DEPENDENSI KONSUMER TERHADAP INTERDEPNDENSI FAKTOR ABIOTIK-PRODUSER

III. DEPENDENSI KONSUMER TERHADAP INTERDEPNDENSI FAKTOR ABIOTIK-PRODUSER

Interdependensi ekophysiologi tanaman dan faktor lingkungan meningkatkan kualitas lingkungan lingkungan yang menguntungkan bagi organisme konsumer seperti meningkatnya produktifitas primer , siklus nutrien dan produksi bahan pakan Altieri et al., 2009. S ecara intrinsik genetik, organime termasuk organisme produk perikanan memiliki potesi biotik pertumbuhan Sahu et al., 2000. Selanjutnya disebutkan bahwa potensi biotik pertumbuhan ini bersifat spcies specific bahkan individual, karena tiap individual memiliki karakteristik genetik yang berbeda sehingga ketiak memiliki respon yang berbeda. Di alam, realisasi potensi biotik instrinnsik pertumbuhan sangat tergantung terhadap faktor luar ekstrinsik yaitu pakan dan faktor lingkungan. Pakan merupakan sumber energi untuk pertumbuhan konsumer. Oleh karena itu untuk memperoelh pertumbuhan maksimal, pakan harus memenuhi kebutuhan konsumer baik jumlah maupun komposisinya. Di alam, kualitas dan komposisi dan ketersediaan pakan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sehingga faktor lingkungan erpengaruh secara tidak langsung terhadap organism konsumer. Faktor lingkungan mempengaruhi secara langsung proses biologi organism konsumer, seperti temperatur, oksigen, pH air, pencemaran amoniak. Sehingga terlihat bahwa produktifitas organisme konsumer sangat tergantung terhadap faktor lingkungan habitat dan ketersediaan pakan di alam 3.1. Pengaruh langsung faktor lingkungan terhadap organisme konsumer 3.1.1. Oksigen dan hewan Menurut peneliti US EPA 1986 hewan sangat tergantung terhadap produser perairan dalam ketersediana oksigen di air dissolve Okxygen DO, untuk digunakan untuk respirasi dan recycle limbah. Oksigen di perairan terutama berasal dari aktifitas fotosintesis produser fitoplankton dan alga makro. Organisme perairan sangat sensitif terhadap penurunan oksigen terlarut DO, dapat mengakibatkan stress dan bahkan kematian. Organisme yang hidup dalam suatu ekosistem yang relatif tertutup misal danau, kolam dan tambak, kekurangan oksigen dapat menyebabkan stress sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sampai kematian. Sedangkan organisme di perairan terbuka akan melakukan “ migrasi” ke daerah yang oksigennya cukup. Menurut Mallya 2007 kebutuhan ikan sangat bervariasi tetapi secara garis besar disebutkan bahwa kebutuhan sekitar 3 – 8 ppm dan kebutuhan oksigen ikan bervariasi antar spesies species specific. Di tambak, kekurangan oksigen terlarut di kolam budidaya mengakibatkan stress ikan atau udang sehingga akan mengakibatkan penurunan feeding sehngga akan berdanpak terhadap pertumbuhan. Ikan yang hidup di laut dalam memiliki sistim pengunaan oksigen yang efisien karena zona tersebut tidak ada fotosintesis tanaman kondisinya gelap. 3.2. Pengaruh tidak langsung faktor lingkungan terhadap organisme konsumer 3.2.1. Upweeling faktorligkungan suhu dan angin Upwelling adalah pergerakan air bagian bawah perairan ke permukaan sehingga menghasilkan aliran dari bawah permukaan perairan, biasangya membawa material terlarut seperti nutrien yang terendapkan. Penyertaan nutrien ke permukaan secara langsung menyediakan nutrien bagi produser sehingga akan memacu pertumbuhan fitoplankton. Selanjutnya pertumbuhan fitoplankton akan meningkatkan organism konsumer. Peningkatan populasi fitoplankton juga akan meningkatkan laju photosinthesis di kawasan tersebut. Oleh karena itu kawasan dimana terjadi upwelling dikenal dengan kawasan yang memiliki produktifitas yang tinggi. Upwelling dapat terjadi sebagai hasil pergerakkan air permukaan oleh angin sehingga terjadi “ tur over” air di bagian bawah upwelling tipe ini dikenal luas di perairan kawasan Chilli Amerika Latin sehigga dikenal sebagai salah satu penghasil ikan teri Anchovy dan di wilayah Indonesia bagian timur. Upwelling juga dapat terjadi akibat peningkatan suhu permukaan perairan pada musim semi akibat meningkatya intensitas dan surasi cahaya matahari, sehingga mengakibatkan pergerakan air bagian bawah ke bagian permukaan

3.2.2. Bioremediasi

Perkembangan usaha peikanan tambak intensif berkembang dengan pesat dan mencapai masa keemasan pada akhir tahun 1980 an. Berkembangnya usaha pertambakan, disi lain akan mengakibatkan penumpukan limbah sepanjang pantai , seperti nitrogen N dan posfor P yang berasal dari sisa pakan dan ekskresi organisme konsumer. Sehingga akan meningkatkan tekanan terhadap lingkungan pertambakan karena air tambak dipasok air laut dari yang sudah banyak mengalami penurunan kualitas, padahal tambak sendiri secara internal menghasilkan limbah organik yang tinggi yang dapat berakibat buruk terhadap lingkungan tambak budidaya. Salah satu upaya meningkatkan kondisi perairan tambak adalah dengan melakukan polykultur ikan dan rumput laut misal bandeng dengan Gracillaria sp. Gracillaria dapat memanfaatkan limbah ikan bandeng sehingga meningkatkan kualitas air Anonym, 2013b. Meningkatnya kualitas perairan akhirnya akan berdampak terhadap pertumbuhan udang atau bandeng.

3.2.3. Segrass dan Alga

Tim peneliti Texas Park and Wild life 1999 mengemukakan bahwa m angrove dan kawasan padang lamun seagrass beds telah dikenal sebagai kawasan selain coral reef yang memiliki produktifitas perikanan yang tinggi. Beberapa alasan ekologis tingginya produktifitas perikanan tersebut adalah mangrove dan lamun sebagai tempat mencari makan feeding ground, daerah asuhan nursery groun, tempat berlindung dari predator refuge area. Seagrass bahkan merupakan tempat menempelnya alga ephyphytic alga. Seagrass Berbagai penelitian yang melaporkan peranan ekologi dan ekonomi ekosistem padang lamun, diantaranya sebagai penyumbang material organik yang berasal dari penguraian “ daun” nya oleh berbagai mikroorganisme yang hidup dihabitat padang lamun Sand-Jensen, 1975; Coleman and Burkholder, 1994; sebagai tempat berlindung dan mencari makan berbagai organisme James and Heck Jr., 1994 dan sebagai tempat nurshery ground dan spawning ground Shieh, and Yang, 1997 Pertumbuhan tanaman seagrass tidak dipengaruhi oleh nutrien di dalam air karena tanaman lamun mampu memperoleh nutrin dari substrat Speight and Henderson, 2010. Selanjutnya dikatakan bahwa kepadatan, pertumbuhan dan distribusi tanaman lamun sangat sensisitive terhadap faktor ligkungan terutana ketersediaan cahaya dan peningkatan kekeruhan air akibat eutrophikasi. Sehingga penurunan intensitas cahaya akan berakibat terhadap peroduktifitas dan sintasan hidup lamun. Karena intensitas dan durasi cahaya menurun maka pertumbuhan, biomasa, kepadatan akan menurun, sementara level nitrat dan fosfat meningkat akibat physiologis yang tidak seimbang dan penguraian material yang mati. Hasil penelitian tim Texas Park and Wild life 1999 menyebutkan bahwa peranan seagrass sangat penting untuk berbagai organisme, kepadatan hewan di kawasan padang lamun dapat mencapai 2-25 kali lipat kawasan sekitarnya tanpa segrass. Lebih lanjut disebutkan bahwa kawasan padang lamun menyediakan habitat untuk berbagai hewan akuatik seperti invertebrata dan ikan. Unswort et al. 2009 mengkelompokkan beberapa peranan kawasan seagras dan mangrove sebagai daerah asuhan bagi larva dan anakan ikan karena menyediakan daerah berlindung dari predator dan menyediakan makanan. Namun sedikit ikan yang berasal dari kawasan koral reef. Alga Penelitian Hilman et al. 1995 menunjukkan bahwa variasi musiman temporal faktor lingkungan salinitas, temperatur air, suplay cahaya berpengaruh sangat nyata terhadap biomassa, produktifitas dan pertumbuhan Halophila ovalis. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan, biomassa dan produktifitas terbaik dicapai ketika musim panas dibandingkan musim dingin karena pada musim panas, temperatur dan suplay cahaya cukup serta salinitas yang lebih tinggi.

IV. PENUTUP