Prospek Pengaturan Kewenangan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian

68

C. Prospek Pengaturan Kewenangan Penuntutan Tindak Pidana Pencucian

Uang Yang Terkait Dengan Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Masa Mendatang Secara filosofis, KPK lahir karena ketidakefesiennya para penegak hukum lain seperti kepolisian dan kejaksaan dalam pemberantasan korupsi. Sehingga pemberantasan korupsi adalah tugas utama dari Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. 73 Seiring dengan perkembangan zaman, para koruptor menggunakan berbagai cara dalam melakukan korupsi yaitu salah satunya dengan pencucian uang. 74 Penyidikan tindak pidana korupsi jika ada indikasi ada tindak pidana pencucian uang maka sebagaimana pasal 75 Undang-undang Nomor 8 tahun 2010, dapat diartikan bahwa penyidik KPK dapat menggabungkan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana korupsi. setelah penyidikan dari penyidik KPK selesai maka diserahkan kepada penunut umum KPK untuk selanjutnya dilakukan penuntutan. Dalam hal penunutan tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh KPK terdapat kendala-kendala yang salah satunya adalah tidak diaturnya secara eksplisit kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang di dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang selalu diperdebatkan baik oleh para praktisi hukum seperti para panasehat hukum 73 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Cet. V, Jakarta: Sinar Grafika, 2014, h. 69. 74 Wawan Yunarwanto, Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Maret 2015. 69 terdakwa tindak pidana pencucian uang, hakim TIPIKOR maupun para akademisipakar hukum. Pada awalnya KPK dapat melakukan penuntutan tindak pidana pencucian uang yaitu pertama kali pada kasus Wa Ode Nurhayati yang kemudian putusan tersebut menjadi Yurisprudensi oleh hakim-hakim selanjutnya dalam memutus perkara tindak pidana pencucian uang yang penunutut umumnya berasal dari KPK. 75 Seiring dengan berjalannya waktu munculah gugatan ke Mahkamah Konstitusi yang diajukan oleh mantan hakim Mahkamah Konstitusi sekaligus terpidana kasus pencucian uang yaitu Akil Mochtar yang melakukan uji materi Undang-undang Nomor 8 tahun 2010. Dalam permohonan uji materi tersebut juga menguji kewenangan penuntutan tindak pidana pencucian, dimana pemohon yang pada intinya menyatakan bahwa dalam penunutan tindak pidana pencucian uang adalah kewenangan penuntut umum pada Kejaksaan Agung bukan penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi. Kemudian dalam putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa kejaksaan adalah satu kesatuan dan tidak terpisahkan, sehingga tidak ada perbedaan antara penuntut umum di KPK maupun di Kejaksaan Agung. Apalagi tindak pidana pencucian uang tersebut terkait dengan tindak pidana korupsi, maka akan lebih cepat bila penuntutannya ditangani oleh KPK dibandingkan harus dikirim ke kejaksaan. Dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PUU-XII2014 tidak ada satupun yang 75 Wawan Yunarwanto, Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Maret 2015. 70 menyatakan bahwa KPK tidak berwenang menuntut tindak pidana pencucian uang. Dalam hal ini penulis sependapat dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PUU-XII2014 tersebut karena pada dasarnya penuntut umum di KPK maupun di kejaksaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan dimanapun jaksa atau penuntut umum berada maka fungsinya sebagai penunut umum tetap ada selama ada surat perintah untuk melakukan penunutan. Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut menurut penulis, maka KPK tidak perlu ragu lagi dalam melakukan penuntutan tindak pidana pencucian uang. Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PUU-XII2014, untuk prospek pengaturan kewenangan penuntutan tindak pidana pencucian uang yang terkait dengan kasus tindak Pidana korupsi di masa mendatang menurut penulis perlu diadakan revisi Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan memasukan kewenangan KPK dalam penuntutan tindak pidana pencucian uang. Hal tersebut juga dapat menguatkan bahwa tindak pidana pencucian uang ini sebagai salah satu cara melakukan korupsi yang harus diberantas. 71 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan