Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia foetida Savigny untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat dengan Memanfaatkan Limbah Organik sebagai Media

KAJL4N PERBAIKAN TEKNOCOGI BUDIDAYA
CACING TANAH Eisenia foetida Savigny UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI BIOMASSA DAN KUALITAS EKSMECAT DENGAN
RlEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI MEDlA

Mashur
NRP. 985048

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2001

A STUDY TO IMPROVE THE RAISING TECHNOLOGY OF EARTHWORM
Eisenia fodda Savigny TO INCREASE THE BIOMASS PRODUCTION AND
CASTING QUALITY BY USING ORGANIC WASTE AS MEDIA
Mashur
Supervised by Sihombing D.T.H. as chairman of committee, Muladno and
Djajskirana G. as member of committee
ABSTRACT


The aim of this research is to study the. most suitable technology to raise
E. foetida earthworm for optimal productivity. This study was conducted in Mataram
from September 1999 to June 2000 and divided into three experiments. The first one was
to study 24 different formulas of media which contained different kind and propotion of
animal waste, market waste, household waste and rice straw. A nest box contaning 2.5 kg
of each media was used to raise 25 g earthwomi for 40 days. For replication, three nest
boxes were used to evaluate all 24 different media. Number of cocoon, biomass and
casting were measured as producton parameters. Observed data were statistically
analyzed using a completely ramdomized design. The second experiment was to study
fermentation process. Three main factors used for this study were level of limes, agitation
frequency and fermentation time, with three replications. Recorded parameters (number
of cocoon, biomass and casting) were used for statistical analysis using a factorial design
of 3 x 2 x 3. The third experiment was to study t h e e main factors namely : kind of nest
box, spreading density and level of rack. The experiment used three replications for each
treatment. Recorded parameters (number of cocoon, biomass and casting) were used for
statistical analysis using a factorial design of 3 x 3 x 3. Result of the research showed
that the use of horse manure and rice straw mixture (50:50) and the mixture of goat
manure and rumen content of cattle (50:50) were the most suitable mixture for media and
feeding of E. foetida respectively. To give highest productivity, media or feeding should
be fermented for three weeks and was agitakd two times a week and with addition of 3 g

limes per kg media. E. foetida generated better cocoon, biomass and casting production if
they raised in plastic box with spreading &mi@ of 25 g earthworm/box in three stores
rack system. It could provide net income IDR.36.925.200,- per year in the 100 mZ land
business scale. Based on this study E. foetida earthworm will become prospective
commodity for agribusiness in limited area for economical development in Indonesia.

MASHUR Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia foerida Savigny
untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat dengan Mernanfaatkan
Limbah Organik sebagai Media (dibimbing oleh D.T.H. Sihombing sebagai Ketua,
Muladno dan Gunawan Djajakirana masing - masing sebagai anggota).
Cacing tanah E. foetida merupakan salah satu spesies yang mempunyai habitat
asli pada limbah organik terutama feses ternak. Masatah utama yang dihadapi &lam
budidaya cacing tanah E. foetida adalah teknologi budidaya yang diterapkan oleh
peternak belum sesuai dengan persyaratan kehidupannya, sehingga produktivitasnya
rendah. Hal ini disebabkan karena cacing tanah termasuk hewan poikilotermik yang
kehidupannya sangat dipengaruhi oleh &ktor-faktor lingkungan. Di antara faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah ketersediaan pakan, pH, suhu, kelembaban, aerasi
media, cahaya, kepadatan populasi dan predator.
Untuk menjawab masalah tersebut telah dilakukan penelitian dalam tiga tahap
mulai bulan September 1999 hingga Juni 2000 di Mataram. Percobaan Tahap I untuk

mengetahui jenis lirnbah organik terbaik sebagai bahan media atau pakan cacing tanah
E. foetida. Dalam percobaan ini digunakan 24 jenis bahan media atau pakan yang berasal
dari campuran feses sapi, kuda, kambing dan ayam broiler, limbah pasar, limbah rumah
tanjerami padi dan isi m e n . Pada se.tiap kotak sarang dimasukkan media atau
pakan sebanyak 2,5 kg dan ditebarkan 25 g cacing tanah, kemudian dibuddayakan
selama 40 hari. Media atau pakan terbaik ditetapkan berdasarkan jumlah kokon d m
biomassa terbanyak yang dihasilkan pada setiap jenis media atau pakan. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah mncangan m a . lengkap (RAL). Hasil perwbaan tahap
I digunakan sebagai dasar untuk percobaan tahap II. Percobaan Tahap EI untuk
mengetahui proses fermentasi (lama fermentasi, taraf pemberian kapur dan fiekuensi
pembalikan bahan media atau pakan) terbaik. Kajian pengaruh lama fermentasi dilakukan
selama satu minggu (FZ), dua minggu (F2) dan tiga minggu (F3). Kajian pengaruh tar&
pemberian kapur dilakukan dengan tanpa diberi kapur (KO), pemberian kapur 3 g (K3)
dan 6 g kapur per kg bahan media atau pakan (K6). Kajian pengaruh frekuensi
pembalikan dilakukan dengan pembalikan bahan media atau pakan satu kali seminggu
(BZ) dan dua kali serninggu (B2). Proses fermentasi terbaik ditetapkan berdasarkan
jumlah kokon dan biomassa terbanyak yang dihasilkan pada setiap perlakuan fermentasi.
Rancangan perwbaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola
faktorial3 x 3 x 2 dengan tiga ulangan. Hasil percobaan tahap II digunakan sebagai dasar
untuk percobaan tahap m. Percobaan tahap IIX untuk rnengkaji padat penebaran, j e ~ s

kotak s v g dan tingkat rak bu&daya terbaik dalarn budidaya cacing tanah. Padat
penebaran yang dikaji yaitu : 25 g (Pl), 50 g (P2) d m 75 g cacing tanah per kotak sarang
(P3). Jenis kotak sarang yang dikaji yaitu : pot tanah liat (Jl), bak plastik (52) dan kotak
papan (53). Tingkat rak budidaya yang dikaji yaitu rak budidaya tingkat I (S I), tingkat I1
(S2) dan tingkat 111 (S3). Rancangan percobaan yang drgunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 x 3 dengan tiga ulangan. Data dianalisis dengan
metode General Linear Mode1 menggunakan Program SPSS 7.5for Windows ' 95. Untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan yang berpengaruh dilakukan uji perbandingan
berganda dengan metode Bonferroni.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa jenis media terbaik adalah campman feses
kuda 50% dan jerami padi 50% (CKJPSO) dengan rataan biomassa 52,6 gram (1.571,7
ekor). Pakan terbaik adalah campuran feses kambing 50% dan isi rumen 50% (CGIRSO)
biomassa 54,O gram per kotak sarang.
dengan rataan produksi kokon 296 butir &n
Fementasi terbaik adalah bahan media atau pakan difennentasi selama tiga minggu,
dibalik dua kali p e ~minggu dan diberi kapur 3 g per kg bahan media atau pakan
(K3B2F3) dengan rataan produksi kokon 200 butir, biomassa 65,9 gram (1.150 ekor) dan
kematian induk 6,06% per kotak sarang. Jenis kotak sarang terbaik yang digunakan
adalah bak plastik dengan padat p e n e k a n 25 gram cacing tanah per kotak sarang pada

sistem rak bertingkat tiga (PI J2S3) dengan rataan peningkatan produksi kokon 3 182%,
peningkatan bobot cacing tanah 344,0%, peningkatan jurnlah cacing tanah 175,6% dan
produksi eksmecat 77,8% per kotak sarang. Teknologi budidaya cacing tanah E. foetida
dengan sistem rak bertingkat tiga dapat rnemberikan pendapatan bersih Rp.36.925.200,per t a b pada skala usaha seluas 100 m2.
Berdasarkan ha1 tersebut maka teknologi budidaya dengan sistem rak bertingkat
tiga "layak" dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan alternatif bagi
masyarakat

KAJIAN PERBAIKAN TEKMOLOGI BUDIDAYA
CACING TANAH Eiseniafoefida Savigny UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI BIOMASSA DAN KUALITAS EKSMECAT DENGAN
MEMANFAATKAN LIMBAH ORGANIK SEBAGAI MEDIA

Oleh

Mashur

NRP

:985048


Diertasi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoteh Gelar
DOKTOR
pada
Program Pascasarjana, hstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001

Judul Disertasi

: Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah

Eisenia foeaida Savigny untuk Meningkatkan Produksi
Biomassa clan Kualitas Eksmecat dengan Memanfaatkan
Limbah Organik sebagai Media

Nama Mahasiswa
Nomor Pokok

Program Studi

: Mashur

: 985048
: llmu Ternak

Menyetujui :
Kornisi Pembimbing

Prof. Dr. D.T.H Sihombin~M.Sc.
Ketua

Dr. Ir. Gunawan
Anggota

dii
a ak~rana.
.
M. Sc.


Dr. Ir. Muladno M. SA.
Anggota

Mengetahui :
Ketua Program Studi
IImu Ternak

am Pascasarjana

A-d&!f

NIP : 130460326

2 7 MAR 2001
Tanggal Lulus : 16 Maret 2001

Sesungguhnya dalam penaptaan l a g i t dan b w ; dan si.?ih bergantinya malam dan
s i q terdapat tanda-tanda bagi orangberakal, YYaitu orang-orang yang
mengingat AUah saznbil ber& atau dud& atau dalam keadaan berbanhg dan

mereka rne-ksvl
penaptaan langzt dan bumi (seraya berkata) :" Ya T&an kami,
riadalah Ehgkau mencipcakan inidsia-sia. Maha suci Engkau, makap&hara
kami dan'sik4a neraka "(Q.S. ALi Irnran :1913191)

=Dan ffdakada suatu binatang meZrrtapun di bumi mekinkan
Allah-Zah gang memberi t Z t M r y l a dun Dia mengetahui tempat
berdScun M ~ t a n ihr
g dart tempat p e r r g i m p u n ~ r t y a .Setnuanycl
t e r t u Z i s d a L a m Xitab gang nyuta" (Lauh mahfuEh) Q- S. Huud :6

"Kerja keras, disiplin, bertaqwa kepada Allah S WT dan berbakti kepada
orang tua s e t a bersabar dalam menghadapi rintPngan mempakrrrn modal
utama meraih sukses"

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan tanggal 3 1 Desember 1957 di Desa Sengkol Kecamatan Pujut
Kabupaten Lombok Tengah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Putera ketiga dari Iima
bersaudara keluarga petani pasangan H


Makmun dan Hj. Khalimatussadiah yang

keduanya buta aksara. Tahun 1985 penulis menikah dengan Jarn'ul Hasanah dan
dikaruniai dua anak, yaitu Hurul Fujiami lahir tahun 1986 dan M. Rizky Huryarnin
Hasdinata lahir tahun 1991.
Penulis lulus Sekolah Dasar Negeri No.1 Sengkol tahun 1970, Sekolah Menengah
Pertarna Negeri Praya tahun 1973 dan Sekolah Menengah Atas Mataram tahun 1976.
Tahun 1981 penulis terpilih sebagai mahasiswa teladan I clan mewakili Universitas
Mataram ke Tingkat Nasional. Tahun 1982 penulis menyelesaikan pendidikan Sarjana
Peternakan (Sl) pa&

Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan lulus sebagai

Wisudawan terbaik. Tahun 1991 penulis menyelesakan Program Magister (S2) pada
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung clan lulus dengan predikat c u m
clauda.
Penulis bekerja sebagai Penyuluh Pertanian pada Balai Informasi Pertanian Nusa
Tenggara Barat Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian tahun 1982-1994 dan p d a
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian tahun 1995 hingga

sekarang. Penulis mengajar p d a beberapa SJMA di Kota Mataram tahun 1978-1982, pa&
Fakultas Petemakan Universitas Mataram tahun 1982-1985 dan Fakultas Perikanan
Universitas 45 Mataram tahun 1982-1988. Penulls juga aktif pada berbagai organisasi

profesi dan menjadi koresponen Surat Kabar Sinar Tani. Di samping itu penulis juga
mempunyai pengalaman menjadi Pemimpin Proyek Informasi Pertanian Nusa Tenggara
Barat tahun 1992-1995 dan Nusa Tenggara Agricultural Area Development Project tahun
1996-1998.
Mulai bulan September 1998 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti
Program Doktor (S3) pada Program Studi Ilmu Temak Program Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor atas biaya dari Nusa Tenggara Agricultural Area Development Project
(NTAADP) dan Agricultural Research Management Project (ARMP 11) Badan Penelltian

dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

UCAPAN TEIUMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rhido-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi ini tepat pada waktunya. Keberhasilan
ini rnerupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kej a keras, bimbingan, petunjuk,
kejasama, bantuan dan dukungan moril maupun materiel dari berbagai pihak. Untuk itu
selayaknya penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai
pihak yang terkait dalam mendidik, membina dan membantu penulis. Atas jasa
merekalah penulis sarnpai kepada jenjang pendidikan tinggi yang membuka pintu ke arah
terwujudnya karya ilmiah yang tertuang dalam disertasi ini yang &pat dipersembahkan
kepada masyarakat.
Sungguh tidak mudah untuk menyusun urutan pernyataan penghargaan clan rasa
terirna kasih sesuai dengan jasa masing-masing. Meskipun demikian, tiada pilihan lain

untuk memanfaatkan kesempatan yang berharga ini sebagai pembuka ungkapan lubuk
hati yang paling &lam. Semoga bimbingan dan bantumya bernilai ibadah serta
mendapatkan balasan dari Allah SWT, amien.
Kepada Yth. Bapak Prof. Dr. D.T.H. Sihombing, M.Sc, selaku Ketua Komisi
Pembimbing. Dengan bimbingan beliau telah membuka wawasan penulis terutarna
tentang khasanah Satwa Harapan sebagai salah satu sumber daya alam yang potensial.
Di tengah-tengah kesibukan, beliau menyisihkan waktu untuk melakukan pengamatan
secara langsung terhadap jalannya penelitian di Mataram. Keikhlasan pengorbanan waktu

dan pikiran

sejak persiapan

penelitian hingga

menelaah,

rnendiskusikan

dan

menyempurnakan karya ilmiah ini menjadi bentuk disertasi, sungguh mempakan

kenangan indah dan jasa yang tidak mungkin terbalas. Atas segala arahan, dorongan
moril selama bimbingan, ketulusan hati dan pengorbanannya, penulis hanya dapat
mengucapkan terima kasih yang terhingga. Di samping itu kepada keiuarga Prof. Dr.
D.T.H. Sihombing penulis juga menyampaikan terima kasih atas kesediaan waktu dan
tempat selama konsultasi di rumah
Kepada Yth. Bapak Dr. Ir. Muladno, M.SA. dan Dr. Ir. Gunawan Djajakirana,
M.Sc.,selaku Anggota Komisi Pembimbing, atas dorongan moril dan bimbingan yang
telah

diberikan sejak persiapan penelitian hingga mendiskusikan hasilnya dan

menyempumakan isi karya ilrniah ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan
dan terima kasih atas segala bimbingannya. Dengan bimbingan Bapak berdua kami

memperoleh tambahan pengetahuan yang sangat berharga tentang penulisan karya ilmiah.
Kepada Yth. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Jakarta,
Kepala Balai Penefitian Teknologi Pertanitin (BPTP) Naibonat di Kupang dan Kepala
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Perkmian (IPPTP) Mataram, penulis
menyam-

terima kasih atas kesempatan dan izin yang telah diberikan untuk

mengikuti P r o m Doktor (S3) pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Keberhasilan studi ini tidak mungkin tanpa biaya. Oleh karena itu penulis
m e n y a m m a n terima kasih kepada Pemimpin Proyek NTAADP dan ARM I1 beserta
staf yang telab memberikan biaya studi selama mengikuti pendidikan. Di samping itu
kepada teman-teman di IPPTP Mataxam kami sampaikan terima kasih atas bantuamya.
Kepada Yth. Rektor Institut Pertanian Bogor, Direktur Program Pascasarjana dan
Ketua Propam Studi Ilmu T e d beserta staf pengajar, penulis menyampaikan terima

kasih atas kesempatan yang diberikan untuk mengikuti Program Doktor (S3) pada
Program Studi Ilmu Ternak Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Khusus kepada Bapak Dr. Darminto (Kepala Balai Penelitian Veteriner yang
mewakili Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) dan Bapak Dr. Ade
Djuhara (Staf Ahli Menteri Pertanian) kami menyampaikan terima kasih atas kesediaan

dan kehadiran Bapak selaku Penguji Luar Komisi.
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis dibantu oleh mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas Mataram sebanyak 20 orang dan satu oTang mahasiswa Fakultas
Petemakan lnstitut Pertanian Bogor. Mahasiswa tersebut telah memanfaatkan penelitian
ini dari berbagai aspek untuk dijadikan sebagai materi skripsinya, dimana penulis juga
bertindak sebagai pembimbing II. Kepada mahasiswa tersebut penulis menyampaikan
terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik.
Do'a dan nasihat ayah bun&

dan mertua serta dukungan seluruh keluarga telah

memberikan semangat kepada penulis agar tabah &lam menghadapi kesulitstn. Untuk itu
sembah sujud dan cinta kasih penulis sampaikan dengan penuh keterhaman . d mhormat
yang sedalam-dalamnya.
Kepada istriku Jam'ul Hasanah tercinta, anakku Hurut Fujiarni dan M. Rizky
Huryamin Hasdinata tersayang yang telah banyak berkorban dan menderita karena
penulis tinggalkan selama mengikuti studi, semoga hasil karya ini merupkan penebus
lara bagi hari-hrui engkau bertiga dikesampiogkan. Berkat bantuan, kesabaran dan
dorongan engkau jualah disertasi ini dapat terselesaikan dan sudah sepantasnyalah
disertasi ini dipersembahkan kepadamu sekalian.
Akhirnya segala puja dan puji bagi Allah S.W.T. jua.

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR TABEL

xix

DAFTAR GAMBAR

xxii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

3

Kegunaan Penelitian

4

Hipotesis

4

TMJAUAN PUSTAKA
Morfologi dan Fisiologi Cacing Tanah E. foetida

6
6

Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Produksi
dalam Budidaya Cacing Tanah
Teknologi Budidaya Cacing Tanah
Limbah Organik sebagai Media atau Pakan Cacing Tanah
Fermentasi Bahan Media atau Pakan Cacing Tanah
Produksi Kokon dan Biomassa
Produlrsi dan Kualitas Eksmecai
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian
Tempat dan Waktu PeneIitian
Metode Penelitian
Percobaan Tahap I. Kajian terhadap Jenis Bahan Media atau Pakan
Terbaik untuk Cacing Tanah E. foetida

31

Percobaan Tahap a.Kajian terhadap Proses Fermentasi Bahan Media
atau Pakan Cacing Tanah E. foetida

36

Percobaan Tahap III. Kajian terhstdap Komponen T e k n o l o ~
Budidaya
Cacing Tanah E. foetida dengan Sistem Rak Bertingkat

40

Analisis Finansial Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN
Percobrtan Tahap I. Kajian terhadap Jenis Media atau Pakan Terbaik untuk
Cacing Tanah E. foezida

46

Pengamh Jenis Bahan Media atau Pakan terhadap Produksi Kokon
Cacing Tanah E. foetida

46

Pengaruh Jenis Bahan Media atau Pakan terhadap Biomassa Cacing
Tanah E. foefida

51

Percobaan Tahap 11. Kajian terhadap Proses Fermentasi Bahan Media atau
Pakan Cacing Tanah E. foetida

56

Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama
Fennentasi Bahan Media atau Pakan terhadap Produksi Kokon
Cacing Tanali E. foetida

56

Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikm dan Lama
Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap Biomassa Cacing
Tanah E. foetida

60

Pengaruh Taraf Pemberian Kapur. Frekuensi Pembalikan dan Lama
Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap Produksi Eksmecat
E. jberida

66

Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama
Fementasi Bahan Media atau Pakan terhadap Kematian Induk
Cacing Tanah E. foetjda
Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama
Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap Suhu, pH d m
Kelembaban Media atau Pakan Cacing Tanah E. foetida
Percobaan Tahap III. ~ a j i terhadap
b
Komponen Teknologi Budidaya
Cacing Tanah E. foetida pada Sistem Rak Bertingkat
Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat
terhadap Produksi Kokon Cacing Tanah E-fietida

Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan flak Bertingkat
terhadap Peningkatan Produksi Biomassa Cacing Tanah E. foetida
Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran clan Rak Bertingkat
terhadap Produksi Eksmecat E. foetidu
Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat
terhadap pH, Suhu dan Kelembaban Media atau Pakan Cacing
Tanah E. foetidu
Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat
terhadap Persentase Kematian Induk Cacing Tanah E. foetida
Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat
terhadap Kualitas Eksmecat E. foetida

PEMBAHASAN
Jenis Media atau Pakan Terbaik untuk Cacing Tanah E. foetida
Fermentasi BahanMedia atau Pakan Cacing Tanah E. foetida
Teknologi Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan Rak Bertingkat
Pengaruh Jenis Kotak Sarang dan Padat Penebaran terhadap
Persentase Produksi Kokon d m Peningkatan Biomassa Cacing
Tanah ELfoetzda pa& Sistem Rak Bertingkat
Pengaruh Jenis Kotak Sarang dan Padat Penebaran terhadap
Produksi dan Kualitas Eksmecat E. foetida pada Sistem Rak
Bertingkat
Analisis Finansial Teknologi Budidaya Cacing Tanah E. foetida
dengan Sistern Rak Bertingkat
KESWULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

No.
Teks

I . Kandungan Bahan OTganik, Protein dan Unsur Hara dalarn Feses Temak

18

2. Rataan Produksi Kokon, Biomassa, Eksrnecat dan Kematian Induk pada

Berbagai Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama
Fermentasi Bahan Media atau Pakan Cacing Tanah E. foetida

58

3. Rataan Suhu, pH dan Kelembaban Media atau Pakan pada Berbagai
Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi Pembalikan dan Lama Fennentasi
Bahan Media atau Pakan Cacing Tanah E. foetidu

69

4. Rataan Persentase Produksi Kokon, Peningkatan Biomassa, Eksmecat
dan Kematian Induk pada Berbagai Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran
dan Tingkat Rak Budidaya Cacing Tanah E.foetida

71

5. R a w pH, Suhu dan Kelembaban Media afau Pakan Cacing Tanah
E. foetida pada Berbagai Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran dan

Tingkat Rak Budidaya

82

LAMPIRAN

No.
1. Analisis Ritgam Pengaruh Jenis Media atau Pakan terhadap JumIah
Kokon, Jurnlah dan Bobot Cacing Tanah E. foetida (Percobaan I)
2. Analisis Ragam Pengaruh Jenis Media aSau Pakan terhadap pH,
Kelembaban dan Suhu Media atau Palcan Cacing Tanah E. foetida
(Percobaan I)
3. Rataan Jumlah Kokon dan Biomassa Cacing Tanah E. foetida pada
Berbagai Jenis Media (Percobaan I)
4. Rataan Suhu, pH d m Kelembaban Berbagai Jenis Media atau Pakan
(Percobaan I)

- zat Makanan Media atau Pakan Cacing
Tanah Setelah Difermentasi Selama tiga Minggu (Percobaan I)

5 . Rataan Kandungan Zat

xvi

6. A d i s i s Ragam Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi
Pembalikan dan Lama Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap
JumIah Kokon dan Biomassa Cacing Tanah E. foetida (Percobaan 11)
7. Analisis Ragam Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi
Pembalikan dan Lama Fermentasi terhadap pH, Kelembaban dan Suhu
Media atau Pakan Cacing Tanah E. ,foeticia(Percobaan 11)
8. Analisis Ragam Pengaruh Taraf Pemberian Kapur, Frekuensi
Pembalikan dan Lama Fermentasi Bahan Media atau Pakan terhadap
Persentase Kematian Induk Cacing Tanah E. foetida (Percobaan TI)
9. Rataan Produksi Kokon, Biomassa, Eksmecat dan Kematian Induk
Cacing Tanah E. foetiah pada Berbagai Taraf Pemberian Kapur,

Frekuensi Pembalikan dan Lama Fermentasi Bahan Media atau Pakan
10. Rahan Suhu, pH dan Kelernbaban Berbagai Jenis Media atau Pakan
(Percobaan 11)
11. Rataan Kandungan Zat-zat Makanan Sisa Media atau Pakan Cacing
Tanah (Percobaan 11)

12. Analisis Ragarn Pengaruh Jenis Kotak Sarang, Padat Penebaran &n
Tingkat Rak Budidaya terhadap Pasentase Produksi Eksmecat
E. foetida (Percobaan lLI)
13. Analisis Ragam Pengaruh Jenis Kotak Sarang. Padat Penebaran dan
Tingkat Rak Budidaya terhadap Persentase Produksi Kokon,
Peningkatan dan Biomassa Cacing T
d E. fbetida (Percobaan 111)
14. Rataan Suhu, pH dan Kelembaban Berbagai Jenis Media atauPakan
(Percobaan lII)

15. Rataan Persentase Produksi Kokon, Peningkatan Biomassa, Eksmecat
dan Kematian h d u k Cacing Tanah pada Berbagai Perlakuan Jenis
Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat (Perwbaan III)

142

16.Kondisi Fisik (Warna, Tekstur, Kematangan, Suhu dan Kelembaban)
Eksmecat E. foetida yang Dihasilkan pa& Berbagai Perlahan Jenis
Kotak Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat (Percobaan 111)

143

17. Rataan Persentase Kadar N, P, K, C, Ca, Mg, C/N, pH dan Bahan
Organik Eksmecat E. foetida pa& Berbagai Perlakuan Jenis Kotak
Sarang, Padat Penebaran dan Rak Bertingkat (Percobaan ITI)

xvii

18. Rincian Biaya Tetap, JumlaMJkuran, Umur TekruslEkonornis dan
Penyusutannya pada Setiap Periode (Satu Periode = 40 Hari)

145

19. Cash Flow Budget Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan
Teknologi Sistem Rak Bertingkat Tiga Tahun I (Periode 1-5)

145

20. Cash Flow Budget Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan
Teknolog Sistem Rak Bertingkat Tiga Tahun I (Periode 6-9)

146

2 1. Cash Flow Budget Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan
Teknologi Sistem Rak Bertingkat Tiga Tahun II (Periode 10-13)

146

22. Cash Flow Budget Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan
Teknolog Sistern Rak Bertingkat Tiga Tahun I1 (Periode 14-17)

147

23. Analisis Finansial Usaha Budidaya Cacing Tanah E. foetida dengan
Teknologi Sistem Rak Bertingkat Tiga Selama Dua Tahun

147

24. Analisis Sensitivitas NPV, IRR dan BCR dengan Penunman Harga
Cacing Tanah E. foefida Sebesar 33,33% (Rp.10.000,-/kg)

148

xviii

DAFTAR GAMl3AR
Halaman

No.
Teks
1. Kandang Dilengkapi dengan Rak Bertingkat Tiga untuk Budidaya

Cacing Tanah E. foetida
2. Pengukuran Suhu, pH dan Kelembaban Media atau Pakan Cacing

Tanah E. foerida Selama Percobaan Berlangsung
3. Rataan Jumlah Kokon Cacing Tanah E. foetida pada Berbagai Jenis
Media atau Pakan (butir) per Kotak Sarang

4. Rataan Jurnlah Cacing Tanah E. foetzda pada Berbagai Jenis Media
atau Pakan (ekor) per Kotak Sarang
5. Rataan Bobot Cacing Tanah E. foefidapada Berbagai Jenis Media
atau Pakan (gram) per Kotak Sarang
6. Rataan JurnIah Kokon Cacing Tanah E. foetida pa& Berbagai
Perlakuan Fermentasi Bahan Media atau Pakan (butir) per Kotak
Sarang

7. Rataan Jumlafi Cacing Tanah E. foetida pada Berbagai Perlakuan
Fermentasi Bahan Media atau Pakan (ekor) per Kotak Sarang

8. Rataan Bobot Cacing Tanah E. foetida pada Berbagai Perlakuan
Fermentasi B&an Media atau Pakan (gram) per Kotak Sarang
9. Rataan Persentase Produksi Kokon Cacing Tanah E. foetida pada

Berbagai Perlakuan (%) per Kotak Sarang
10. Rataan Persentase Peningkatan Jumlah Cacing Tanah E. foetida pada
Berbagai Perlakuan (%) per Kotak Sarang

11. Rataan Persentase Peningkatan Bobot Cacing Tanah E. foetida pa&
Berbagai Perlakuan (%) per Kotak Sarang
12. Rataan Produksi Eksmecat E. foetida pada Berbagai Perlakuan (kg)

per Kotak Sarang

xix

13.Media Terbaik untuk Cacing Tanah E. foetida terdri atas Campuran
Feses Kuda 50% dan Jerami Padi 50% (a) dan Pakan Terbaik terdiri
atas Campuran Feses Kambing 50% dan Isi Rumen Sapi 50% (b)
14. Pemberian Kapur 3 g k g Bahan Media, Pembalikan 3xMinggu dan
Difermentasi S e l m a 3 Minggu (K332F3) Mempakan Proses
Fermentasi Bahan Media atau Pakan Cacing Tanah E. foetrda yang
Menghasilkan Kokon dan Biomassa Tertinggi

15.Bak Plastik Mempakan Jenis Kotak Sarang Terbaik untuk Budidaya
Cacing Tanah E. foefida
16. Penarnpilan Produksi Kokon (a), Biomassa Cacing Tanah (b) dan
Eksmecat (c) E. foetida yang Dihasilkan dari Media dan Pakan
Terbaik

17.Penampilan Tanaman Suplir (a), Mentimun (b) clan Manggis (c)
yang Diberi Eksmecat E. foetida sebagai Pupuk Organik

PENDAHULUAN

Latar belakang
Eisenia foetida Savigny merupakan salah satu spesies cacing tanah yang banyak

diusahakan secara komersial, karena hasil budidayanya &anyak berhubungan dengan
bidang pertanian dan industri. Di bidang pertanian, cacing tanah dapat dijadikan sebagai
surnber protein hewani bahan pakan ternak dan ikan, karena kandungan proteinnya cukup
tinggi antara 64-72% (Catalan, 1981) dengan asam-asam amino yang cukup lengkap,
balk asam amino esensial maupun non esensial (Sabine,l981). Di samping itu cacing
tanah juga menghasilkan casting (eksmecat) yang &pat digunakan sebagai pupuk organik
altematif, karena banyak mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro serta
hormon tumbuh, seperti auksin, sitokinin dan giberelin (Tomatti et al., 1988). Unsur hara
yang terdapat di dalam eksmecat berada dalam bentuk tersedia bagi tanaman dan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan unsur hara yang terdapat pada lapisan olah

tanah (Rao, 1994). Cacing tanah juga telah dijadikan sebagai bahan baku industri farmasi

dan kosmetika (Hembing, 19991, bahkan di luar negeri cacing tanah telah dijadikan
makanan bergengsi yang cukup mahal (Montes, 1981).

E. foetida Sav. mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan spesies lain,
terutama kernampuannya yang tinggi dalam reproduksi dan merombak bahan organik
sebagai pakannya. Seekor induk cacing tanah E. foetida atau earthworm breeder
menghasilkan'satu kokon setiap 7-10 hari. Kokon tersebut menetas antara 14-21 hari
apabila

keadaannya lembab

dengan temperatur

29-30°C.

Setiap

kokon

dapat

menghasilkan 2-20 ekor anak dengan perkiraan mta-rata tujuh anak cacing (Lee, 1985).
Anak tersebut akan mencapai dewasa kelamin yang ditandai dengan adanya klitelurn pada

umur empat minggu dan dapat menghasilkan kokon pada umur 35 hari (Waluyo, 1993).
Satu ekor induk cacing tanah diperkirakan dapat menghasilkan 1.200-1.500 an&

tkn

kokon setiap tahun (Lee, 1985).
Cacing tanah mampu merornbak bahan organik menjadi pakannya seberat bobot
badannya selama 24 jam (Simanjuntak dan Waluyo, 1982), sedangkan menurut Haukka
(1987) dua kali bobot badannya per hari. Tingginya kemampuan cacing tanah dalam
merombak limbah organik dan meredam bau busuk yang menyengat, maka cacing tanah

juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk mencegah pencemaran lingkungan,
terutama yang ditimbulkan oleh limbah temak, limbah pasar dan rumah tangga.
Di samping berbagai manfaat tersebut di atas, dalam beberapa tahun terakhir ini
peluang ekspor cacing tanah kc mancanegara sebanyak enam ton per hari dan eksmecat

5.000 ton per bulan belum &pat dipenuhi. Hal ini telah mendorong berkembangnya
usaha budidaya cacing tanah di Indonesia, sehingga permintaan bibit cacing tanah
di dalam negeri meningkat. H a r p bibit cacing tanah E. foetida di Bogor mencapai
Rp.200.000,-per kilogram, eksmecat Rp. 1000,- per kilogram dan kokon Rp.40,- per butir

(Bharata, 1999), sedangkan tahun 2001 harga cacing tanah Rp. 15.000,- per kilogram.
Masalah utarna yang dihadapi dalam budidaya cacing tanah adalah teknologi
budidaya yang diterapkan belurn sesuai dengan persyaratan kehidupan cacing tanah,
sehingga produktivitasnya rendah. Hal ini disebabkan karena cacing tanah termasuk
hewan poikiloiemik

yang kehidupannya

sangat

dipenml

oleh

faktor-faktor

lingkungan. Di antara faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh adalah ketersediaan

pakan, pH, s u h q kelembaban, aerasi media, cahaya, kepadatan populasi dan predator
(Martinet al., 1981; Lee, 1985).

Dalam rangka spesifikasi identifikasi masalah faktor-faktor lingkmgan yang
berpengaruh terhadap produktivitas cacing tanah E. foerida, maka beberapa pertanyaan
yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah : (1) apa jenis media atau pakan yang
terbaik untuk cacing tanah, (2) bagaimana penganrh proses fermentasi bahan media atau
pakan terhadap produktivitas cacing tanah. (3) apa jenis kotak sarang dan berapa padat
penebaran cacing tanah yang ideal pada setiap kotak sarang agar dapat memberikan
produksi yang optimal dengan menerapkan teknologi budidaya sistem bertingkat tiga

dan (4) apakah teknologi budidaya yang dihasilkan dari percobaan ini layak secara
ekonomi untuk dikembangkan di masyarakat.
Sehubungan dengan ha1 tersebut, penelitian secara bertahap untuk mengkaji jenis

dan proses fermentasi bahan media atau pakan cacing tanah serta penerapan kornponenkomponen teknologi budidaya cacing tanah E. foetida dilakukan untuk mendapatkan
teknologi buhdaya cacing tanah yang baik agar dapat memberikan produksi yang
optimal.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Penelitian ini diraucang dengan kujuan untuk mendapatkan teknologi budidaya
cacing tanah E. foetida yang paling sesuai dengan syarat kehidupannya, dengan
me-aatkan

limbah organik sebagai media atau pakannya, agar memberikan produksi

yang optimal.

Tujuan Khusus :
Berdasarkan tahapan percobaan yang dilaksanakan maka ditetapkan beberapa
tujuan sebagai berikut

1. Untuk mengetahui jenis limbah organik terbaik, sebagai bahan media atau pakan
cacing tanah E. foetida, agar dapat memberikan produksi yang optimal.
2. Untuk mengetahui lama fermentasi, t a d pemberian kapur dan frekuensi pembalikan

atau pkngadukan bahan media atau pakan cacing tanah E. foetida yang sesuai dengan
syarat kehidupamya, agar dapat memberikan produksi kokon dan biomassa yang
optimal.

3. Untuk mengetahui padat penebaran, jenis kotak sarang dan tingkat rak budidaya yang
sesuai dengan kehidupan cacing tanah E. foetida agar dapat meningkatkan
produktivitas cacing tanah.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu sumber informasi
teknologi budidaya cacing tanah yang &pat dikembangkan atau diterapkan baik pa&
skala usaha rumah tangga petani di pedesaan maupun skala usaha komersial, sehingga
dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat.

Eipotesis
Berdasakan tahapan-tahapan percobaan yang dilaksanakan maka ditetapkan
beberapa hlpotesis sebagru berikut :
1. Carnpuran feses temak dengan limbah organik lain mempakan bahan media atau
pakan terbaik dan berpengaruh terhadap produksi kokon dan biomassa cacing tanah
E. foetida.

2. Lama fermentasi, taraf penambahan kapur clan frekuensi pembalikan atau pengadukan
bahan media atau pakan dala~npengomposan berpengaruh terhadap produksi kokon
dan biomassa cacing tanah 15.foerida.
3. Penerapan komponen-komponen teknologi budidaya cacing tanah E. foerida dengan
sistem rak bertingkat berpengaruh terhadap produktivitas cacing tanah. Penerapan

teknologi budidaya yang baik diduga dapat meningkatkan biomassa cacing tanah
sama dengan atau lebih besar dari 1,39% per hari dan produksi eksmecat dapat
mencapai paling tidak 20% dari jumlah media atau pakan yang diberikan.

TKNJAUAN PUSTAKA

Morfologi dan Fisiologi Cacing Tanah E. foetida
Ciri-ciri morfologis cacing tanah E. foetida adalah panjang tubuhnya berkisar
antara 32-130 mm dengan diameter 2-4 mm, jumlah segmen antara 80-1 10, bentuk tubuh
silindris dan jumlah seta per segmen delapan. Cacing ini umumnya berwarna merah,

ungu atau coklat dengan bagian dorsal berpigmen merah coklat atau tidak berpigmen dan
wama antar segnen kuning (Lee, 1959). Cacing tanah tidak mempunyai mata, tetapi
di seluruh permukaan tubuhnya terseba~sel-sel fotosensitif, sehingga sangat peka
terhadap cahaya tenrtama sinar ultraviolet matahari (Lee, 1985). Indera pendengaran
cacing tanah sangat lemah sehingga tidak responsif terhadap suara tetapi sangat responsif
terhadap getaran. Cacing tanah bernafas melalui kulitnya yang basah. Kulit luar yang
membungkusnya disebut kutikula yang selalu dibasahi oleh kelenjar-kelenjar mukus
(lendir).
Segrnentasi pada cacing tanah tidak hanya tejadi di luar, tetapi juga di dalam
tubuhnya. Setiag segrnen (mas tubuh) dibatasi oleh dinding tipis yang disebut septum
(sekat). Beberapa segrnen di bagian anterior membentuk suatu organ yang disebut
klitelurn. Klitelum merupakan penebalan dari jaringan epitel permukaan yang banyak

mengandung sel-sel kelenjar (Gaddie dan Douglas,

1977). Sel-sel kelenjar ini

menghasilkan ekskreta menyerupai lendir yang berguna untuk pembentukan kokon atau
sebagai pelindung pada saat embrio berkembang. Warna klitelum u m u m n y a lebih gelap
atau lebih terang dibandingkan dengan wama bagian tubuh lainnya (Edwards dan Lofty,
1977). Selain berperan penting untuk mengadakan perkawinan atau kopuiasi dan
rnenghasiIkan kokon, klitelum juga berguna untuk klasifikasi spesies cacing tanah, karena

posisi dan jumlah segmen yang ditempati oleh klitelum tetap untuk setiap spesies atau
dengan sedikit variasi (Anas, 1990). Klitelum terletak pada segmen ke 24, 25 atau 26
sampai 32, dengan luherculu ppuhertatis terletak pada segmen ke 28 sampai 30 atau 31
(Edwards dan Lofty, 1977).
Cacing tanah bersifat hermuprodit, sebagian besar spesies reprduksinya melalui
kopulasi (Edwards dan Lofty, 1977). Organ kelamin jantan terdiri atas dua pasang testis
(segmen ke 10-1 I), kantong testis (segmen ke lo), vesikula seminalis (segmen ke 9-13),
corong sperrna dua pasang

(segmen ke 10-11) dan kelenjar prostat. Organ kelamin

betina, meliputi sepasang ovarium (segmen ke 13), terletak pa& bagian anterior, corong
masuknya sel-sel telur (segmen ke 13), oviduk dan kantong telur (segmen ke 14),
spermatika dan dua pasang penampung sel-sel kelamin jantan (segmen ke 9-10).
Pada waktu mengadakan kopulasi, tubuh cacing tanah saling melekatkan diri
melalui bagian pennukaan ventral, dengan arah yang saling berlawanan. Pada waktu
kopulasi lendir disekresikan sedemikian rupa, sehingga tubuh cacing tanah menjadi
tertutup oleh lendir dari segmen ke sembilan sampai ujung posterior dari klitelum. Sel-sel
kelamin jantan yang keluar dari lubang alat kelamin jantan pada segmen ke 15, akan
dibawa ke belakang menuju lubang penampung sel-sel kelamin jantan (sperma) pada
segmen ke 9 dan 10 dari cacing tanah pasangannya. Cacing tanah kemudian memisahkan
diri, proses selanjutnya adalah peletakan telur dan fertilisasi. Kopulasi &pat beriangsung
baik pada malam, pagi maupun siang hari apabila keadaan lingkungan sesuai, terutama
kelembaban. Waktu yang diperlukan untuk kopulasi berkisar antara 2-3 jam. Proses
pembuahan telur berlangsung dalam cincin lendir yang pada akhirnya cincin tersebut
akan meluncur ke depan, ke bagian ujung anterior cacing tanah. Ujung cincin lendir

tersebut akan menutup pada saat lepas dan membentuk kapsul yang dinamakan kokon.
Di dalam kokon, zigot berkembang menjadi cacing tanah muda yang kemudian ke luar
dari kokon.
Siste~npencernaan cacing tanah kurang sempuma. Menurut Storer

el

al. (1979)

sistein pencernaan cacing tanah terdiri atas : (1) mulut dilengkapi dengan bibir yang
>

disebut pros/omeum dan diikuti oleh rongga mulut segmen ke 1-3, (2) faring pada
segmen ke 4-5 dengan kelenjar untuk meminyaki ~nakanandan serat-serat otot dalam
dinding eksternanya, (3) esofagus pada seglnen ke 6-14 betfungsi mengeluarkan
kelebihan kalsium dari tubuh. Kelenjar kalsiferus yang terletak di dinding ruang esofagus
berfungsi untuk menetralkan makanan yang mengandung asam, (4) tembolok berupa
dinding tipis tetapi luas yang berguna untuk menyimpan makanan terdapat pada segmen
ke 15-16, ( 5 ) empeta atau ernpedal pada segmen ke 17-18 mempakan dlnding otot tebal
dan kuat, berfungsi untuk menggiling makanan dengan bantuan butiran-butiran tanah, (6)
usus dan (7) anus. Usus berupa saluran dinding tipis yang membujur daiam segmensegmen dengan dinding dorsalnya melekuk ke dalam disebut trflosol. Tiflosol tersebut
membantu memperluas bidang pencernaan dan penyerapan.
Makanan yang masuk melalui mulut dilunakkan oleh otot farink, kemudian
diteruskan ke esofagus yang mempunyai tiga pasang kelenjar kalsifem. Kelenjar ini
mengeksresikan kalsium karbonat ke dalam esofagus dan membuang kelebihan kalsiu~n
yang diperoleh dari berbagai garam yang terdapat dalam makanan. Makanan selanjutnya
disimpan dalam tembolok. Di belakang tembolok terdapat lambung otot, berfungsi
menghancurkan makanan secara langsung, dibantu oleh partikel-partikel mineral dan
..

batu-batu kecil yang terdapat dalam organ ini. Makanan diteruskan dari lamb~mgotot

ke usus yang membujur menuju ke anus. Di dalam usus makanan dicerna oleh getah usus
yang berasal dari lapisan epitel. Makanan yang telah dicema diserap ke dalam pembuluhpembuluh darah dinding lambung, kemudian disebarkan ke seluruh tubuh.
Kemampuan cacing tanah

dalam

menghancurkan limbah

organik

selain

ditentukan oleh enzim amilase, protease, selulase dan kitinase yang dihasilkan dari
saluran pencemaannya, juga banyak dibantu oleh mikroba dalam saluran pencernaannya.
Tanpa adanya aktivitas mikroba kemampuan cacing tanah untuk menghancurkan limbah
organik menjadi sangat rendah, sehingga akan mengakibatkan rendahnya daya reproduksi
dan menurunnya kesehatan cacing tersebut. Oleh karena itu pada habitat aslinya di alam
cacing tmah lebih menyukai tempat-tempat yang banyak mengandung mikroba pengurai
bahan organik, seperti feses ternak atau bahan organik yang sudah mengalami sebagian
proses dekompsisi (Waluyo

ef

a/., 1991). Kerjasama yang terjalin tersebut dapat

meningkatkan kemarnpuan cacing tanah untuk menghancurkan bahan organik serta akan
meningkatkan jumlah mikroba di dalam saluran pencemaan dan kotoran cacing tanah,
karena kondisinya sangat mendukung untuk perkembangan mikroba (annich, 1977).

Faktor-faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Produksi
dalam Budidaya Cacing Tanab
Lee (1985) membagi fakkor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kehidupan cacing tanah menjadi dua yaitu : (1) lingkungan fisik meliputi kelembaban,
temperatur, cahaya, tekstur tanah, kebutuhan

0 2

dan COz untuk pernafasan (2)

lingkungan kimia meliputi C, N, rasio C M dan pH, sedangkan menurut Martin et aZ.

(1981) faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan
kesehatan cacing tanah meiiputi ketersediaan pakan, temperatur, kelembaban, pH dan

aerasi. Simandjuntak dan Waluyo (1982) menyatakan bahwa, media sebagai tempat
hidup cacing tanah hams memiliki beberapa faklor yang saling terkait satu dengan
lainnya untuk mendukung kehidupannya. Adapun kondisi lingkungan yang mendukung
kehidupan cacing tanah adalah pakan, temperatur, kelembaban, pH, aerasi, cahaya,
kepadatan populasi dan pemangsa (predator).

Ketersediaan Pakan
Seperti halnya dengan hewan lain, cacing tanah juga memerlukan pakan yang
cukup untuk tu~nbuhdan berkembangbiak. Catalan (1981) mengemukakan bahwa,
pertwnbuhan dan laju reproduksi cacing tanah sangat bergantung pada jenis dan jumlah
pakan yang dikonsumsinya. Pakan cacing tanah adalah bahan organik yang berasal dari
serasah daun, feses ternak dan tanaman atau hewan yang mati (Budiarti dan Palungkun,
1992) yang telah membusuk atau lapuk setelah difermentasi dan dalam keadaan basah
(Catalan, 1981). Daiam usaha budidaya, pakan diberikan daiam bentuk bubur dengan
perbandingan 25% padatan dart 75% air ditabur di permukaan media. Pada waktu
pemberian pakan hams teti~p dijaga agar cacing tanah tidak terkena cahaya yang
berlebihan (Catalan, 1981).
Menurut Fortage dan Bobb (1971) pakan yang paling baik untuk cacing tanah
adalah pakan dengan pH netral dan mengandung protein 9,O-15%.

Analisis komposisi

nutrisi media budidaya cacing tanah yang terdiri atas campuran dam-dauan kering (70°h)

dan feses sapi perah (30%) mengandung 1,66% N, 1,56% P, 1,65% K, 43,32% C dan
ratio C N 26,09. Kadar protein media tersebut sekitar 10,31%, yaitu berada pada kisaran
protein yang dibutuhkan oleh cacing tanah. Media cacing tanah tersebut setelah

digunakan untuk budidaya mengandung 3,4I% N, 2,47% P, 2,08% K, 43,46% C dan
ratio CI'N 12,74 (Andayani, 1993).
Temperatur

Temperatur merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
produksi kokon dan reproduksi cacing tanah. Simandjuntak dan Waluyo (1982)
menyatakan bahwa, temperatur yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan
mempengaruhi proses biologis seperti pemafasan, perkembangbiakan dan metabolisme.
Temperatur optimum untuk pertumbuhan cacing tanah E. foerida adalah 25°C (Minnich,
1977).
Cacing tanah E. foetida paling aktif dan produktif pada temperatur media antara
15,6-2I,l°C. Aktivitas makan dan reproduksi cacing tanah menurun pada temperatur
media di atas 23,9"C (Gaddie dan Douglas,1977). Gates (1972) menyebutkan bahwa

E. foetida dewasa &pat berkembangbiak pada suhu 32"C, disebutkan bahwa suhu 28°C
merupakan suhu yang optimal bagi E. foetida, bahkan apabila cacing ini diaklimatisasi
secara bertahap dapat hidup pada suhu 38°C selama 1 I hari. Untuk mernperoleh produksi
cacing tanah yang baik, maka dalarn budrdaya cacing tanah E. foef ida suhu harian media
dipertahankan pa& kisaran 18-27°C (Razon d m Razon, 1981).
Menurut Catalan (1981) cacing tanah E. foetida hidup terbaik pada kisaran
temperatur 2 1,l-29,4OC. Cacing tanah mulai mengalami hibernasi apabila temperatur
di bawah 10°C dan apabila temperatur meningkat di atas 29,4OC cacing tanah mulai
mengalami aestivasi (Edwards clan Lofty, 1977). Menurut Catalan (1981) selama dalam
kondisi aestivasz cacing tanah berhenti makan untuk mengurangi kehilangan air dari
tububnya. Pada suhu antara 22°C (malarn hari) sampai 32°C (siang hari), kelembaban

media 55-70% E. foetida dapat mencapai dewasa kelamin secara penuh pada umur
35 hari (Waluyo, 1993).

Kelembaban
Kelembaban sangat dibutuhkan untuk menjaga agar kulit berfungsi normal, bila
udara terlalu kering akan merusak kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera
masuk ke dalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhimya mati.
Kelembaban yang terlalu tinggi menyebabkan cacing tanah segera lari ke tempat yang
mempunyai aerasi lebih baik (Simandjuntak dan Waluyo, 1982). Kelcmbaban media
yang dibutuhkan agar cacing tanah mencapai produksi yang optimal berkisar aniara
28-42% (Minnich, 1977). Menurut Kevin (1979) kelembaban yang dibutuhkan berkisar
50-SO%, sedangkan menurut Haukka (1987) 60-90%.
Tubuh cacing tanah mengandung 75-90% air (Minnich,l977; Anas, 1990),
sehingga kehilangan air tubuh merupakan masalah utarna dari kehidupan cacing tanah
(Edwards dan Lofty, 1977). Oleh karena itu cacing tanah membutuhkan kelembaban

yang sesuai s e c m tetap (Gaddie dan Douglas, 1975). Dengan demikian media hams
dapat menahan air, sehingga dapat memgertahankan kelembabm, karena permukaan kulit
cacing tanah membutufikan kondisi yang selalu basah.

Derajat Keasaman (pH)
Cacing tanah sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen,
sehingga pH dari tanah menjadi faktor pembatas penyebaran dan populasinya. pH yang
disukai cacing tanah berkisar 7,O (Edwards dan Lofty, 1977). Lee (1985) berpendapat
bahwa cacing tanah jarang dijumpai datam tanah dengan pH di bawah 4,O.

Menurut Budiarti dan Palungkun (1992) cacing tanah membutuhkan pakan atau
media dengan pH 6,O-7,2, yaitu pH dimana bakteri bekej a optimal. Cacing tanah yang
memakan pakan yang asam menyebabkan kej a bakteri sangat aktif, sehingga kelenjar
kaIsferu\. yang terbatas di dalam alat pencernaannya fdinding esoSugus) tidak cukup

untuk menetralisir asam yang terbentuk. Hal ini menyebabkan membengkaknya tembolok
sehingga dapat pecah. Sebaliknya bila media basa akan menghambat pertumbuhan
bakteri esensial yang rnembantu merombak makanan di dalam alat pencernaannya,
sehingga zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat diserap oleh cacing tanah berkurang,
akibatnya cacing tanah menjadi kekurangan nutrisi dan dapat menyebabkan kernatian
(Catalan, 1981). Menurut

Gaddie dan Douglas (1975), bila media basa akan

rnenyebabkan cacing tanah mengalami dehidrasi, akibatnya akan kehilangan bobot,
warnanya menjadl pucat, tubuhnya menciut dan akfiirnya mati.
Keasarnan media &pat diatasi dengan menambahkan kapur Ca(OH)*, sedangkan
bila media basa dapai ditambahkan sisa-sisa buah-buahan yang mengandung asarn. Hasil
penelitian Minnich, (1977); Edward dan Lofty (1977) bahwa cacing tanah E. jbetida
menyukai pH netral sampai sedikit basa, yaitu 7,O-8,O.
Waluyo (1993) menggunakan media feses sapi perah sebanyak 300 gram per pot
tanah liat yang diberi kapur sebanyak 0,3%, maka dewasa kelamin (pembentukan
klitelum) E. foetida dicapai pada urnur empat minggu dan menghasilkan kokon pada
umur 35 hari. Penambahan kapur 0,3% dapat menaikan pH sebesar 0,14-0,39
tertinggi yang dicapai sebesar 7,9 1.

dan pH

Aerasi Media
Aerasi media yang baik sangat penting untuk membantu mencegah akumulasi
asam dan gas-gas di dalam media. Untuk memberi aerasi yang baik media cacing tanah
dapat dibalik setiap 2-3 minggu sekali. Aerasi media yang baik merupakan prasyarat
yang sangat penting untuk memacu kecepatan reproduksi (Gaddie dan Douglas, 1975).
Menurut Simandjuntak dan Waluyo (1982) aerasi yang baik dapat diciptakan dengan
penambahan bahan-bahan yang mempunyai kandungan serat kasar yang tinggi seperti
serbuk gergaji, jerami atau sekam. Media yang terlalu padat menyebabkan cacing tanah
sulit bernafas (Minnich, 1977).
Cahaya

Cacing tanah secara alami makan di permukaan tanah (Gaddie dan Douglas,
1975; Lee dan Sabine, 1985). Pada kondisi cahaya yang terang cacing tanah tidak bera&
di permukaan untuk makan, karena cacing tanah sangat peka terhadap cahaya dan
mempunyai kecenderungan untuk menghindari cahaya atau bersifat nokturnal. Hal ini
disebabkan karena pada tubuh cacing tanah, terutama bagian ujung depan terdapat
banyak sel fotosensitif yang sangat peka terhadap cahaya, terutarna simr ultra violet
m a w (Gaddie dan Douglas, 1975). Untuk mengatasinya, media dapat ditutup dengan
karung goni atau diberi pelindung, karung goni juga berfungsi mengurangi penguapan
media.
Predator (Pemangsa)

Cacing tanah belum ditemukan penyalutnya, tetapi mempunyai musuh yang hams
dihindari antara lain burung, katak, kecoak, kelabang atau lipan, semut, tikus, ayam dan
ular (Gaddie dan Douglas, 1975; Catalan, 1981 ).

Kepadatan Popukasi
Populasi atau biomassa cacing tanah dinyatakan dalam satuan jumlah (ekor) dan
bobot cacing tanah (gram). Jurnlah kadang-kadang menimbulkan salah tafsir, karena
tidak membedakan ukuran cacing kecil atau besar d m suatu individu (Edwards dan
Lofty, 1977). Populasi cacing tanah dalam tanah berkisar antara beberapa ratus sampai
beberapa ribu ekor per meter persegi, bergantung pada suhu, pH, kelembaban tanah,
ketersediaan pakan clan persaingan dengan jasad hidup lainya.
Menurut Catalan (1981), bila pemeliharaan cacing tanah dilakukan pada bak
berukuran 24 inci x 18 inci x 8 inci = 3.456 inci3 atau 61 cm x 46 cm x 20 cm

=

56.120

cmn3, maka kepadatan populasi cacing tanah yang ideal adalah 200-400 gram Populasi
yang terlalu padat dapat menyebabkan cacing tam& yang dipelihara menjadi kecil
(Gaddie dan Douglas, 1975).

Tekstur Tanah
Lee (1985) berpendapat bahwa, cacing tanah pada umumnya jarang atau tidak

dijumpai pada tanah-tanah yang bertekstur kasar. Hal ini disebabkan karena adanya
abrasi fisik pada perrnukaan tubuhnya oleh bahan-bahan mineral kuarsa dan pada tanah
bertekstur kasar mudah tejadi kekeringan. Cacing tanah jarang- dijumpai pada tanah-

tanah dengan kandungan liat yang tinggi serta daerah-daerah yang bercurah hujan tinggi,
karena pada tanah-tanah yang keadaamya demikian sering mengalami k e k k n g a n
oksigen secara permanen.

Teknologi Budidaya Cacing Tanah
Keberhasilan usaha budidaya selain dipengaruhi oleh jenis cacing tanah, jenis dan
proses fennentasi bahan media atau pakan, secara tidak langsung juga

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Feses Sapi dan Campuran Limbah Organik Lain sebagai Pakan atau Media terhadap Produksi Kokon dan Biomassa Cacing Tanah Eisenia foetida Savigny.

0 9 72

Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia Foetida Savigny untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat Dengan Memanfaatkan Limbah Organik Sebagai Media

0 17 11

Reduksi Biologi dari Limbah Pabrik Kopi Menggunakan Cacing Tanah Eisenia Foetida

0 7 7

Reproduksi Cacing Tanah (Eisenia foetida) dengan Memanfaatkan Daun dan Pelepah Kimpul (Xanthosoma sagittifolium) pada Media Kotoran Sapi Perah

0 16 10

Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Cacing Tanah Eisenia foetida Savigny untuk Meningkatkan Produksi Biomassa dan Kualitas Eksmecat dengan Memanfaatkan Limbah Organik sebagai Media

0 3 168

KUALITAS VERMIKOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KECAP DAN SERESAH DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) DENGAN VARIASI CACING TANAH Lumbricus rubellus Hoffmeister DAN Eisenia foetida Savigny.

0 5 11

SKRIPSI KUALITAS VERMIKOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KECAP DAN SERESAH DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) DENGAN VARIASI CACING TANAH Lumbricus rubellus Hoffmeister DAN Eisenia foetida Savigny.

0 4 13

I. PENDAHULUAN KUALITAS VERMIKOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KECAP DAN SERESAH DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) DENGAN VARIASI CACING TANAH Lumbricus rubellus Hoffmeister DAN Eisenia foetida Savigny.

0 2 6

II. TINJAUAN PUSTAKA KUALITAS VERMIKOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KECAP DAN SERESAH DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) DENGAN VARIASI CACING TANAH Lumbricus rubellus Hoffmeister DAN Eisenia foetida Savigny.

2 24 17

V. SIMPULAN DAN SARAN KUALITAS VERMIKOMPOS LIMBAH SLUDGE INDUSTRI KECAP DAN SERESAH DAUN LAMTORO (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) DENGAN VARIASI CACING TANAH Lumbricus rubellus Hoffmeister DAN Eisenia foetida Savigny.

0 3 14