3 METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Agustus sampai September 2008. Tempat yang dijadikan obyek penelitian adalah Pelabuhan
Perikanan Nusantara PPN Pekalongan, Jawa Tengah, merupakan lokasi pendaratan utama kapal-kapal purse seine yang beroperasi di Laut Jawa dan
sekitarnya.
3.2 Pengumpulan Data
Data primer meliputi pengamatan secara langsung di lapangan, wawancara dan diskusi dengan semua sumber data yang telah ditentukan purposive serta
pencatatan data yang telah tersedia pada semua instansi terkait. Data sekunder diperoleh di PPN Pekalongan, Jawa Tengah berupa serial data periode tahun 2002
– 2007 berupa informasi bulan penangkapan ikan, nama kapal, ukuran kapal gross tonnage, GT, daerah penangkapan fishing ground, dan jenis hasil
tangkapan.
3.3 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul kemudian ditabulasikan, diolah dan dianalisis dengan serangkaian metode dan masing-masing disajikan dalam bentuk peta,
tabel, gambar dan grafik.
3.3.1. Analisis catch per unit effort
Untuk mengetahui hasil tangkapan per satuan upaya catch per unit of effort
menggunakan rumus Sparre Venema 1999, yaitu : Effort
Catch CPUE
= dimana
CPUE : Catch per unit effort
tangkapan per satuan upaya Catch
: Jumlah hasil tangkapan g, kg, dan ton Effort
: Jumlah upaya penangkapan hari, trip, dan unit
3.3.2 Analisis daerah penangkapan fishing ground
Analisis daerah penangkapan kapal purse seine dilakukan secara diskriptif. Pertama-tama melakukan pengelompokkan data kapal purse seine yang beroperasi
menurut daerah penangkapannya selama tahun 2002-2007. Selanjutnya mempetakan data tersebut ke dalam peta dengan menggunakan software Surfer 8.
3.3.3 Analisis musim penangkapan
Untuk mengkaji dinamika musiman digunakan indeks musim penangkapan, dan data yang digunakan adalah data CPUE. Dajan 1983
menyatakan bahwa data deret waktu terdiri dari komponen-komponen trend sekuler, variasi musim, variasi siklis dan random. Fluktuasi yang terjadi, bukan
hanya disebabkan oleh variasi musim saja, tetapi trend sekuler, variasi siklis dan variasi random juga berpengaruh terhadap data deret waktu. Untuk memperoleh
gambaran yang nyata tentang variasi musim, maka trend sekuler, variasi siklis dan variasi random harus diisolasi dari data deret waktu yang bersangkutan.
Metode yang digunakan untuk mengisolasi fluktuasi yang disebabkan oleh trend sekuler, variasi siklis dan variasi random tersebut adalah metode rata-rata
bergerak moving average. Dasar untuk menyusun indeks musim penangkapan IMP adalah dengan menggunakan metode rata-rata bergerak. Langkah-langkah
perhitungan rasio rata-rata bergerak yang dikemukakan oleh Dajan 1983 yang dimodifikasi oleh Wiyono 2001 adalah sebagai berikut :
a Menyusun deret CPUE bulan Januari 2002 - Desember 2007 n
i
= CPUE keterangan : i = 1, 2, 3,...72
ni = urutan ke i b Menyusun deret jumlah CPUE selama 12 bulan untuk setiap bulan
keterangan :
∑
+ −
=
=
6 6
k k
j i
k
CPUE n
k = 7,8,9,...,67 n
k
= urutan ke-k j = urutan ke-j pada deret n
i
c Menyusun deret jumlah CPUE selama 12 bulanan untuk setiap bulan
∑
− =
=
p p
m k
p
CPUE n
1
keterangan : p = 7,8,9,...,67
n
p
= urutan ke-p pada deret n
k
d Menyusun deret rata-rata bulanan selama 12 bulanan untuk setiap bulan :
∑
− =
=
p p
m m
q
CPUE n
1
12 1
keterangan : q = 7,8,9,..., 67
nq = urutan ke q e Menghitung rasio rata-rata untuk tiap bulan
bulan nselama
ratabulana Rata
CPUE Rasio
12 −
=
f Menyusun nilai rata-rata dalam suatu matriks berukuran i x j yang
disusun untuk setiap bulan dimulai bulan Juli-Juni. Kemudian menghitung total rasio rata-rata setiap bulan, selanjutnya menghitung
total rasio rata-rata dan indeks musim penangkapan. Rasio rataan untuk bulan j
=
∑
= 4
1
4 1
i ij
x
Jumlah rasio rataan =
∑∑
= =
12 1
4 1
4 1
j i
ij
x
Rasio rataan bulanan =
∑∑
= =
12 1
4 1
4 1
12 1
j j
ij
x
Indeks musim penangkapan =
∑∑ ∑
= =
= 12
1 4
1 4
1
12 1
j j
ij i
ij
x x
M
t
= Rata-rata bergerak 12 bulanan
Y Y
Y M
t 12
2 1
... 12
1 +
+ =
∑
+ −
=
=
5 6
12 1
t t
t
Yt Mt
, dimana t = 7,8,...n
Ratio rata-rata bergerak :
Mt Yt
Karena
E C
T I
Y
t t
t t
t
x x
x =
dan
C T
M
t t
t
x =
, sehingga :
C T
E C
T I
M Y
t t
t t
t t
t t
x x
x x
=
E I
M Y
t t
t t
x =
, dimana Et = Error
ratamedial jumlahrata
FK −
= 1200
, FK = Faktor Koreksi
Indek musim = FK x Rata-rata medial
Dimana rata-rata medial adalah rata-rata dari data setelah data maksimum dan minimum dihilangkan.
CSI = Consecutive Seasonal Index yaitu jumlah indeks di atas 100 yang berurutan dimana nilai CSI ini menggambarkan
panjang pendeknya musim penangkapan Ulrich and Andersen 2004
Ukuran kapalGT
Analisis dinamika perikanan Survei
Data primer dan data sekunder
Fishing ground
Hasil tangkapan per kapal
Bulan penangkapan ikan
Analisis musim
Pengelolaan perikanan Jumlah
kapal
Gambar 3 Diagram alir penelitian dinamika perikanan purse seine di PPN Pekalongan.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Perikanan purse seine Pekalongan
4.1.1.1 Kapal purse seine Pekalongan
Secara umum armada penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Pekalongan adalah jenis kapal motor KM. Contoh spesifikasi
kapal purse seine di Pekalongan seperti disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Contoh spesifikasi kapal purse seine Pekalongan No. Spesifikasi
Dimensi
1. Nama kapal
KM Buana I 2.
Ukuran utama kapal -Panjang LOA
-Lebar B -Depth D
23,92 m 7,15 m
2,03 m
3. Mesin induk
-Merk -Daya
-RPM Nissan RD 8
300 PK 2500 rpm
4. Bahan bakar
Solar 5.
Gross Tonnage 102 GT
6. Jumlah palka ikan
12 7.
ABK 35 – 38 orang
Kapal purse seine terbuat dari bahan kayu dan kebanyakan menggunakan mesin dalam inboard engine dan memiliki ukuran diatas 30 GT. Berdasarkan
data PPN Pekalongan, kapal purse seine dikelompokkan ke dalam kategori GT kapal yang berbeda, yaitu kelompok ukuran kapal 31-50 GT, 51-70 GT, 71-100
GT, 101-130 GT dan 130 GT. Perkembangan jumlah purse seine dari masing- masing kelompok ukuran GT kapal mengalami kecenderungan menurun.
Kelompok ukuran GT kapal antara 101-130 GT, pada tahun 2003 terjadi penurunan jumlah kapal sebesar 29,3 , yaitu dari 140 unit menjadi 99 unit.
Selanjutnya pada tahun 2004, terjadi penurunan kembali hingga 5,1 yaitu dari 99 unit menjadi 94 unit, demikian juga untuk tahun 2005 juga mengalami
penurunan sebesar 23,4 , yaitu dari 94 unit menjadi 72 unit. Demikian seterusnya hingga tahun 2007, jumlah kapal purse seine ukuran 101-130 GT
mengalami penurunan jumlah. Demikian juga untuk kapal ukuran 130 GT juga mengalami penurunan jumlah. Sedangkan kapal ukuran 71-100 GT, pada tahun
2007 meningkat dari 95 unit menjadi 145 unit. Perkembangan kapal purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal disajikan dalam Gambar 4.
50 100
150 200
250 300
350
2002 2003
2004 2005
2006 2007
J um
la h k
apa l
u ni
t
31-50GT 51-70GT
71-100GT 101-130GT
130GT
Gambar 4 Perkembangan jumlah purse seine dari masing-masing kelompok ukuran GT kapal.
4.1.1.2 Alat tangkap purse seine Pekalongan
Dilihat dari segi konstruksinya maka bagiankomponen purse seine yang terdapat di Pekalongan dapat dikelompokkan dalam 4 bagian besar, yaitu : 1
jaring 2 srampad 3 tali temali dan 4 pelampung, pemberat serta swivel. Komponen yang termasuk dalam bagian jaring adalah sayap kiri dan kanan,
badan ke-1 dan ke-2 kiri dan kanan dan kantong. Jenis bahan, ukuran dan satuan komponenbagian tersebut disajikan dalam Tabel 2, sedangkan gambaran
konstruksi purse seine seperti disajikan dalam Gambar 5. Bagian jaring purse seine
terdiri dari : 1 Bagian jaring
Bagian jaring terdiri dari tiga bagian, yatu ; a Jaring utama, bahan nilon 210 D9, mesh size 1 inci; b Jaring sayap, bahan nilon 210 D6, mesh
size 1 inci; c Jaring kantong mesh size ¾ inci. Srampad selvedge, dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat
jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampad selvedge
dipasang bagian atas, bawah dan samping dengan bahan dan ukuran mata jaring yang sama, yaitu PA R310 tex, 1 inci.
2 Tali Temali Tali temali terdiri dari a Tali pelampung, bahan PE, Ø 10 mm, panjang
800 m; b Tali ris atas, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 800 m; c Tali ris bawah, bahan PE, Ø 2 cm, panjang 850 m; d Tali pemberat, bahan PE Ø
10 mm, panjang 850 m; e Tali kolor, bahan kuralon, Ø4 cm, panjang 1200 m; f Tali selambar, bahan PE, panjang 50 m.
3 Pelampung Jumlah pelampung sebanyak 4000 buah yang dibuat dari synthetic rubber.
Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibandingkan dengan bagian pinggir.
4 Pemberat Pemberat terbuat dari timah sebanyak 15.500 buah berdiameter 3 cm dan
panjang 5 cm dipasang pada tali pemberat.
5 Cincin Cincin terbuat dari kuningan dengan diameter 11,5 cm sebanyak 150 buah,
digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter dengan jarak tiga meter setiap cincin. Kedalam cincin ini
dimasukkan tali kolor purse line.
Tabel 2 Contoh spesifikasi jaring purse seine di Pekalongan No. Bagian
Material Ukuran
Jumlah A Jaring
1. Sayap kiri dan kanan
Nylon multifilament 0,6 mmd –1 inci
100 m x 400 MD 9 pcs satu
11 pcs dua 13 pcs tiga
2. Badan ke-1 kiri dan kanan
Nylon multifilament 0,9 mmd – 1 inci
100 m x 400 MD 15 pcs
3. Kantong bagian
atas Nylon multifilament
1,5 mmd–0,75 inci 100 m x 400 MD
3 pcs 4. Kantong
bagian bawah
Nylon multifilament 0,9 mmd – 1 inci
100 m x 400 MD 14 pcs
B Srampad 1. Srampad
atas PE multifilament
0,9 mmd-1,25 inci 14 MD
- 2. Srampad
bawah PE multifilament 0,9 mmd-1,25 inci
17 MD -
3. Srampad kiri dan
kanan PE multifilament
0,9 mmd-1,25 inci 10 MD
- C Tali
Temali 1. Tali
penarik PE multifilament
36 mmd 20 m
2. Tali pelampung dan tali ris atas
PE multifilament 12 mmd
800 m 3. Tali pemberat
dan tali ris bawah PE multifilament
10 mmd 850 m
4. Tali cincin
PE multifilament 10 mmd
1,5 m 5. Tali
kolor PE multifilament
36 mmd 940 m
D. Lain-lain 1. Pelampung
Plastik Panjang
17 cm
Ø 11 cm Ø lubang 3cm
2. Pemberat
Timah Panjang 4 cm
Ø 2,5 cm Ø lubang 1,5 cm
350 g 3600 buah
3. Cincin
Kuningan Ø dalam 10 cm
Ø luar 14 cm 110 buah
Purse seiner
Jaring
Tali pelampung
Selvedge srampad Pelampung
Pemberat Tali Pemberat
Tali Kolor purse line Cincin
Gambar 5 Gambaran konstruksi purse seine.
4.1.1.3 Metode pengoperasian purse seine
Operasi penangkapan purse seine yang ada di Indonesia berdasarkan waktu penangkapan, yaitu :
1 Operasi penangkapan ikan siang hari. Sifat operasi penangkapan adalah berburu di suatu daerah penangkapan
tertentu, sehingga kapal membutuhkan tenaga mesin dan bahan bakar yang besar untuk mengejar kelompok ikan. Bila terlihat adanya tanda-tanda
kemunculan ikan di permukaan, maka kegiatan operasi penangkapan mulai dilakukan, seperti mengejar kelompok ikan tersebut dan melakukan
persiapan setting alat tangkap. Jumlah kapal yang digunakan ada yang berjumlah 1 kapal one boat system dan 2 kapal two boat system.
2 Operasi penangkapan ikan malam hari. Sifat operasi penangkapan adalah pasif di suatu daerah penangkapan
tertentu. Dikatakan pasif, karena dalam kegiatan operasi penangkapan ikan ada waktu yang digunakan untuk menunggu berkumpulnya ikan dekat
dengan permukaan air. Dalam metode pengoperasiannya, digunakan digunakan cahaya lampu dan rumpon portable. Lampu utama ditempatkan
pada kapal dan perahu lampu. Rumpon terpasang pada pinggir kapal dan perahu lampu. Kemampuan lampu dan rumpon yang digunakan dalam
mengumpulkan ikan akan menjadi faktor keberhasilan penangkapan.
Seperti halnya purse seine di daerah lain, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di perairan Utara Jawa dan sekitarnya, termasuk kapal-kapal purse
seine Pekalongan juga menggunakan lampu dan rumpon sebagai alat bantu
pennagkapan. Metode operasi penangkapan purse seine yaitu : 1 Persiapan kapal purse seine membawa perahu kecil dan konstruksi rumpon
portable. Komponen rumpon portable terdiri dari pelepah kecil daun kelapa dan tali PE Ø12 cm.
2 Setelah sampai di daerah penangkapan, lampu pada kapal dinyalakan dan rumpon dipasang dan diletakkan pada bagian haluan kapal. Setelah terlihat
adanya tanda-tanda keberadaan ikan kira-kira sekitar 8-0 jam drifting dengan munculnya gelembung-gelembung udara yang bergerak ke arah
permukaan,maka perahu kecil diturunkan ke permukaan air. Lampu pada perahu kecil dinyalakan dan rumpon dipindahkan dari kapal purse seine ke
perahu kecil. Lampu pada kapal purse seine dimatikan, sehingga lampu hanya ada pada perahu kecil. Perahu kecil dibiarkan hanyut dengan
melihat perkiraan jarak yang memungkinkan bahwa jaring purse seine dapat dilakukan pelingkaran dengan sempurna dimana perahu kecil berada
di tengah-tengah lingkaran jaring yang di-setting. Harapan pada kondisi ini adalah bahwa ikan berkumpul di bawah sumber cahaya dan rumpon pada
perahu kecil. 3 Setelah itu kegiatan setting jaring purse seine dapat dilakukan, yaitu
dengan menurunkan ujung jaring pertama yang diberikan pelampung tanda lampu suar, dilingkarkan hingga kapal bertemu lagi dengan pelampung
tanda tadi. Penarikan purse line tali kolor jaring dilakukan dengan cepat dengan menggunakan roller capstan pada kapal.
4 Kemudian dilakukan penarikan jaring secara manual oleh ABK baik dari sisi haluan maupun buritan kapal secara bersamaan. Hingga tinggal bagian
kantong termpat berkumpulnya ikan hasil tangkapan. 5 Pengambilan hasil tangkapan ikan dengan scoop net.
4.1.2 Perkembangan perikanan purse seine Pekalongan
Perkembangan eksploitasi sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa sangat erat kaitannya dengan perkembangan alat tangkap purse seine. Sejak
pelarangan pukat harimau tahun 1980 melalui Keppres No. 39 tahun 1980, perikanan purse seine berkembang menjadi semi industri yang diikuti dengan
peningkatan ukuran kapal. Sampai tahun 1990, perikanan purse seine Pekalongan terus mengalami modernisasi teknologi penangkapan dalam bentuk peralatan alat
bantu penangkapan seperti rumpon dan menggunakan lampu merkuri dengan daerah operasi sudah mencapai bagian timur Laut Jawa sampai ke Selat Makasar.
Pada tahun 1990, perikanan purse seine mengalami perubahan taktik penangkapan dari rumpon dan lampu merkuri digantikan dengan lampu sorot
sebagai alat bantu penangkapan. Namun demikian, Potier dan Petit 1997 menyatakan bahwa perubahan strategi penangkapan dari rumpon menjadi lampu
sorot sebagai alat bantu pengumpul ikan tidak merubah secara drastis komposisi hasil tangkapan, perbedaan komposisi hasil tangkapan sangat tergantung pada
musim dan daerah penangkapan. Sejak tahun 1997, perikanan purse seine dilengkapi dengan alat bantu
yang semakin modern seperti radio komunikasi, lampu sorot, global positioning system
GPS dan fish finder Atmaja 2006. Perkembangan perikanan purse seine berupa perubahan ukuran kapal,
teknik penangkapan, daerah penangkapan dan jumlah armada penangkapan mempunyai peranan sangat penting yang memungkinkan menuju tingkat
eksploitasi yang berlebihan dan membahayakan ketersediaan ikan pelagis yang ada Sadhotomo et al. 1986.
4.1.2.1 Perkembangan hasil tangkapan purse seine
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil tangkapan purse seine
berfluktuasi setiap bulannya. Rata-rata bulanan hasil tangkapan mencapai puncak pada bulan Oktober yaitu sebesar 3798,88 ton. Sedangkan hasil
tangkapan terendah dicapai pada bulan Maret sebesar 1296,13 ton Gambar 6 .
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov
R ata-
rat a bul
anan has
il t angk
apan ton
Gambar 6 Rata-rata bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan tahun 2002-2007.
Sementara itu, hasil tangkapan purse seine antar tahun juga berfluktuasi. Hasil tangkapan purse seine tertinggi dicapai pada tahun 2004 54.127,36 ton,
sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2002 3219,65 ton Gambar 7.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
H a
s il tan
gk apan
ton
Gambar 7 Perkembangan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN. Pekalongan, tahun 2002 – 2007.
4.1.2.2 Perkembangan jumlah upaya
Jumlah upaya penangkapan ikan kapal purse seine Pekalongan yang beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya berfluktuasi mengikuti pola kelimpahan
ikan. Berdasarkan data jumlah kapal purse seine yang beroperasi selama 6 tahun 2002-2007 ditunjukkan bahwa puncak pengoperasian purse seine terjadi pada
bulan Oktober. Puncak pengoperasian purse seine dicapai pada bulan Oktober. Setelah mencapai titik tertinggi, jumlah purse seine yang dioperasikan mengalami
penurunan sampai titik terendah, yang dicapai pada bulan April Gambar 8.
100 200
300 400
500 600
700 800
900
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov J
um lah upay
a uni
t k a
pal
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Total
Gambar 8 Perkembangan jumlah upaya penangkapan ikan unit kapal purse seine
di PPN Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.2.3 Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan
Gambaran mengenai kelimpahan sumber daya ikan dalam suatu perairan tidak cukup dijelaskan hanya dengan fluktuasi hasil tangkapan saja. Perubahan
hasil tangkapan ikan sangat dipengaruhi perubahan jumlah armada penangkapan yang beroperasi, sehingga konsep pembandingan hasil tangkapan terhadap upaya
penagkapannya perlu diterapkan. Konsep pembandingan itu disebut sebagai ”catch per unit effort” CPUE. Dengan diketahuinya nilai CPUE, maka dapat
diketahui perubahan hasil tangkapan yang disebabkan oleh perubahan jumlah upaya penangkapannya.
Berbeda dengan nilai hasil tangkapan bulanan, nilai CPUE bulanan mencapai titik tertinggi pada bulan Agustus 36,34 tonunit dan nilai terendah
pada bulan Maret 18,07 tonunit Gambar 9. Fluktuasi bulanan nilai CPUE tidak membentuk pola yang teratur seperti pada nilai hasil tangkapan rata-rata
bulanan.
5 10
15 20
25 30
35 40
Des Jan
Feb Mrt
Apr Mei
Jun Jul
Agt Sep
Okt Nov
R at
a- rat
a bul anan C
P U
E ton
uni t
Gambar 9 Rata-rata CPUE bulanan hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun 2002-2007
4.1.2.4 Hasil tangkapan ikan layang
Decapterus spp. tiap pola musim di Laut Jawa
Gambaran mengenai hasil tangkapan ikan layang tiap musim yang berlaku di Laut Jawa diperoleh dengan cara mengelompokkan data tiap triwulan menurut
pola musimnya. Laut Jawa, seperti halnya sebagian besar wilayah Indonesia mengenal adanya dua pola musim, yaitu musim barat dan musim timur serta
musim peralihan yang terjadi saat pergantian musim diantara dua pola musim tersebut.
Berdasarkan wawancara serta data-data, diperoleh bahwa musim barat berlangsung pada bulan Desember-Februari. Musim peralihan I terjadi pada bulan
Maret-Mei. Pada bulan Maret-Mei ini terjadi perubahan arah gerak angin. Pergerakan angin yang sebelumnya menuju ke arah timur akan berbalik menuju
ke arah barat, sehingga pergerakan arus tidak menentu. Setelah mengalami musim peralihan, bulan Juni-Agustus terjadi musim timur, dan bulan-bulan berikutnya
antara bulan September-November terjadi musim peralihan II. Hasil tangkapan, jumlah upaya penangkapan maupun CPUE tertinngi
dicapai pada musim peralihan II. Nilai hasil tangkapan, upaya penangkapan ikan dan CPUE pada musim ini berturut-turut adalah 32.856,51 ton, 1804 unit kapal
dan 18,21 tonunit kapal Tabel 3.
Tabel 3 Nilai CPUE ikan layang tiap musim yang tertangkap di Laut Jawa dan sekitarnya yang didaratkan di PPN Pekalongan, tahun 2002-2007
Musim Hasil tangkapan
ton Jumlah upaya
unit kapal CPUE
tonunit kapal Barat 15.684,83
1310 11,97
Peralihan I 11.260,16
1124 10,02
Timur 23.991,84 1356
17,69 Peralihan II
32.856,51 1804
18,21 Setelah musim peralihan II, hasil tangkapan terus mengalami penurunan,
dan nilai terendah dicapai pada musim peralihan I. Menginjak musim timur, hasil tangkapan mengalami kenaikan lagi dan kembali mencapai puncaknya pada
musim peralihan II. 4.1.2.5
Daerah penangkapan fishing ground kapal purse seine Pekalongan Wilayah operasi purse seine Pekalongan relatif jauh dibandingkan dengan
purse seine yang ada di wilayah pantai utara Jawa lainnya. Saat ini kapal purse
seine yang sebelumnya berbasis di Pekalongan dan melakukan penangkapan ikan
di perairan Laut Jawa dan sekitarnya telah melakukan ekspansi ke perairan Selat Makasar, Laut Cina Selatan dan Natuna.
Berdasarkan hasil penelitian, kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan umumnya melakukan penangkapan di perairan sekitar Utara Tegal
dan Pekalongan, perairan Kepulauan Karimunjawa, perairan sekitar Pulau Bawean, perairan Kep. Masalembo, perairan P. Matasiri, perairan Pulau Kangean,
perairan sekitar P. Pejantan, Natuna, Midai, Tarempa, Tambelan Laut Cina Selatan dan perairan Lumu-Lumu, Lari-Larian, Kota Baru Selat Makasar. Pada
musim barat walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan, banyak nelayan yang mengarahkan haluannya menuju ke
perairan Selat Makasar 54,47 demikian juga pada musim peralihan I terkonsentrasi di Selat Makasar 23,53. Sementara pada musim timur, para
nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan 25,34. Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar
Kepulauan Masalima 44,21 Gambar 10. Pada umumnya, nelayan pukat cincin purse seine di Tegal, Pekalongan
dan Juwana telah melakukan penentuan daerah penangkapan berpedoman pada siklus pergerakan ikan pelagis berdasarkan musim dan ukuran ikan. Sesuai dengan
sifat umum nahkoda kapal dimana serial pengalaman telah membentuk pengetahuan mengenai fenomena alam perubahan kondisi lingkungan, ruaya,
musim terhadap daerah penangkapan yang dianggap potensial untuk memberikan peluang mendapatkan hasil tangkapan yang cukup besar pada masa-masa tertentu,
demikian pula perubahan komposisi jenis ikan menurut daerah penangkapan Atmaja dan Nugroho 2003.
10 20
30 40
50 60
Pe rse
n ta
se
D A
C B
G F
E H
A C
B G
F E
H A
C B
G F
E H
A C
B G
F E
H Barat
Timur Peralihan I
Peralihan II D
D D
Gambar 10 Distribusi kapal purse seine Pekalongan pada musim dan daerah penangkapan, tahun 2002-2007.
Keterangan :
A : perairan di sekitar utara Tegal dan Pekalongan B : perairan di sekitar Kep. Karimunjawa
C : perairan di sekitar Pulau Bawean D : perairan di sekitar Kepulauan Masalembo
E : perairan di sekitar Masalima F : perairan di sekitar Selat Makasar
G : perairan di sekitar Pulau Kangean H : perairan di sekitar Laut Cina Selatan
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daerah penangkapan purse seine
yang berbasis Pekalongan belum banyak berubah seperti estimasi yang dikemukakan oleh Nugroho 2004 Tabel 4 dan Lampiran 3.
Tabel 4 Estimasi posisi geografis daerah penangkapan armada purse seine Pekalongan
Wilayah Penangkapan
Estimasi Posisi Geografis Utara Tegal-
Pekalongan 108
o
30 00 - 110
o
00 00 BT 5
o
30 00- 6
o
30 00 Kep. Karimunjawa
110
o
00 00 - 112
o
00 00 BT 4
o
30 00- 6
o
00 00 P. Bawean
112
o
00 00 - 114
o
00 00 BT 4
o
30 00- 6
o
30 00 P. Masalembo
114
o
00 00 - 115
o
30 00 BT 4
o
00 00- 6
o
00 00 P. Matasiri
115
o
30 00 - 117
o
00 00 BT 4
o
30 00- 5
o
30 00 P. Lumu-Lumu
116
o
30 00 - 117
o
30 00 BT 3
o
00 00- 4
o
30 00 P. Kangean
114
o
30 00 - 116
o
30 00 BT 7
o
00 00- 5
o
30 00 Sumber : Nugroho 2004
Kegiatan operasi kapal purse seine yang berbasis di Pekalongan berlangsung sepanjang tahun. Berdasarkan data periode tahun 2002-2007, terlihat
bahwa intensitas kegiatan operasi penangkapan pada musim barat Desember- Februari relatif tinggi. Pada tahun 2002 dan 2003 konsentrasi kapal purse seine
terpusat di daerah perairan Masalima pada musim peralihan II. Selanjutnya tahun 2004, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan
Masalima pada musim peralihan II. Sedangkan pada tahun 2005, konsentrasi berpindah ke daerah perairan Masalembo dan Selat Makasar pada musim barat
dan pada musim peralihan I dan musim timur terpusat di perairan Bawean, Masalembo dan Masalima, Selat Makasar dan Laut Cina Selatan, pada musim
peralihan II di perairan Masalima, Selat Makasar dan Kangean. Pada tahun 2006, konsentrasi terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat, perairan
Bawean pada musim timur dan perairan Kangean pada musim peralihan II. Sedangkan tahun 2007, konsentrasi kapal terpusat di perairan Selat Makasar pada
musim barat dan peralihan II serta di perairan sekitar Kangean pada musim peralihan II. Peta lokasi daerah penangkapan ikan fishing ground kapal purse
seine Pekalongan tiap musim dan tiap tahun dapat dilihat pada Gambar 11–
Gambar 35. Sedangkan persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan tiap musim dapat dilihat pada Gambar 36.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tan g
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Ut a r a Te ga l Ka r im u n j a w a
Ba w e a n M a sa le m bu S. M a k a ssa r
Ka n ge a n LCS
S.Ka r im a t a
M a sa lim a
Gambar 11 Lokasi daerah penangkapan ikan fishing ground kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
MUSIM BARAT
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 12 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2002.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 13 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2003.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 14 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2004.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 15 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2005.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 16 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2006.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 17 Sebaran daerah penangkapan pada musim barat tahun 2007.
MUSIM PERALIHAN I
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 18 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2002.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 19 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2003.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 20 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2004.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 21 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2005.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 22 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2006.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 23 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan I tahun 2007.
MUSIM TIMUR
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 24 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2002.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 25 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2003.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 26 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2004.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 27 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2005.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 28 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2006.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 29 Sebaran daerah penangkapan pada musim timur tahun 2007.
MUSIM PERALIHAN II
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 30 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2002.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 31 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2003.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Lin tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 32 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2004.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 33 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2005.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 34 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2006.
8.0° 6.0°
4.0° 2.0°
0.0° 2.0°
4.0°
Li n
tang
106.0° 108.0°
110.0° 112.0°
114.0° 116.0°
118.0° 120.0°
122.0°
Bujur Timur
P. JAW A LAUT JAW A
P. KALI M AN TAN
Jumlah KapalTahun
1 to 25 25 to 50
50 to 100 100 to 200
200 to 300
Gambar 35 Sebaran daerah penangkapan pada musim peralihan II tahun 2007.
Musim barat
10 20
30 40
50 60
70 80
2002 2003
2004 2005
2006 2007
P e
rs e
n ta
s e
Musim peralihan I
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2002 2003
2004 2005
2006 2007
P e
rs e
n ta
s e
Musim timur
20 40
60 80
100 120
2002 2003
2004 2005
2006 2007
P e
rse n
ta s
e
Musim peralihan II
10 20
30 40
50 60
2002 2003
2004 2005
2006 2007
Pe rs
ent as
e
Ut. Tegal Karimunjaw a
Baw ean Masalembu
Masalima Mks
Kangean LCS
Gambar 36 Persentase konsentrasi kapal purse seine Pekalongan menurut daerah penangkapan pada musim barat, peralihan I, timur dan peralihan II.
4.1.2.6 Komposisi hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan
Laut Jawa memiliki komoditas sumber daya ikan pelagis kecil yang potensial. Enam dari 16 jenis ikan yang tertangkap merupakan hasil utama
tangkapan purse seine BRPL 2004. Jenis yang paling dominan adalah ikan layang 52, yang terdiri atas 2 spesies yaitu ikan layang pipih Decapterus
ruselli dan ikan layang bulat D. macrosoma. Menyusul ikan siro Amblygaster
sirm , ikan bentong Selar crumenophthalmus, ikan banyar Rastrelliger
kanagurta dan tembangjui Sardinella spp.. Jenis ikan tongkol Auxis thazard –
pelagis besar 5 ; dan jenis-jenis ikan lain 6 Gambar 37.
Bawal Bentong
8
Layang 52
Siro 12
Tongkol 5
Jui 4
Teros 2
Ayam2 an 4
Tenggiri Lain-lain
6 Banyar
7
Gambar 37 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan tahun 2002 – 2007.
Selanjutnya komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun dapat dilihat pada Gambar 38. Dari gambar tersebut nampak bahwa setiap tahun
ikan layang selalu mendominasi hasil tangkapan purse seine Pekalongan. Sementara itu, hasil tangkapan purse seine terbesar terjadi pada tahun
2004 yang mana pada tahun tersebut konsentrasi kapal purse seine terpusat di perairan Selat Makasar pada musim barat dan Masalima pada musim peralihan II.
Sedangkan hasil tangkapan terkecil terjadi pada tahun 2002, konsentrasi kapal purse seine
terpusat di perairan Masalima.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
H a
s il T
an gk
a pa
n T
on
Lain-lain Banyar
Bentong Bawal
Layang Siro
Jui Tongkol
Tenggiri Teros
Ayam2 an
Gambar 38 Komposisi hasil tangkapan purse seine Pekalongan antar tahun 2002-2007
Komposisi hasil tangkapan purse seine menurut daerah penangkapan fishing ground berbeda-beda. Dari Gambar 39 nampak bahwa hasil tangkapan
ikan layang selalu mendominasi di tiap daerah penangkapan. Di perairan Selat Makasar, selain ikan layang, hasil tangkapan lainnya yang dominan adalah ikan
siro, bentong dan banyar. Adanya fluktuasi hasil tangkapan ini dimungkinkan sehubungan dengan adanya perubahan musim. Perubahan kondisi lingkungan
mempengaruhi beberapa jenis ikan tertentu untuk melakukan ruaya, misalnya layang Decapterus spp dan banyar Rastrelliger kanagurta yang beruaya
mengikuti perubahan salinitas sehingga ikan tersebut selalu beruaya musiman.
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000 50000
U tar
a T eg
al K
ar im
u nj
aw a
Ba w
e a
n Ma
s a
le mb
o Ma
s a
lima M
a ka
sa r
K a
ng ea
n LC
S H
a s
il t a
ng k
a pa
n to
n
Banyar Bentong
Bawal Layang
Siro Tongkol
Tenggiri Campur
Teros Ayam2 an
Gambar 39 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan daerah penangkapan fishing ground
.
Berdasarkan ukuran kapal gross tonnage, GT, jumlah hasil tangkapan purse seine
yang terbesar pada kelompok kapal berukuran 71-100 GT 95.564,11 ton dan hasil tangkapan terendah pada kelompok kapal ukuran 30 GT 1828,40
ton Gambar 40. Hal ini menunjukkan bahwa kapal purse seine berukuran 71– 100 GT lebih banyak melakukan operasi penangkapan dibandingkan dengan
ukuran kapal lainnya, sehingga hasil tangkapan yang diperoleh pun juga lebih banyak.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
70000 80000
90000 100000
31-50 51-70
71-100 101-130
130
GT H
as il t
angk apan
ton
Banyar Bentong
Bawal Layang
Siro Jui
Tongkol Tenggiri
Campur Teros
Ayam2 an
Gambar 40 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan gross tonnage GT kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.3 Musim penangkapan ikan
Daerah penangkapan ikan purse seine Pekalongan berubah baik secara spasial maupun temporal. Perubahan daerah penangkapan ikan secara spasial
didasarkan atas perubahan lokasi penangkapan ikan yang potensial terhadap suatu jenis ikan target penangkapan. Sedangkan perubahan daerah penangkapan ikan
secara temporal didasarkan pada bulan-bulan dimana banyak tertangkap ikan-ikan target penangkapan. Faktor utama yang mempengaruhi berubahnya daerah
penangkapan ikan baik secara spasial maupun temporal adalah ruaya ikan baik untuk kepentingan makan, pembesaran, proses reproduksi, berubahnya
lingkungan perairan dan lain-lain serta kondisi lingkungan perairan.
4.1.3.1 Ikan layang Decapterus spp.
Musim penangkapan ikan yang didasarkan pada nilai Indek musim penangkapan ikan IMP menunjukkan bahwa musim ikan layang terjadi sekitar
pada bulan Mei sampai dengan September dan November sampai Desember dimana nilai IMP-nya berkisar diatas 100 Gambar 41. Indek musim
penangkapan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 162,68 . Sedangkan indek musim penangkapan ikan terendah terjadi pada bulan Maret
yaitu sebesar 45,92. Meskipun pada bulan November dan Desember nilai indeknya sudah diatas 100, namun pada bulan Oktober nilai indeknya turun lagi
dibawah 100, selanjutnya nilai indek pada bulan Mei sudah diatas 100.
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Des Feb
Apr Jun
Agt Okt
Bulan Inde
ks M
us im
Indek musim normal
Gambar 41 Nilai indek musim penangkapan IMP ikan layang Decapterus spp. hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.3.2 Ikan siro Amblygaster sirm
Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Desember – Maret dan November mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan
April - Oktober nilai IMP-nya dibawah 100 Gambar 42. Bulan Desember - Maret merupakan musim penangkapan ikan siro yang baik di Laut Jawa dan
sekitarnya. Sedangkan bulan April – Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan siro. Puncak musim penangkapan ikan siro berdasarkan
perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Desember 288,74. Bulan September merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan siro.
50 100
150 200
250 300
350
Des Feb
Apr Jun
Ags Okt
Bulan In
de ks
M us
im Indek musim
normal
Gambar 42 Nilai indek musim penangkapan IMP ikan siro Amblygaster sirm hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.3.3 Ikan selar bentong Selar crumenophthalmus
Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Maret - Juni dan bulan Desember mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan Juli -
Oktober nilai IMP-nya dibawah 100 Gambar 43. Bulan Maret - Juni dan bulan Desember merupakan musim penangkapan ikan selar bentong Selar
crumenophthalmus yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Juli
– Oktober adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan selar bentong. Puncak musim penangkapan ikan selar bentong berdasarkan perhitungan nilai
IMP terjadi pada bulan Desember 133,63. Bulan Oktober merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan selar bentong.
20 40
60 80
100 120
140 160
Des Feb
Apr Jun
Ags Okt
Bulan Inde
k s M
u si
m
Indek musim normal
Gambar 43 Nilai indek musim penangkapan IMP selar bentong Selar crumenophthalmus hasil tangkapan kapal purse seine
Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.3.4 Ikan kembung banyar Rastrelliger kanagurta
Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juli - Oktober mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan Januari- Mei nilai
IMP-nya dibawah 100 Gambar 44. Bulan Juli-Oktober merupakan musim penangkapan ikan kembung banyar Rastrelliger kanagurta yang baik di Laut
Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Januari–Mei adalah bulan yang kurang baik bagi penangkapan ikan kembung banyar. Puncak musim penangkapan ikan
kembung banyar berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan September 146,97. Bulan Mei merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan
kembung banyar.
20 40
60 80
100 120
140 160
Des Feb
Apr Jun
Ags Okt
Bulan In
de k M
u si
m Indek musim
normal
Gambar 44 Nilai indek musim penangkapan IMP ikan kembung banyar
Rastrelliger kanagurta hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
4.1.3.5 Ikan tembangjuwi Sardinella spp.
Hasil perhitungan IMP menunjukkan bahwa antara bulan Juni-Juli dan September-November mempunyai nilai IMP diatas 100. Sedangkan antara bulan
Desember-Mei, bulan Agustus nilai IMP-nya dibawah 100 Gambar 45. Bulan Juni-Juli dan September-November merupakan musim penangkapan ikan
tembangjuwi Sardinella spp. yang baik di Laut Jawa dan sekitarnya. Sedangkan bulan Desember–Mei dan bulan Agustus adalah bulan yang kurang baik bagi
penangkapan ikan tembangjuwi. Puncak musim penangkapan ikan tembangjuwi berdasarkan perhitungan nilai IMP terjadi pada bulan Juni 156,77. Bulan
Maret merupakan musim paceklik bagi penangkapan ikan tembang juwi.
20 40
60 80
100 120
140 160
180
Des Feb
Apr Jun
Ags Okt
Bulan In
d ek
s M u
si m
Indek musim normal
Gambar 45 Nilai indek musim penangkapan IMP ikan tembangjuwi
Sardinella spp. hasil tangkapan kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
4.2 Pembahasan
Hasil tangkapan purse seine Pekalongan selama periode 2002-2007 berfluktuasi baik bulanan maupun tahunan. Perubahan hasil tangkapan bulanan,
diduga disebabkan oleh peningkatan jumlah upaya penangkapan dan perubahan pola musim. Peningkatan dan penurunan hasil tangkapan berkorelasi dengan
peningkatan dan penurunan jumlah upaya penangkapan Gambar 46. Peningkatan hasil tangkapan selama bulan Juli-Oktober yang diikuti oleh
peningkatan jumlah upaya kapal purse seine yang beroperasi dan penurunan hasil tangkapan dari bulan Oktober–Maret disebabkan yang diikuti oleh adanya
penurunan jumlah upaya kapal purse seine yang beroperasi membuktikan fenomena tersebut.
Respon nelayan purse seine terhadap kenaikan bahan bakar minyak BBM dengan cara menurunkan jumlah upaya penangkapan ikan dan
memperbanyak hari operasi di laut, diduga telah menyebakan penurunan jumlah upaya penangkapan. Strategi ini dimaksudkan untuk menghemat biaya
transportasi dari dan ke daerah penangkapan fishing ground, karena biaya operasi penangkapan purse seine sebagian besar berupa bahan bakar solar
mencapai sekitar 45nya dari total biaya operasional. Perubahan pola penangkaan ini juga telah mengakibatkan perubahan hasil tangkapan yang
didaratkan.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
H as
il t ang
k a
pa n t
o n
200 400
600 800
1000 1200
1400 1600
1800 2000
J u
m lah
up ay
a un it
k ap
al
Hasil tangkapan Upaya
Gambar 46 Perkembangan hasil tangkapan dan jumlah upaya kapal purse seine Pekalongan tahun 2002-2007.
Sedangkan perubahan hasil tangkapan tahunan diduga disebabkan oleh perubahan kelimpahan sumberdaya ikan yang ada di laut. Seperti terlihat di
Gambar 46 hasil tangkapan tertinggi dicapai pada tahun 2004, hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah upaya kapal purse seine yang beroperasi. Apabila
kita lihat daerah penangkapannya fishing ground pada tahun tersebut kapal purse seine
Pekalongan banyak terkonsentrasi di sekitar perairan Selat Makasar dan pada musim peralihan II terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima.
Sebaliknya penurunan hasil tangkapan disebabkan adanya penurunan jumlah upaya kapal purse seine yang beroperasi. Disamping itu juga disebabkan oleh
berubahnya komposisi hasil tangkapan. Sesuai dengan pendapat Atmaja et al.
1986 yang menyatakan bahwa ikan layang mendominasi hasil tangkapan purse seine
di Laut Jawa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun komposisi hasil tangkapan antar tahun berubah, ikan layang masih mendominasi
hasil tangkapan antar tahun. Kelimpahan ikan menjadi kunci terhadap kegiatan penangkapan ikan. Bila
dalam operasi penangkapan hasil tangkapan yang diperoleh kurang memadai, maka nelayan tidak akan melaut untuk beberapa waktu sampai datang musim
ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditunjukkan bahwa kelimpahan ikan CPUE ikan tahunan tertinggi dicapai pada tahun 2003 Gambar 47, sedangkan
jumlah upaya dan hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2004 Gambar 46.
Apabila kita lihat nilai CPUE bulanan, nilai CPUE tertinggi dicapai pada bulan Agustus 36,34
tonunit. Tingginya nilai kelimpahan CPUE tersebut akan mendorong nelayan untuk melaut, sehingga pada bulan tersebut merupakan
puncak musim penangkapan ikan di Laut Jawa dan sekitarnya.
10000 20000
30000 40000
50000 60000
2002 2003
2004 2005
2006 2007
H as
il t an
gk apa
n t
o n
5 10
15 20
25 30
35
C P
U E
to n
u n
it k
a p
a l
Hasil tangkapan CPUE
Gambar 47 Perkembangan hasil tangkapan purse seine dengan CPUE ikan yang tertangkap di Laut Jawa tahun 2002-2007.
Berubahnya hasil tangkapan ikan, telah mendorong untuk berkembangnya daerah penangkapan ikan. Hal ini tidak hanya dari semakin bertambah luasnya
daerah penangkapan yang diikuti pula dengan perjalanan mencari gerombolan ikan, tetapi juga menambah jumlah hari operasi penangkapan. Sesuai dengan
pendapat Atmaja et al.1986, lama operasi kapal purse seine di laut mengalami perubahan dari rata-rata 4,2 hari pada tahun 1976 menjadi rata-rata 11,2 hari pada
tahun 1984, atau terjadi kenaikan sebesar 167. Bahkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, kapal purse seine Pekalongan mempunyai lama operasi
di laut rata-rata 73 hari per trip. Selain dari sisi area dan strategi penangkapan, juga terjadi perluasan waktu
operasi penangkapan ikan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pada musim barat walaupun keadaan cuaca dan gelombang sangat tidak menguntungkan dan
musim peralihan I banyak nelayan yang melakukan penangkapan ikan dan mengarahkan haluannya menuju ke perairan Selat Makasar. Hal ini menurut
Sadhotomo 1998 diduga karena secara umum ikan besar cenderung berasosiasi
dengan sub area Matasiri dan Selat Makasar Lumu-lumu pada periode akhir musim timur November–Desember dan awal musim barat Januari- Maret.
Sementara pada musim timur, para nelayan banyak menangkap ikan sampai perairan Laut Cina Selatan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Sadhotomo 1995, yang menyatakan bahwa setiap tahun selama musim peralihan I sampai dengan musim timur bulan Maret sampai dengan Juli sejumlah kapal
purse seine ukuran besar dari Pekalongan melakukan penangkapan ikan pelagis
kecil di Laut Cina Selatan. Selanjutnya pada musim peralihan II banyak nelayan menuju ke perairan sekitar Kepulauan Masalima. Fakta lain dari hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa pengoperasian kapal purse seine di Laut Jawa tidak lagi ditentukan oleh musim penangkapan, hal ini didasarkan pada fakta masih
beroperasinya kapal-kapal purse seine di tiap daerah penangkapan fishing ground
pada setiap musim. Selanjutnya, berdasarkan nilai indek musim penangkapan IMP, dapat
diketahui bahwa puncak musim penangkapan ikan berbeda-beda. Puncak musim
penangkaan layang Decapterus spp. terjadi pada bulan Agustus musim timur.
Musim penangkapan ikan siro Amblygaster sirm dan selar bentong Selar crumenophthalmus
terjadi pada bulan Desember musim barat, sedangkan musim penangkapan ikan kembung banyar Rastrelliger kanagurta pada bulan
September musim peralihan II dan ikan tembangjuwi Sardinella spp. pada bulan Juni musim timur. Perubahan musim penangkapan ikan tersebut telah
mendorong terhadap berubahnya daerah penangkapan ikan. Saat musim barat dimana banyak kapal terkonsentrasi di perairan Selat Makasar Gambar 10
terjadi puncak musim ikan siro dan bentong. Pada musim timur, dimana kapal purse seine
Pekalongan banyak beroperasi di sekitar perairan Laut Cina Selatan, Masalima, Selat Makasar dan Bawean terjadi musim ikan layang dan
tembangjuwi. Perubahan musim penangkapan ikan tersebut, diduga berkaitan dengan
sistem musim di Laut Jawa. Wyrtki 1961 menyatakan bahwa pada musim timur di sekitar Laut Banda dan Selat Makasar terjadi up-welling sehingga daerah
sekitarnya menjadi subur. Kesuburan perairan tersebut terbawa arus ke Laut Jawa mengakibatkan Laut Jawa selama dan sesudah musim timur menjadi subur.
Sedangkan pada musim peralihan II banyak kapal purse seine terkonsentrasi di sekitar perairan Masalima dan terjadi puncak musim ikan kembung banyar.
Pada musim timur Juni-Agustus arus permukaan di Laut Jawa menuju ke arah barat dan massa air tersebut membawa salinitas yang berkadar tinggi 32o-
33,75o. Massa air bersalinitas tinggi yang berasal dari Laut Flores tersebut memasuki Laut Jawa, dengan membawa ikan layang yang bersifat stenohaline.
Pada tahap awal, ikan layang dari Laut Flores yang masih kecil mengikuti arus sampai Pulau Bawean, sehingga pada bulan Juni-September ikan layang dewasa
banyak tertangkap di Laut Jawa Hardenberg 1937, diacu dalam Wiyono 2001. Apabila kita lihat dari nilai indek musim penangkapan ikan layang bulan
Juni 103,57 dan nilai CPUE triwulannya 17,69 tonunit maka pada bulan Juni khususnya dan musim timur umumnya secara relatif cukup baik untuk
penangkapan ikan layang. Kelayakan penangkapan itu juga didukung dengan adanya pola musim yang memungkinkan ikan layang hidup dan berkembang di
Laut Jawa dan sekitarnya, sehingga hasil tangkapan ikan layang menguntungkan. Setelah berakhirnya musim timur, datang musim peralihan II dari musim
timur ke musim barat pada bulan September-November. Arus permukaan di Laut Jawa pada musim ini tidak menentu, sedangkan salinitas rata-ratanya masih tinggi
34o. Diduga pengaruh musim timur masih nyata pada awal musim peralihan ini sehingga hasil tangkapan ikan masih sangat tinggi. Keberhasilan hasil
tangkapan ikan layang sampai akhir musim peralihan ini karena nutrien yang disuplai dari Laut Banda dan Selat Makasar telah menyuburkan Laut Jawa dan
menjadikan plankton yang merupakan makanan pokok ikan layang hidup dengan subur. Apabila dilihat dari perubahan salinitas yang tidak begitu jauh, diduga ikan
layang masih mampu mempertahankan aktivitas dan metabolismenya sehingga tidak perlu mengadakan ruaya ke tempat lain. Diduga hal inilah yang
menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan beroperasi di sekitar perairan Masalima pada musim peralihan II Gambar 10.
Nilai CPUE bulanan terendah dicapai pada bulan Februari-Maret Gambar 9 atau tepatnya pada akhir musim barat dan awal musim peralihan I. Fenomena
ini membawa dampak pada sedikitnya armada purse seine yang beroperasi di Laut Jawa, yang ditunjukkan dengan rendahnya nilai IMP pada bulan-bulan tersebut.
Waktu luang tersebut dimanfaatkan oleh nelayan untuk memperbaiki kapal maupun jaringnya.
Bulan Februari merupakan akhir dari musim barat, dan bulan Maret-April adalah musim peralihan dari musim barat menuju musim timur. Asikin 1971
menyatakan bahwa sebelum musim barat tiba terjadi perubahan pola arus di Laut Jawa, yang membawa dampak menurunnya kadar salinitas Laut Jawa dan pada
akhirnya mempersempit daerah penyebaran ikan layang, sehingga kelimpahan ikan layang menjadi turun. Lebih lanjut dikatakan bahwa pada bulan Februari-
Maret di Laut Jawa kosong akan ikan layang, karena salinitas permukaan turun oleh desakan air yang berasal dari arah barat yang membawa kadar salinitas
rendah. Pada musim barat di Laut Jawa bagian barat berlangsung musim hujan sehingga desakan massa air dari sungai di Sumatera dan air hujan mengakibatkan
rendahnya salinitas di perairan tersebut. Diduga hal inilah yang menyebabkan banyak kapal purse seine Pekalongan yang beroperasi di Selat Makasar pada
musim barat Gambar 10. Pada akhir musim barat sampai musim peralihan I, arah arus tidak
menentu dan salinitas permukaan semakin rendah yaitu sekitar 31,25- 32 o. Ikan layang mulai meninggalkan Laut Jawa dan mencari tempat lain yang kondisi
lingkungannya sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Sebagai konsekuensinya, hasil tangkapan ikan layang pada akhir musim barat sampai musim peralihan I rendah.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan