4.4. Absorbsi Beton
Pengujian permeabilitas beton dilakukan dengan melakukan perendaman sampel silinder beton selama 24 jam setelah beton berumur lebih dari 28 hari yang dimaksudkan untuk mendapatkan
kekedapanlaju resapan air pada berbagai variasi campuran dan dibandingkan dengan beton normal. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Absorbsi Beton Tiap Variasi
Variasi Berat Basah
kg Berat Kering
kg Absorbsi
Absorbsi rata-rata
Variasi I
12.665 12.6
0.513 0.464
12.733 12.68
0.416 12.699
12.64 0.463
Variasi II
12.935 12.89
0.347 0.379
12.835 12.78
0.427 12.957
12.91 0.363
Variasi III
12.963 12.93
0.254 0.282
12.936 12.9
0.281 12.920
12.88 0.312
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Diagram Perbandingan Absorbsi Beton Tiap Variasi
Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa beton normal memperoleh nilai absorbs sebesar 0,46. Sedangkan variasi II dan III memperoleh nilai absorbs sebesar 0,379 dan 0,282. Nilai
absorbsi tiap variasi mengalami penurunan. Hal ini karena serat kaleng dan fly ash mampu mengisi rongga-rongga kosong pada beton, sehingga penyerapan air pada beton semakin berkurang.
4.5. Pola Retak Benda Uji Pelat
4.5.1. Umum
Pengamatan yang dilakukan adalah secara visual untuk mengetahui pola penyebaran dan perkembangan retak akibat shrinkage yang terjadi pada benda uji pelat beton selama 45 hari.
Benda uji plat beton tanpa tulangan yang berdimensi 100 x 100 x 8 cm. 0,464
0,379 0,282
0,000 0,100
0,200 0,300
0,400 0,500
Variasi I Variasi II
Variasi III
A bso
rbsi
Jenis Variasi
Pengaruh Serat Kaleng dan Fly Ash Terhadap Absorbsi Beton
Universitas Sumatera Utara
4.5.2. Pengamatan Pola Retak
Pengamatan pola retak ini dilakukan secara visual pada benda uji pelat dan diamati retaknya pada hari 1, 3, 7, 14, 28, dan 45 setelah pengecoran. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Pola Retak Pelat Tiap Variasi
Jenis Variasi
Waktu pengamatan Hari ke-
1 Hari ke-
3 Hari ke-
7 Hari ke-
14 Hari ke-
28 Hari ke-
45 Variasi
I +
+ +
+ +
+
Variasi II
+ +
+ +
+ +
Variasi III
+ +
+ +
+ +
Keterangan : + = terjadi retak
; - = tidak terjadi retak
Dari Tabel 4.7 diatas diketahui bahwa campuran beton variasi I, variasi II, dan variasi III telah mengalami retak setelah 24 jam dari waktu pengecoran.
4.5.3. Jumlah Retak
Pada pengamatan retak diketahui bahwa retak terjadi pada setiap variasi beton dengan pola penyebaran, jumlah, panjang, dan lebar retak yang berbeda setiap variasi. Hasil
Universitas Sumatera Utara
pengamatan menunjukkan bahwa rata – rata retak yang terjadi untuk setiap luasan 100 cm² adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Jumlah Retak Tiap Variasi
Pengamatan Jumlah Retak Pada Pelat Hari ke-
1 Hari ke-
3 Hari ke-
7 Hari ke-
14 Hari ke-
28 Hari ke-
45 Variasi I
11 14
18 20
21 21
Variasi II 5
7 10
12 12
12
Variasi III
4 7
8 10
10 10
Gambar 4.7 Grafik Jumlah Retak Terhadap Waktu Pengamatan
4.5.4. Panjang Retak
Karena bentuk retak yang tidak menentu, pengukuran dilakukan dengan menggunakan benang. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini.
11 14
18 20
21 21
5 7
10 12
12 12
4 7
8 10
10 10
5 10
15 20
25
Hari ke-1Hari ke-3Hari ke-7 Hari ke- 14
Hari ke- 28
Hari ke- 45
Ju m
la h
Reta k
Waktu Pengamatan Pengaruh Serat Kaleng dan Fly Ash Terhadap Jumlah Retak
Variasi I Variasi II
Variasi III
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Panjang Retak Selama Pengamatan
Nama Variasi
Panjang Retak Tiap Waktu Pengamatan Hari ke-
1 Hari ke-
3 Hari ke-
7 Hari ke-
14 Hari ke-
28 Hari ke-
45 Variasi I
8 11
13 15
16 17
Variasi II
5 7
10 11
12 13
Variasi III
4 5
8 9
10 11
Gambar 4.8 Grafik Panjang Retak Terhadap Waktu Pengamatan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat terlihat bahwa pada semua variasi baik variasi I, variasi II, dan variasi III mengalami penambahan panjang dari hari ke-1 sampai
hari ke-45. Dari hasil penelitian pola retak dapat dilihat bahwa penambahan serat kaleng
8 11
13 15
16 17
5 7
10 11
12 13
4 5
8 9
10 11
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Hari ke-1Hari ke-3Hari ke-7 Hari ke- 14
Hari ke- 28
Hari ke- 45
Pa n
ja n
g R
e ta
k mm
Waktu Pengamatan
Pengaruh Serat Kaleng dan Fly Ash Terhadap Panjang Retak
Variasi I Variasi II
Variasi III
Universitas Sumatera Utara
dan fly ash pada campuran beton dapat mengurangi jumlah dan panjang retak. Fly ash dapat mengisi rongga sehingga menjaga beton dari penguapan yang relatif tinggi dan serat
kaleng dapat menjaga ketahanan terhadap pecahan, pengelupasan, bahkan susutan terhadap beton.
Dari hasil kuat tekan dan kuat tarik belah juga dapat kita lihat bahwa pada perawatan awal kering 7 hari mempunyai kuat tekan dan tarik belah paling kecil diantara perawatan basah dan
perawatan awal basah 7 hari. Hal ini karena beton dengan perawatan awal kering 7 hari mengalami kekurangan air dalam proses pengikatannya. Akibatnya, proses pengikatan yang terjadi tidak
sempurna dan berdampak buruk pada kualitas beton itu sendiri seperti berkurangnya kuat tekan dan kuat tarik beton.
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan