Pengaruh Penambahan Garam Kajian Pengaruh Hidrokoloid dan CaCl2 Terhadap Profil Gelatinisasi Bahan Baku Serta Aplikasinya Pada Bihun Sukun

24 pati jagung dan pati kentang serta menghambat retrogradasi kedua jenis pati tersebut.

c. Pengaruh Penambahan Garam

Penambahan kation divalen seperti Ca 2+ atau Mg 2+ pada campuran pati- hidrokoloid diketahui memiliki efek signifikan terhadap beberapa karakteristik gelatinisasi campuran tersebut. Moritaka et al. 2003 menyebutkan bahwa penambahan garam kalsium atau magnesium pada larutan gum gellan akan mempercepat gelatinisasi larutan tersebut dan mengubah karakteristik reologinya menjadi lebih tidak tergantung pada suhu less temperature dependent. Dinyatakan lebih lanjut bahwa kation divalen akan membentuk ikatan ionik dengan gugus asam karboksilat pada rantai gellan, sehingga menghasilkan agregasi heliks ganda melalui pembentukan jembatan inter-chain. Studi lain yang dilakukan oleh Sudhakar et al. 1996 menunjukkan bahwa viskositas pasta dingin dan suhu gelatinisasi pati sangat dipengaruhi oleh keberadaan garam dalam sistem pangan yang diamati. Gum akan memfasilitasi pembentukan electrical double layer dari kation di sekeliling pati, sehingga menurunkan suhu gelatinisasi. Dengan penambahan garam, maka pati akan menukar kation dari larutan dengan ion hidrogen, sehingga terjadi peningkatan volume dan pada akhirnya akan meningkatkan viskositas pasta dingin dari sistem pati-hidrokoloid. Penambahan garam juga menyebabkan karakteristik aliran sistem pati menjadi lebih pseudoplastis. 25 METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung sukun yang berasal dari Gunung Kidul - Yogyakarta dan tepung beras yang berasal dari beras varietas Rojolele. Bahan pendukung yang digunakan antara lain: akuades, STPP sodium tripolifosfat, tepung iles-iles, guar gum, CaCl 2 serta bahan pendukung lain yang digunakan untuk persiapan sampel maupun analisis. STPP dan guar gum diperoleh dari toko kimia di Bogor dan tepung iles-iles diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Bogor. Alat utama yang digunakan terdiri atas pengering kabinet dan multifunctional noodle machine . Peralatan pendukung yang digunakan antara lain: timbangan analitik, chromameter, rapid visco analyzer, texture analyzer, peralatan gelas dan alat memasak. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Mei – November 2010. Penelitian ini menggunakan fasilitas laboratorium yang terdapat di lingkungan kampus IPB Darmaga, yaitu laboratorium Pilot Plant Seafast Centre , laboratorium biokimia dan rekayasa proses pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I meliputi kajian terhadap pengaruh susbtitusi tepung beras terhadap karakteristik gelatinisasi bahan baku dan kualitas bihun yang dihasilkan. Tahap II adalah kajian pengaruh hidrokoloid dan CaCl 2 terhadap profil gelatinisasi bahan baku. Pada Tahap III dilakukan kajian terhadap pengaruh hidrokoloid dan CaCl 2 terhadap karakteristik bihun sukun. Pada tahap ini dilakukan karakterisasi terhadap sifat fisik bihun untuk mengetahui kualitas bihun sukun yang dihasilkan. Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 8. 26 Gambar 8 Diagram alir penelitian Tahap I. Pengaruh Substitusi Tepung Beras Terhadap Karakteristik Bahan Baku Bihun Sukun Pada tahap ini dilakukan studi pengaruh substitusi tepung beras terhadap karakteristik gelatinisasi bahan baku bihun sukun. Sustitusi tepung sukun dengan tepung beras diharapkan dapat memperbaiki sifat fungsional dari campuran tepung yang dihasilkan, sehingga dapat menghasilkan produk bihun sukun dengan kualitas yang lebih baik. Tepung beras disubstitusikan pada campuran tepung kering pada level 15 dan 30 bb. Penentuan tingkat substitusi tepung beras didasarkan pada ketentuan bahwa tepung sukun tetap menjadi komponen utama yang dominan dalam produksi bihun sukun, sehingga ditetapkan jumlah tepung sukun minimum yang digunakan adalah 70 dan maksimum 85. Selanjutnya Tepung sukun dan tepung beras Kajian pengaruh substitusi tepung beras terhadap bahan baku Tingkat substitusi tepung beras terbaik Kajian pengaruh hidrokoloid dan CaCl 2 terhadap profil gelatinisasi bahan baku bihun sukun Produk bihun Karakterisasi sifat fisiko- kimia dan fungsional Kajian pengaruh hidrokoloid dan CaCl 2 terhadap karakteristik bihun sukun Analisis sifat fisik dan organoleptik bihun 27 dilakukan analisis terhadap karakteristik campuran tepung yang meliputi swelling volume dan fraksi pati yang tidak membentuk gel Collado Corke 1999, Singh et al . 2005, profil gelatinisasi pati dengan rapid visco analyzer Zaidul et al. 2007, kadar air, protein dan lemak AOAC 1995, kadar pati SNI 01-2891- 1992 dan kadar amilosa Riley et al. 2006. Campuran tepung sukun dan tepung beras selanjutnya diaplikasikan pada produk bihun sukun. Diagram alir proses produksi bihun dapat dilihat pada Gambar 9. Produksi bihun dilakukan dengan menggunakan metode Collado et al. 2001 yang dimodifikasi. Gambar 9 Diagram alir proses produksi bihun Collado et al. 2001 yang dimodifikasi Tepung sukun 70 Pencampuran Pemanasan Pengadonan Pembentukan untaian bihun Pengukusan: 90 °C, 2 menit Pengeringan: 60 °C, 2 jam Bihun Tepung beras 30 dan 15 Pencampuran Tepung sukun dan 15 Air 1:1 Sodium tripolifosfat 0.3 Pelarutan 28 Tahap II. Pengaruh Hidrokoloid dan CaCl 2 Terhadap Profil Gelatinisasi Bahan Baku Bihun Sukun Kajian pengaruh hidrokoloid dan CaCl 2 terhadap bahan baku bihun sukun dilakukan dengan melakukan analisis terhadap karakteristik gelatinisasinya. Level tepung beras yang digunakan pada tahap ini adalah jumlah tepung beras yang menghasilkan karakteristik campuran tepung terbaik dan karakteristik bihun terbaik yang dihasilkan dari Tahap 1. Hidrokoloid yang digunakan adalah guar gum dan tepung iles-iles dengan konsentrasi 0.5 dan 1 dari jumlah total bahan baku tepung yang digunakan. CaCl 2 ditambahkan adalah pada level konsentrasi 0, 1, dan 2 dari jumlah total bahan baku tepung yang digunakan. Parameter yang diukur dan diamati pada tahap ini meliputi swelling volume Collado Corke 1999, Singh et al. 2005 dan profil gelatinisasi pati dengan rapid visco analyzer Zaidul et al. 2007. Kode perlakuan yang digunakan dalam penelitian dirangkum dalam Tabel 9 berikut. Tabel 9 Keterangan kode perlakuan CaCl 2 Tepung sukun 100 Tepung sukun 85 + tepung beras 15 Guar gum Iles-iles Guar gum Iles-iles 1 0.5 1 0.5 1 0.5 1 0.5 G1 G2 I1 I2 B1 B2 BI1 BI2 1 G3 G4 I3 I4 B3 B4 BI3 BI4 2 G5 G6 I5 I6 B5 B6 BI5 BI6 Tahap III. Pengaruh Hidrokoloid dan Garam CaCl 2 Terhadap Karakteristik Bihun Sukun Proses produksi bihun dilakukan dengan metode Collado et al. 2001 yang dimodifikasi. Bahan baku yang digunakan adalah tepung sukun dan tepung beras dengan tingkat substitusi sesuai hasil yang diperoleh pada tahap I. Bahan tambahan pangan yang digunakan meliputi sodium tripolifosfat STPP, guar gumtepung iles-iles dan CaCl 2 . STPP dilarutkan dengan air yang digunakan untuk membuat binder, sementara bahan tambahan pangan yang lain dicampurkan kering bersama sisa tepung sukun dan tepung beras. Jumlah STPP yang digunakan adalah 0.3, guar gumtepung iles-iles sebanyak 0.5 dan 1, sedangkan CaCl 2 29 sejumlah 0, 1, dan 2. Semua persentase berdasarkan jumlah total bahan baku tepung yang digunakan. Pembuatan bihun sukun diawali dengan membuat binder pengikat adonan. Sebanyak 70 tepung sukun dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Ke dalam air ditambahkan STPP sebagai pembentuk tekstur. Suspensi dipanaskan sambil diaduk hingga tergelatinisasi yang ditandai dengan meningkatnya kekentalan maupun transparansi adonan. Penentuan jumlah tepung sukun yang dijadikan binder dan jumlah air yang digunakan dalam proses produksi bihun sukun ditetapkan setelah melalui beberapa percobaan. Faktor yang menjadi dasar dalam menentukan jumlah dan komposisi binder adalah bentuk adonan dan untaian yang dihasilkan. Dari hasil percobaan diperoleh kombinasi jumlah binder 70 dan perbandingan jumlah tepung dan air 1:1 yang memberikan adonan dan untaian terbaik tidak lengket dan mudah dibentuk. Binder yang diperoleh kemudian dicampurkan dengan 30 bagian tepung kering yang sebelumnya telah dicampur dengan hidrokoloid danatau tanpa penambahan CaCl 2 . Campuran diadon sehingga diperoleh adonan yang homogen. Adonan dimasukkan ke dalam multifunctional noodle machine yang bekerja dengan prinsip ekstrusi. Ulir tunggal yang berputar dalam mesin akan menekan dan mendorong adonan keluar melalui die dengan ukuran tertentu. Untaian bihun selanjutnya dibentuk dan diletakkan di atas pelat-pelat berlubang, kemudian dikukus pada suhu 95 °C selama dua menit. Proses dilanjutkan dengan mengeringkan bihun dalam pengering kabinet cabinet dryer bersuhu 60 °C selama dua jam untuk mencapai kadar air yang relatif aman untuk penyimpanan. Bihun sukun yang diperoleh dikemas dengan menggunakan plastik PP polyprophylene untuk melindunginya selama penyimpanan. Bihun yang dihasilkan kemudian dianalisis sifat fisiknya yang meliputi analisis warna, waktu rehidrasi, KPAP, berat rehidrasi dan tekstur. Dilakukan pula uji organoleptik dengan menggunakan metode skoring terhadap beberapa parameter tekstur bihun yang diperoleh. 30 Prosedur Penelitian Analisis Karakteristik TepungCampuran Tepung

a. Swelling Volume dan Kelarutan Collado Corke 1999, Singh et al. 2005