Communication Base Rate and Critical Consciousness, Keywords: Gender Mainstreaming

KOMUNIKASI TINGKAT BASIS DAN KESADARAN KRITIS
PENGARUSUTAMAAN GENDER
(Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri
di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon)

AHMAD YUSRON

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Komunikasi
Tingkat Basis dan Kesadaran Kritis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus
Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga Kecamatan
Sumber Kabupaten Cirebon)” adalah karya saya sendiri dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juni 2011

Ahmad Yusron
NIM I352080081

ABSTRACT
AHMAD YUSRON. Communication Base Rate and Critical Consciousness,
Gender Mainstreaming. Under direction of NINUK PURNANINGSIH and
AMIRUDDIN SALEH
Kenanga village of district Cirebon, is one area that gets the PNPM Mandiri
program. This is due to poverty is still a large population of Kenanga village.
PNPM Mandiri is a means to alleviate poverty in Indonesia. The program was
characterized by active participation of society, awareness of responsibility
towards the development and equitable gender roles. This concept represents a
new paradigm in the application system in Indonesian Development. To realize
the vision of this mission required a participatory communication. To analyze this
concept carried out a study using a qualitative approach to the critical paradigm.
For data collection has done by using interview techniques, both participatory
observation and observations that are closed, the forum group discussions or

FGDs and literature studies. The point object from the unit under study PNPM
mandiri are activities revolving loan. Results obtained from this study that the
pattern of communication which were conducted in PNPM Mandiri participation
was communication with the communication approaches that were sequential.
With this communication pattern has been distorted so that the internalization of
the program to the community not be comprehensive. As a result, the
implementation of the PNPM Mandiri undergone many obstacles.
Keywords: communication, critical conciseness, gender mainstreaming

RINGKASAN
AHMAD YUSRON, Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran Kritis
Pengarusutamaan Gender: Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM
Mandiri di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Dibimbing oleh NINUK PURNANINGSIH dan AMIRUDDIN SALEH
Dalam rangka menanggulangi kemiskinan pemerintah telah meluncurkan
berbagai program. Mulai dari program yang ditujukan untuk petani, dengan
berbagai skim kredit dan subsidi, sampai pada berbagai program pemberdayaan
untuk keluarga miskin, seperti pemberian dana bergulir, program ekonomi
produktif, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Berbagai program tersebut
secara signifikan belum mampu menurunkan jumlah penduduk miskin.

Menjawab kondisi ini pemerintah membuat sebuah program yang bersifat
komprehensif. Program ini menitikberatkan peran masyarakat menjadi tulang
punggung sebagai modal sosial dengan mengedepankan aspek keadilan peran
laki-laki dan perempuan. Program tersebut adalah Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini merupakan replikasi, di
dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan yang merupakan implementasi
Millennium Development Goals (MDGs). Kata kunci program ini adalah
meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan. (LP3S & World Bank 2007).
Salah satu bentuk kegiatan PNPM Mandiri adalah pinjaman bergulir.
Kegiatan ini memberikan kemudahan akses, terutama masyarakat miskin
termasuk perempuan, yang selama ini aksesibilitas mereka terhadap perbankan
sangat sulit yang menjadikan mereka khususnya pelaku usaha kecil menengah
sangat sulit untuk berkembang.
Untuk mencapai keberhasilan misi dan visi PNPM Mandiri sangat
dibutuhkan komunikasi, yang terselenggara pada tingkat basis dan regulator
PNPM Mandiri. Pendekatannya adalah dengan menggunakan model komunikasi
yang memungkinkan adanya pertukaran komunikasi banyak dimensi. Pendekatan
ini sering disebut dengan model partisipasi atau model interaksi. Dari latar

belakang inilah, penelitian dibuat.
Penelitian ini bertujuan pertama menganalisis komunikasi tingkat basis
kegiatan PNPM Mandiri, kedua menganalisis internalisasi kegiatan PNPM
Mandiri dan ketiga menganalisis pengarusutamaan gender dalam kegiatan
pinjaman bergulir PNPM Mandiri
Paradigma penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis. Hal ini
sesuai dengan tujuan penelitian sebagai kritik sosial dan penguatan sosial.
Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau
bentuk hitungan lainnya. Meski demikian data kuantitatif akan digunakan sebagai
penguat data kualitatif.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon. Instrumen yang digunakan untuk melakukan penggalian atau

memperoleh data adalah pengamatan atau observasi, wawancara semi terstruktur,
dan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi dalam kegiatan PNPM
Mandiri di Kelurahan Kenanga menggunakan dua pola pendekatan yaitu
komunikasi partisipatif dan linier. Proses komunikasi yang terjadi antara
masyarakat dengan masyarakat banyak menggunakan komunikasi partisipatif,

sedangkan komunikasi antara masyaraka dengan fasilitator menggunakan
komunikasi linier. Pola komunikasi partisipatif dan linier dilaksankan dalam
berbagai siklus PNPM Mandiri dari tahap persiapan sampai evaluasi.
Dilihat dari distribusi pesan, pelaksanaan komunikasi kegitan PNPM
Mandiri di Kelurahan Kenanga menggunakan simpul-simpul komunikasi. Simpul
komunikasi terdiri dari kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh atau
memiliki kapasitas sebagai opinion leader. Komunikasi PNPM Mandiri di
Kelurahan Kenanga didukung juga dengan komunikasi sekunder melalui media
warga dalam bentuk buletin dan papan informasi. Media warga dalam bentuk
media cetak adalah buletin dengan nama gema bangkit. Pada kenyataannya media
sekunder, masih belum efektif sebagai sarana komunikasi partisipatif dan masih
cenderung sebagai formalitas dan bagian siklus kegiatan PNPM Mandiri yang
telah ditetapkan oleh regulator.
Dalam konteks isu gender gender, akses komunikasi tingkat basis
memberikan peluang yang sama baik laki-laki dan perempuan untuk mengakses
sarana-sarana komunikasi. Pada tingkat partisipasi dan kapasitas dalam kegiatan
komunikasi banyak didominasi oleh kaum laki-laki. Hal ini disebabkan oleh
penciptaan iklim komunikasi yang tidak mengakomodir kondisi perempuan. Salah
satunya adalah jadwal rembug warga yang sering dilaksanakan pada malam hari
hingga larut malam. Selain itu, konsep diri perempuan yang terstigma kuat bahwa

kegiatan publik merupakan domain laki-laki baik dari segi peran dan tanggung
jawab.
Dilihat dari sudut internalisasi PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga
masih dianggap sebagai kegiatan yang bersifat jangka pendek. Pandangan
masyarakat masih memahami kegiatan PNPM Mandiri, hanya sebatas pada
kegiatan pembangunan infrastruktur lingkungan warga. Untuk program-program
lain seperi bidang sosial dan pinjaman bergulir, banyak tidak diketahui oleh
masyarakat. Ironisnya lagi kelompok dari rumah tangga miskin sebagai sasaran
program tidak mengetahui program PNPM Mandiri. Rendahnya internalisasi
program ini disebabkan sistem komunikasi yang tidak berjalan dengan baik
terutama antara simpul komunikasi dengan masyarakat tingkat basis. Selain itu,
sifat fatalis dari kelompok miskin, yang menganggap selama ini program
penanggulangan kemiskinan tidak memiliki kontribusi terhadap perubahan nasib
mereka.
Pada kegiatan pinjaman bergulir, ditinjau dari aspek gender sudah
menunjukkan adanya equality gender. Hal ini terlihat dari isu-isu gender, yang
mengindikasikan adanya persamaan akses, partisipasi pengelolaan, pemanfaatan
kegiatan dan kontrol terhadap kegiatan pinjaman bergulir antara laki-laki dan
perempuan.


Pemanfaat pinjaman bergulir sebagian besar adalah perempuan. Mereka
merupakan pelaku usaha mikro kecil menengah, namun dalam pemanfaatan dana,
tidak semuanya pinjaman bergulir digunakan untuk keperluan usaha yang mereka
miliki. Banyak pemanfaat perempuan menggunakan dana pinjaman bergulir untuk
kepentingan kebutuhan sehari-sehari yang bersifat sekunder, seperti untuk
pendidikan, perehaban rumah, dan keperluan lainnya. Selain itu, ditemukan juga
dana dari pinjaman bergulir digunakan untuk kepentingan suami seperti
kepentingan suami berangkat merantau.
Pada pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir, perempuan masih sebatas
obyek kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari segi kepengurusan dan inisiatif
perempuan dalam membentuk kelompok swadaya masyarakat (KSM) pinjaman
bergulir. Dalam masalah tanggung jawab terhadap pengembalian dana pinjaman
bergulir, perempuan lebih bertanggung jawab dibandingkan laki-laki, meski
demikian kasus besar kemacetan banyak dilakukan oleh perempuan. Berkaitan
dengan kontrol sosial, kegiatan pinjaman bergulir belum terbangun sistem kontrol
yang baik, pada tingkat pengelola maupun tingkat masyarakat. Hal ini menjadikan
konsep tanggung renteng dalam pelaksanaan pinjaman bergulir belum berjalan.
Konsekuensinya, pinjaman bergulir yang secara konsepnya merupakan pinjaman
bersama dan dibayar secara bersama, secara aplikasinya sebagai pinjaman
individu dan dibayar berdasarkan individu.

Secara umum kegiatan pinjaman bergulir di Kelurahan Kenanga dalam
payung PNPM Mandiri, telah mengisyaratkan perubahan-perubahan pandangan
masyarakat terhadap program-program pemerintah. Program pemerintah sedikit
demi sedikit dipahami oleh masyarakat bukan program charity tetapi program
yang harus dilaksanakan dengan rasa tanggung jawab.

©Hak Cipta milik IPB 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip Hak Cipta sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan
masalah
b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

KOMUNIKASI TINGKAT BASIS DAN KESADARAN KRITIS
PENGARUSUTAMAAN GENDER
(Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir Program PNPM Mandiri

di Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon)

AHMAD YUSRON

Tesis
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Akhir: Prof. Dr. Aida Vitayala Hubeis

LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Judul Penelitian

Nama
NIM

Program Studi

: Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran
Kritis Pengarusutamaan Gender (Studi Kasus
Kegiatan Peminjaman Bergulir PNPM Mandiri
Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon)
: Ahmad Yusron
: I352080081
: Komunikasi Pembangunan Pertanian dan
Pedesaan

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si
Ketua

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Anggota


Diketahui,

Koordinator Program Studi
Komunikasi Pembangunan Pertanian
dan Pedesaan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 15 Juni 2011

Tanggal Lulus:

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan segala
karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul Komunikasi Tingkat Basis dan Kesadaran Kritis Pengarusutamaan
Gender (Studi Kasus Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM Mandiri di Kelurahan
Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon)
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si dan Dr. Ir. Amiruddin Saleh MS selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan masukan pada tesis ini.
2. Dr. Ir Djuara P. Lubis, MS dan Dr. Ir. Sarwititi Agung, MS yang telah
membimbing pada saat kolokium.
3. Almarhum KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang telah memberi inspirasi
dan pencerahan terhadap penulis tentang persamaan hak dalam berkehidupan.
4. Koordinator Kabupaten dan fasilitator kelurahan (Faskel) yang telah
memberikan data-data awal kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
5. Aktivis penggerak kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga yang telah
bersedia melakukan diskusi-diskusi berkenaan dengan partisipasi gender.
6. Lurah kenanga beserta staf yang telah membantu memberikan data-data
demografi kelurahan Kenanga.
7. Teman-teman seperjuangan di program studi Komunikasi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan angkatan 2008.
8. Ikhsan Fuady, kompti angkatan 2008 yang telah memberikan dukungan moril
dan spirituil.
9. Orang terkasihku istriku Dara Agusti, A.Md., anakku Redlita Annisa dan
Muhammad Prabu Wiguna yang senantiasa sabar menunggu.
10. Keluarga besar alm. H. Samsuri Ibnu Hadjar yang telah memberikan dorongan
moril dan spirituil.

Bogor, Juni 2011

Ahmad Yusron

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 15 Juli 1975, putra kedua dari
empat bersaudara pasangan (alm) H. Samsuri Ibnu Hadjar dan Hj. Mariyatul
Kibtiyah
Tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung dan pada tahun 2008 melanjutkan
studi pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai dosen tetap di Universitas Muhammadiyah
Cirebon pada Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik. Selain aktif di dunia pendidikan
penulis aktif di Yayasan Banati, sebuah yayasan untuk pemberdayaan perempuan.
Pada tahun 2009, penulis menjadi tenaga ahli Kementerian Pembangunan Daerah
Tertinggal dalam rangka pembuatan rencana induk pengembangan daerah
tertinggal di wilayah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Pada tahun 2006 penulis menikah dengan Dara Agusti, A.Md. dan
dikaruniai dua orang anak yaitu Redlita Annisa dan Muhammad Prabu Wiguna.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN ................................................................................

1

Latar Belakang Penelitian .........................................................
Rumusan Masalah Penelitian ....................................................
Tujuan Penelitian ......................................................................
Kegunaan Penelitian .................................................................
Definisi Istilah ...........................................................................

1
4
5
6
7

TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................
Kegiatan PNPM Mandiri ..........................................................
Feminimisasi Kemiskinan .........................................................
Pembangunan Berwawasan Gender ..........................................
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan .......................
Hambatan Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan.......
Partisipasi Masyarakat ..............................................................
Pemberdayaan dalam Perspektif Gender ..................................
Komunikasi Partisipatif dan Linier ..........................................
Komunikasi Kelompok .............................................................
Kesadaran Kritis Pengarusutamaan Gender ..............................
Review Hasil Penelitian tentang Gender ...................................
Kerangka Pemikiran ..................................................................

11
11
13
17
23
25
28
31
34
40
42
44
46

METODE PENELITIAN ......................................................................
Paradigma Penelitian .................................................................
Desain Penelitian .......................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................
Data dan Instrumen ...................................................................
Analisa Data ..............................................................................
Hipotesis Pengarah ....................................................................

49
49
51
53
53
56
56

HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
Gambaran Obyek Penelitian .....................................................
Kondisi Geografis dan Administrasi..............................
Kondisi Demografis ......................................................
Pelapisan Masyarakat dan Kegiatan PNPM Mandiri ...
Sistem Komunikasi Masyarakat ....................................
Komunikasi Tingkat Basis Kegiatan PNPM Mandiri..………..
Komunikasi Tingkat Basis dalam Berbagai Dimensi....
Aplikasi Model Komunikasi Tingkat Basis …………..

59
59
59
60
62
64
66
66
76

Komunikasi Kegiatan PNPM Mandiri dalam Isu
Gender ………………………………………………...
Internalisasi Kegiatan PNPM Mandiri.......................................
Pencitraan Kegiatan PNPM Mandiri..............................
Internalisasi Berdasarkan Keragaman Karakteristik ….
Pengarusutamaan Gender Kegiatan Pinjaman Bergulir ............
Kegiatan Pinjaman Bergulir di Kelurahan Kenanga ....
Isu Gender dalam Kegiatan Pinjaman Bergulir PNPM
Mandiri…......................................................................
Akses Gender dalam Kegiatan Pinjaman Bergulir
PNPM Mandiri ....……………………………………..
Partisipasi dalam Aspek Gender pada Kelembagaan
UPK ...............................................................................
Pemanfaatan Pinjaman Bergulir dalam Aspek Gender..
Inisiasi Perempuan dalam Pembentukan KSM .......…..
Kontrol dan Tanggung Jawab pada Kegiatan Pinjaman
Bergulir ………………………………………………..
Pembangunan Sistem Kontrol Sosial Kegiatan
Pinjaman Bergulir .........................................................
Jawaban Hipotesis Pengarah .........................................

110
112

SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
Simpulan ...................................................................................
Saran ..........................................................................................

115
115
116

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

117

LAMPIRAN ..........................................................................................

121

79
86
86
88
91
91
93
94
95
97
99
104

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Data, sumber informasi dan instrumen ...........................................

55

2

Pembagian wilayah .........................................................................

59

3

Penduduk berdasarkan sebaran tingkat RW ...................................

60

4

Tingkat pendidikan penduduk berdasarkan sebaran tingkat RW ...

60

5

Jumlah penduduk Kelurahan Kenanga berdasarkan mata
pencaharian .....................................................................................

61

Matriks situasi komunikasi pada kegiatan rapat kesiapan
masyarakat kegiatan PNPM Mandiri .............................................

67

Matriks situasi komunikasi pada fase persiapan kegiatan PNPM
Mandiri ...........................................................................................

68

Matriks situasi komunikasi pada fase perencanan kegiatan PNPM
Mandiri ...........................................................................................

72

Matriks situasi komunikasi pada fase pelaksanaan kegiatan
PNPM Mandiri ...............................................................................

73

10 Matriks situasi komunikasi pada fase evaluasi kegiatan PNPM
Mandiri ...........................................................................................

75

11 Gambaran suasana aplikasi model komunikasi tingkat basis .........

76

12 Matriks komunikasi isu gender dalam tahap rapat kesiapan
masyarakat pada kegiatan PNPM Mandiri .....................................

80

13 Matriks komunikasi isu gender dalam tahap persiapan kegiatan
PNPM Mandiri ...............................................................................

80

14 Matriks komunikasi isu gender dalam tahap perencanaan
kegiatan PNPM Mandiri .................................................................

81

15 Matriks komunikasi isu gender dalam tahap pelaksanaan kegiatan
PNPM Mandiri ...............................................................................

82

16 Matriks komunikasi dalam isu gender pada tahap evaluasi
kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga ............................

8

17 Distribusi peran dan pemanfaatan program dalam aspek gender ...

85

18 Matriks gambaran internalisasi program ........................................

86

19 Isu gender pada dalam kegiatan pinjaman bergulir ........................

94

20 KSM yang dibentuk oleh kepengurusan sebelum pembenahan .....

99

21 KSM yang didirikan berdasarkan inisiatif masyarakat ..................

103

22 Matriks sistem kontrol dalam kegiatan pinjaman bergulir .............

111

6
7
8
9

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

Alur kegiatan PNPM Mandiri .........................................................

12

2

Proses komunikasi dalam PNPM Mandiri .......................................

34

3

Peran komunikasi dalam pembangunan ...........................................

36

4

Model komunikasi linier Lasswell ...................................................

36

5

Model komunikasi sirkular Schramm ..............................................

37

6

Kerangka pemikiran .........................................................................

47

7

Siklus kegiatan PNPM Mandiri .......................................................

66

8

Alur kegiatan PNPM Mandiri fase persiapan ..................................

69

9

Alur pembentukan kelembagaan BKM ............................................

70

10

Alur kegiatan PNPM Mandiri fase perencanaan .............................

72

11

Alur Kegiatan PNPM Mandiri fase pelaksanaan .............................

74

12

Alur kegiatan PNPM Mandiri fase evaluasi .....................................

75

13

Sekuen-sekuen dalam komunikasi kegiatan PNPM Mandiri di
Kelurahan Kenanga ..........................................................................

77

14

Metode pelaksanaan pinjaman bergulir sebelum pembenahan .......

100

15

Pola kontrol dalam kegiatan pinjaman bergulir ...............................

111

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang gambaran umum
obyek penelitian……………………………………………………

122

2.

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang komunikasi
tingkat basis kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga ........ 123

3.

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang internalisasi
kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga………………….

125

Pedoman penelusuran data dan informasi tentang kesadaran kritis
pengarusutamaan gender……………………………………….......

126

Dokumentasi foto kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon…………………………...

128

4.
5.

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Pembangunan dapat dipandang sebagai sarana menuju pada perubahan dan
merupakan siklus alamiah sebagai jawaban atas perkembangan peradaban
manusia. Hal ini mengindikasikan pemaknaan sebuah pembangunan tidak dapat
dilihat pada satu sudut pandang. Hal tersebut dapat dilihat pada paradigma, teori,
konsep dan aplikasi yang dibangun yang sangat beragam. Kondisi ini telah
menciptakan berbagai kajian tentang pembangunan.
Salah satu kajian tersebut adalah konsep Socioeconomic Development.
Konsep ini memiliki tajuk yang secara eksplisit menunjukkan penonjolan aspek
sosial di samping aspek ekonomi. Implikasi yang diharapkan dari pendekatan
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan,
berkurangnya pengangguran, berkurangnya dampak negatif di bidang kesehatan
sebagai akibat kemiskinan, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan,
dan kemandirian (Sutomo 1998).
Hal serupa juga sesuai dengan pemahaman yang dibuat oleh UNESCO
yang menyatakan bahwa tujuan dan sarana pembangunan bukan membangun
benda melainkan membangun manusia. Pengertian ini dapat disederhanakan
bahwa pembangunan mengandung dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek manusia
(Poostchi 1986). Dari konsep ini dapat diambil sebuah kesimpulan besar bahwa
pembangunan harus dilaksanakan secara komprehensif dengan menitikberatkan
masyarakat sebagai bagian modal pembangunan yang berasaskan keadilan.
Dalam konteks Indonesia pembangunan diidentikan dengan program
penanggulanagan kemiskinan karena persoalan bangsa selama ini adalah
kemiskinan. Pengentasan kemiskinan yang terkait dengan pemberdayaan
masyarakat telah dimulai lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Periodisasi serta
berbagai program yang dijalankan selama kurun waktu tersebut di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Periode 1974-1988
Berbagai program sektoral Pertanian (BIMAS, INMAS, KUK, Transmigrasi),
Industri (industri padat karya, antara lain tekstil dan kayu lapis), berbagai
kebijakan Inpres (desa, kabupaten, provinsi, jalan, irigasi, dll).

2

2. Periode 1988-1998
Pengembangan Kawasan Terpadu (PKT), Inpres Desa Tertinggal

(IDT),

Program Pengembangan Prasarana Desa Tertinggal (P3DT) dan berbagai
program ad hoc penanggulangan kemiskinan pasca krisis (Padat Karya,
PDMDKE).
3. Periode 1998-2006
Program penanggulangan kemiskinan berbasis

masyarakat

di berbagai

sektor: PPK, P2KP, P2MPD, WSLIC, KPEL, P4K, dan lain-lain.
Setelah dilakukan evaluasi secara mendalam ternyata pola sekarang
dilakukan

parsial

sehingga

tidak

efektif

untuk

penanggulangan

kemiskinan. Seringkali dijumpai ada daerah-daerah yang mendapat lebih dua
program, sementara ada daerah yang sama sekali tidak dapat. Oleh karena
itu, mulai pada akhir 2006, mulai dilakukan program yang mengintegrasi antar
sektoral dalam upaya menanggulangi kemiskinan.
4. Periode 2007- ke depan
Harmonisasi program-program pemberdayaan masyarakat melalui Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). (Royat, 2008)
Pengentasan kemiskinan harus dilaksanakan secara komprehensif yang
tidak diukur hanya pada aspek fisik belaka. Tetapi juga dapat dilihat pada kondisi
pola pikir masyarakat serta keadilan partisipasi gender. Dalam kaitan keadilan
partisipasi gender dapat dilihat dengan menggunakan parameter Gender-related
Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Measurement (GEM).
Dalam konteks partisipasi gender, sementara ini masih menunjukkan
adanya ketidakadilan peran gender. Hal ini dapat dilihat ketimpangan peran antara
laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang. Kondisi ini tercermin dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh BPS dan Unifem pada tahun 2000 yang
menunjukkan rendahnya representasi perempuan dalam ranah publik. Disebutkan
bahwa dalam DPR representasi perempuan hanya mencapai 8,8%, MPR 9,1%,
anggota DPA 2,7%, Hakim Agung 13,7%, kepala desa/lurah 2,3%, jabatan
struktural kepegawaian 15,2% (BPS & Unifem 2000 dalam Nugroho 2008).
Untuk menjawab kondisi seperti ini pemerintah membuat sebuah program
yang bersifat komprehensif. Dalam hal ini peran masyarakat menjadi tulang

3

punggung sebagai modal sosial dengan mengedepankan aspek keadilan peran
laki-laki

dan

perempuan.

Program

tersebut

adalah

Program

Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini merupakan replikasi, di
dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan yang merupakan implementasi
Millennium Development Goals (MDGs). Kata kunci dari program ini adalah
meningkatkan partisipasi masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian kegiatan pembangunan
dan pemberdayaan perempuan (LP3S & World Bank 2007).
Semangat dalam PNPM Mandiri mengindikasikan adanya gerakan
pengarusutamaan gender (PUG). Gerakan PUG merupakan upaya untuk
menggugah kesadaran para pengambil kebijakan akan perlunya gender equality
dari hasil pembangunan. Penyelenggaraan PUG mencakup pemenuhan kebutuhan
praktis gender dan pemenuhan kebutuhan strategis gender. Kebutuhan praktis
gender adalah pembangunan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
perempuan yang sifatnya untuk memperbaiki kondisi mereka agar menjalani
kehidupan serta peran-peran sosial mereka secara layak dan bermartabat.
Kebutuhan strategis adalah perubahan peraturan hukum, penafsiran ulang atas
ajaran agama yang dianggap mensubordinasikan perempuan, penghapusan
kekerasan dan diskriminasi di berbagai bidang kehidupan.
PNPM Mandiri dilaksanakan dengan mengembangkan tiga aspek kegiatan
yang disebut dengan tridaya. Kegiatan tersebut antara lain, bidang lingkungan,
sosial dan ekonomi. Kegiatan bidang ekonomi salah satunya diaplikasikan melalui
kegiatan punjaman bergulir yang mudah diakses oleh masyarakat miskin termasuk
perempuan yang sementara ini terkendala dengan akses perbankkan. Sehingga
perempuan, khususnya pelaku usaha kecil menengah sangat sulit untuk
berkembang.
PNPM Mandiri sebagai program yang bercirikan keadilan gender
diharapkan akan memunculkan kesadaran kritis dalam pengarusutamaan gender
yang diimplementasikan oleh masyarakat dalam bentuk partisipasi dan pembuatan
program-program pembangunan yang dituangkan dalam Program Jangka
Menengah (PJM) dan Rencana Tahunan (Renta) yang memiliki aksi strategis yang
berwawasan gender.

4

Untuk mewujudkan keberhasilan misi dan visi PNPM Mandiri sangat
dibutuhkan komunikasi, yang terselenggara pada tingkat basis dan regulator
PNPM Mandiri.

Pendekatannya

adalah komunikasi pembangunan

yang

difokuskan pada usaha penyampaian dan pembagian (sharing) ide, gagasan dan
inovasi pembangunan antara pemerintah dan masyarakat. Pada proses tersebut,
informasi dibagi dan dimanfaatkan bersama-sama dan seluas-luasnya sebagai
suatu yang berguna untuk kehidupan (Dilla 2007).
Rumusan Masalah Penelitian
PNPM Mandiri adalah program dengan mengusung konsep bottom up,
keberdayaan, kemandirian dan keadilan gender. Konsep ini merupakan konsep
yang revolutif karena mengindikasikan adanya perubahan besar dalam konsep
pembangunan masyarakat di Indonesia. Konsep seperti ini diyakini mampu oleh
pemerintah dalam menyelesaikan persoalan pembangunan terutama pengentasan
kemiskinan.
Kata kunci pertama keberhasilan konsep

ini adalah bagaimana

menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat dalam pembangunan. Kesadaran kritis
masyarakat tidak hanya dipahami sebatas partisipasi dalam pembangunan, tetapi
juga dalam persoalan peran antara laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan
bahwa keberhasilan PNPM Mandiri tidak dinilai pada ukuran-ukuran fisik
pembangunan tapi juga pada ukuran keadilan gender. Dalam kaitan ini
komunikasi memegang peranan penting di dalam menumbuhkan kesadaran kritis
masyarakat dan penciptaan keadilan dalam perspektif gender.
PNPM Mandiri bercirikan pemberdayaan dan keadilan telah memberikan
akses kepada perempuan sebagai pengelola dan pemanfaat kegiatan di antaranya
dalam kegiatan pinjaman bergulir. Pengembangan dari situasi ini adalah
penelaahan yang lebih dalam apakah kemudahan akses ini merupakan bentuk
afirmasi terhadap perempuan atau bagian eporia atau benar-benar menunjukkan
kesadaran kritis.
Secara umum, benang merah yang dapat ditarik dari perumusan masalah
ini adalah bagaimana komunikasi tingkat basis di dalam menciptakan kesadaran
kritis dalam pengarusutamaan gender. Sebagai unit analisis inti adalah kegiatan

5

pinjaman bergulir PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga. Dari gambaran secara
umum ditarik pada perumusan secara khusus sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran komunikasi tingkat basis kegiatan PNPM Mandiri di
Kelurahan Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon? Unit analisis
yang dikembangkan adalah: (1) Komunikasi tingkat basis dalam berbagai
dimensi; (2) Aplikasi model komunikasi tingkat basis; (3) Komunikasi
kegiatan PNPM Mandiri dalam isu gender.
2. Bagaimana gambaran internalisasi PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga?
Unit analisis yang akan ditelusuri adalah pencitraan dan aktivasi kegiatan
PNPM Mandiri dan internalisasi berdasarkan keragaman karakteristik.
3. Bagaimana pengarusutamaan gender kegiatan pinjaman bergulir? Unit analisis
yang ditelusuri adalah: (1) Gambaran kegitan pinjaman bergulir di Kelurahan
Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon; (2) Isu gender dalam
kegiatan pinjaman bergulir; (3) Peran perempuan pada kelembagaan unit
pengelola keuangan; (4) Akses perempuan terhadap pinjaman bergulir; (5)
Keragaman profil perempuan pemanfaat pinjaman bergulir; (6) Inisiasi
perempuan dalam pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat pinjaman
bergulir; (7) Tanggung jawab perempuan terhadap pelaksanaan kegiatan
pinjaman bergulir; (8) Perempuan dan kontrol sosial kegiatan pinjaman
bergulir.
Tujuan Penelitian
PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga merupakan program inovasi yang
memerlukan

pembelajaran

yang

intensif

pada

masyarakat.

Hal

ini

mengindikasikan perlunya manajemen komunikasi yang strategis, terarah dan
tepat sasaran, karena visi misi PNPM Mandiri sebagai sarana pendobrak pola
pembangunan sentralisme dan paradigma kerangka berpikir lama. Titik krusial
program ini ada pada kegiatan pinjaman dana bergulir, karena selama ini program
pinjaman bergulir khususnya di Kelurahan Kenanga tidak berjalan dengan baik.
Hal ini tentunya diperlukan sebuah kesadaran kritis bersama sehingga program
pinjaman bergulir dapat berjalan dengan baik .
Kesadaran kritis dalam pembangunan tidak hanya dipahami pada aras
partisipasi tetapi juga dipahami secara keadilan gender. Kesadaran kritis akan

6

muncul dari sebuah pembelajaran dengan menggunakan media komunikasi. Dari
paparan di atas tujuan penelitian ini dapat disederhanakan sebagai berikut:
1. Menganalisis model komunikasi tingkat basis kegiatan PNPM Mandiri di
Kelurahan Kenanga, Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
2. Menganalisis internalisasi kegiatan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga
Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
3. Menganalisis pengarusutamaan gender dalam kegiatan pinjaman di Kelurahan
Kenanga Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mencoba membangun satu kesatuan antara komunikasi
tingkat basis dengan kesadaran kritis gerakan pengarusutamaan gender. Dari
perumusan penelitian yang dibuat, maka kegunaan penelitian ini mencakup tiga
aspek yaitu:
1. Kegunaan teoretis.
Diharapkan

penelitian

ini

dapat

memberikan

kontribusi

terhadap

pengembangan ilmu komunikasi baik secara konseptual dan teoretis terutama
mengenai komunikasi partisipasi.
2. Kegunaan kritis.
Diharapkan penelitian ini sebagai inspirasi untuk membangun kesadaran kritis
dalam perspektif gender terutama berkenaan dengan keseimbangan dan
keadilan

peran

antara

laki-laki

dan

perempuan

dalam

partisipasi

pembangunan.
3. Kegunaan praktis.
Diharapkan penelitian ini menjadi bahan pertimbangan dan bahan informasi
bagi perencana dan pengambil kebijakan oleh instansi tertentu yang terkait
dengan kegiatan PNPM Mandiri yang berkenaan dengan kesadaran kritis
pembangunan dalam perspektif gender.

7

Definisi Istilah
Setiap penelitian memiliki ranah kajian khas yang memunculkan beberapa
istilah spesifik. Tentunya dalam kaitan penelitian ini istilah spesifik yang muncul
adalah istilah-istilah yang berkaitan dengan kegiatan PNPM Mandiri dan kajian
gender. Berikut ini beberapa istilah penting yang berhubungan dengan tema kajian
penelitian:
1.

BKM

: Badan Keswadayaan Masyarakat adalah suatu badan
yang dibentuk masyarakat yang bertujuan untuk
mengelola PNPM Mandiri.

2.

Faskel

: Fasilitator Kelurahan adalah seseorang yang ditugasi
untuk melakukan pendampingan pada tingkat basis
dalam kegiatan PNPM Mandiri.

3.

GAD

: Gender

and

pembangunan

Development
yang

adalah

melibatkan

secara

konsep
penuh

perempuan di dalam mengikuti proses pembangunan
dari perencanaan sampai evaluasi.
4.

GDI

: Gender-related Development Index adalah ukuran
yang digunakan dalam parameter gender yang
berkaitan dengan pembangunan.

5.

GEM

: Gender Empowerment Measurement ukuran yang
digunakan
masyarakat

untuk

melihat

terutama

kaum

tingkat

keberdayaan

perempuan

dalam

pembangunan.
6.

IDT

: Inpres Desa Tertinggal adalah program pemerintah
pada masa orde baru untuk mengentaskan kemiskinan
di daerah pedesaan.

7.

Korkab

: Koordinator Kabupaten adalah orang yang bertugas
untuk melakukan koordinator dalam kegiatan PNPM
Mandiri dalam lingkup kabupaten atau kota.

8.

KSM

: Kelompok Swadaya Masyarakat adalah kelompok
yang dibentuk masyarakat yang bertugas sebagai
pelaksana atau eksekutor program.

8

9.

MDGs

: Millennium Development Goals adalah program
Perserikatan

Bangsa-Bangsa

yang

bervisi

misi

mengentaskan kemiskinan dengan target 2015 dengan
mengedepankan delapan aspek prioritas.
10. PJM

: Program Jangka Menengah adalah istilah yang
digunakan untuk program selama tiga tahun yang
dibuat dan dilaksanakan oleh BKM.

11. PNPM

: Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat adalah
sebuah program yang dibuat oleh pemerintah di
dalam

mengaplikasikan

berparadigma
partisipasi,

bottom

konsep

up

pemberdayaan

pembangunan

menitikberatkan
dan

pada

kemandirian

masyarakat.
12. PUG

: Pengarusutamaan Gender adalah sebuah gerakan
afirmasi yang ditujukan untuk meningkatkan peran
terutama perempuan dalam proses pembangunan.

13. Renta

: Rencana Tahunan adalah istilah yang digunakan
untuk nama program satu tahunan yang dilaksanakan
oleh BKM yang bersumber dari program jangka
menengah.

14. RPuK

: Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan adalah
sebuah lembaga swadaya yang berbasis di Aceh yang
intens dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.

15. RWT

: Rapat Warga Tahunan adalah siklus kegiatan dalam
program PNPM Mandiri yang merupakan sarana
masyarakat untuk melakukan monitoring dan evaluasi
program.

16. UPK

: Unit Pengelola Keuangan adalah unit kerja BKM
yang bertanggung jawab dalam kegiatan ekonomi
perguliran (pinjaman bergulir).

9

17. UPL

: Unit Pengelola Lingkungan adalah unit kerja BKM
yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan
pembangunan infrastruktur lingkungan.

18. UPS

: Unit Pengelola Sosial adalah unit kerja BKM yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan sosial.

19. WAD

: Women and Development adalah pendekatan yang
menitikberatkan pengembangan kegiatan peningkatan
pendapatan tanpa memperhatikan unsur dimensi
ruang dan waktu yang digunakan oleh perempuan.

20. WID

: Woman in Development adalah kebijakan program
pembangunan yang dapat menghasilkan pendapatan
bagi perempuan.

10

11

TINJAUAN PUSTAKA
Kegiatan PNPM Mandiri
Secara umum PNPM dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan melalui
peningkatan partisipasi masyarakat di dalam proses pembangunan, peningkatan
kapasitas pemerintah daerah dalam penyediaan layanan umum dan peningkatan
kapasitas lembaga lokal yang berbasis masyarakat. Selain itu, PNPM Mandiri
diharapkan dapat meningkatkan sinergi antara masyarakat dan pemerintah daerah
dalam rangka lebih mengefektivkan upaya-upaya pengurangan kemiskinan (LP3S
& World Bank 2007).
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan
yang menjadi dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan
kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat
menuju kemandiriannya dalam pembangunan dari, oleh dan untuk masyarakat.
PNPM Mandiri

dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan

sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan
dana stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.
Tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat miskin dan meningkatkan kesempatan kerja. Tujuan umum dapat
dijabarkan dalam tujuan khusus di antaranya (1) Meningkatnya partisipasi seluruh
masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok perempuan, komunitas adat
terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang belum dilibatkan secara optimal
dalam proses pembangunan; (2) Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui
kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak pada masyarakat miskin
(pro-poor

budgeting);

(3)

Meningkatnya

keberdayaan dan kemandirian

masyarakat serta pemerintah daerah serta kelompok peduli setempat dalam
menanggulangi kemiskinan di wilayahnya; (4) Meningkatkan modal sosial
masyarakat yang berkembang sesuai dengan potensi sosial dan budaya serta untuk
melestarikan kearifan lokal; (5) Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi

12

tepat guna, informasi dan komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat (Ditjen
PMD 2008).
Pada pelaksanaan operasional kegiatan PNPM Mandiri menekankan
prinsip-prinsip dasar otonomi, desentralisasi, partisipasi, kesetaraan dan keadilan
gender, demokratis, transparansi dan berorientasi pada masyarakat miskin (Ditjen
PMD 2008).
Dalam konteks aplikasi kegiatan PNPM Mandiri dapat digambarkan dalam
Gambar 1 sebagai berikut:

Pemetaan
swadaya

Pembuatan
PJM/Renta

Aplikasi program (aspek
perencanaan, aksi dan evaluasi)

Penguatan program
(pelatihan-pelatihan)

Gambar 1. Alur kegiatan PNPM Mandiri
Gambar 1 Di atas menunjukkan bahwa konsep PNPM Mandiri adalah
program berbasis masyarakat. Kegiatan PNPM Mandiri diawali dengan pemetaan
swadaya (PS). Pemetaan swadaya dilakukan oleh masyarakat yang telah diberikan
pelatihan. Hasil dari pemetaan swadaya masyarakat meliputi berbagai tiga aspek
besar yaitu: bidang kondisi fisik lingkungan warga, sosial dan ekonomi warga.
Hasil pemetaan ini merupakan sumber dalam pembuatan Program Jangka
Menengah (PJM) dan Rencana Tahunan (Renta). Program Jangka Menengah dan
Renta dibuat oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang merupakan
lembaga yang dibentuk oleh masyarakat yang memiliki badan hukum. Selanjutnya
PJM dan Renta yang sudah disepakati bersama masyarakat diaplikasikan dalam
program aksi yang dilakukan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Pelaksanaan PNPM Mandiri di Kelurahan Kenanga dimulai sejak tahun
2007, dengan nama Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan (P2KP).
Program ini memiliki tiga sasaran yaitu: (1) Peningkatan sarana lingkungan fisik
warga dengan melaksanakan perbaikan sarana lingkungan warga seperti

13

pengaspalan jalan, saluran pembuangan air limbah rumah tangga, pembuatan rabat
beton dan lain-lain; (2) Peningkatan taraf kesejahteraan sosial yang diaplikasikan
dalam bentuk kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan; (3)
Ekonomi bergulir yaitu memberikan pinjaman lunak tanpa agunan kepada
masyarakat dengan sistem berkelompok. Proporsi penggunaan anggaran dalam
program ini adalah 70% digunakan untuk pembangunan peningkatan sarana fisik
lingkungan, 10% untuk kegiatan sosial dan 20% untuk kegiatan ekonomi
(pinjaman bergulir).
Feminimisasi Kemiskinan
Lahirnya PNPM Mandiri, merupakan jawaban atas hasil program-program
pengentasan kemiskinan yang selama ini belum mendapatkan hasil yang optimal.
Kemiskinan menjadi permasalahan krusial yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, lebih-lebih di negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia.
Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4% dari total penduduk
Indonesia masih hidup dalam kondisi miskin. Data lain yang ditunjukkan
Whitehead dalam Cahyono (2005) telah mendata bahwa lebih dari setengah
penduduk miskin di negara berkembang adalah kaum perempuan. Data dari
perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa dari 1,3 miliar warga
dunia yang masuk kategori miskin, 70 persennya adalah kaum perempuan. Hal ini
menguatkan terjadinya feminimisasi kemiskinan yakni sebuah kenyataan bahwa
sebagian besar angka kemiskinan dialami oleh kaum perempuan.
Kemiskinan pada hakikatnya merupakan persoalan klasik dan belum
ditemukan suatu rumusan atau formulasi penanganan yang dianggap paling jitu
dan sempurna. Tidak ada konsep tunggal tentang kemiskinan. Terdapat banyak
sekali teori dalam memahami kemiskinan. Bila dipetakan, literatur mengenai
kebijakan sosial menunjuk pada dua paradigma atau teori besar (grand theory)
mengenai kemiskinan yakni paradigma neoliberal dan demokrasi sosial (Suharto
2005). Dua paradigma atau pandangan ini kemudian muncul cetak biru dalam
menganalisis kemiskinan maupun merumuskan kebijakan-kebijakan dan programprogram anti kemiskinan.
Teori neoliberal berakar pada karya politik klasik yang ditulis oleh
Thomas hobbes, John Lock dan John Stuart Mill. Intinya menyerukan bahwa

14

komponen penting dari sebuah masyarakat adalah kebebasan individu. Dalam
bidang ekonomi, karya monumental Adam Smith, The Wealth of Nation (1776)
dan Frederick Hayek, The Road of Serfdom (1944) dipandang sebagai rujukan
kaum neoliberal yang mengedepankan azas laissez faire, yang oleh Cheyne et al.
(1992) dalam

Suharto (2005) disebut sebagai ide yang mengunggulkan

“mekanisme pasar bebas” dan mengusulkan “the almost complete absences of
states intervention in the economy.”
Para pendukung neoliberal berargumen bahwa kemiskinan merupakan
persoalan individu yang disebabkan oleh kelemahan-kelemahan dan atau pilihanpilihan individu yang bersangkutan. Kemiskinan akan hilang dengan sendirinya
jika kekuatan-kekuatan pasar diperluas sebesar-besarnya dan pertumbuhan
ekonomi dipacu setinggi-tingginya. Secara langsung strategi penanggulangan
kemiskinan harus bersifat “residual”dan hanya melibatkan keluarga, kelompokkelompok swadaya, atau lembaga-lembaga keagamaan. Peran negara hanya
sebagai “penjaga malam” yang baru boleh ikut campur manakala lembagalembaga di atas tidak mampu menjalankan tugasnya (Shanon 1991; Spicker 1995;
Cheyne et al. 1998 dalam Suharto 2005). Penerapan program-program structural
adjustmen, seperti program jaringan pengaman sosial (JPS) di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia, sesungguhnya merupakan contoh konkret dari
pengaruh neoliberal dalam bidang penanggulangan kemiskinan.
Teori demokrasi sosial memandang bahwa kemiskinan bukanlah persoalan
individual, melainkan struktural. Kemiskinan disebabkan adanya ketidakadilan
dan ketimpangan dalam masyarakat akibat tersumbatnya akses-akses kelompok
tertentu terhadap berbagai sumber-sumber kemasyarakatan. Teori ini berporos
pada prinsip-prinsip ekonomi campuran (mixed economy) dan “ekonomi
manajemen-permintaan” (demand-management economics) gaya Keynesian yang
muncul sebagai jawaban tehadap depresi ekonomi yang terjadi pada tahun 1920an
dan awal tahun 1930an.
Menurut pandangan demokrasi sosial, strategi penanganan kemiskinan
haruslah bersifat melembaga. Program-program jaminan sosial dan bantuan sosial
yang dianut di Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang merupakan contoh
strategi antikemiskinan yang diwarnai oleh teori demokrasi sosial. Jaminan sosial

15

yang berbentuk pemberian tunjangan pendapatan atau dana pensiun, misalnya
dapat meningkatkan kebebasan karena dapat menyediakan penghasilan dasar
dengan mana orang akan memiliki kemampuan (capabilities) untuk memenuhi
kebutuhan dan menentukan pilihan-pilihannya (choices). Sebaliknya ketiadaan
pelayanan dasar tersebut dapat menyebabkan ketergantungan (defedency) karena
dapat membuat orang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dan menentukan pilihan-pilihannya.
Dengan menggunakan perspektif lebih luas lagi David (2004) dalam
Suharto (2005) membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi: (1) Kemiskinan
yang diakibatkan oleh globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang
kalah. Pemenang umumnya negara-negara maju sedangkan negara-negara
berkembang seringkali terpinggirkan oleh persaingan pasar bebas yang
merupakan prasyarat globalisasi; (2) Kemiskinan yang berkaitan
pembangunan,

kemiskinan

subsisten

(kemiskinan

akibat

dengan
rendahnya

pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan
dalam proses pembangunan, kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang disebabkan
oleh hakikat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan); (3) Kemiskinan sosial yaitu
kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak dan kelompok minoritas;
(4) Kemiskinan konsekuensional, yaitu kemiskinan yang terjadi akibat kejadiankejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana
alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.
Mariana dan Purnama (2005) menyebutkan bahwa kemiskinan yang
dialami oleh masyarakat Indonesia adalah kemiskinan majemuk dalam arti
kemiskinan yang terjadi bukan hanya kemiskinan sandang pangan, tetapi juga
kemiskinan identitas, informasi, akses, partisipasi dan kontrol. Oleh karena itu
menurutnya, sebagian besar perempuan Indonesia adalah miskin karena tidak
hanya secara ekonomi mereka terbelakang tetapi juga dalam hal keterbatasan
akses terhadap informasi, pendidikan, politik, kesehatan dan lain-lain, partisipasi
mereka pun kurang diberi tempat. Hal ini yang pada gilirannya memunculkan
Feminimisasi kemiskinan di masyarakat Indonesia.
Dari sisi gender, World Bank (2003) dalam Indraswari

(2009)

mengidentifikasikan empat dimensi kemiskinan yaitu women’s lack of

16

empowerment, opportunity, capacity and security. Masalah pemberdayaan
perempuan meliputi dua hal. Pertama pemberdayaan ekonomi terkait dengan
minimnya atau lemahnya akses perempuan terhadap institusi keuangan formal.
Kedua, masalah pemberdayaan juga terkait dengan minimnya suara