penelitiannya yang menemukan bahwa penerapan peer-correction dalam pembelajaran menulis memiliki nilai plus, yakni: 1 dapat mengembangkan
penguasaan dan ketepatan berbahasa pada siswa, 2 memungkinkan siswa untuk tidak selalu tergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan
bahasanya, serta 3 memungkinkan siswa dapat membimbing siswa lain. Dengan demikian maka semakin memperkuat hasil bahwa dengan
penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat menungkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis pada siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 20 halaman 97. Grafik tersebut secara jelas menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata
proses dan hasil pembelajaran menulis karangan secara keseluruhan setelah dilakukan tindakan. Hal tersebut ditunjukkan dari garis yang terus naik dari
titik prasiklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2
SMK Murni 2 Surakarta.
D. Keterbatasan Penelitian
Terkait dengan beberapa aspek, Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut meliputi: 1 Ketiadaan buku paket Bahasa Indonesia sebagai pegangan siswa dalam pembelajaran yang mengharuskan peneliti dan
guru menyiapkan materi sendiri yang diambilkan dari berbagai sumber yang sesuai dengan silabus; 2 Siklus III sebagai perbaikan pembelajaran siklus II
untuk lebih memaksimalkan hasilnya tidak dapat dilaksanakan karena keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah.
Namun demikian, keterbatasan yang ada tidak mengurangi tingkat keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ketiadaan buku paket sekolah
memang tidak dapat dipungkiri dan peneliti pun tidak dapat memaksakan keadaan. Dalam hal ini peneliti bersama guru mencarikan materi-materi yang
sesuai dengan ketentuan yang ada pada silabus. Sehingga dengan keterbatasan yang ada siswa hanya diberi catatan materi yang sudah dipersiapkan oleh guru dan
foto kopian materi yang diambilkan dari berbagai sumber yang mendukung pembelajaran.
Keterbatasan yang kedua yakni karena waktu yang diberikan pihak sekolah kepada peneliti sangat terbatas. Hal ini dapat peneliti maklumi karena
untuk kurikulum SMK, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya memiliki alokasi waktu yang sedikit. Dalam satu minggu, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya
mendapat waktu 2 jam pelajaran saja, hal itu pun dengan materi yang sangat padat. Oleh karena itu, peneliti tidak dapat memaksakan untuk melanjutkan siklus
III. Mengingat, apabila hal tersebut dipaksakan maka akan mengganggu jalannya proses pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Namun demikian,
meskipun dengan keterbatasan waktu yang ada, penelitian tindakan kelas sudah cukup berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya.
108
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan