Kesimpulan Perlindungan Hukum Kreditur Pemegang Jaminan Berupa Hak Tanggungan Yang Mengalami Force Majeure Dalam Perjanjian Kredit

98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam Bab IV, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Obyek jaminan yang diikat dengan hak tanggungan dan dijaminkan di dalam suatu akta yang dinamakan Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT. Akta Pemberian Hak Tanggungan APHT dapat hapus secara otomatis apabila obyek jaminan yang dijaminkan di dalam APHT tersebut musnah, tetapi hapusnya APHT ini tidak menyebabkan hapusnya utang debitur karena APHT merupakan perjanjian yang bersifat accessoir perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit tersebut. Dengan demikian, akibat adanya force majeure pada pelaksanaan kredit menyebabkan Bank memiliki kriteria penilaian di dalam menilai obyek jaminan tersebut, yaitu dalam hal musnahnya obyek jaminan yang mengalami force majeure maka nilai jaminan akan menjadi berkurang dan hal ini akan mempengaruhi rasio agunan terhadap jumlah kredit. Dalam hal ini nilai jaminan lebih kecil dari kredit, maka debitur wajib menambah agunan atau nilai kredit yang akan diturunkan. Universitas Sumatera Utara 2. Perlindungan hukum bagi kreditur dengan adanya ketentuan yang mengatur tentang musnahnya obyek jaminan berupa tanah danatau bangunan yang musnah karena force majeure dengan adanya pencantuman klausula yang terdapat di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan, yaitu : Dalam hal terjadi kerugian karena kebakaran atau malapetaka lain atas Obyek Hak Tanggungan Pihak Kedua dengan akta ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan, dan untuk itu kuasa, untuk menerima seluruh atau sebagian uang ganti kerugian asuransi yang bersangkutan sebagai peluna san utang Debitur”. Kreditur juga terlindungi dengan diasuransikannya obyek jaminan hak tanggungan tersebut, sehingga apabila obyek jaminan musnah dikarenakan force majeure, maka Bank sebagai banker’s clause berhak untuk mendapatkan uang asuransi dari obyek jaminan asuransi karena dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa pihak Bank sebagai penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi polis. 3. Upaya penyelesaian yang dilakukan Bank adalah melakukan pendekatan personal upaya damai, yaitu bank meminta debitur untuk memberikan jaminan lainnya yang dapat menutupi utang debitur. Debitur wajib untuk mengasuransikan obyek jaminan yang baru tersebut dan terhadap obyek jaminan yang baru tersebut diikat dengan APHT yang baru. Bank berhak Universitas Sumatera Utara untuk menunjuk perusahaan asuransi terhadap obyek jaminan yang baru tersebut. Bank melakukan upaya restrukturisasi kredit, yaitu dengan penurunan suku bunga kredit dan perpanjangan jangka waktu kredit apabila debitur kesulitan di dalam melunasi utang tersebut namun masih memiliki itikad baik untuk melunasi utangnya. Tetapi apabila obyek jaminan musnah dan debitur tidak memiliki itikad baik untuk melunasi utangnya maka Bank dapat melakukan somasi melalui Pengadilan Negeri.

B. Saran