Pendekatan Penelitian Penentuan Sampel Penelitian

100

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan karena penelitian memiliki ciri: 1 menggunakan angket yang bertujuan untuk kuantifikasi atribut kedisiplinan pada siswa; 2 dilakukannya pengolahan data secara statistik, baik untuk pembakuan instrumen maupun saat penjelasan profil. Pendekatan kualitatif digunakan karena pada proses pengembangan program dilakukan uji logis- teoretis tentang kedisiplinan siswa berdasarkan hasil profil dan kajian teoretik serta diikuti oleh kajian pakar. Dengan demikian pendekatan penelitian adalah mix method design Creswell, 1994: 177-178.

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan variabel penelitian maka dibuat definisi operasional sebagai berikut.

1. Kedisiplinan Siswa

Kedisiplinan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak. 101 Kedisiplinan pada siswa terbentuk apabila siswa sudah dapat bertingkah luhur sesuai dengan pola tingkah laku yang baik menurut norma tingkah laku di sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Aspek- aspek disiplin pada penelitian ini memiliki empat unsur sebagai berikut. a. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk berbuat atau bertingkah laku, tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting, yaitu fungsi pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang disetujui anggota kelompok kepada anak, dan fungsi preventif karena peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan dianggap efektif apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal. Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang efektif akan membantu seorang anak agar merasa terlindungi sehingga anak tidak perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas. Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi di antara anggota kelompok, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan menjadi model perilaku yang harus terwujud didalam keluarga. 102 Proses penentuan setiap peraturan dan larangan bagi anak-anak bukan merupakan sesuatu yang dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan dapat diubah agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan kondisi saat ini didalam keluarga. b. Hukuman Hukuman berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau balasan. Hukuman memiliki tiga fungsi, 1 menghalangi pengulangan tindakan, 2 mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman, 3 member motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima di masyarakat. c. Penghargaan Penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik. Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi dapat juga berbentuk pujian, kata-kata, senyuman, atau tepukan di punggung. Penghargaan mempunyai peranan penting yaitu, 1 penghargaan mempunyai nilai mendidik, 2 penghargaan berfungsi motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial dan 3 penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara social, dan tiadanya penghargaan melemahkan perilaku tersebut. 103 d. Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi yaitu 1 mempunyai nilai mendidik yang besar, 2 konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat untuk melakuakn tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi tindakan buruk, dan 3 konsistensi membantu perkembangan anak untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak yang telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat dan komitmen untuk berperilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibandingkan dengan anak-anak yang tidak konsisten.

2. Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial

Program adalah proses merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merancang tindak lanjut yang disusun secara opereasional dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pelaksanaannya. Bimbingan pribadi sosial adalah bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam bantinya sendiri; dalam mengatur dirinya sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang penyaluran nafsu seksual dan sebagainyayang diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi yang seimbang 104 dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu. Dalam penelitian ini program bimbingan dan konseling pribadi sosial adalah serangkaian kegiatan pemberi bantuan yang terencana secara sistematis, terarah dan terpadu berupa layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi untuk meningkatkan kedisiplinan siswa sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan. Sistematika pemgembangan program itu sendiri mencakup: 1 rasional; 2 visi dan misi; 3 operasional; 4 tujuan program; 5 komponen program; 6 rencana operasional; 7 pengembangan tematopik; 8 pengembangan satuan pelayanan; 9 evaluasi; dan 10 anggaran.

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Penelitian ini ingin mengungkap dua hal, yaitu bagaimana profil kedisiplinan siswa kelas X dan bagaimana program bimbingan pribadi sosial yang efektif untuk meningkatkan kedisiplinan mereka. Dalam konteks yang pertama, instrumen penelitian yang dimaksud adalah kuisioner angket yang dikembangkan untuk menjaring data tentang profil kedisiplinan siswa. Kemudian dalam konteks program, instrumen penelitian merupakan perangkat pendukung yang dihasilkan dari pengembangan program tervalidasi baik pakar maupun praktisi program terlampir. 105 Pada bagian ini dijelaskan bahwa instrumen penelitian dalam konteks untuk menjaring data profil kedisiplinan, menggunakan kuisioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti. Dilakukan dengan cara mengajukan suatu daftar pernyataan berupa formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban dan tanggapan respon tertulis yang diperlukan. Angket yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah seperti diungkapkan Surakhmad 1993 : 24 bahwa angket bersifat kooperatif, dalam arti kata bahwa dari sampel, atau disebut responden, diharapkan kerjasama dalam menyisihkan waktu dan menjawab pernyataan-pernyataan kita secara tertulis, sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kita berikan. Selain itu, dipilih angket karena melalui instrumen ini kondisi sampel dapat diketahui keadaan diri, pengalaman, pengetahuan sikap atau pendapatnya dan lain-lain Arikunto, 1993 : 24. Menurut bentuknya angket memiliki dua bentuk, yaitu : angket berstruktur dan angket tak berstruktur. Angket berstruktur sifatnya tegas, konkrit, dan dengan pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dengan jawaban terbatas serta singkat. Sedangkan angket tak berstruktur sifatnya terbuka, memberi kesempatan penuh kepada responden untuk memberikan penjelasan dengan uraian atau penjelasan yang panjang sesuai dengan pendapat atau pendiriannya. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan angket berstruktur yang sifatnya tertutup. Dengan angket ini dari responden tidak diharapkan 106 menambahkan jawaban dengan uraian-uraian lebih lanjut. Proses pengembangan instrumen penelitian ini dijelaskan pada bagian selanjutnya. Kuisioner atau angket dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan hasil kajian konsep kedisiplinan sebagaimana telah diuraikan pada bab II. Setelah dilakukan penelusuran terhadap berbagai sumber yang dianggap relevan dan mendukung, diperolehlah reka bangun construct kedisiplinan secara utuh, baik aspek maupun indikator pembangunnya. Konstruk itulah yang kemudian dikembangkan ke dalam bentuk angket. Angket yang dikembangkan ini sifatnya non-tes. Data-data seperti jenis kelamin diperoleh dari biodata singkat yang disediakan pada lembar jawaban. Secara keseluruhan, pengembangan instrumen tersebut melalui beberapa tahapan berikut. 1. Pengembangan kisi-kisi dilakukan berdasarkan hasil studi kepustakaan dengan sumber-sumber yang relevan sekaligus mendukung konsep dan konstruk kedisiplinan secara utuh. Selanjutnya, berdasarkan kisi-kisi tersebut dikembangkan draf pernyataan. 2. Setelah kisi-kisi beserta draf tersusun dan beberapa kali mendapatkan revisi dari dosen pembimbing tesis sampai dihasilkan kisi-kisi beserta draf yang siap ditimbang oleh dosen penimbang. 3. Setelah kisi-kisi beserta draf sementara tersusun, kemudian dilakukan penimbangan oleh tiga orang dosen yang memiliki perhatian dan kompetensi dalam bidang bimbingan dan konseling dan pengukuran. 107 Kedua dosen tersebut adalah Prof. Dr. Juntika, M.Pd dan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., sebagai ahli bimbingan dan konseling dan Drs. Nurhudaya, M.Pd., sebagai ahli pengembangan instrumen. 4. Dari penilaian itu diperoleh rekomendasi untuk menghilangkan beberapa pernyataan yang tidak sesuai dan melakukan kontesktualisasi instrumen dengan bahasa yang sesuai dengan perkembangan anak siswa SMA. Berdasarkan hasil penilaian dan masukan itu, selanjutnya dilakukan revisi. Kegiatan penimbangan dilakukan untuk mengetahui validitas internal dengan cara melihat kesesuaian antara isi rumusan item dengan indikator- indikator konstruk yang diukur oleh item tersebut. Berikut adalah tabel 3.3 hasil penilaian dan masukan dari tiga orang pakar tersebut. Tabel 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL KEDISIPLINAN Setelah Penimbangan dan Sebelum Uji Coba Lapangan ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO. ITEM ∑ baru sebelum sesudah A. Peraturan: melaksanakan tata tertib dengan penuh tanggung jawab 1. Santun bertutur kata dan bersikap 1.1. Mengucapkan salam 1.2. Berperilaku sopan 1.3. Berkata tidak kotorkasar 1.4. Menghargai teman 1.5. Berani menyampaikan yang benar dan yang salah 1,2,3 4,5,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 1,2,3 4,5,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 3 3 4 4 2 2. Jujur dan bertanggungjawa b terhadap tugas 2.1. Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang menghambat belajar 2.2. Tidak mencontek atau bekerjasama disaat ulangan 17,18,19 20,21,22,23 17,18,19 20,21,22,23 3 4 3. Pergaulan islami terutama antara putra dan wanita 3.1. Tidak melakukan geng dengan teman sebaya 3.2. Dilarang berboncengan dengan lawan jenis 3.3. Dilarang berpacaran 24,25,26,27 28,29 30,31,32,33 24,25,26,27 28,29 30,31,32,33 4 2 4 4. Menjaga penampilan 4.1. Berpakaian rapih dan menutup aurat 4.2. Berpenampilan sederhanatidak berlebihan 34,35 36,37 34,35 36,37 2 2 108 4.3. tidak membawa barang mewah seperti hp yang mahal, walkman , MP3 dll 4.4. Tidak membawa kendaraan roda empat 38,39 40,41 38,39 40,41 2 2 5. Mempergunakan waktu saat Masuk, pembelajaran berlangsung, istirahat dan pulang sekolah 5.1. Datang ke sekolah tepat waktu 5.2. Tidak membolos sekolah 5.3. Mengikuti apel pagiupacara 5.4. Selama proses pembelajaran siswa berada di kelas 5.5. Saat istirahat siswa berada dilingkungan sekolah 5.6. Pulang sekolah langsung pulang ke rumah masing- masing 42 ,43 44 ,45 46,47 ,48 49,50 51,52 53,54 ,55 42 43 44,45 46,47 48,49 50,51 1 1 3 2 2 B. Hukuman: Penerimaan terhadap sanksi sekolah 1. Bertanggung jawab terhadap tindakan atau perilaku yang telah diperbuat 1.1. Menerima sanksi sebagai akibat tidak disiplin 1.2. Melaksanakan hukuman sebagai akibat tidak disiplin 56,57 58,59 52,53 54,55 2 2 C. Penghargaan: Pengharapan penghargaan terhadap perilaku disiplin 1. Penerimaan Sosial 1.1. Menerima pujian sebagai akibat disiplin 60,61 56,57 2 2. Penerimaan penghargaan sebagai harga diri 1.2. Menerima hadiah point sebagai reward 62,63 58,59 2 D. Konsistensi: Komitmen dalam melaksanakan peraturan sekolah 1. Berusaha menjadi siswa yang taat peraturan 1.1. Memiliki kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan sekolah 1.2. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap aturan sekolah 64,65

66, 67

60,61 62 2 1 2. Menjaga nama baik sekolah dengan mematuhi segala aturan sekolah 1.1. Komitmen terhadap peraturan sekolah 1.2. Komitmen dalam menjaga nama baik sekolah 68,69 70,71 63,64 65,66 2 2 Jumlah 71 66 66 5. Setelah draf selesai disesuaikan dengan pertimbangan dosen penimbang yang dimaksud di atas, draf tersebut kembali dikonsultasikan dengan dosen pembimbing tesis. Seusai item-item ditinjau dan dinilai dosen pembimbing tesis mampu mewakili indikator, aspek dan indikator kedisiplinan, kemudian item-item tersebut disusun kembali dalam bentuk angket jadi. 109 6. Untuk lebih meyakinkan segi kenyamanan dan keterpahaman siswa SMA sebagai objek penelitian terhadap item-item pada angket, dilakukanlah uji keterbacaan kepada lima orang siswa SMA secara acak. 7. Setelah perizinan penelitian tuntas, sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dilakukanlah uji coba pada sampel penelitian sekaligus pengambilan data karena sifatnya yang built in. Berikut adalah langkah- langkah yang dilakukan pada saat melakukan pengumpulan data: 1 membuka pertemuan dengan salam dan perkenalan singkat; 2 menyampaikan maksud dan tujuan angket pada siswa SMA; 3 mengecek presensi siswa; 4 membagikan angket dengan lembar jawaban; 5 memberikan penjelasan berkenaan dengan cara pengisian; 6 memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya; 7 mempersilahkan siswa menjawab soal; 8 mengumpulkan lembar jawaban; 9 menutup pertemuan, berterima kasih dan mengucapkan salam. 8. Lembar jawaban siswa kemudian diperiksa kelengkapannya satu-persatu. Data kemudian diolah untuk mendapatkan validitas dan reliabilitas dan menyusun norma. Untuk penyekoran isntrumen dibuat dengan pola diskrit, yaitu dua pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Berikut adalah tabel 3.4 tentang pola skoring terhadap jawaban siswa. 110 Tabel 3.2 Pola Skoring Terhadap Jawaban Siswa ALTERNATIF SKOR BUTIR SOAL FAVORABLE NON-FAVORABLE Ya 1 Tidak 1 9. Setelah berkas data dari lapangan diperoleh dan kemudian diberi skor sebagaimana pedoman di atas, selanjutnya data tersebut direkapitulasi dalam microsoft excel untuk pengolahan validitas dan reliabilitas. Uji validitas ada dua macam yaitu validitas eksternal dan internal. Dalam penelitian, peneliti akan menggunakan validitas internal yaitu dengan analisis butir. Untuk menguji validitas setiap butir maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Skor butir dipandang sebagai nilai X dan skor total dipandang sebagai nilai Y dengan diperoleh indeks validitas setiap butir dapat diketahui dengan pasti butir- butir manakah yang tidak memenuhi syarat bila ditinjau dari validitas Arikunto, 2002: 153. Untuk memperoleh instrumen yang valid, peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunannya sebelum merancang kisi-kisi yaitu memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator baru merumuskan butir-butir pertanyaan. Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasi point biserial r pbis ireene, 1993: 359-360 dan Glass and Stanley, 1970: 169-170 seperti berikut. pq SD s X b X rpbis − = 111 Keterangan: Xb, Yb adalah rata-rata skor siswa yang memperoleh skor 1 Xs, Ys adalah rata-rata skor siswa yang memperoleh skor 0 SDt adalah simpangan baku skor total p adalah proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa q adalah 1 – p Penentuan item diterima valid atau tidak untuk korelasi point biserial biasanya menggunakan rumus interpolasi n-2 dari tabel t. Namun dalam kasus ini karena jumlah item dan jumlah sampelnya relatif banyak, dapat juga digunakan kriteria r minimal yang lazim, yaitu valid, r pb x r 0,3 bahkan dalam penelitian ini r hasil valid bila r 0,5. proses perhitungan dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran. 10. Setelah perhitungan uji validitas dilakukan, diketahui sebanyak 8 butir soal tidak valid. Dengan demikian butir soal item yang tersisa sebanyak 58 butir. Berikut adalah tabel 3.5 yang mendeskripsikan hasil uji validitas item butir pernyataan. 112 Tabel 3.3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN VARIABEL KEDISIPLINAN Setelah Uji Coba Lapangan ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR NO. ITEM ∑ baru sebelum sesudah A. Peraturan: melaksanakan tata tertib dengan penuh tanggung jawab 1. Santun bertutur kata dan bersikap 1.1. Mengucapkan salam 1.2. Berperilaku sopan 1.3. Berkata tidak kotorkasar 1.4. Menghargai teman 1.5. Berani menyampaikan yang benar dan yang salah

1, 2,3

4,5 ,6 7,8,9,10 11,12,13,14 15,16 1,2 3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14 2 2 4 4 2 2. Jujur dan bertanggungjawa b terhadap tugas 2.1. Tidak mudah terpengaruh oleh hal yang menghambat belajar 2.2. Tidak mencontek atau bekerjasama disaat ulangan 17,18,19 20 ,21 ,22,23 15,16,17 18,19,20 3 3 3. Pergaulan islami terutama antara putra dan wanita 3.1. Tidak melakukan geng dengan teman sebaya 3.2. Dilarang berboncengan dengan lawan jenis 3.3. Dilarang berpacaran 24,25,26,27 28,29 30,31, 32 ,33 21,22,23,24 25,26 27,28,29 4 2 3 4. Menjaga penampilan 4.1. Berpakaian rapih dan menutup aurat 4.2. Berpenampilan sederhanatidak berlebihan 4.3. tidak membawa barang mewah seperti hp yang mahal, walkman , MP3 dll 4.4. Tidak membawa kendaraan roda empat 34,35 36,37 38,39 40,41 30,31 32,33 34,35 36,37 2 2 2 2 5. Mempergunakan waktu saat Masuk, pembelajaran berlangsung, istirahat dan pulang sekolah 5.1. Datang ke sekolah tepat waktu 5.2. Tidak membolos sekolah 5.3. Mengikuti apel pagiupacara 5.4. Selama proses pembelajaran siswa berada di kelas 5.5. Saat istirahat siswa berada dilingkungan sekolah 5.6. Pulang sekolah langsung pulang ke rumah masing- masing 42 43 44 ,45 46,47 48,49 50 ,51 38 39 40 41,42 43,44 45 1 1 1 2 2 1 B. Hukuman: Penerimaan terhadap sanksi sekolah 1. Bertanggung jawab terhadap tindakan atau perilaku yang telah diperbuat 1.1. Menerima sanksi sebagai akibat tidak disiplin 1.2. Melaksanakan hukuman sebagai akibat tidak disiplin 52,53 54,55 46,47 48,49 2 2 C. Penghargaan: Pengharapan penghargaan terhadap perilaku disiplin 1. Penerimaan Sosial 1.1. Menerima pujian sebagai akibat disiplin 56,57 50,51 2 2. Penerimaan penghargaan sebagai harga diri 2.1. Menerima hadiah point sebagai reward

58, 59

52 1 D. Konsistensi: Komitmen dalam 1. Berusaha menjadi siswa yang taat 1.1. Memiliki kesadaran untuk selalu mematuhi peraturan sekolah 60,61 53,54 2 113 melaksanakan peraturan sekolah peraturan 1.2. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap aturan sekolah 62 55 1 2. Menjaga nama baik sekolah dengan mematuhi segala aturan sekolah 2.1. Komitmen terhadap peraturan sekolah 2.2. Komitmen dalam menjaga nama baik sekolah 63,64 65 ,66 56,57 58 2 1 Jumlah 66 58 58 11. Reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteruskan pada subyek yang sama. Untuk mengetahui ketepatan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil. Relialibiltas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Secara garis besar ada dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal. Seperti halnya dalam pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjukan cara-cara menguji tingkah reliabilitas instrumen. Jika ukuran dan kriteria berada diluar instrumen maka hasil uji ini diperoleh reliabilitas eksternal, sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarnya data dari instrumen tersebut saja akan menghasilkan reliabilitas internal. Jika reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda baik dari instrumen yang berbeda atau sama, reliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Ada beberapa cara untuk mengetahui reliabilitas internal, pemilihan suatu teknik ditentukan atas bentuk internal maupun selera peneliti Arikunto, 2002: 114 156. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas digunakan rumus Kuder Richadson 20 KR-20 seperti berikut ini.         − − − = − ∑ 2 1 1 1 20 SD p p k k KR Keterangan: k : Jumlah butir soal SD 2 : Varian Hasil perhitungan reliabilitas ini diperoleh angka sebesar 0,817 yang diartikan bahwa instrumen ini memiliki keajegan tinggi untuk dijadikan instrumen penelitian. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran

D. Penentuan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mengambil lokasi di SMA Darul Hikam yang beralamat di Jl. Ir.H. Juanda No.285 Bandung dengan populasi adalah siswa kelas X tahun pembelajaran 2009-2010 berjumlah 82 orang. Berkaitan dengan populasi, Sugiyono 2008: 117 mengartikannya sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 115 Untuk menghemat biaya dan waktu penelitian, maka digunakan sampling. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah jenis teknik probability sampling, yaitu cluster-proportional random sampling dengan kriteria 50 dari anggota populasi Sevilla, et. al., 2003. Di SMA Darul Hikam khususnya pada kelas X terdiri dari tiga kelas cluster. Selain itu, pengambilan sampel ini dilakukan dengan asumsi utama bahwa populasi penelitian adalah homogen karena rata-rata karakteristik perkembangan siswa sama. Dasar pertimbangan mengapa dipilih siswa SMA sebagai objek penelitian adalah sebagai berikut. 1. Secara perkembangan fisik, masa remaja merupakan salah satu di antara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat yang ditandai dengan matangnya organ-organ seksual. Kendali atas dorongan seksual secara fisik memerlukan kedisiplinan dan masa remaja merupakan saat pembuktian sekaligus dasar bagi disiplin kontrol biologis pada masa selanjutnya. 2. Secara perkembangan koginitif, menurut Piaget masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih lebih bersifat hipotetis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret. Dasar 116 ini merupakan bagian dari fondasi remaja untuk mengambil keputusan atas pilihan hidupnya termasuk dalam hal memperkuat kedisiplinannya. 3. Perkembangan emosi, Secara emosi masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Terlebih lagi pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya. Luapan emosi yang terkendali dianggap dapat memberi kontribusi signifikan terhadap kedisiplinan. 4. Secara perkembangan sosial, pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat- sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap “comformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain teman sebaya. Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negatif pada dirinya. Baik positif maupun negatif kontribusi dari sikap konformitas atau kognisi sosial sedikitnya akan mempengaruhi mereka dalam menentukan pilihan wujud kedisiplinan yang mereka pegang. 5. Secara perkembangan kepribadian, masa remaja merupakan saat berkembangnya identity jati diri. Perkembangan identity merupakan isu sentral pada masa remaja sebagai aspek sentral bagi kepribadian yang 117 sehat yang merefleksikan kesadaran diri, kemampuan mengidentifikasi orang lain dan mempelajari tujuan-tujuan agar dapat berfartisipasi dalam kebudayaannya. Proses pembudayaan perilaku salah satunya adalah melalui disiplin. Sikap disiplin inilah kemudian pada masa remaja menjadi sangat penting mengingat interaksi jati diri mereka dengan lingkungan yang lebih luas. 6. Secara perkembangan kesadaran beragama, terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup panjang untuk mencapai kesadaran beragama remaja yang sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga. Masa remaja sebagai masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa merupakan masa pilihan. Kesadaran beragama yang notabene identik dengan kedisiplinan pada masa remaja merupakan sesuatu yang perlu dikritisi. Alasan pemilihan populasi penelitian dilakukan terhadap kelas X karena merupakan kelas permulaan dari dua kelas berikutnya kelas XI dan XII yang notabene merupakan masa orientasi kritis peralihan dari lingkungan SMP ke lingkungan baru SMA. Dalam konteks ini, program BK untuk meningkatkan disiplin siswa dikembangkan sebagai jalan brainwash sekaligus foundation of critical life aspect bagi perkembangan kehidupan kampus sekolah selanjutnya dalam arti sempit dan kehidupan hayati dalam arti luas. 118 Tabel 3.4 Proporsi Sampel Penelitian Kelas Populasi Jumlah Sampel Jumlah Pria Wanita Pria Wanita X-A 15 12 27 8 6 14 X-B 13 15 28 7 8 14 X-C 14 13 27 7 7 14 Total 42 40 82 22 21 42

E. Teknik Pengumpulan Data