29
4. Pengalaman Auditor
Pengalaman sebagai salah satu variabel yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian. Marinus, Wray 1997 dalam Herliansyah
2006 menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau
tugas job. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar
melakukannya dengan yang terbaik. Lebih jauh Kolodner 1983 dalam risetnya menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Namun dilain pihak beberapa riset menunjukkan kegagalan temuan tersebut seperti Ashton,
1991; Blocher et al.1993, hal ini karena menurut Ashton 1991 sering sekali dalam keputusan akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu untuk
dapat belajar. Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan
profesionalitas sebagai hal yang sangat penting didalam menjalankan profesi akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengaitkan
professional dan pengalaman dalam kinerja auditor : “The professional qualifications required of the independend
auditor are those of person with the education and experience to practice as such. They do not include those of person trained for
qualified to engage in another profession or accupation”.
Menurut The Institute of Chartered Accountant in Australia 1997:28: “Membership of profession means commitment to asset of value
that serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a good accountant one not only needs to have
30 insight into one’s profession, but to have accepted and internalized
those values. Professional value clarification is an activity both of individual accountants, in identifying and gaining critical insight
into the meaning and application of those values, and activity of professional it self.”
Selain itu untuk menjadi professional menurut The Institute of Chartered Accountant in Australia 1997:30 adalah :
“Extensive training must be undertaken tobe able to practice in the profession. A significant amount of the training consists of
intellectual component. The profession provides a valueable service to the community”.
Menurut Jeffrey dalam Sri Sularso dan Ainun Na’im 1999:156, memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam
suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai
peristiwa-peristiwa. Menurut Butts dalam Sri Sularso dan Ainun Na’im 1999:156,
mengungkapkan bahwa
akuntan pemeriksa
yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-tugas
profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al 1998 yang menemukan bahwa
pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan pertimbangan yang diambil.
Marinus dkk. 1997 dalam Herliansyah dkk. 2006 menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu
yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas job. Purnamasari 2005 dalam Asih 2006 memberikan kesimpulan bahwa
seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan
31 memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1 mendeteksi
kesalahan, 2 memahami kesalahan dan 3 mencari penyebab munculnya kesalahan.
Penelitian sebelumnya oleh Ariesanti 2001 menyatakan bahwa pengalaman auditor tidak banyak memberikan kontribusi untuk
meningkatkan keahlian auditor, yang berarti pengalaman tidak pula berpengaruh terhadap kualitas audit. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hendro dan Aida 2006 yang menyatakan profesionalisme yang tinggi akan membuat kebebasan auditor semakin terjamin.
5. Keahlian Auditor