BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan secara kuantitatif dengan menggunakan titrasi formol menunjukkan bahwa kandungan protein dalam putih telur puyuh 8,98 ± 0,2177
g100 ml, telur itik 8,06 ± 0,1448 g100 ml, telur ayam ras 6,89 ± 0,1822 g100 ml, telur ayam buras 6,27 ± 0,1621 g100 ml, dan telur penyu 0,44 ± 0,1621
g100 ml. Hasil uji statistik yaitu uji beda rata-rata kandungan protein dalam
kelima bahan tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dimana kandungan protein pada putih telur puyuh lebih tinggi dari bahan putih
telur lainnya, urutan tertinggi selanjutnya pada putih telur itik, putih telur ayam ras, putih telur ayam buras dan putih telur penyu sehingga dapat disimpulkan
bahwa kandungan Protein paling banyak terkandung dalam putih telur puyuh dan kandungan protein paling sedikit terkandung pada putih telur penyu.
5.2 Saran
Disarankan bahwa untuk penelitian selanjutnya kadar protein pada kuning telur secara metode Kjedhal.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 77, 100, 102-104.
Anonima. 2013. Tips dan Teknik Budidaya Ayam Ras Petelur. http:sabdaalamnusantara.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25 juli
2013. Anonimb. 2013. Penyu. http:id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 25 juli
2013. Auliana, R. 2001. Gizi dan Pengolahan Pangan. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Adicitra Karya Nusa. Halaman 7-8. Barasi, M.E. 2007. Nutrition At a Glance. Terjemahan: Hermin Halim. At a
Glance: Ilmu Gizi. 2009. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 43. Bintang, M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halaman 100, 101, 108-109, 112. Deman, J.M. 1989. Principles of Food Chemistry. Terjemahan: Kosasih
Padmawinata. Kimia Makanan. 1997. Bandung: ITB. Halaman 103, 105-151.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1127, 1165.
Estiasih, T., Novita, W., Indira, P., Wenny, B.S., Nurcholis, M., dan Feronika, H. 2012. Modul Praktikum Biokimia Dan Analisis Pangan. Malang:
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Halaman 41. Gandjar, I.G., dan Rohman, A. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan IV.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 22. Girindra, A. 1993. Biokimia I. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Halaman 88. Irianto, K., dan Waluyo, K. 2007. Gizi Dan Pola Hidup Sehat. Cetakan IV.
Bandung: Penerbit Yrama Widya. Halaman 21-22. Juariah, E. 2010. Puyuh Ternakku Yang Menyenangkan. Cetakan Ketiga.
Bandung: PT. Sinergi Pustaka Indonesia. Halaman 2, 9, 10, 33.
Universitas Sumatera Utara
Kusnandar, F. 2010. Kimia Makanan Komponen Makro. Jakarta: PT. Dian Rakyat. Halaman 206.
Muchtadi, D. 2010. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Cetakan Kesatu. Bandung: Alfabeta, CV. Halaman
2-6, 11-15, 24-25
. Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Bogor: PT. Dian Rakyat.
Halaman 56. Pomeranz, Y., dan Meloan, C. 1987. Food Analysis: Theory and Practise.
Edisi kedua. New York: Van Nostrand Reinhold Company. Halaman 753-755.
Rasyaf, M. 1994. Makanan Ayam Broiler. Cetakan I. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 102, 110.
Sastrohamidjojo, H. 2005. Kimia Organik. Edisi I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 119-120.
Saswono, B. 1997. Beternak ayam Buras. Cetakan 15. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 59-62.
Simanjuntak, L. 2002. TikTok Unggas Pedaging Hasil Persilangan Itik Dan Entok. Cetakan I. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 1, 8-9.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Penerbit
Liberty. Halaman 54-55. Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan
dan Pertanian. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 119, 141, 144.
Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1, 8- 10, 13, 19.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Edisi VI. Bandung: Tarsito. Halaman 93. Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan V. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Halaman 60. Wulandari, A.R. 2008. Studi Tentang Keragaman Genetik Melalui
Polimorfisme Protein Darah Dan Putih Telur Pada Tiga Jenis Ayam Kedu Periode Layer. Tesis. Semarang: Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Perhitungan Pembakuan NaOH 0,1 N
Data Larutan Baku NaOH No. Berat K.Biftalat
Titrasi yang diperoleh 1.
0,501 25,5
2. 0,500
25,1 3.
0,500 25,3
Perhitungan: Normalitas NaOH =
G. K. Biftalat 0,2042 × ml NaOH
1. Normalitas NaOH =
0,501 0,2042 ×25,5
= 0,0962 N 2.
Normalitas NaOH =
0,500 0,2042 ×25,1
= 0,0976 N 3.
Normalitas NaOH =
0,500 0,2042 ×25,3
= 0,0968 N
Normalitas rata-rata Nr dan Persen Deviasi d Nr
1
=
N1 + N2 2
=
0,0962+ 0,0976 2
= 0,0969 N d
1
=
N1−Nr1 Nr1
× 100 = �
0,0962−0,0969 0,0969
� × 100 = 0,72 Nr
2
=
N1 + N3 2
=
0,0962+ 0,0968 2
= 0,0965 N d
2
=
N1−Nr2 Nr2
× 100 = �
0,0962−0,0965 0,0965
� × 100 = 0,31 Nr
3
=
N2 + N3 2
=
0,0976+ 0,0968 2
= 0,0972 N d
3
=
N1−Nr3 Nr3
× 100 = �
0,0976−0,0972 0,0972
� × 100 = 0,41 Normalitas NaOH yang sebenarnya adalah normalitas rata-rata dengan
persen deviasi terkecil yaitu 0,31 dengan normalitas 0,0965 N.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Identifikasi Sampel
Gambar 1. Pembakuan NaOH 0,1 N
Gambar 2. Sebelum dan sesudah titrasi pada sampel
Sebelum titrasi Penambahan formaldehid
Sesudah titrasi
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan alir proses pembuatan larutan sampel
Telur
Ditambahkan 20 ml akuades Ditambahkan 0,4 ml larutan K-Oksalat jenuh
Ditambahkan 2 ml formaldehid 40 Larutan berwarna putih
Didiamkan selama 2 menit Dipisahkan kuning dan putihnya
Dikeringkan
Sampel yang telah diperoleh 100 ml
Dititrasi dengan NaOH sampai tercapai warna merah jambu
Diambil bagian putihnya Dibersihkan cangkangnya
Dipipet 10 ml Dimasukkan kedalam erlemeyer 125 ml
Ditambahkan 1 ml indikator fenolftalein 1
Hasil Warna merah jambu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Hasil analisis kualitatif protein
Gambar 3. Hasil analisis kualitatif dengan larutan pereaksi biuret
Gambar 4. Hasil analisis kualitatif dengan larutan pereaksi xanthoprotein
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Perhitungan kadar protein dalam sampel
Data perhitungan protein pada Sampel Telur Ayam Ras 1. Protein =
0,0965 0,1
�4,3- 0,4�×1,83 = 6,89 2. Protein =
0,0965 0,1
�4,2- 0,4�×1,83 = 6,71 3. Protein =
0,0965 0,1
�4,3- 0,4�×1,83 = 6,89 4. Protein =
0,0965 0,1
� 4,4- 0,4�×1,83 = 7,06 5. Protein =
0,0965 0,1
�4,3- 0,4�×1,83 = 6,89 6. Protein =
0,0965 0,1
�4,3- 0,4�×1,83 = 6,89 Dengan cara yang sama di lakukan selanjutnya pengerjaan terhadap
sampel putih telur ayam buras, telur itik, telur puyuh dan telur penyu, sehingga didapat nilai masing – masing seperti tertera pada tabel dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Data Hasil Analisis Titrasi Putih telur
Sampel ml Titrasi
protein
Telur Ayam Ras 4,3
6,89 4,2
6,71 4,3
6,89 4,4
7,06 4,3
6,89 4,3
6,89
Sampel ml Titrasi
protein
Telur Ayam Buras 4
6,36 4
6,36 3,9
6,18 3,9
6,18 3,9
6,18 4
6,36
Sampel ml Titrasi
protein
Telur Itik 4,9
7,95 4,9
7,95 5
8,12 5
8,12 5
8,12 5
8,12
Sampel ml Titrasi
protein
Telur puyuh 5,4
8,83 5,4
8,83 5,5
9,01 5,6
9,18 5,5
9,01 5,5
9,01
Sampel ml Titrasi
protein
Telur Penyu 0,6
0,35 0,7
0,53 0,6
0,35 0,7
0,53 0,6
0,35 0,7
0,53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Perhitungan statistik kadar protein
Data Perhitungan Telur Ayam Ras
protein
�
�
− �� �
�
− ��
�
6,89 0,00
0,0000 6,71
-0,18 0,0324
6,89 0,00
0,0000 7,06
0,17 0,0289
6,89 0,00
0,0000 6,89
0,00 0,0000
�� = 6,89 Σ = 0,0613
SD = 1
- n
X -
Xi
2
∑
= �
0,0613 6−1
= 0,1107 Pada interval kepercayaan 99 dengan nilai
α = 0,01, n = 6, dk = 5 dari tabel distribusi t diperoleh nilat t tabel = 4,0321. Data diterima jika t-hitung t-tabel
� − ℎ����� = � X
− X SD
√n �
t-hitung data 1 = �
6,89 – 6,89 0,1142
√6 �
�= 0,0000 diterima
t-hitung data 2 = �
6,89 – 6,71 0,1142
√6 �
� = 3,9832 diterima
t-hitung data 3 = �
6,89 – 6,89 0,1142
√6 �
� = 0,0000 diterima
t-hitung data 4 = �
6,89 – 7,06 0,1142
√6 �
� = 3,7611 diterima
t-hitung data 5 = �
6,89 – 6,89 0,1142
√6 �
� = 0,0000 diterima
t-hitung data 6 = �
6,89 – 6,89 0,1142
√6 �
� = 0,0000 diterima
karena nilai t-hitung t-tabel, maka data yang dipakai adalah keseluruhan data 1,2,3,4,5 dan 6
Kadar protein dalam putih telur , µ =
X
± t α2, dk x SD √n
Universitas Sumatera Utara
= 6,89 ± 4,0321 x 0,1107 √6
= 6,89 ± 0,1822 Dengan cara yang sama dilakukan selanjutnya pengerjaan terhadap
sampel putih telur ayam buras, putih telur itik, putih telur puyuh dan putih telur penyu, sehingga didapat nilai masing–masing seperti tertera pada tabel
dibawah ini:
Sampel Nilai Protein
Nilai t-hitung Hipotesis
Kadar Rata-rata Protein dalam
Putih Telur
Putih Telur
Ayam Ras
6,89 0,0000
Diterima 6,89 ± 0,1822
g100 ml 6,71
3,9823 Diterima
6,89 0,0000
Diterima 7,06
3,7611 Diterima
6,89 0,0000
Diterima 6,89
0,0000 Diterima
Putih Telur
Ayam Buras
6,36 2,2388
Diterima 6,27 ± 0,1621
g100 ml 6,36
2,2388 Diterima
6,18 2,2388
Diterima 6,18
2,2388 Diterima
6,18 2,2388
Diterima 6,36
2,2388 Diterima
Putih Telur Itik
7,95 3,0641
Diterima 8,06 ± 0,1448
g100 ml 7,95
3,0641 Diterima
8,12 1,6713
Diterima 8,12
1,6713 Diterima
8,12 1,6713
Diterima 8,12
1,6713 Diterima
Putih Telur
Puyuh
8,83 2,7700
Diterima 8,98 ± 0,2177
g100 ml 8,83
2,7700 Diterima
9,01 0,5555
Diterima 9,18
3,7037 Diterima
9,01 0,5555
Diterima 9,01
0,5555 Diterima
Putih Telur
Penyu
0,35 2,2388
Diterima 0,44 ± 0,1621
g100 ml 0,53
2,2388 Diterima
0,35 2,2388
Diterima 0,53
2,2388 Diterima
0,35 2,2388
Diterima 0,53
2,2388 Diterima
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Pengujian Beda Nilai Rata-rata Kadar Protein Pada Sampel
No Sampel
� S
1 Telur Ayam Ras
6,89 0,1107
2 Telur Ayam Buras
6,27 0,0985
3 Telur Itik
8,06 0,0879
4 Telur Puyuh
8,98 0,1323
5 Telur Penyu
0,44 0,0985
Dilakukan uji F dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui apakah variasi kedua populasi sama
σ
1
= σ
2
atau berbeda σ
1
≠ σ
2
1. Ho : σ
1
= σ
2
H
1
: σ
1
≠ σ
2
2. dk data 1 = 5 dan dk data 2 = 5 Nilai F
kritis
yang di peroleh dari F
tabel
F
0,052
5,5 adalah 7,15 Daerah kritis penolakan: jika F
o
≥ 7,15 3. F
o
=
�
1 2
�
2 2
=
0,1107
2
0,0985
2
= 1,2680 4. Dari hasil ini menunjukkan bahwa H
o
diterima dan H
1
ditolak sehingga disimpulkan bahwa
σ
1
= σ
2
kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata menggunakan distribusi t. Karena ragam populasi sama
σ
1
=
σ
2
, maka simpangan bakunya adalah:
Sp = �
�
1−
1�
1 + 2
�
2−
1�
2 2
�
1
+ �
2
−2
= �
6−10,1107
+ 2
6−10,0985
2
6+ 6−2
= 0,1049
Universitas Sumatera Utara
1. Ho : µ
1
= µ
2
H
1
: µ
1
≠ µ
2
2. Dengan menggunakan taraf kepercayaan α = 5
T
0,052
= ± 2,2281 Untuk df = 6 + 6 - 2 = 10
3. Daerah kritis penerimaan: -2,2281 ≤ t
o
≥ 2,2281 Daerah kritis penolakan: t
o
-2,2281 dan t
o
2,2281 4. Pengujian statistik
t
o
=
�
1−
�
2
�� �1�
1
+ 1�
2
=
6,96 – 6,34 0,1065�16+ 16
= 10,2310 5. Karena t
o
10,0813 2,2281 maka hipotesis ditolak. Berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar protein antara putih telur ayam ras
dengan putih telur ayam buras. Selanjutnya dilakukan pengerjaan yang sama terhadap sampel lain, sehingga
didapat nilai masing–masing seperti tertera pada Tabel 5 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Hasil Pengujian Beda Rata-rata Nilai Kadar protein Terhadap Kelima
Sampel Sampel
F SP
t Hipotesis
S1 terhadap S2 1,2680
0,1049 10,2310
Ditolak S1 terhadap S3
1,5974 0,1000
-20,2667 Ditolak
S1 terhadap S4 0,7028
0,1221 -29,6454
Ditolak S1 terhadap S5
1,2680 0,1049
106,4356 Ditolak
S2 terhadap S3 1,2597
0,0933 -32,2096
Ditolak S2 terhadap S4
0,5543 0,1166
-40,2675 Ditolak
S2 terhadap S5 1,0000
0,0985 102,4604
Ditolak S3 terhadap S4
0,4406 0,1000
-15,9363 Ditolak
S3 terhadap S5 0,7938
0,0933 141,4498
Ditolak S4 terhadap S5
1,8041 0,1166
126,8945 Ditolak
Keterangan : S
1
= Sampel Telur Ayam Ras S
2
= Sampel Telur Ayam Buras S
3
= Sampel Telur Itik S
4
= Sampel Telur Puyuh S
5
= Sampel Telur Penyu
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Tabel Distribusi t
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Tabel Distribusi F
Universitas Sumatera Utara