KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN PENUTUP

Pasal 33 1 Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah. 2 Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah : a. menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah tersebut. c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah. d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen- dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah. e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan tersebut. f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah. g. menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e. h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Perpajakan daerah. i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. j. Menghentikan Penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dipertangggungjawabkan. 3 Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 24 1 Selama belum ditetapkan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini seluruh instruksi, petunjuk dan pedoman yang ada atau yang diadakan oleh Pemerintah Daerah jika tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap berlaku. 2 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang- undangan yang berlaku. 3 Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kondisi daerah dan dengan mempertimbangkan peraturan perundang- undangan yang berlaku tentang pajak daerah.

BAB XV KETENTUAN PENUTUP

Pasal 35 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kota Solok. Ditetapkan : di Solok Pada tanggal : 5 Agustus 2002 WALIKOTA SOLOK Capdto YUMLER LAHAR DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN DPRD KOTA SOLOK NOMOR 13KPTSDPRD-2002 TANGGAL 5 AGUSTUS 2002 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SOLOK Ketua, Capdto NOVIARDI SYAM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR I. KETENTUAN UMUM Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, dimana masing-masing daerah berusaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang merupakan tolok ukur serta mampu atau tidaknya suatu daerah untuk melaksanakanmengurus rumah tangganya sendiri, tergantung seberapa mampu daerah menjalankan dan membiayai pelaksanaan Pemerintahan serta Pembagunannya sendiri. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, maka pajak Parkir dapat dijadikan salah satu peluang penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Pemungutan Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran sedangkan pajak ini termasuk dalam pengelompokan pajak jasa usaha. Agar Pemerintah Daerah mempunyai landasan hukum yang kuat didalam pengelola. pemungutan pajak parkir, maka perlu ditetapkan dengan suatu Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 sd Pasal 2 : cukup jelas Pasal 3 ayat 1 Penyediaan tempat parkir tidak termasuk fasilitas social sarana ibadah. Pasal 3 ayat 2 : cukup jelas sd Pasal 9 Pasal 9 ayat 2 : Yang dimaksud dengan ketentuan lain adalah yang bersifat insidentil yang ditetapkan dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah SKPD Pasal 10 sd Pasal 35 : cukup jelas