TINJAUAN PUSTAKA Analysis and Design of E-learning of Technical Library Management Training Using Learning Technology System Architecture Standard (IEEE P1484.1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Teori 2.1.1 E-learning The American Society for Training and Development ASTD mendefinisikan e-learning sebagai: a broad set of applications and processes which include web-based learning, computer-based learning, virtual classrooms, and digital. Much of this is delivered via the Internet, intranets, audio- and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. Selanjutnya Soekartawi et.al 2002 mendefinisikan e-learning sebagai berikut: “E-learning is a generic term for all technologically supported learning using on array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions and the more recognized web based training or computer aided instruction also commonly reffered to as online courses” Definisi lain menurut Clark dan Meyer 2008, e-learning didefinisikan sebagai berikut: E-learning adalah salah satu dari model training yang berisi content informasi dan metode instruksi teknik yang disampaikan melalui komputer termasuk didalamnya CD-ROM, Internet ataupun Intranet dalam bentuk teks, gambar, animasi, atau video, yang didesain untuk membantu pembelajar mencapai tujuan pembelajaran pribadi atau performa kerja yang sejalan dengan tujuan suatu organisasi. Berdasarkan beberapa definisi di atas maka e-learning juga dapat diartikan sebagai pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jaringan elektronik seperti telepon, audio, video tape, transmisi satelit atau komputer. Walaupun didefinisikan dengan berbagai versi yang mungkin satu sama lain berbeda, namun satu hal yang sama tentang e-learning atau electronic learning adalah pembelajaran melalui saluran “e” atau elektronik. 2.1.2 Learning Management System LMS Ada dua bagian utama e-learning, yaitu learning management system dan e-learning content atau materi pelajaran e-learning yang akan dipelajari oleh pemakai. Learning management system LMS adalah sistem yang membantu administrasi dan berfungsi sebagai platform e-learning content Effendy Zhuang, 2005. Sejalan dengan Effendy Zhuang 2005, Mason Rennie 2009 menyatakan LMS adalah perangkat lunak yang menyediakan sarana untuk administrasi e-learning dengan menyediakan sistem akses serta sistem pelacakan bagi kemajuan siswa. Beberapa fungsi dasar LMS Effendy Zhuang, 2005 adalah: a katalog, b registrasi dan persetujuan, c menjalankan dan memonitor e-learning, d evaluasi, e komunikasi, f laporan, g rencana pelatihan, dan h integrasi. LMS ada yang bersifat proprietary komersial, ada yang open source. Contoh LMS proprietary adalah Saba Software, Apex Learning, Blackboard Inc., ANGEL Learning, dan Desire2Learn. LMS yang open source misalnya Tutor, Claroline, Dokeos, ILIAS, LON-CAPA, Moodle, dan Online Learning And Training OLAT, dan Sakai Project. Pemilihan LMS disesuaikan dengan kebutuhan dan proses bisnis yang ada di institusi masing-masing. Graf dan List 2005 dibiayai oleh European Social Fund ESF meneliti tentang evaluasi dan komparasi LMS berbasis open source. Graf menggunakan satu metode evaluasi produk software bernama Qualitative Weight and Sum QWS. QWS menghitung bobot weight menggunakan enam simbol kualitatif berdasarkan tingkat kepentingannya importance level. Simbol-simbol dimaksud diurutkan dari yang paling penting ialah: E essential, extremely valuable, very valuable, + valuable, | marginally valuable, 0 not valuable. QWS memungkinkan penetapan maximum value sendiri, jadi tidak harus “E essential” yang paling tinggi, bisa juga “ very valuable” misalnya. Sistem pengukuran kualitas software seperti Graf ini adalah berdasarkan “product” dan bukan “process“. Ada delapan kategori yang dievaluasi oleh Graf yaitu: communication tools, learning objects, management of user data, usability, adaptation, technical aspect, administration, dan course management. Masing-masing kategori memiliki subkategori, misalnya di communication tools akan dilihat fitur forum, chat, mailmessage, announcements, conferences, collaboration, dan synchronousasynchronous tools. Subkategori lain bisa dilihat pada gambar 1 di bawah. Gambar 1 Hasil penelitian Graf List 2005 Hasil dari penelitian ini yaitu secara umum Moodle dapat dikatakan merajai kompetisi ini, unggul terutama di kategori communication tools, learning objects, management of user data, usability, dan adaptation. ILIAS dan Dokeos di urutan kedua dan ketiga, sedangkan urutan keempat adalah Atutor, LON-CAPA, Spaghettilearning dan Open USS. Sakai dan dotLRN ada di posisi terakhir. 2.1.3 Learning Technology System Architecture LTSA Dalam dokumen draft standar IEEE, 2002 Learning Technology System Architecture IEEE P1484.1D11, 2002-11-28 disebutkan bahwa LTSA adalah suatu standar internasional sistem pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan IEEE 1484.1 Learning Technology Standards Committee LTSC. LTSA adalah sebuah arsitektur yang berbasis pada komponen abstrak. Tingkat abstraksi yang lebih tinggi dapat “diterapkan” pada tingkat yang lebih rendah: baik sebagai abstraksi tingkat yang lebih rendah, atau sebagai implementasi aktual. Sistem teknologi pembelajaran implementasinya dapat dipetakan darike LTSA. Subcategories F or um C hat M ai lM es sag es A nno unc em en ts C onf er enc es C ol lab or at ion S yn chr ono us a sy nc h. T ool s T est s Lea rni ng M at er ia l E xe rci se s O th er c rea ta bl e Lo s Im por tab le L os T ra cki ng S ta tis tic s Id en tif ic at ion o f o nl ine us er s P er son al u ser pr of ile U ser - fr ien dl in es s S upp or t D oc um en ta tion A ssi st an ce A dap ta bi lit y P er son al iz at ion E xt en sib ilit y A dap tiv ity S tan da rd s S ys te m r eq ui re m en t S ec ur ity S ca la bilit y U ser m an ag em en t A ut hor iz at io n m an ag em ent In st al lat io n o f t he p rob le m A dm in is tr at ion o f c our se s A sse ssm en t o f t est s O rg an iz at ion o f c ou rs e ob jec t Maximum values | + + + + + + + + + + | + Atutor | | | | + + | | + | + + | | + + | | | | Dokeos + | + + + | | + + + | + + + | | | dotLRN | + | + | + | | | + + + + + + | + + ILIAS + | | + | | + + | | + + + | + + + LON-CAPA + | | + | | | | | + + + | + + + + | Moodle + + | + + + + + + + + | | | | | | OpenUSS + | | + + + + + | + + | + | Sakai | | | | | | + + + + | + Spaghettilearning | | | + | + + | + + | + + + + + | | | | Communication tools Learning objects user data Management of Usability Adaptation Technical aspects Adminis- tration Course management Batas- batas, fungsi, dan dekomposisi aktual atau sistem teknologi pembelajaran abstrak mungkin tidak memiliki struktur yang sama dengan LTSA, artinya pemetaan untuk LTSA tidak mungkin “satu-ke-satu”. Tidak semua sistem teknologi pembelajaran akan memiliki semua komponen LTSA atau dengan kata lain pemetaan untuk LTSA tidak mungkin persis sama. LTSA dimaksudkan untuk memiliki penerapan yang luas atas sistem teknologi pembelajaran. Tidak ada teknologi suatu generasi tertentu tersirat dengan LTSA, jadi mungkin LTSA berlaku pada masa lalu misalnya pada kurun waktu 10, 30 dan 100 tahun yang lalu, masa kini misalnya pada sistem yang sudah ada, dan masa depan misalnya pada sistem 10 tahun dari sekarang. Standar ini menetapkan arsitektur level tinggi untuk pembelajaran yang didukung teknologi informasi, pendidikan, dan sistem pelatihan yang menggambarkan desain sistem tingkat tinggi beserta komponen-komponennya. Standar ini mencakup berbagai sistem secara luas, umumnya dikenal sebagai teknologi pembelajaran, teknologi pendidikan dan pelatihan, pelatihan berbasis komputer, instruksi berbantuan komputer, dan intelligent tutoring. Standar ini bersifat netral terhadap aspek pedagogis, konten, budaya, implementasi, dan platform. Standar ini IEEE, 2002: 1 menyediakan kerangka bagi pemahaman sistem yang sudah ada dan yang akan dibangun, 2 mempromosikan interoperabilitas dan mudah dibawa portable dengan mengidentifikasi abstrak dan antarmuka sistem tingkat tinggi, serta 3 menggabungkan berbagai teknis penerapan minimal 5-10 tahun sambil tetap mudah beradaptasi dengan teknologi baru dan sistem teknologi pembelajaran. Standar ini akan memfasilitasi pengembangan pedoman konfigurasi misalnya profil untuk sistem teknologi pembelajaran umum. Standar ini tidak bersifat preskriptif maupun eksklusif. Selanjutnya, dalam standar tersebut juga dikatakan bahwa secara umum, tujuan pengembangan arsitektur sistem adalah untuk menciptakan kerangka kerja tingkat tinggi untuk memahami jenis sistem tertentu, subsistemnya, dan interaksi mereka dengan sistem yang terkait, atau dengan kata lain dimungkinkan untuk lebih dari satu arsitektur IEEE, 2002. Suatu arsitektur bukanlah suatu cetak biru untuk merancang sebuah sistem tunggal, tetapi suatu kerangka kerja untuk merancang berbagai sistem dari waktu ke waktu, dan untuk analisis dan perbandingan sistem-sistem, atau dapat dikatakan arsitektur digunakan untuk analisis dan komunikasi. Dengan mengungkapkan komponen bersama atas sistem yang berbeda pada tingkat yang tepat secara umum, arsitektur mempromosikan desain dan implementasi komponen dan subsistem yang dapat digunakan kembali, dengan biaya yang efektif dan mudah beradaptasi, atau dengan kata lain bersifat abstrak, antarmuka interoperabilitas tingkat tinggi dan layanan yang dapat diidentifikasi. Kerangka arsitektur yang dikembangkan dalam standar ini tidak dimaksudkan memberikan rincian implementasi spesifik yang diperlukan untuk membuat komponen sistem teknologi pembelajaran. 2.1.3.1 Learning Technology System Architecture LTSA Layer LTSA menspesifikasikan lima lapisan layer, tetapi hanya layer 3 yang bersifat normatif sedangkan layer lainnya bersifat informatif. Normatif adalah istilah yang digunakan dalam LTSA sebagai petunjuk pada spesifikasi sistem secara teknis pada implementasi yang akan dilakukan. Informatif adalah istilah pada LTSA yang cukup membantu dalam perancangan arsitekturnya, namun bukan merupakan hal yang diperlukan untuk mengerti isi dari standar LTSA. Hal ini tidak termasuk spesifikasi teknis dan bukan berasal dari bagian terintegrasi dari standar LTSA IEEE, 2002. Setiap layer menggambarkan sebuah sistem pada level yang berbeda. Layer yang lebih tinggi memiliki prioritas yang lebih besar dan berpengaruh dalam analisis dan perancangan sistem. Berikut ini adalah lima layer yang dispesifikasikan LTSA IEEE, 2002: 1 Layer 1: Learner and Environment Interaction Layer ini berfokus kepada akuisisi learner, transfer, pertukaran, formulasi dan penemuan pengetahuan dan atau informasi melalui interaksi dengan lingkungan. 2 Layer 2: Learner-Related Design Features Layer ini berfokus kepada pengaruh yang dimiliki learner pada perancangan sistem teknologi pembelajaran. 3 Layer 3: System Components Layer ini mendeskripsikan arsitektur berbasis komponen yang diidentifikasi pada layer 2. 4 Layer 4: Stakeholder Perspective and Priorities Layer ini mendeskripsikan sistem teknologi pembelajaran dari berbagai perspektif dengan mengacu pada layer 3. Setiap stakeholder memiliki perspektif yang berbeda terhadap sistem pembelajaran. Analisis terhadap perspektif dapat menghasilkan: a. Verifikasi dan validasi komponen LTSA pada sistem. b. Penentuan komponen LTSA yang tidak perlu dan perlu ditekankan pada sistem. c. Indikasi berbagai prioritas perancangan level tinggi dan level rendah. 5 Layer 5: Operational Components and Interoperability codings, APIs, protocols Layer ini mendeskripsikan komponen dan antar muka yang bersifat generik dari arsitektur pembelajaran berbasis teknologi informasi seperti yang diidentifikasi pada layer 4. Kelima spesifikasi layer arsitektur dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Lima layer LTSA IEEE, 2002 Keterangan notasi pada gambar: LE : Learner Entity B : Behavior C : Coach LP : Learning Parameters D : Delivery A : Assessment E : Evaluation LI : Learner Info LR : Learning Resources L : Locator R : Learner Records LC : Learning Content M : Multimedia CI : Catalog Info IC : Interaction Context Q : Query Lima layer abstrak ini mengidentifikasi prioritas desain, atau urutan desain dari yang paling penting sampai ke paling tidak penting. Pengembang akan mengerti bahwa, misalnya, fitur manusia pada sistem teknologi pembelajaran layer 2 memiliki efek yang lebih luas pada desain sistem daripada, misalnya, format multimedia layer 5. Format multimedia mempunyai lingkup kecil. Lima layer mewakili lima bidang independen analisis teknis. Sebagai contoh, adalah mungkin untuk mendiskusikan sebuah abstraksi misalnya, komponen sistem LTSA atau layer 3, terlepas dari implementasi misalnya, coding, API, dan protocols yang merupakan implementasi aktuallayer 5. Dengan kata lain, meskipun layer 3 berisi komponen seperti “evaluasi” dan “pelatih”, komponen-komponen ini adalah “konseptual” dalam arti tidak ada keharusan bagi komponen-komponen tersebut disebut sebagai “evaluasi” dan “pelatih” dalam implementasi aktual. Lima layer LTSA membantu memisahkan “gambar besar” dari “rincian”. Penggunaan beberapa layer membantu pembaca memahami struktur “langkah demi langkah”. Layer 3 komponen sistem dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan interoperabilitas antar subsistem utama dalam sistem teknologi pembelajaran. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai layer pada LTSA IEEE, 2002 Gambar 3 Cara pandang learner terhadap lingkungan belajar IEEE, 2002 : 1 Layer 1 learner-environment interaction Interaksi antara learner dengan lingkungannya Layer 1 atau layer atas LTSA adalah layer arsitektur yang sangat umum yang disebut “learner-environment interaction”. Layer ini berfokus pada fungsi tingkat tertinggi yang paling umum dari perspektif teknologi informasi: learner memiliki pengetahuan baru atau berbeda setelah mendapatkan pengalaman belajar. Dalam teknologi InternetWeb Lab Parent Collaboration Mentor Teacher Coach School Books Television Computers Other Learners Employer Library Multimedia Other Employees Newspaper Collaboration is Internal to Learner informasi, ini adalah diagram salah satu subsistem lingkungan yang mentransfer informasi ke subsistem learner, yang disebut suatu interaksi. Diagram learner-environment interaction tidak dimaksudkan untuk mewakili teori belajar yang ada atau proses pembelajaran. Ini merupakan isu yang ada dalam teknologi informasi pada sistem teknologi pembelajaran dan berguna untuk analisis dan teknik desain rekayasa perangkat lunak secara umum dan mudah dipahami. Gambar 4 Cara pandang sistem dari learner-environment interaction IEEE, 2002 Diagram interaksi learner-environment interaction Gambar 4 hanya mewakili learner entity dan lingkungan mereka dari perspektif rekayasa sistem teknologi informasi, artinya diagram ini tidak menggambarkan penelitian terkini tentang teori belajar. Untuk keperluan standar ini, fokus utama adalah teknologi informasi. Sebagai catatan, pada layer ini seringkali ditemukan kebingungan atau salah tafsir. Tujuan dari layer ini adalah untuk melihat sistem dari perspektif teknologi informasi terutama dalam hal aliran informasinya. Banyak yang salah mengartikan layer ini sehingga memahaminya sebagai deskripsi beberapa teori belajar. Perlu ditegaskan bahwa deskripsi ini bukanlah sebuah diagram dari teori belajar apapun. Tujuan dari deskripsi teknologi pembelajaran pada layer ini adalah untuk menghubungkannya dengan metodologi rekayasa perangkat lunak sehingga dapat menciptakan abstraksi pada layer yang lebih rendah. Diagram ini sama dengan diagram pada Gambar 3. Kolaborasi antara learner bersifat internal bagi learner entity kolektif. Environment Learning Interactions Learner Entity Collaboration Learner Learner Learner Alasan untuk menggunakan teknik diagram adalah untuk menyederhanakan suatu aspek rekayasa desain teknologi: fokusnya adalah pada cara pandang keseluruhan terhadap arus informasi dan sistem tersebut digambarkan sebagai panah satu arah aliran interaksi dari lingkungan bagi learner entity. Implementasi konsep abstraksi tingkat yang lebih rendah atau sistem itu sendiri dapat berfokus pada isu-isu pedagogis atau masalah teknis lainnya. Notasi LTSA pada kolaborasi learner adalah untuk menyederhanakan fitur LTSA sehingga dalam hal ini kolaborasi learner bersifat internal pada learner entity dan bukan merupakan komponen yang terpisah. Learner entity proses mewakili abstraksi learner, yang dapat berupa seorang individu, beberapa learner yang bekerjasama, atau para anggota sebuah tim yang mempunyai tugas yang berbeda-beda. Analoginya dapat dilihat pada sistem database yang terbagi yaitu beberapa database berkolaborasi untuk menampilkan sebuah database. Environment proses mewakili lingkungan dimana learner entity berinteraksi. Learning interactions atau interaksi pembelajaran yang merupakan aliran data dapat dikolaborasikan menjadi pengalaman belajar. 2 Layer 2 Learner-related design features Desain yang berfokus pada learner Layer ini memfokuskan pada pengaruh learner terhadap desain sistem teknologi pembelajaran. Desain yang lebih rendah dari layer arsitektur dipengaruhi oleh kebutuhan learner, khususnya, sifat manusia yang berbeda dengan mesin dalam belajar. Rincian dari pengaruh learner pada desain sistem berada di luar lingkup standar ini. 3 Layer 3 System Components Komponen Sistem dibahas tersendiri pada sub-bab 2.1.3.2 4 Layer 4 Stakeholder perspectivepriorities perspektifpriotitas stakeholder Layer perspektifprioritas stakeholder dianggap sebagai perbaikan layer yang terpisah karena layer ini membahas granularitas desain isu tertentu dimana perspektif, cara pandang, atau subsetnya relevan dengan desain tingkat yang lebih rendah. 5 Layer 5 Operational components and interoperability Komponen operasional dan interoperabilitas Bidang utama komponen operasional dan interoperabilitas diidentifikasi melalui beberapa notasi, tetapi secara umum dijelaskan sebagai coding, API, dan protokol. Mengetahui standar interoperabilitas coding, API, dan protokol yang sedang digunakan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang sistem dan membantu untuk mengetahui tentang potensi interoperabilitas, tetapi sistem harus diintegrasikan dan dikonfigurasi dengan benar untuk mencapai interoperabilitas yang tepat di antara mereka sendiri. Standar teknis dapat dikaitkan dengan LTSA dan proses pembangunan yang menciptakan dan menyelaraskan pekerjaan teknis. Aliran data dideskripsikan dengan konektivitas dan tipe dari informasi yang dialirkan. Aliran data terdiri atas perilaku behavior, penilaian assessment, informasi siswa learner information, query, info katalog catalog info, locator, materi pembelajaran learning content, multimedia, Spesifikasi pengkodean, API, protokol yang aktual, berada di luar lingkup LTSA. 2.1.3.2 Komponen Sistem LTSA Layer 3 Komponen LTSA dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu: proses, penyimpanan data, dan aliran data. 1 Proses Process Proses dideskripsikan dengan batasan, input, fungsionalitas dan output. Proses terdiri dari entitas siswa learner entity, evaluasi evaluation, instruktur coach dan pengiriman delivery. Proses digambarkan dengan simbol elips. 2 Penyimpanan Data Store Penyimpanan data dideskripsikan dengan tipe dari informasi yang disimpan dan dicari kembali dengan metode search, retrieval dan update. Penyimpanan data terdiri dari data siswa learner records dan sumber belajar learner resources. Penyimpanan data digambarkan dengan simbol empat persegi panjang. 3 Aliran Data Flow konteks interaksi interaction context, dan parameter pembelajaran learning parameters Gambar 5. Gambar 5 Komponen-komponen sistem LTSA IEEE, 2002 Layer ini menerapkan perbaikan layer diatasnya sebagai kumpulan dari komponen sistem. LTSA mengidentifikasi empat proses, yaitu learner entity, evaluation, coach dan delivery; dua tempat penyimpanan, yaitu learner records dan learning resources, dan tiga belas informasi mengalir di antara komponen ini, yaitu behavior, assessment, learner information tiga kali, query, catalog info, locator dua kali, learning content, multimedia, interaction context, dan learning parameters. 2.1.4 Pendidikan dan Pelatihan Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan adalah salah satu Diklat Tenaga Teknis Perpustakaan. Beberapa Diklat Tenaga Teknis Perpustakaan yang lain adalah Diklat Pengolahan Bahan Perpustakaan, Diklat Penulisan Karya Ilmiah, Diklat Pengembangan Koleksi Bahan Perpustakaan Digital, Diklat Pelestarian Bahan Perpustakaan, dan Diklat Layanan. Diklat Tenaga Teknis Perpustakaan adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis kepustakawanan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas pengelola perpustakaan. Pendidikan dan Pelatihan Diklat Tenaga Teknis Perpustakaan berfungsi mengembangkan potensi pegawai melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam menjalankan tugas teknis perpustakaan secara profesional. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 132KEPM.PAN122002 Perpustakaan Nasional RI adalah lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam pembinaan jabatan fungsional pustakawan. Salah satu bentuk pembinaan adalah melalui penyelenggaraan Diklat Teknis Kepustakawanan. Dalam rangka penyelenggaraan diklat tersebut, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 Pasal 26 ayat 1 dan 2 Perpustakaan Nasional RI mempunyai tugas menyusun berbagai pedoman diklat sebagai acuan pelaksanaan diklat untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan oleh lembaga penyelenggara diklat. Tujuan dari diadakannya Diklat Teknis Pengelolaan Perpustakaan adalah membekali peserta dengan kemampuan dalam mengelola perpustakaan, sehingga lulusan dapat menyelenggarakan tata kerja rutin perpustakaan, mulai dari pengadaan, pengolahan, perawatan koleksi, dan pelayanan perpustakaan. 2.1.5 Pusat Pendidikan dan Pelatihan Buku Rencana Strategis Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI Tahun 2010 s.d. 2014 menyatakan bahwa Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pusdiklat merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI. Pusdiklat mempunyai visi: “Menjadi Pusat Pendidikan dan Pelatihan Terdepan di bidang Diklat Tenaga Perpustakaan.” Selanjutnya, misi Pusdiklat yaitu Perpusnas, 2009: a. Melaksanakan kajian kebutuhan diklat di bidang perpustakaan; b. Menyusun dan mengembangkan kurikulum diklat tenaga perpustakaan; c. Menyusun dan mengembangkan bahan ajar diklat tenaga perpustakaan; d. Menyelenggarakan diklat tenaga perpustakaan; e. Mengelola dan mengembangkan sarana diklat; f. Mengevaluasi dan memantau pelaksanaan diklat dan pasca-diklat tenaga perpustakaan; g. Membina dan mengembangkan penyelenggaraan diklat tenaga perpustakaan; h. Mengembangkan sistem informasi diklat tenaga perpustakaan; i. Melaksanakan akreditasi dan sertifikasi lembaga penyelenggara diklat tenaga perpustakaan. Berdasarkan Pasal 96 Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 3 Tahun 2001, Pusat Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas melaksanakan pengembangan kurikulum, program, penyelenggaraan dan pengelolaan sarana, serta evaluasi program pendidikan dan pelatihan perpustakaan. Selanjutnya dalam melaksanakan tugas tersebut Pusdiklat menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan penyusunan dan pengembangan kurikulum program pendidikan dan pelatihan perpustakaan; b. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan perpustakaan; c. Pelaksanaan pengelolaan sarana pendidikan dan pelatihan; d. Evaluasi program pendidikan dan pelatihan perpustakaan. 2.2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan berkaitan dengan e-learning menggunakan Standar Learning Technology System Architecture adalah penelitian yang dilakukan oleh Fadjriya 2001 dalam tesisnya yang berjudul Perancangan E-Training Berbasis Web Menggunakan Standard Learning Technology System Architecture Studi Kasus: PT. Harrisma Service Centre. Tujuan dari penelitian tersebut adalah membuat rancangan e-training yang bisa diakses oleh para peserta pelatihan dari semua tempat dan setiap waktu. Ruang lingkupnya membahas perancangan sistem untuk pembuatan e-training di PT. Harrisma Service Centre dengan menggunakan standar LTSA. Penelitian ini tidak mencakup penulisan pengkodean, user interface dan struktur basis data untuk sistem e-training tersebut. Metode penelitian pada tesis ini mengikuti standar yang ada pada LTSA yang merupakan standar IEEE untuk learning technology. Dalam pembahasannya, perancangan dibahas layer demi layer mulai dari layer tertinggi yang merupakan level abstraksi ke layer yang lebih rendah yang sifatnya semakin teknis. Penelitian lain, dilakukan oleh Utami et.al. pada Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006 SNATI 2006 dengan judul Web Aplikasi Educourse Distance Learning Mengadopsi Standar Learning Technology System Architecture IEEE P1484.1D11. Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun aplikasi distance learning berdasarkan standar sistem arsitektur LTSA. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian tersebut adalah: 1. untuk membangun aplikasi sebagai sarana belajar bagi para pelaku kegiatan belajar mengajar yang berbasis pada web; dan 2. untuk membangun aplikasi yang dapat menggantikan peran pengajar dengan sebuah sistem yang dapat diakses oleh para pelajar, sehingga kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan walaupun mereka tidak berada pada tempat dan saat yang sama. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian tersebut adalah studi kepustakaan, identifikasi kebutuhan sistem, perancangan, pembuatan program, dan uji coba pada skala lab. Dalam pembahasannya dilakukan perancangan hingga implementasi dan pengujian aplikasi distance learning tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN