Management model of sustainable utilization of palm oil biodiesel in Jakarta and its surrounding

MODEL PENGELOLAAN PEMANFAATAN
BAHAN BAKAR NABATI BIODIESEL KELAPA SAWIT
YANG BERKELANJUTAN
DI JAKARTA DAN SEKITARNYA

DJATI POETRYONO DHARMOSAMOEDERO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

iii

PERNYATAAN DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam
disertasi saya berjudul : MODEL PENGELOLAAN PEMANFAATAN BAHAN
BAKAR NABATI BIODIESEL KELAPA SAWIT YANG BERKELANJUTAN DI
JAKARTA DAN SEKITARNYA, merupakan hasil penelitian disertasi saya sendiri,
dengan bimbingan para komisi pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan

rujukannya. Disertasi ini belum pernah disajikan untuk memperoleh gelar pada
program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2012

Djati Poetryono Dharmosamoedero
P062074124

v

ABSTRACT
DJATI POETRYONO DHARMOSAMOEDERO, Management Model
of
Sustainable
Utilization of Palm Oil Biodiesel in Jakarta and its Surrounding, Under supervision of
BAMBANG PRAMUDYA, SURJONO HADI SUTJAHJO, AND ZULKIFLI RANGKUTI,
Research on biodiesel, is still a further study on the technical and economic
aspects, while the ongoing research of integrated policy still not exists. Therefore it is
necessary to do research on the use of palm oil biodiesel as biofuel that sustainable,

especially in the area of Jakarta and its surrounding, such as part of Bogor, Depok,
Tangerang and Bekasi .This study, in general aim to build a model of the management of
palm oil biodiesel as biosolar in the such area on an ongoing basis. Object of the study
limits the fuel distribution line administratively located in the Jakarta area. This research
method is done by soft systems approach methodology (SSM), mainly using analytical
techniques MDS (Multidimensional scaling), interpretative Structural Modeling (ISM), and
AHP (Analytical Hierarchy Process), which supported by other methods such as
brainstorming, expert survey (survey of experts) , face validity and policy analysis either
hard system approach methodology (HSM), such as the economic feasibility analysis (BEP,
B / C Ratio, NPV, IRR and Payback Period) and dynamic system analysis. The results of
MDS analysis showed that of the five dimensions of sustainability, only environmental and
technological dimensions beyond the sustainability index. While the other three
dimensions (social, economic, and policy) have not met the limits of sustainability indexes.
In general, the review of utilization of Biodiesel as biofuel from view point of economic is
feasible but not sufficiently attracts the investment. At time being the existing regulation
are still to be deployed in such manner in order to be workable, especially the local
regulatory that in line with such program as shown in the result of policy content analysis
result.. ISM analysis results show the structure of influence and interest levels conjunction
to achieve the management of sustainable utilization of Biodiesel as biofuel. AHP results
indicate that increasing the content of biodiesel is still a priority that must be done to

support the management of sustainable utilization of Biodiesel as biofuel in the Jakarta
area supported by following the price of raw materials, increasing the role of central
government, and ensuring the availability of fuel in the Jakarta area. All analysis results
can be developed as BBN model of management of sustainable utilization of palm oil

biodiesel in Jakarta and its surrounding
Key Words: Management, Utilization, Biofuel, Biodiesel, Sustainable, Jakarta

vii

RINGKASAN
.
DJATI POETRYONO DHARMOSAMOEDERO, Model Pengelolaan Pemanfaatan
Bahan Bakar Nabati Biodiesel Kelapa Sawit di Jakarta dan sekitarnya, di bawah
bimbingan BAMBANG PRAMUDYA, SURJONO H. SUTJAHJO dan ZULKIFLI
RANGKUTI.
Pemanasan global adalah peristiwa naiknya suhu permukaan bumi akibat
naiknya kadar gas rumah kaca (GRK) (Sumarwoto 2001). Salah satu upaya yang
dapat dilakukan dalam rangka mengurangi GRK adalah dengan mensubstitusi
konsumsi bahan bakar minyak fosil (BBF) dengan bahan bakar nabati (BBN).

Indonesia merupakan negara yang kaya sumber daya alam (SDA) minyak nabati
yang merupakan bahan setengah jadi untuk proses BBN. BBN ini mempunyai
peluang yang besar dalam berkontribusi mengurangi GRK. Minyak kelapa sawit
(Crude Palm Oil, CPO) dan minyak bijinya kernel palm oil (KPO), saat ini telah
dihasilkan oleh Indonesia, bahkan Indonesia saat ini merupakan penghasil CPO
paling besar di dunia, dan CPO ini merupakan bahan setengah jadi untuk
biodiesel pengganti fosil solar (KESDM 2009).
Substitusi konsumsi BBF dengan BBN diharapkan mampu mengurangi
beban kebutuhan energi akibat pertumbuhan penduduk (DJLPE 2006) dan
mengantisipasi semakin menurunnya produksi minyak bumi Indonesia (KESDM
2009), serta mengurangi polusi udara. Penelitian tentang biodiesel selama ini
masih terfokus pada aspek teknis dan ekonomis saja, sedangkan penelitian pada
aspek kebijakan yang berkelanjutan dan terintegrasi masih belum ada. Oleh
karenanya, perlu dilakukan penelitian tentang prioritas alternatif pengelolaan BBN
Biodiesel kelapa sawit yang berkelanjutan terutama di kawasan Jakarta dan
sekitarnya.
Tujuan utama penelitian adalah membangun model pengelolaan bahan
bakar nabati biodiesel kelapa sawit di Jakarta dan sekitarnya, sesuai dengan
roadmap target bauran energi nasional yang telah ditetapkan dan dilakukan
dengan Permen ESDM Nomor 32 Tahun 2008. Guna membangun model

tersebut, beberapa tujuan spesifik telah dirancang untuk memenuhi sub tujuan
penelitian sebagai berikut: (1) Menganalisis keberlanjutan sistem dan potensi
pengelolaan atau pemanfaatan biodiesel berbahan baku minyak nabati kelapa
sawit di Jakarta dan sekitarnya; (2) Menganalisis kelayakan ekonomi pengelolaan
BBN Biodiesel; (3) Menganalisis kebijakan pengelolaan BBN Biodiesel kelapa
sawit; dan (4) Merekayasa model pengelolaan BBN Biodiesel kelapa sawit secara
berkelanjutan di Jakarta dan sekitarnya.
Lokasi penelitian adalah batas jalur distribusi BBM yang secara administratif
berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Metode penelitian dilakukan dengan
pendekatan soft system methodology (SSM), terutama menggunakan teknik
analisis Multidimensional Scalling (MDS), Interpretative Structural Modelling (ISM),
dan Analytical Hierarchy Process (AHP) yang didukung metode lainnya seperti
brainstroming, expert survey (survei pakar), face validity dan analisis kebijakan.
Selain itu digunakan juga pendekatan hard system methodology (HSM), seperti
analisis kelayakan ekonomi (B/C Ratio, NPV, IRR dan Pay Back Period) dan
analisis sistem dinamik.
Pengumpulan data yang terdiri atas data primer dan data sekunder, diambil
dari berbagai literatur dan referensi lainnya, serta pengumpulan data primer

dilakukan melalui survei pakar dengan teknik brainstroming dan wawancara.

Kedua metode ini dilakukan dengan bantuan pustaka dalam pengumpulan data
sekunder dan kuesioner untuk pengumpulan data primer.
Hasil analisis keberlanjutan pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan
sekitarnya saat ini menunjukkan bahwa dari lima dimensi keberlanjutan hanya
dimensi lingkungan (skor 52,56) dan dimensi teknologi (skor 52,95) yang melewati
batas indeks keberlanjutan. Sementara dimensi lainnya, yaitu dimensi kebijakan
(skor 46,13), dimensi sosial (skor 46,38), dan dimensi ekonomi (skor 43,20) belum
memenuhi batas indeks keberlanjutan. Sehingga secara keseluruhan nilai ratarata keberlanjutan pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan sekitarnya (skor
48,24) juga belum memenuhi indeks keberlanjutan yang disyaratkan (skor 50,00).
Nilai indeks keberlanjutan tersebut sangat dipengaruhi berbagai atribut yang
memiliki sensitivitas paling tinggi dalam setiap dimensi.
Secara umum, pemanfaatan BBN Biodiesel memiliki kelayakan ekonomi
ditinjau dari berbagai aspek dalam kondisi khusus. Berdasarkan tingkat diskonto
(discount rate) 15,19%, diperoleh: (1) benefit cost ratio atau PI diperoleh sebesar
1,02300; (2) NPV sebesar Rp4.359.133.645; (3) IRR sebesar 15,72% lebih besar
dibandingkan Required Rate of Return yang ditentukan (15,19%); (4) dan
Payback Period yang dihasilkan adalah 7 tahun.
Analisis kebijakan pengelolaan BBN Biodiesel kelapa sawit secara umum
menghasilkan tiga hal pokok, yaitu:
(a) Setiap regulasi memiliki keterkaitan dengan aspek kunci yang dikaji. Sebaran

aspek kunci pada setiap regulasi bervariasi. Hal ini menunjukkan perlunya
berbagai regulasi yang mengatur berbagai isu terkait pengelolaan BBN
Biodiesel di Jakarta dan sekitarnya. Aspek kunci lingkungan hidup dan
pengelolaan sudah banyak masuk dalam ranah kebijakan, tetapi isu tentang
polusi dan pemanasan global masih perlu ditingkatkan dalam ranah regulasi.
Selain itu, masih diperlukan regulasi yang bisa mengatur tentang tataran
implementasi yang tidak terdapat dalam semua regulasi yang dikaji. Hal lain
yang perlu diperhatikan adalah masih minimnya peraturan daerah di luar DKI
Jakarta (Bodetabek) yang terkait dengan isu yang dikaji saat ini.
(b) Hasil penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual para pelaku
menunjukkan struktur tingkat pengaruh dan kepentingan guna menyusun
sistem kelembagaan pengelolaan BBN Biodiesel secara berkelanjutan. Selain
itu, sistem pengelolaan bisa mengacu pada hubungan kontekstual dan level
hierarki elemen tujuan pengelolaan BBN Biodiesel secara berkelanjutan.
Penyelesaian masalah mengacu pada model struktur hierarki sub-elemen
pada elemen kendala utama.
(c) Hasil AHP menunjukkan bahwa peningkatan kandungan biodiesel masih
merupakan prioritas yang harus dilakukan guna menunjang pengelolaan BBN
Biodiesel secara berkelanjutan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Hal ini
ditunjang dengan perbaikan faktor harga bahan baku, peningkatan peran

pemerintah pusat, dan menjamin ketersediaan BBM di wilayah Jakarta dan
sekitarnya.
Model pengelolaan BBN Biodiesel kelapa sawit secara berkelanjutan di
Jakarta dan sekitarnya didesain berdasarkan analisis data situasional (data base),
strukturisasi dan pemilihan alternatif kebijakan prioritas (knowledge base),
maupun model hasil analisis sistem dinamik (model base). Pengembangan
kebijakan berupa regulasi, terutama yang bersifat operasional di daerah menjadi
dasar pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan sekitarnya. Sementara
stakeholder yang terlibat disusun berdasarkan strukturisasi hasil analisis ISM yang
menunjukkan peran pemerintah pusat yang mendorong PT. Pertamina (Persero)
dan pemerintah daerah sebagai pengelola operasional. Prioritas kebijakan yang

ix

harus diambil adalah dengan melakukan peningkatan kandungan biodiesel.
Sementara langkah-langkah kebijakan strategis dan operasional yang harus
dilakukan mengikuti model prioritas perbaikan keberlanjutan berdasarkan analisis
berbagai dimensi keberlanjutan. Selain itu, dilakukan kebijakan untuk mencapai
tujuan dan menyelesaikan kendala sesuai hasil analisis ISM. Pendanaan
pengelolaan diupayakan melalui dukungan pemerintah pusat dan daerah, serta

sharing dari hasil keuntungan pihak swasta dalam mengelola BBN Biodiesel di
Jakarta dan sekitarnya.
Kata kunci: pemanfaatan, BBN Biodiesel, berkelanjutan, Jakarta dan sekitarnya.

xi

Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB.

xiii

MODEL PENGELOLAAN PEMANFAATAN
BAHAN BAKAR NABATI BIODIESEL KELAPA SAWIT

YANG BERKELANJUTAN
DI JAKARTA DAN SEKITARNYA

DJATI POETRYONO DHARMOSAMOEDERO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

xv

Judul Disertasi :

Model Pengelolaan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati
Biodiesel Kelapa Sawit di Jakarta dan Sekitarnya


Nama

:

Djati Poetryono Dharmosamoedero

NIM

:

P062074124

Program Studi :

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya N., M.Eng.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S.

Dr. Zulkifli Rangkuti, S.E., M.M., M.Si.

Anggota

Anggota

Diketahui
Ketua Program Studi PSL

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S

Dr. Ir. Dahrul Syah,M.Sc.Agr

Tanggal Ujian : 10 September 2012

Tanggal Lulus :...................

Penguji pada ujian tertutup :

Dr. Ir. Etty Riani, MS
Dr. Albert Napitupulu, SE., M.Si.

Penguji pada ujian terbuka :

Prof. Dr. Ir. Kohar Sulistyadi, M.STI.
Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan, M.Sc.

xvii

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, berkat ridhoNya, penulis
dapat menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini berjudul Model Pengelolaan Bahan
Bakar Nabati Biodiesel Kelapa Sawit yang berkelanjutan di Jakarta dan
sekitarnya, disusun sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar Doktor pada
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Untuk semua ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Prof.Dr.Ir.Bambang Pramudya N.,M. Eng. sebagai ketua pembimbing, Prof.Dr.
Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, MS., dan Dr.Zulkifli Rangkuti, SE., MM, M.Si., sebagai
anggota komisi pembimbing, atas bimbingan dan dorongannya dalam menyusun
disertasi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Prof.Dr.Ir.
Cecep Kusmana, MS., selaku ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan (PSL) Institut Pertanian Bogor, demikian pula kepada pihakpihak Kementerian ESDM, PT.Pertamina (Persero), Pemerintah Daerah Bekasi,
Bogor dan Jakarta, serta Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan
pihak lainnya yang telah memberi kesempatan dan bantuan selama proses
penelitian sampai dengan tersusunnya disertasi ini.
Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa disertasi ini masih jauh dari
sempurna, sehingga masukan baik kritikan maupun saran, sangat penulis
harapkan untuk menyempurnakan disertasi ini.
Semoga disertasi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Bogor, September 2012
Djati Poetryono Dharmosamoedero

RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Semarang, pada 3 Januari 1957 sebagai anak ke-4 dari pasangan
Wienarto Dharmosamoedero BSc. (Alm) dan RA. Hermini, menikah dengan dr.
Ambarwati yang bekerja di PT. Askes (Persero), dikaruniai dua orang anak yaitu
Bodhimula Satyajati, saat ini sedang menempuh pendidikan di Mechanical
Engineering, Queensland University of Technology, Brisbane Australia dan Dwitya
Wilasarti, saat ini sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Penulis menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Departemen Mesin Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, pada tahun 1982, pendidikan
Strata-2 untuk Bidang Manajemen ditempuh pada tahun 1995 sampai dengan
tahun 1997 di Institut Bisnis Indonesia, Jakarta.
Sejak tahun 2007 penulis menempuh pendidikan Strata-3 di Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor untuk Program Studi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan.
Sejak tahun 1982 sampai dengan saat ini penulis bekerja di PT.Rekayasa Industri,
sebuah BUMN yang bergerak di bidang perekayasaan dan konstruksi dengan
jabatan saat ini adalah Direktur Proyek Pembangunan PLTU 1 x 625 Mega Watt di
Suralaya, Propinsi Banten di samping penugasan sebagai Dewan Direksi pada
PT. Bakrie-Rekin Bio Energi di Batam. Pada tahun 1995 sampai dengan 1997
penulis menjabat sebagai Management Representative PT. Rekayasa Industri
dengan tugas membangun Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 untuk perusahaan
Engineering Procurement Construction (EPC) dan mendapatkan sertifikat ISO
9001 dari Lloyd Register Quality Assurance (LRQA).
Training/seminar yang diikuti dan sertifikat yang diperoleh antara lain :
1. Tahun 1995 : On The Job Training untuk Manajemen Mutu EPC Company
ISO 9001 di ABB-Lummus B.V., Den Haag, Belanda
2. Tahun 1996 : Advance Management Course (AMC) dari Departemen
Perindustrian dan Perdagangan di Jakarta dan Melbourne Australia
3. Tahun 1997 lulus dan mendapat sertifikat Project Management
Professional (PMP) dari Project Management Institute (PMI), USA.
Certification Number 10348
4. Tahun 1997 sampai dengan 2011 aktif mengikuti seminar dan konferensi
tentang Bio Diesel, terakhir pada Desember tahun 2011 sebagai peserta
Biofuel International Conference di Kuala Lumpur Malaysia.
Pengalaman lain di bidang industri energi:
1. 1998-2000
: Project Manager pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi (Geothermal Power Plant) Wayang-Windu berkapasitas 2 x
110 Mega Watt di Pangalengan Jawa Barat
2. 2001-2003
: Sub Kontraktor Bidang Mechanical pada Proyek Langit
Biru, Pengilangan Minyak Pertamina di Balongan, Indramayu Jawa Barat.
3. 2009 : Anggota Tim Pengawasan Pelaksanaan Sertifikasi Kompetensi
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi,
Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.
Publikasi Ilmiah dari penelitian disertasi ini telah dimuat pada The International
Institute for Science, Technologi and Education (IISTE) Volume 2, No.5 (2012).
ISSN 2224-3216 (print), ISSN 2225-0948 (online) berupa artikel dengan judul
Sustainable Management Analysis of Biodiesel Utilization in Jakarta and its
Surrounding.

xix

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ..................................................................................

xv

Daftar Isi.......................................................................................................

xxi

Daftar Tabel..................................................................................................

xxv

Daftar Gambar ................................................................................................ xxvi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6

Latar Belakang.........................................................................
Kerangka Pemikiran.................................................................
Tujuan Penelitian .....................................................................
Perumusan Masalah ................................................................
Manfaat Penelitian ...................................................................
Kebaruan Penelitian (Novelty)..................................................

1
9
13
13
15
15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan Berkelanjutan ...................................................
2.1.1 Pengertian Pembangunan Berkelanjutan........................
2.1.2 Pandangan Neoclassical.................................................
2.1.3 Pandangan Ecological ....................................................
2.2 Pemanfaatan BBN Biodiesel Kelapa Sawit dalam
Pembangunan Berkelanjutan ...................................................
2.1.1 Emisi Gas Buang BBN Biodiesel Kelapa Sawit ...............
2.2.2 Gas Rumah Kaca dan Efek Rumah Kaca .......................
2.2.3 Konsep Perubahan Iklim .................................................
2.2.4 Mekanisme dalam Protokol Kyoto ...................................
2.3 Keekonomian Biodiesel............................................................
2.3.1 Biodiesel (FAME) ............................................................
2.3.2 Gambaran Umum Industri Biodiesel................................
2.3.3 Rantai Pasokan (Supply Change) Biosolar ....................
2.3.4 Penetapan Harga BBN Biodiesel berdasarkan MOPS plus
2.4 Kebijakan Terkait BBN Biodiesel..............................................
2.4.1 Kebijakan Energi Nasional ..............................................
2.4.2 Kebijakan Subsidi ...........................................................
2.4.3 Kebijakan Daerah di Jakarta dan sekitarnya ...................
2.5 Pendekatan Sistem ..................................................................
2.5.1 Analisis Sistem Dinamik ..................................................
2.5.2 Pemodelan......................................................................
2.5.3 Verifikasi dan Validasi Model...........................................

17
17
21
22
23
24
26
30
32
36
36
37
44
44
45
46
49
53
53
55
57
61

BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data......................................................
3.2.1 Brainstroming..................................................................
3.2.2 Survei Pakar ...................................................................
3.3 Metode Analisis Data ...............................................................

65
68
70
70
71

3.3.1 Analisis Keberlanjutan.....................................................
3.3.2 Analisis Kelayakan Usaha dan Keekonomian..................
3.3.3 Analisis Isi (Content Analysis)..........................................
3.3.4 Analisis ISM ....................................................................
3.3.5 Proses Hirarki Analitik (AHP)...........................................
3.3.6 Pemodelan ......................................................................

71
71
75
81
84
91

BAB IV KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6

Keberlanjutan Dimensi Lingkungan ..........................................
Keberlanjutan Dimensi Ekonomi...............................................
Keberlanjutan Dimensi Sosial...................................................
Keberlanjutan Dimensi Teknologi .............................................
Keberlanjutan Dimensi Kebijakan.............................................
Nilai Agregat Keberlanjutan......................................................

93
95
97
98
100
102

BAB V KELAYAKAN USAHA DAN KEEKONOMIAN BIODIESEL
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6

Discount Factor ........................................................................
Perbandingan Keuntungan dan Biaya (B/C Ratio)....................
Net Present Value (NPV)..........................................................
Internal Rate of Return (IRR)....................................................
Pay Back Period (PBP) ............................................................
Analisa Sensitivitas ..................................................................

107
108
108
109
109
109

BAB VI ANALISIS ISI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PEMANFAATAN YANG
ADA SAAT INI
6.1 Regulasi Pengelolaan ..............................................................
6.1.1 Fokus Regulasi Terkait Pengelolaan BBN Biodiesel
di Jakarta dan sekitarnya.................................................
6.2 Strukturisasi Pengelolaan.........................................................
6.2.1 Elemen Pelaku ...............................................................
6.2.3 Elemen Tujuan ...............................................................
6.2.4 Elemen Kendala .............................................................
6.3 Prioritas Kebijakan ...................................................................

113
113
116
117
122
127
131

BAB VII MODEL PENGELOLAAN BBN BIODIESEL DI JAKARTA DAN
SEKITARNYA
7.1. Analisis Sistem Dinamik Pengelolaan Pemanfaatan BBN
Biodiesel BBN Biodiesel di Jakarta dan sekitarnya...................
7.1.1 Pengembangan Model Dinamik ....................................
7.1.2 Model Dinamik ..............................................................
7.1.3 Simulasi Model..............................................................
7.1.4 Skenario Model .............................................................
7.1.5 Validasi Model...............................................................
7.2. Sintesa Hasil ...........................................................................
7.2.1 Dasar Regulasi .............................................................
7.2.3 Kelembagaan ......................................................................
7.2.3 Sistem Pengelolaan.............................................................

137
137
138
141
149
151
154
154
155
155

xxi

BAB VIII KESIMPULAN & SARAN
8.1. Kesimpulan ..............................................................................
8.2. Saran .....................................................................................

161
164

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

167

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Produksitivitas Tumbuhan Penghasil Minyak Nabati ..............................

4

2.

Realisasi penjualan biofuel ....................................................................

4

3.

Mandatori biodiesel sektor transportasi PSO .........................................

8

4.

Proyeksi kebutuhan energi primer Indonesia tahun 1995-2020

10

5.

Rata-rata emisi gas buang dalam volume bahan bakar yang dikonsumsi

25

6.

Karakteristik Gas Rumah Kaca Utama ................................................

28

7.

Karakteristik Pemanasan Relatif Gas Rumah Kaca ...............................

29

8.

Kontribusi Berbagai Kegiatan Terhadap Pemanasan Global

29

9.

Perbandingan teknologi dalam pemakaian bahan kimia.........................

39

10. Perbandingan teknologi dalam pemakaian bahan baku .........................

40

11. Perbandingan teknologi dalam pemakaian utilitas..................................

41

12. Subsidi komoditas BBM ........................................................................

52

13. Pasokan FAME, Solar dan Biosolar oleh Jakarta Operation Group
2009-2011..............................................................................................

67

14. Jumlah SPBU yang dipasok oleh PT Pertamina JBB Jakarta.................

68

15. Structural self interaction matrix (SSIM) awal elemen ............................

82

16. Hasil Reachability Matrix (RM) Final Elemen .........................................

83

17. Matriks Sub Sistem Hirarki.....................................................................

86

18. Penjelasan tingkat kepentingan pada skala dasar 1-9............................

87

19. Pembangkit Random (R)

90

20. Skor keberlanjutan pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan
sekitarnya

102

21. Rencana anggaran biaya investasi ....................................................... 106
22. Pertimbangan tingkat diskonto .............................................................. 107
23. Penilaian investasi produksi biodiesel ...................................................... 109
24. Hasil analisa sensitivitas ........................................................................... 110
25. Proporsi beberapa aspek kunci dalam regulasi terkait pengelolaan BBN
Biodiesel

114

26. Matriks interaksi tunggal terstruktur elemen pelaku

118

27. Hasil reachability revisi elemen pelaku

118

28. Matriks interaksi tunggal terstruktur elemen tujuan

123

29. Hasil reachability matrix revisi elemen tujuan

124

30. Matriks interaksi tunggal terstruktur elemen kendala

127

31. Hasil reachability matrix revisi elemen kendala

128

xxiii

32. Analisis pemodelan para pihak dalam pengelolaan pemanfaatan BBN
Biodiesel di Jakarta dan sekitarnya

137

33. Hasil simulasi keekonomian BBN Biodiesel

148

34. Skenario intervensi parameter model

149

35. Data validasi HPP model pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan
sekitarnya

153

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perbandingan produksi dan konsumsi BBM di Indonesia
(1999-2009)………………………………………………………………. 3
2. Produksi minyak sawit (CPO) Indonesia dan Malaysia……………… 4
3. Impor solar (ribu kilo liter) di Indonesia……………………………….. 5
4. Bauran energi nasional…………………………………………………. 5
5. Pasokan dan konsumsi rill biodiesel…………………………………… 7
6. Potensi konsumsi dan konsumsi rill biodiesel………………………… 7
7. Kerangka pemikiran penelitian………………………………………… 11
8. Pembangunan berkelanjutan.............................................................. 19
9. Penurunan emisi dari biodiesel………………………………………… 26
10. Efek rumah kaca………………………………………………………… 27
11. Kelembagaan nasional CDM.............................................................. 34
12. Siklus pengembangan proyek CDM dan kelembagaan terkait.......... 35
13. Proses perolehan CER proyek CDM dan kelembagaannya……….. 35
14. Proses pembuatan biodiesel…………………………………………… 38
15. Proses pembuatan diesel dari minyak nabati………………………… 39
16. Konfigurasi komposisi bahan baku proses PT. D……………………. 42
17. Konfigurasi komposisi bahan baku proses PT. A …………………… 42
18. Konfigurasi komposisi bahan baku proses PT. B……………………. 43
19. Rantai pasok biodiesel (FAME) menjadi biosolar……………………. 44
20. Ringkasan Inpres No.1 Tahun 2006………………………………….. 46
21. Diagram input-output sistem pengelolaan BBN Biodiesel…………… 56
22. Lokasi blending biosolar di Jawa Bagian Barat………………………. 65
23. Batas ujung SPBU dipasok Operation Group Jakarta……………… 66
24. Area yang dipasok oleh Pertamina distribusi JBB Operation Group
Jakarta Plumpang…………………………………………………… 66
25. Tahapan dan metode penelitian………………………………………. 69
26. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor………………… 84
27. Hasil analisis ordinasi dimensi lingkungan…………………………… 94
28. Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi lingkungan…………. 94
29. Hasil analisis ordinasi dimensi ekonomi……………………………… 96

xxv

30. Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi ekonomi…………..

96

31. Hasil analisis ordinasi dimensi sosial…………………………………

97

32. Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi sosial………………

98

33. Hasil analisis ordinasi dimensi teknologi…………………………….

99

34. Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi teknologi…………..

100

35. Hasil analisis ordinasi dimensi kebijakan……………………………

101

36. Hasil analisis sensitivitas atribut pada dimensi kebijakan………….

101

37. Keberlanjutan pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan
sekitarnya………………………………………………………………... 102
38. Skala ekonomis pada produksi biodiesel ……………………………. 105
39. Hasil analisa sensitivitas ………………………………………………. 110
40. Jumlah aspek kunci yang terkandung pada setiap regulasi……....... 115
41. Rata-rata proporsi dan regulasi terkait berdasarkan aspek kunci … 116
42. Klasifikasi elemen pelaku berdasarkan tingkat ketergantungan
dan daya pendorongnya……………………………………………….. 119
43. Level hierarki dan hubungan dalam elemen pelaku.......................... 121
44. Klasifikasi elemen tujuan berdasarkan tingkat ketergantungan
dan daya pendorongnya……………………………………………….. 125
45. Level hierarki dan hubungan dalam elemen tujuan…………………

126

46. Klasifikasi elemen kendala berdasarkan tingkat ketergantungan
dan daya pendorongnya………………………………………………..

129

47. Level hierarki dan hubungan dalam elemen kendala........................ 130
48. Struktur proses hirarki analitik (AHP)................................................ 133
49. Indeks konsistensi pada setiap elemen dalam struktur AHP............ 134
50. Kontribusi level faktor terhadap level fokus...................................... 134
51. Kontribusi level aktor terhadap level fokus....................................... 135
52. Kontribusi level kriteria terhadap level fokus.................................... 135
53. Agregat pembobotan dalam struktur AHP........................................ 136
54. Nilai bobot alternatif penentuan kebijakan........................................ 137
55. Causal loop model pengelolaan BBN Biodiesel di Jakarta dan
sekitarnya ………………………………………………………………

138

56. Stock-flow diagram model pengelolaan BBN Biodiesel
di Jakarta dan sekitarnya………………………………………………

140

57. Hasil simulasi pertumbuhan penduduk……………………………….

141

58. Hasil simulasi kebutuhan tenaga kerja……………………………….

142

59. Hasil simulasi kebutuhan CPO di Jakarta dan sekitarnya………….. 143
60. Hasil simulasi kebutuhan lahan perkebunan kelapa sawit…………

143

61. Hasil simulasi potensi pengurangan CO2 di Jakarta dan
Sekitarnya………………………………………………………………

144

62. Hasil simulasi potensi CDM CO2 dari hasil pemanfaatan
biodiesel di Jakarta dan sekitarnya………………………………….

145

63. Hasil simulasi harga CPO…………………………………………….

145

64. Hasil simulasi harga pokok penjualan (HPP)……………………….

146

65. Hasil simulasi indeks harga ekspor (IHE) Biodiesel………………..

146

66. Hasil simulasi selisih harga HPP dan IHE………………………….

147

67. Hasil simulasi skenario harga CPO…………………………………

149

68. Hasil simulasi skenario selisih HPP dan harga pembelian
Pemerintah……………………………………………………………..

150

69. Hasil simulasi skenario potensi nilai CDM CO2…………………….

150

70. Perbandingan HPP aktual dan simulasi……………………………..

152

71. Perbandingan IHE aktual dan simulasi……………………………..

154

72. Model konseptual pengelolaan pemanfaatan BBN Biodiesel
yang berkelanjutan di Jakarta dan sekitarnya……………………….

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

159

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Sejak dari zaman prasejarah sampai zaman awal sejarah hanya kayu yang
digunakan oleh manusia sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak dan
pemanasan. Untuk keperluan ini, kayu diperoleh dari pohon dan hutan di sekitar
permukiman, ketika itu tidak ada pilihan lain. Sejalan dengan kemajuan
peradaban manusia, selain sebagai bahan bakar, kayu juga dipakai untuk
memenuhi kebutuhan lainnya berupa antara lain untuk alat rumah tangga,
perahu dan sebagainya yang dikerjakan dengan cara bertukang.
Selain menggunakan kayu, manusia kemudian memanfaatkan sumber
daya alam lain yang murah dan dapat diperbarui yaitu energi angin yang
digunakan untuk pengangkutan (sebagai tenaga pendorong kapal layar) dan
untuk menjalankan kincir angin, dua hal tersebut merupakan contoh keberhasilan
manusia dalam memanfaatkan energi angin, selanjutnya manusia memanfaatkan
sumber daya tenaga air untuk pertukangan dan penggilingan. Energi angin dan
energi air tersebut merupakan contoh energi yang terbarukan di samping tenaga
panas matahari.
Sekitar awal abad ke 13, manusia memanfaatkan batu bara sebagai
sumber energi untuk memasak dan pemanasan. Pada abad ke-18 dengan
ditemukan mesin uap yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi,
telah memercik api Revolusi Industri di Eropa. Saat itu energi mulai digunakan
secara besar-besaran, dimana batu bara berperan sebagai bahan baku untuk
membuat kokas yang diperlukan dalam pengerjaan logam untuk membuat mesin
uap yang digunakan untuk menjalankan alat angkut pada awal abad ke-19.
Pada saat yang hampir bersamaan, yaitu pada awal abad ke-19, minyak
bumi berperan dalam pemanasan maupun penerangan dan mulai menggantikan
batu bara. Setelah dapat diperoleh dengan lebih mudah, maka minyak bumi
menggantikan batu bara untuk keperluan memasak. Selain itu, minyak bumi
digunakan

juga

sebagai

penggerak

alat

pengangkutan

dengan

motor

pembakaran yang memakai minyak, maka sebagai bahan bakar, minyak bumi
berangsur-angsur menggantikan batu bara.
Kemudian pada akhir abad ke-19 muncul tenaga listrik sebagai energi
sekunder yang memakai batu bara sebagai bahan bakar utama, selanjutnya

2

pada awal abad ke-20 pembangkit tenaga listrik memakai batu bara dan minyak
bumi sebagai bahan bakar. Berikutnya gas bumi juga dipakai sebagai bahan
bakar dalam pembangkitan tenaga listrik, dan pada saat yang sama, yaitu awal
abad ke-20, sumber daya energi air juga mulai dimanfaatkan untuk
pembangkitan tenaga listrik. Menjelang pertengahan abad ke-20, energi nuklir
mulai dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik dalam unit-unit yang
besar dan untuk berbagai penggunaan khusus, seperti bom nuklir dan kapal
selam nuklir. Energi surya, yang sebenarnya telah digunakan manusia sejak
awal, misalnya untuk pengeringan, mulai ditingkatkan pemanfaatannya setelah
krisis minyak pada dekade 1970.
Dalam proses produksi energi primer seperti batubara, minyak bumi dan
gas alam, dilakukan dengan proses pengeboran, penggalian, pengerukan, yang
selalu menimbulkan sisa-sisa dalam bentuk limbah, baik padat, cair maupun gas.
Demikian juga dalam proses produksi energi sekunder, seperti pengilangan
(processing) minyak mentah menjadi bahan bakar minyak (BBM). Pemanfaatan
energi final seperti mesin penggerak motor bakar (internal combustion)
kendaraan bermotor, akan menimbulkan juga dampak terhadap lingkungan
dalam bentuk emisi gas buang yang mengandung gas beracun maupun logam
berat serta partikel yang mengganggu kesehatan. Kenaikan suhu bumi
(pemanasan global) yang terjadi saat ini diakibatkan oleh akumulasi gas rumah
kaca di atmosfer bumi, seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous
oksida (NO2) sebagai salah satu dampak dari pemanfaatan bahan bakar fosil
(BBF).
Mobilitas masyarakat modern maupun distribusi produk industri menjadi lebih
cepat dengan menggunakan sistem transportasi modern. Hal ini menuntut
peningkatan penggunaan sumber energi yang sangat pesat. Pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk Indonesia telah meningkatkan konsumsi
energi nasional sebesar 7% pertahun. Dilain pihak, produksi minyak mentah
Indonesia mengalami penurunan sebesar 5-6% pertahun (EIA, 2011). Lebih dari
separuh penggunaan energi nasional berasal dari minyak bumi yang
pemanfaatannya sebagian besar masih disubsidi. Semakin menurunnya produksi
minyak bumi Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai net-importir minyak bumi
(BBM). Grafik perbandingan produksi dan konsumsi BBM di Indonesia sejak
tahun 1999-2009 disajikan dalam Gambar 1. Kondisi ini mengakibatkan subsidi
pemerintah semakin membengkak kecuali apabila pemerintah menyesuaikan

3

harga BBM untuk golongan public service obligation (PSO) seperti
seper pada

Produksi & Konsumsi minyak bumi
(1000 barrel/hari)

penggunaan untuk transportasi dan rumah tangga.

Sumber : EIA, 2011.
Gambar 1 Perbandinga
erbandingan produksi dan konsumsi BBM di Indonesia
(1999-2009).
Indonesia sebagai negara tropis kaya akan tumbuhan
umbuhan yang menghasilkan
minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel, seperti pada Tabel 1,, bahkan saat
ini Indonesia sudah menjadi
menj
negara penghasil minyak kelapa sawit (CPO)
terbesar di dunia sejak tahun 2007, mengalahkan Malaysia yang sebelumnya
menjadi produsen terbesar di dunia, seperti di tunjukan Gambar 2,, seharusny
seharusnya
menjadi pertimbangan penting, mengingat impor solar masih dalam jumlah yang
relatif besar, seperti diperlihatkan
diperli
pada Gambar 3.
Pemerintah Indonesia telah melakukan
melaku
antisipasi dengan
gan melakukan upaya
memanfaatkan energi alternatif
alternatif, baik yang relatif bersih maupun energi yang
terbarukan yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
mor 5 tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional mengatur tentang komposisi sumber
energi dalam bauran energi nasional (energy primer mix) bertujuan

untuk

mengerahkan upaya mewujudkan keamanan pasokan energi (energy security)
dalam negeri seperti ditunjuk
ditunjukkan pada Gambar 4. Bersamaan dengan PP
tersebut, pada tanggal yang sama

diterbitkan Inpres Nomor 1 tahun
ahun 2006

tentang Penyediaan
ediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN
BBN) sebagai
Bahan Bakar Lain. Tindak lanjut dari kedua peraturan tersebut adalah dengan

4

merealisasikan pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel seperti
ditunjukan pada Tabel 2.
Tabel 1 Produktivitas tumbuhan penghasil minyak nabati
Tumbuhan
Jagung
Biji Kapas
Jerami
Kacang Kedelai
Wijen
Biji Bunga Matahari
Kacang Tanah
Biji Opium
Rapeseed
Olive
Ricinus
Jojoba
Jatroppha (jarak)
Kelapa
Kelapa Sawit

Produktivitas
(Ton/Th/Ha)
172
325
363
446
696
925
1059
1163
1190
1212
1413
1818
1892
2689
5950

Negara Pembudidaya
USA,China,Brazil, Mexico
USA,China,Brazil, Mexico
Kanada
USA,China,Brazil, Mexico
USA,China,Brazil, Mexico
India, USA,China,Brazil, Mexico dan
China
USA,China,Brazil, Mexico
Afganistan, Turki
Cina,Kanada, India,Austrlia
Moroko,Turki,Argentina
Brazil
USA,Meksiko, Argentina
India,Indonesia,Afrika
Filipine, Vietnam,Indonesia
Malaysia,Indonesia,Nigeria,
Thailand,Kolombia

Produksi CPO (1000 ton)

Sumber : Aunn, 2006 dalam Hendroko, 2008.

Sumber : USDA, 2000.

Gambar 2 Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia dan Malaysia.

5

16
Impor Solar (1000 kilo liter)

14
12
10
8
6
4
2
0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber : KESDM, 2011.

Gambar 3 Impor solar (ribu kilo liter) di Indonesia.

Energi (Primer) Mix Saat Ini
Tenaga Air,
3.11%
Panas Bumi,
1.32%
Gas Bumi,
28.57%

Minyak Bumi,
51.66%
Batubara, 15.34%

Energi Mix Tahun 2025
(Skenario BaU)

Energi Mix Tahun 2025
(Sesuai Perpres No. 5/2006)

PLTA, 1.9%
PLTMH, 0.1%
Panas Bumi,
1.1%

Minyak Bumi,
20%

Gas Bumi, 20.6%

Bahan Bakar Nabati
(Biofuel), 5%

Gas Bumi, 30%

OPTIMALISASI
PENGELOLAAN
ENERGI

Minyak Bumi,
41.7%

Batubara, 34.6%

EBT, 17%

Panas Bumi, 5%
Biomasa, Nuklir, Air,
Surya, Angin, 5%

Batubara , 33%

Sumber: KESDM, 2006.

Gambar 4 Bauran energi nasional.

Batubara yang
Dicairkan (Coal
Liquefaction), 2%

6

Tabel 2 Realisasi pemanfaatan biofuel

Tahun

Potensi
Biopremium
(Juta Liter)

Realisasi
Biopremium
(Juta Liter)

2006
2007
2008
2009
2010

493
523
569
663
704

0.05
0.06
1.81
1.26
0.00

Potensi
Iodiesel
(Juta
Liter)
442
426
446
494
643

Realisasi
Iodiesel
(Juta Liter)
11
44
46
120
223

Persen
Biodiesel
2.50%
10.33%
10.31%
24.30%
34.70%

Sumber: KESDM, 2011.

Pada tahun 2006 dengan dikeluarkannya program BBN, Pemerintah
melalui Timnas BBN menetapkan harga jual biodiesel tidak boleh melebihi harga
jual solar sehingga konsumen diharapkan akan beralih dari solar menjadi
biodiesel. Penetapan harga jual biodiesel tersebut berimplikasi pada harga
bahan baku (input), yaitu harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil, CPO).
Karena harga CPO meningkat tajam maka harga jual biodiesel akan melebihi
harga jual solar yang ditetapkan, sehingga banyak produsen biodiesel
melakukan pengurangan produksinya.
Hal ini berakibat pada kapasitas terpasang produsen biodiesel tidak
termanfaatkan maksimal, akibatnya banyak produsen mengalami kerugian
bahkan menghentikan produksinya. Implikasi lainnya menyebabkan investor
yang masih dalam taraf pengembangan, menghentikan pembangunan pabrik
biodieselnya, sehingga Program Nasional Pemanfaatan BBN mengalami
kendala. Kondisi seperti ini akan semakin mengurangi kemampuan pemenuhan
konsumsi biodiesel

di masa mendatang, karena diproyeksikan kebutuhan

konsumsi biodiesel akan terus meningkat di waktu mendatang sebagaimana
disajikan pada Gambar 5 dan 6. Saat ini di Indonesia tercatat sebanyak 13 buah
perusahaan biodiesel yang aktif memasok ke PT. Pertamina (Persero). Daftar
produsen biodiesel di Indonesia selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

7

Idle capacity

Sumber : PT Pertamina (Persero), 2011.

Konsumsi (juta liter)

Gambar
mbar 5 Pasokan dan konsumsi riil Biodiesel.

Potensi Konsumsi

Konsumsi Riil

Sumber : PT Pertamina
tamina (Persero),
(P
2011.

Gambar 6 Potensi
P
konsumsi dan konsumsi riil Biodiesel.

Emisi gas buang dari kendaraan bermotor adalah sisa hasil pem
pembakaran
bahan bakar yang
g dikeluark
dikeluarkan melalui saluran knalpot (muffler).. Sisa hasil
pembakaran berupa: (a) air (H2O); (b) gas CO2 atau disebut juga karbon dioksida,
CO2 merupakan bagian dari gas rumah kaca yang berakibat pemanasan bumi
hingga perubahan iklim;

(c) gas SO2 atau disebut juga sulfur dioksida yang

beracun dan berbahaya bagi manusia, (d) NOx senyawa nitrogen oksida yang
dapat berakibat penyakit jantung, iritasi paru-paru; (e) senyawa hidrokarbon HC

8

berupa senyawa hidrat arang sebagai akibat ketidak sempurnaan proses
pembakaran yang dapat mempengaruhi sistem pernafasan; (f) partikel lepas
(particulated matter/PM) yang dapat berakibat pada penyakit infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) .
Menurut Adel (1995) jumlah pencemar udara yang diemisikan di Jakarta
dari sektor transportasi per tahun sebanyak 373.662 ton CO, 15.338 ton NO2,
dan 7.476 ton SO2. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
mengurangi permasalahan tersebut adalah dengan mensubstitusi konsumsi BBM
fosil dengan BBN, seperti bioetanol dan biodiesel. Hal ini telah diantisipasi
dengan keluarnya Peraturan Gubernur Nomor 141 Tahun 2007 yang
menargetkan konversi penggunaan bahan bakar gas (BBG) untuk semua
kendaraan angkutan umum di DKI Jakarta pada Oktober 2012. Selain itu secara
nasional, roadmap pengembangan BBN yang telah direvisi dengan Peraturan
Menteri ESDM Nomor 32 tahun 2008 menargetkan biodiesel mensubstitusi
konsumsi solar untuk sektor Transportasi Public Service Obligation (PSO) hingga
pada tahun 2025 seperti ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3 Mandatori biodiesel sektor transportasi PSO
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
2011-2015
2016-2020
2021-2025

Timnas
BBN
B05
B05
B05
B05
B05
B10
B15
B20

Kepmen
32/2008
B01
B01
B025
B005
B010
B020

Realisasi

Keterangan

B05
B05
B01
B01
B025
B05-B075

Belum terbit
Belum terbit
T

April ’12 meningkat B075

Sumber : KESDM, 2008.

Pada kenyataannya, dalam perjalanan menuju tahun 2025, harga jual
biodiesel seringkali melebihi harga jual solar, sehingga pemerintah harus
mensubsidi biodiesel.

Hal

ini sudah dilakukan terhitung mulai tahun 2009

melalui Kepmen ESDM Nomor 2711 tahun 2009 tentang perubahan ke-3 atas
Kepmen ESDM Nomor 1246 K tahun 2009 tentang harga patokan jenis bahan
bakar minyak tertentu tahun anggaran 2009 dan Nomor 2712 tahun 2009 tentang
harga index pasar BBN tahun 2009.

9

Pemerintah menetapkan harga jual biodiesel menggunakan acuan harga
minyak solar atau automotive diesel oil (ADO) pada MOPS (Mid Oil Plants of
Singapore) ditambah dengan besaran subsidi tertentu. Hasil perhitungan yang
dilakukan pada tahun 2006, menunjukkan bahwa harga jual biodiesel per liter
lebih tinggi daripada harga jual solar per liter. Oleh karena itu, untuk menjalankan
program biodiesel pada tahun 2025 pemerintah harus menganggarkan subsidi
tambahan pada biodiesel yang lebih sesuai dan sebaliknya jika harga CPO
menurun hingga mengakibatkan harga biodiesel lebih rendah dari pada solar,
maka pemerintah berhak menurunkan subsidi dan bahkan mengenakan pajak
penjualan yang lebih untuk mengkompensasikan subsidi saat harga biodiesel
meningkat. Skenario subsidi (dan disinsentif)

biodiesel memiliki keunggulan

(competitive advantage) dari sisi lingkungan jika dibandingkan dengan solar
sehingga berpotensi mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development) dalam jangka panjang, dan dalam sisi lain
meningkatkan ketahanan energi.
Penelitian tentang biodiesel, masih berupa penelitian yang lebih pada
aspek

teknis

dan

ekonomis.

Sedangkan

penelitian

pengelolaan

yang

berkelanjutan yang terintegrasi masih belum ada. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian tentang model pemanfaatan BBN Biodiesel kelapa sawit
yang berkelanjutan terutama di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Hal ini
disebabkan Jakarta dan sekitarnya memiliki kegiatan transportasi yang sudah
sangat tinggi nilai pencemarannya dan juga menyumbang emisi gas rumah kaca
(GRK) secara signifikan, serta dari segi kesehatan sangat mengganggu. Menurut
Tugaswaty (2008), kontribusi pencemaran emisi gas buang kendaraan bermotor
di DKI Jakarta mencapai sekitar 70%.

1.2 Kerangka Pemikiran
Kemacetan di Jakarta dan sekitarnya menyebabkan peningkatan yang
lebih tajam pada konsumsi energi. Sementara keterbatasan cadangan
(reserve) sumber daya alam minyak di Indonesia sudah menurun dan
diperkirakanakan berakhir dalam kurun waktu 30 tahun. Selain itu, akan
menghambat penurunan GRK yang ditargetkan oleh pemerintah berupa
penurunan GRK dari upaya sendiri sebesar 26% pada tahun 2020, sesuai
dengan komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20, Pittsburgh dan COP-15. Oleh karena itu, energi alternatif BBN Biodiesel

10

kelapa sawit sudah selayaknya direalisasikan. Prioritas pemanfaatan BBN,
terutama biodiesel, perlu diimplementasikan pada daerah-daerah yang
sangat polutif udaranya akibat dari emisi gas buang kendaraan bermotor
pengguna BBM fosil.
Kebutuhan energi di Indonesia hingga tahun 2020 berdasarkan analisis
BPPT (2011) dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan populasi perubahan
struktrural dalam ekonomi, substitusi dari sumber-sumber energi tradisional ke
sumber-sumber energi komersial dan efisiensi penggunaan energi (Tabel 4).
Pada tahun 2020, pertumbuhan ekonomi di Indonesia per tahun cukup tinggi.
Untuk itu pemerintah perlu memperhatikan kontribusi energi baru dan terbarukan
non tradisional di Indonesia yang diharapkan mencapai kurang lebih 4,8%.
Penyediaan energi tersebut diperkirakan akan naik secara nyata setiap
tahunnya.
Tabel 4 Proyeksi kebutuhan energi primer Indonesia tahun 1995-2020
Tahun

Minyak

Gas bumi

Batu bara

Hidro

Panasbumi

Total

1995

296 479

110 552

60 301

30 150

5 025

502 507

2000

374 897

152 736

124 966

34 713

6 943

694 2