Hasil Analsisis Fraksi Etilasetat dengan cara Kromatografi Kertas KKt Hasil Pemisahan Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat dengan cara KKt Preparatif Kesimpulan

Keterangan : + = mengandung golongan senyawa. 4.4 Hasil Ekstraksi dan Isolasi Berat basah sebanyak 5190 g setelah dikeringkan diperoleh berat kering 2270 g. Ekstraksi serbuk simplisia dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80, hasilnya diperoleh 129.796 g ekstrak etanol dari 1300 g serbuk simplisia. Hasil ekstraksi cair-cair dari ekstrak etanol difraksinasi dengan n-heksan:air 1:1 dimana senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar berada pada lapisan n-heksan dan senyawa polar berada pada lapisan air, diperoleh fraksi n-heksan kemudian fraksi air difraksinasi dengan kloroform:air 1:1, dimana senyawa-senyawa yang bersifat semi polar berada pada lapisan kloroform dan senyawa polar berada pada lapisan air, diperoleh fraksi kloroform sedangkan fraksi air difraksinasi dengan etilasetat, dimana diharapkan senyawa flavonoid tersari sempurna, hasilnya diperoleh 2.82 g fraksi etilasetat dari 24 g ekstrak etanol.

4.5 Hasil Analsisis Fraksi Etilasetat dengan cara Kromatografi Kertas KKt

Terhadap fraksi etilasetat dilakukan analisis KKt menggunakan lima fase gerak yang berbeda yaitu BAA, forestal, asam asetat 50 dan 15, serta HCl 1 sebagai fase diam dipakai kertas whatman no 1 dengan penampakan noda uap NH 3 UV366 nm , AlCl 3 5 UV 366 nm , FeCl 3 1 UV366 nm. Hasil dapat dilihat pada lampiran 8a-12b halaman 67-76. Hasil analisis yang diperoleh dari fraksi etilasetat ternyata fase gerak asam asetat 50 dan forestal sama-sama memberikan tiga noda dengan sinar lampu UV dengan penampak noda uap NH 3 , namun jarak noda yang diberikan oleh fase gerak asam asetat lebih baik yaitu Rf Universitas Sumatera Utara 0.8, 0.59 dan 0.39, sedangkan dengan forestal Rf 0.7, 0.56 dan 0.48, dapat dilihat pada lampiran 9b dan 10b halaman 70 dan 72. Selanjutnya digunakan fase gerak asam asetat 50.

4.6 Hasil Pemisahan Senyawa Flavonoid dari Fraksi Etilasetat dengan cara KKt Preparatif

Analisis selanjutnya pemisahan dengan KKt preparatif digunakan fase gerak asam asetat 50, fase diam kertas Whatman no.3. Pemisahan dilakukan dibawah sinar lampu UV 366 nm, dan hasilnya kemudian digunting berupa potongan-potongan kecil, selanjutnya direndam dalam metanol selama 24 jam sesekali dikocok, lalu disaring. Proses perendaman dilakukan sampai senyawa flavonoid tersari sempurna atau filtrat jernih diulangi 3 kali, selanjutnya sari dikumpulkan dan dipekatkan. Gambar kromatogram hasil KKt preparatif dapat dilihat pada Lampiran 13 halaman 77.

4.7 Hasil pengujian dengan KKt Satu Arah dan Dua Arah

Hasi KKt preparatif diperoleh isolat F1 merah orange, F2 jingga dan F3 biru. Terhadap ketiga isolat tersebut diuji kemurnian dengan KKt satu arah dengan fase gerak BAA, Forestal, asam asetat 50, asam asetat 15 dan asam klorida 1 dan AlCl 3 5 UV 366 nm. Ternyata F2 dan F3 menunjukkan satu bercak yang berflouresensi jingga dan biru sehingga dapat disebut isolat murni untuk isolat F1 tidak dilanjutkan karena jumlahnya sangat sedikit. Gambar kromatogram hasil KKt satu arah dapat dilihat pada lampiran 14-19 halaman 78 -83. Universitas Sumatera Utara Hasil uji kemurnian isolat F2 dan F3 menggunakan kromatografi kertas dua arah dengan fase gerak I asam asetat 50, fase gerak II Forestal untuk isolat F2 sedangkan isolat F3 fase gerak ke I BAA, fase gerak II asam asetat 50, hasilnya menunjukkan AlCl 3 5UV 366 nm tetap menunjukkan satu noda. Gambar kromatogram hasil KKt dua arah dapat dilihat pada Lampiran 20-21 halaman 84-85 Penafsiran spektrum ultraviolet dilakukan terhadap isolat F2 dan F3 dengan merujuk pada Mabry, et al. 1970 dan Markham 1988. 4.8 Hasil Penafsiran Isolat F2 dan F3 secara Spektrofotometri UV 4.8.1 Penafsiran spektrum ultraviolet untuk isolat F2 adalah sebagai berikut: i. Hasil spektrum F2 dalam MeOH memberikan satu pita absorpsi maksimum yaitu 226 nm dan 252 nm pita II yang menunjukkan adanya absorpsi pada cincin A benzoil, yaitu senyawa flavon yang terletak pada panjang gelombang 250-280 nm. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1. Spektrum ultraviolet dari isolat F2 dalam MeOH Universitas Sumatera Utara ii. Hasil spektrum F2 dalam MeOH dengan penambahan NaOH 2 N tidak dijumpai pergeseran pada pita II, maka tidak terjadi pergeseran batokromik sebesar 40-65 nm tanpa penurunan intensitas sehingga 3-OH atau 4-OH bebas tidak dijumpai. Penambahan NaOH 2 N untuk melihat basa kuat yang dapat mengionisasi gugus OH pada inti flavonoid, untuk mendeteksi 3-OH dan atau 4-OH. Setelah 5 menit isolat diukur kembali ternyata tidak ada perubahan, ini menunjukkan senyawa flavon yang tidak mempunyai gugus 3-OH atau 4-OH. Hasil dapat dilihat pada gambar 4.2 dan 4.3. Gambar 4.2. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOH 2 N; = MeOH, =MeOH+ NaOH 2 N Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH No λ nm Abs 1 2 252,0 226,0 0,3296 0,5069 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOH 2 N dan setelah 5 menit = MeOH+NaOH 2 N, = MeOH+NaOH 2 N setelah 5 menit iii. Hasil spektrum F2 dalam MeOH dengan penambahan AlCl 3 5 terjadi pergeseran batokromik sebesar 59 nm, yang disertai dengan munculnya pita I dengan panjang gelombang 361 nm yang menunjukkan adanya gugus 3-OH dan atau 5-OH. Hasil spektrum dengan penambahan AlCl 3 5HCl 6 N tidak terjadi pergeseran, bila dibandingkan spektrum MeOH dengan penambahan AlCl 3 5HCl 6 N, jika terjadi pergeseran batokromik menunjukkan adanya No λ nm Abs λ nm Abs 1 252,0 2 226,0 0,3296 0,5069 252,0 - 0,6122 - Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam NaOH 2N Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOH 2 Nsetelah 5 menit λ nm Abs λ nm Abs 252,0 0,6122 252,0 0,6286 Universitas Sumatera Utara gugus ortho-diOH pada 6,7 atau 7,8 pada cincin A dengan demikian tidak dijumpai gugus ortho-diOH pada cincin A. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.4 dan 4.5. Gambar 4.4. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan AlCl3 5 ; = MeOH, = MeOH+AlCl3 5 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan AlCl 3 5 dan AlCl 3 5HCl 6 N = MeOH+AlCl 3 5 , = AlCl 3 5+HCl 6 N iv. Hasil spektrum F2 dalam MeOH dengan penambahan NaOAc tidak menunjukkan adanya pergeseran, penambahan NaOAc pada MeOH diharapkan terjadi pergeseran batokromik sebesar 5-20 nm pada pita II yang menunjukkan adanya gugus 7-OH, Hasil spektrum dengan penambahan H 3 BO 3 tidak terjadi pergeseran, sehingga tidak terjadi pergeseran batokromik pada pita I sebesar 12- 30 nm, maka tidak dijumpai gugus ortho-diOH pada cincin B atau pergeseran batokromik sebesar 5-10 nm pada pita I sehingga gugus 6,7 atau 7,8-diOH tidak dijumpai. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7. Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan AlCl 3 5 No λ nm Abs λ nm Abs 1 - 2 252,0 3 226,0 - 0,3296 0,5069 361,0 311,0 227,0 0,5611 0,5841 1,6668 Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam AlCl 3 5 Panjang gelombang absorpsi λ maksimum spektrum isolat dengan penambahan AlCl 3 dan AlCl 3 5+HCl 6 N No λ nm Abs λ nm Abs 1 361,0 2 311,0 3 227,0 0,5611 0,5841 1,6668 361,0 309,0 230,0 0,5061 0,5362 1,4547 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOAc; = Metanol, = MeOH+NaOAc Gambar 4.7. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOAcH 3 BO 3 = MeOH+NaOAc, = NaOAc+H 3 BO 3 Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOAc No λ nm Abs λ nm Abs 1 252,0 2 226,0 0,3296 0,5069 252,0 - 0,4904 - Universitas Sumatera Utara Hasil penafsiran spektrum ultraviolet dengan penambahan pereaksi geser terhadap isolat F2 dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid ini diduga senyawa golongan flavon yang mempunyai gugus OH pada posisi 5. Gambar strukturflavonoid dapat dilihat dibawah ini. Gambar 4.8. Struktur Flavonoid dengan gugus 5-OH Flavon pada cincin A Robinson ,1995

4.8.2 Penafsiran spektrum ultraviolet untuk isolat F3 adalah sebagai berikut

i. Hasil spektrum F3 dalam MeOH memberikan absorpsi maksimum pada panjang gelombang 362 nm dan 311 nm pada pita I yang menunjukkan adanya absorpsi pada cincin B sinamoil dan panjang gelombang 229 nm pada pita II yang menunjukkan absorpsi pada cincin A benzoil, ini menunjukkan adanya senyawa flavon flavonol, pada panjang gelombang 310-350 nm untuk flavon dan 350-385 nm untuk flavonol. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.9. Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOAc+H 3 BO 3 λ nm Abs λ nm Abs 252,0 0,4904 252,0 0,4850 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.9. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH ii. Hasil spektrum F3 dalam MeOH, penambahan NaOH 2 N menunjukkan adanya pergeseran 311 nm ke 251 nm pada pita II yaitu 60 nm, bila terjadi pergeseran hipokromik sebesar 40-65nm menunjukkan adanya gugus 4-OH bebas. Setelah 5 menit isolat diukur kembali tidak terjadi perubahan, dengan demikian senyawa flavon ini diduga mempunyai gugus 4-OH pada cincin B. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.10 dan 4.11. Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH No λ nm Abs 1 362,0 2 311,0 3 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOH 2 N = Metanol, =MeOH+ NaOH 2 N Gambar 4.11. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOH 2 N dan setelah 5 menit = MeOH+NaOH 2 N, = MeOH+NaOH 2 N setelah 5 menit Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOH 2 N No λ nm Abs λ nm Abs 1 362,0 2 311,0 3 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 360,0 251,0 - 0,1585 0,6972 - Universitas Sumatera Utara iii. Hasil spektrum F3 dalam MeOH dengan penambahan AlCl 3 5 tidak terjadi pergeseran, sehingga tidak terjadi pergeseran batokromik sebesar 50-60 nm, maka gugus 3-OH dan atau 5-OH, pada senyawa flavon tidak ada, bila dibandingkan dengan spektrum MeOH dengan penambahan AlCl 3 5HCl 6 N, terjadi pergeseran hipsokromik sebesar 60 nm, menunjukkan adanya gugus ortho-diOH 6,7 atau 7,8 dengan demikian dijumpai gugus 6,7-diOH. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13. Gambar 4.12. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan AlCl 3 5; = Metanol, = MeOH+AlCl 3 5 Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam NaOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOH 2 N setelah lima menit No λ nm Abs λ nm Abs 1 360,0 2 251,0 0,1585 0,6972 360,0 251,0 0,1585 0,6972 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.13. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan AlCl 3 5 HCl 6 N =MeOH+ AlCl 3 5 , = AlCl 3 5 +HCl 6 N iv. Hasil spektrum F3 dengan penambahan NaOAc menunjukkan adanya pergeseran batokromik pada pita I sebesar 60 nm, yang menunjukkan adanya gugus 7-OH, hasil spektrum ditambahkan dengan H 3 BO 3 lalu diukur kembali, Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan AlCl 3 5 No λ nm Abs λ nm Abs 1 362,0 2 311,0 3 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 362,0 311,0 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam AlCl 3 5 Panjang gelombang absorpsi λ maksimum spektrum isolat dengan penambahan AlCl 3 5 + HCl 6 N No λ nm Abs λ nm Abs 1 362,0 2 311,0 3 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 360,0 251,0 - 0,1585 10,6972 - Universitas Sumatera Utara hasilnya tidak ada pergeseran pada pita I ini menunujukkan tidak adanya gugus ortho pada cincin A, dengan demikian dapat disimpulkan senyawa flavon tidak memiliki gugus ortho-diOH tetapi memiliki gugus 7-OH. Hasil spektrum dapat dilihat pada gambar 4.14 dan 4.15. Gambar 4.14. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOAc; = MeOH, = MeOH+NaOAc Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam MeOH Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOAc No λ nm Abs λ nm Abs 1 362,0 2 311,0 3 229,0 0,5327 0,5521 1,3172 - 251,0 - - 0,5699 - Universitas Sumatera Utara Gambar 4.15. Spektrum ultraviolet isolat F3 dalam MeOH dan setelah penambahan NaOAc H 3 BO 3 =MeOH+ NaOAc, = NaOAc+H 3 BO 3 Hasil penafsiran spektrum ultraviolet dengan penambahan pereaksi geser terhadap isolat F3 dapat disimpulkan bahwa senyawa flavonoid ini diduga senyawa golongan flavon yang mempunyai gugus pada posisi 4-OH pada cincin B dan 6,7-diOH. Gambar struktur flavonoid dapat dilihat pada gambar 4.16. Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dalam NaOAc Panjang gelombang λ absorpsi maksimum spektrum isolat dengan penambahan NaOAc+ H 3 BO 3 λ nm Abs λ nm Abs 251,0 0,5699 251,0 0,5699 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.16. Struktur Flavonoid dengan gugus 4-OH pada cincin B dan 6,7- diOH flavon Robinson ,1995 Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Hasil isolasi dan karakterisasi umbi dari tumbuhan bawang sabrang Eleutherine palmifolia L. Merr mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpenoidsteroid. b. Hasil analisis KKt fraksi etilasetat umbi dari tumbuhan bawang sabrang diperoleh fase gerak terbaik asam asetat 50. Hasil kromatografi preparatif dengan fase gerak asam asetat 50 diperoleh dua isolat yaitu isolat F2 dengan harga Rf 0,53 berflouresensi jingga dan isolat F3 dengan harga Rf 0,79 berflouresensi biru. c. Hasil spektrofotometri UV untuk isolat F2 dengan panjang gelombang 252 nm menunjukkan adanya gugus 5-OH flavon pada cincin A, dan isolat F3 dengan panjang gelombang 362 nm dan 311 nm menunjukkan adanya gugus 4-OH pada cincin B dan 6,7-diOH flavon.

5.2 Saran