 1,08 Ha dan 18,36 Ha.

5.4. Perubahan Distribusi Suhu Permukaan