BAB 1 PERSEPSI AREMANIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Olahraga sepakbola merupakan permainan yang diikuti 11 orang dan
mampu menarik minat perhatian milyaran mata manusia dari seluruh dunia untuk
memainkan dan memperhatikannya. Permainan sepak bola disenangi banyak
orang karena merupakan olah raga yang sederhana namun memiliki kekuatan jiwa
yang mampu menembus usia, gender, dan semua lapisan masyarakat.
Sejarah sepak bola di Indonesia berawal dari masa kolonial Belanda.
Olahraga sepakbola diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda sejak akhir
tahun 1920, klub pertama yang muncul saat itu adalah Nederlandsch Indische
Votbal Bond (NIVB). NIVB pada waktu itu menaungi dunia persepakbolaan di
Indonesia pada waktu itu, sejalan degan perjalanan waktu terbentuklah PSSI
(persatuan sepak bola seluruh Indonesia). PSSI didirikan di Yogyakarta pada
tanggal 19 April 1930 yang diketuai oleh Ir.Soeratin, PSSI kemudian menjadi
organisasi yang menangani segala sesuatu yang terkait dengan sepak bola di
Indonesia (Pandjaitan, 2011:11).
Indonesia sendiri, memiliki banyak klub-klub besar yang meramaikan
dunia sepak bola nasional, seperti Persib (Bandung), Persebaya (Surabaya), PSMS
(Medan), Persipura (Jayapura), Sriwijaya FC (Palembang), Arema Indonesia

(Malang),

serta masih banyak lagi klub-klub sepak bola besar yang ada di

Indonesia. Tim sepak bola tidak hanya bermodalkan manajemen yang baik dan

1

2

pemain yang berkualitas saja, melainkan diperlukan juga dukungan dari
suporternya.
Suporter adalah faktor pendukung yang tidak bisa lepas, bahkan suporter
sendiri mampu memberikan dukungan moral yang sangat besar bagi timnya
(Handoko, 2008:14). Suporter sepak bola merupakan suatu elemen yang sangat
penting, setiap klub sepak bola pasti memiliki masing-masing suporter setia,
contohnya The Jak Mania yang merupakan suporter dari klub persija Jakarta,
viking yang merupakan suporter dari Persib Bandung, serta Aremania yang
merupakan suporter dari Arema Indonesia dsb.
Berbicara sepak bola, Kota Malang erat kaitanya sebagai salah satu kiblat

dalam dunia persepakbolaan nasional, hal ini dikarenakan masyarakat Kota
Malang menganggap sepak bola merupakan bagian terpenting bagi hidup mereka.
Sikap fanatisme Aremania terhadap tim kesayangan mereka yaitu Arema
Indonesia terbukti dengan banyaknya penonton

yang datang langsung

menyaksikan pertandingan Arema Indonesia, baik di stadion Kanjuruhan maupun
saat bertandang ke stadion kota lawan (Djuraid, 2007:10).
Hal ini dapat diketahui dengan rekor penonton terbanyak pada tahun 2012
yang diberikan kepada aremania. Berikut ini data dari pengawas pertandingan
panitia pelaksana pertandingan dari seluruh klub di ISL (Indonesia Super League)
(Suharno, 2013).

3

Tabel 1. Jumlah Penonton Klub ISL di Tahun 2010/2012
Nama Klub
Jumlah Penonton
No

1.
Arema Indonesia
154,025
2.
Persib Bandung
87,617
3.
Persipura Jayapura
79,328
4.
Sriwijaya Palembang
74,695
5.
Gresik United
69.415
6.
Persija Jakarta
62,384
7.
Persisam Samarinda

50,951
8.
Persidafon Dafonsoro
49,992
9.
Persela Lamongan
42,128
10.
PSPS Pekan Baru
26,151
11.
Barito Putra
24,643
12.
Persita Tangerang
23,206
13.
Persepam Madura
23,000
14.

Persiba Balikpapan
18,308
15.
Persiram Rajaampat
18,178
16.
Mitra Kukar
14,668
17.
Persiwa Wamena
10,035
18.
Pelita Bandung Raya
4,470
Sumber: wearemania.net

Kota Malang memiliki dua klub sepakbola profesional adalah Arema
Indonesia dan Persema keduanyapun memiliki suporter fanatis. Persema memiliki
Ngalam Mania dan Arema Indonesia memiliki suporter Aremania. Pada penelitian
ini peneliti memfokuskan pada Aremania, yang merupakan suporter dari klub

sepak bola Arema Indonesia. Peneliti memilih Aremania karena lebih menonjol di
kalangan masyarakat Malang maupun luar Malang dibandingkan dengan Ngalam
Mania.
Hal ini terlihat dari fakta bahwa jumlah pendukungnya lebih banyak
masyarakat kota Malang yang menyukai Arema, walaupun klub ini bukan
merupakan klub sepak bola milik pemerintah daerah. Kota Malang dalam status
sejarahnya memang masih berada dibawah Surabaya, Malang merupakan kota
kedua di Jawa Timur setelah Surabaya akan tetapi tidak demikian dengan

4

semangat yang dibangun generasi muda sejak era 1970-an, generasi asli Malang
saat itu enggan di sebut warga kelas dua, yang kemudian dari situlah timbul
perlawanan terhadap arek Surabaya. Arek Malang selalu berusaha menciptakan
jarak dengan arek Surabaya dengan melakukan berbagai cara membangun
identitas diri, dengan adanya hal tersebut kemudian Arema menjelma menjadi
suatu

subkultur dengan identitas, simbol, dan karakter yang berbeda dengan


subkultur arek Surabaya. Subkultur yang dimaksudkan disini adalah suatu bentuk
budaya baru yang di ekspresikan dengan penciptaan gaya (style) baru dan
merupakan suatu upaya pertentangan terhadap budaya yang sudah ada. Terkait
dengan hal ini Aremania menjadi subkultur yang dimaksudkan tersebut, Aremania
muncul dengan karakter suporter yang lebih sopan dan cinta damai yang
kemudian menjadi suatu identitas bagi masyarakat Malang (Muntholib, 2009: 1112).
Olahraga sepak bola tak pernah lepas dengan banyak orang yang terlibat di
dalamnya termasuk suporter sepak bola tersebut, dukungan maupun nyanyian
suporter selalu terdengar sebelum pertandingan dimulai maupun pertandingan
telai usai. Dukungan pun juga bisa diberikan oleh suporter yang tidak secara
langsung menyaksikan pertandingan, hal inilah yang membuat suporter sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan semangat pemain. Bernyanyi, bersorak-sorak
menyuarakan yel-yel mereka yang sedang bertanding di lapangan adalah hal yang
wajib mereka lakukan.
Aremania merupakan salah satu kelompok suporter kota Malang yang
lahir pada tanggal 4 September 1993, muncul sebagai suporter yang terkenal keras

5

dengan adanya geng-geng pemuda kota Malang saat itu (Muntholib, 2009:68).

Aremania lambat laun berhasil menarik simpati masyarakat sebagai suporter yang
santun, hal itu terbukti dengan prestasi Aremania mampu dua kali mendapatkan
penghargaan yaitu, yang pertama mereka dapatkan sebagai the best supporter
yang diberikan oleh ketua umum PSSI yang dijabat oleh Agum Gumelar pada saat
itu. Predikat terbaik kedua diberikan PSSI dan Badan Liga Indonesia (BLI) untuk
Aremania sebagai komunitas suporter terbaik di Indonesia, yang pada saat mereka
sedang bertandang di stadion Delta Sidoarjo. Aremania mampu mempertahankan
predikatnya sebagai suporter terbaik di Liga copa pada tahun 2006 dan berkat
prestasinya, Aremania mendapatkan hadiah uang senilai 75juta kemudian uang
tersebut digunakan Aremania untuk membangun monumen Aremania yang di
bangun didepan stadion Gajayana Monumen Aremania tersebut dibangun
bertujuan untuk mengenang prestasi yang telah didapat aremania pada waktu itu
(Djuraid, 2007:56).
Penelitian ini lebih memfokuskan pada komunitas Aremania GATE 4.
Alasan peneliti memilih komunitas GATE 4 adalah peneliti tertarik terhadap
kreatifitas – kreatifitas dari komunitas penghuni tribun utara atau Curva Nord ini.
GATE 4 dalam kurun tiga tahun ini selalu menghadirkan inovasi baru dalam
mendukung tim nya. Tidak hanya melalui yel-yel saja, tetapi GATE 4
menghadirkan kreatifitas – kreatifitas baru yang belum pernah ada di Indonesia
seperti adanya kreatifitas sky dancer, paper rain, flow banner, parade flag dan

masih banyak yang lain. Atraksi dan kreatifitas GATE 4 sendiri hampir sama
dengan atraksi suporter luar negeri mulai dari parade big flag, choreography, pyro

6

show, chant – chant serta dukungan tanpa batas lainya saat mendukung tim.
Karakter seperti ini yang dimiliki suporter luar negeri berpaham Ultras.
Ultras berasal dari kata ‘ultra’, artinya adalah ‘teramat sangat”. Ultra juga
merupakan nomina, yakni ‘sesuatu yang teramat sangat’. Bentuk jamaknya adalah
Ultras. Ultras dalam konteks sepak bola dimaknai sebagai kelompok suporter
garis keras yang sangat fanatik membela timnya. Ultras terdengar ‘nyaring’
pengaruhnya di Italia. Di negeri Pizza tersebut banyak bermunculan sejumlah
kelompok suporter fanatik. Kehadirannya dapat dilihat secara kasat mata melalui
pakaian dan pernak-pernik yang dikenakan, yang semua berciri khas klub yang
dibela. Di stadion, Ultras biasanya menguasai tribun tertentu, meneriakkan yel-yel
tanpa henti sepanjang pertandingan, menabuh drum, membuat atraksi baik itu
koreo,

parade


bendera,

menyalakan

kembang

api,

dan

sebagainya

(Begawan,2011).
Komunitas GATE 4 yang pada prinsipnya memeliki kesamaan karakter
dengan paham Ultras dalam mendukung tim kebanggan, misalnya dari Giant flag
yang berkibar-kibar, flare atau pyro show yang memerahkan stadion, banner yang
mengancam tim lawan dan juga membakar semangat tim tertata di sudut belakang
gawang. Umumnya mereka berpakain serba hitam dengan tutup kepala (sebagian
orang) dan bahkan bertelanjang dada ditengah-tengah hujan dan terik matahari.
Ultras memiliki gaya-gaya tersendiri, beberapa kelompok ini ada yang menjual

produk-produk untuk menjaga kelangsungan kelompok. Produk yang dijual antara
lain adalah kaos atau t-shirt, jaket, topi, scraft, bahkan meroduksi flare. Ada
beberapa karakteristik Ultras (Handoko, 2008: 45), diantaranya :

7

1. Tidak pernah berhenti bernyanyi sepanjang pertandingan,tidak
peduli apa hasilnya.
2. Tidak pernah duduk selam pertandingan.
3. Hadir dalam setiap pertandingan tidak terpengaruh jarak dan biaya.
4. Kesetiaan pada kelompok dalam stadion, seperti curva baik curva
sud maupun curva nord, gate, stand, kop, dan beberapa istilah lain.
Penelitian membahas mengenai persepsi dari Aremania terhadap paham
Ultras. Alasan peneliti meneliti persepsi guna mengetahui proses individu dalam
memaknai sesuatu informasi yang diperoleh individu melalui indranya kemudian
menyimpulkan dan menafsirkan informasi sesuai dengan pengalaman individu
dalam menyikapi suatu peristiwa. Menurut Rahmat (2003:51) mengemukakan
pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau
hubungan - hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang
diamati benar - benar sama.
Alasan pentingnya peneliti meneliti tentang persepsi Aremania khususnya
anggota GATE 4 pada Ultras adalah karena peneliti ingin mengetahui pandangan
informan mengenai paham Ultras baik dari melihat, memahami kemudian
menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan
menghasilkan penafsiran.
Berdasarkan dari beberapa uraian tersebut di atas, peneliti memutuskan
untuk membuat dan melakukan sebuah penelitian ilmiah yang diberi judul
“Persepsi Aremania terhadap Paham Ultras (Studi Deskriptif Kualitatif pada
Anggota Komunitas GATE 4 Suporter Arema Indonesia)”

8

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka penulis menyusun
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana persepsi
Aremania terhadap Paham Ultras ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan penelitian di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mendalami persepsi Aremania terhadap Paham Ultras.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1

Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya khususnya bagi

yang memfokuskan penelitiannya pada

komunikasi intrapersonal.
1.4.2

Manfaat Praktis
Untuk menambah pengetahuan atau pemahaman masyarakat khususnya

masyarakat Malang tentang Aremania, khususnya pada Komunitas GATE 4
sehingga meminimalkan penilaian negatif masyarakat terhadap komunitas
fans Aremania.