Data dan Sumber Data

69 1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan : a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata b. Undang-undang No.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan e. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit f. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 339MENKESPERV1989 tentang Pekerjaan Tukang Gigi 2. Bahan Hukum sekunder. Yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam menganalisa serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi, petunjuk maupun penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Media Massa, Artikel, makalah, naskah, paper, jurnal, internet yang barkaitan dengan masalah yang akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini. 70

5. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan dua cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Library Research Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulisan dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip dari berbagai literatur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. b. Studi Lapangan Field Research Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengancara wawancara interview yaitu sebagai usaha mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada tukang gigi maupun terhadap konsumen dari tukang gigi tersebut.

6. Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan dan wawancara selanjutnya diolah dengan mengunakan metode: 71 a. Editing, yaitu data yang diperoleh diperiksa apakah masih terdapat kekurangan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan. b. Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokan data sesuai dengan bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisa data. c. Sistematisi data, yaitu melakukan penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahasan secara sistemasi sehingga memudahkan pembahasan. 7.Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan melakukan penafsiran. Hasil dari penafsiran itu diuraikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat- kalimat yang mudah dimengerti untuk ditarik kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubungan hukum yang terjadi antara tukang gigi dengan konsumennya menurut pasal 1233 KUHPerdata berdasarkan perjanjian atau ius contractu yaitu konsumen datang ke tempat pratek tukang gigi dan ditangani oleh tukang gigi. Dalam kondisi seperti ini telah terjadi suatu hubungan hukum secara sukarela antara tukang gigi dan pasien berdasarkan kehendak bebas. 2. Hubungan hukum antara tukang gigi dan konsumennya menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban yang apabila tidak tepenuhi maka akan menimbulkan wanprestasi, bentuk wanprestasi yang dilakukan tukang gigi dapat berupa kelalaian atau kesengajaan dimana timbul kerugian konsumen atas jasa yang diberikannya, misalnya seperti pemasangan kawat gigi yang tidak sesuai prosedur yang dilakukan oleh tukang gigi yang dapat menjadi penyebab gigi bergeser juga dapat menimbulkan berbagai penyakit yang merugikan konsumennya. 3. Bentuk tanggung jawab hukum tukang gigi berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat berupa ganti kerugian, seperi dijelaskan dalam Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen ganti kerugian dapat berupa: a. Pengembalian Uang

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENGGUNA JASA PENITIPAN HEWAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 9 50

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP IKLAN BARANG DAN JASA YANG TIDAK SESUAI DENGAN YANG DIJANJIKAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 1

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PENUMPANG JASA ANGKUTAN UMUM KERETA API DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

4 32 119

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM ATAS PANGAN (DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN).

0 0 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 1 33

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN JASA KOLAM RENANG DI KOTA PANGKALPINANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 1 18