B. PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Epistemologi dan Islam
a. Pengertian Epistemologi
Menurut Harun Nasution, pengertian epistemologi ; episteme berarti pengetahuan dan
epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang apa pengetahuan dan bagaimana memperoleh
pengetahuan.[2]
Selanjutnya, Drs. R.B.S. Furdyartanto memberikan pengertian epistemologi sebagai
berikut; Epistemologi berarti : ilmu filsafat tentang pengetahuan atau pendek kata, filsafat
pengetahuan.
Dari pengertian diatas Nampak bahwa epistemologi bersangkutan dengan masalahmasalah yang meliputi:
1)

Filsafat yaitu sebagai ilmu berusaha mencari hakekat dan kebenaran pengetahuan.

2)

Metode yaitu sebagai metode bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh realitas
kebenaran pengetahuan.

3)


Sistem yaitu sebagai suatu sistem bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan.
Diskursus ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan masalah kebenaran dan bahkan
menjadi bagian yang tak terpisahkan. Maka definisi epistemologi adalah salah satu cabang pokok
bahasan dalam wilayah filsafat yang memperbincangkan seluk beluk pengetahuan. Seperti sudah
banyak dikenal, bahwa perbincangan epistemologi tidak dapat meninggalkan persoalanpersoalan yang terkait dengan sumber ilmu pengetahuan dan beberapa teori tentang kebenaraan.
Pertama, terkait dengan perbincangan apakah ilmu pengetahuan itu diperoleh lewat akal pikiran
semata (Rasionalisme), ataukah lewat pengamatan semata (Empirisme) ataukah dimungkinkan
lewat cara lain yakni intuisi (Intuisionisme). Kedua, terkait dengan pembahasan apakah
“kebenaran” pengetahuan manusia itu dapat digambarkan dengan pola korespodensi, koherensi
atau praktis pragmatis.

Istilah epistemologi sendiri pertama kali muncul pada pertengahan abad XIX oleh J.F
Rarrier dalam bukunya “institute of metaphysics”. Persoalan epistemologi tersebut sebenarnya
sudah dimulai dalam pertentangan antara Heraclitus (535-475 SM) melawan Paramenindes (504473 SM) yang pada dasarnya merupakan sengketa fundamental, sebab yang mereka persoalkan
sudah berupa masalah kebenaran pengetahuan. Bagi Heraclitus, yang ada hanya gerak; tidak ada
sesuatu pun yang dapat disebut “ada”, melainkan semuanya “menjadi”. Segala-galanya dalam
keadaan menjadi, segala permulaan adalah mula dari akhir, segala hidup adalah mula dari mati.
Dalam dunia tidak ada yang tetap, semuanya berlaku “panta rhei” semuanya mengalir. Dunia
adalah tempat gerak yang bersambung, tempat kemajuan yang tidak berakhir, yang baru
mendapatkan tempatnya dengan menghancurkan dan menewaskan yang lama.

Sedangkan Parmenindes membulatkan pokok keterangannya dengan semboyannya yang pendek:
“hanya yang-ada itu ada, yang-tidak ada tidak ada”. Tidak ada yang lain kecuali yang “ada”.
Sebab itu tidak ada yang “menjadi” dan tidak ada pula yang “hilang”, adalah mustahil bagi akal.
“Menjadi” menyatakan perpisahan dari yang tidak ada ke yang-ada, didahului oleh yang tidak
ada, sedangkan yang-ada itu “ada” tetap selama-lamanya dan tidak berubah-ubah.
Disini terlihat bahwa pertentangan teori pengetahuan antara Heraclitus dan Paramenindes
menyangkut pertentangan antara yang berubah dan tetap. Kedua pandangan yang ekstrem itu
juga memperlihatkan hal ini, yakni bahwa yang satu menekankan sumber pengetahuan pada
panca indera dan yang lain memberi titik berat pada kemampuan rasio dan mengabaikan
kemampuan indera.[3]
Persoalan yang ditampilkan oleh Helaclitus dan Paramenindes diatas, dalam sejarah
filsafat telah melahirkan pertentangan yang tajam dalam epistemologi yang masing-masing
diwakili oleh aliran Empirisme dan Aliran Rasionalisme.

b.

Pengertian Islam
Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek
peristilahan. Menurut bahasa, kata islam berasal dari kata ‫ ﺇﺴﻼﻤﺎ‬- ‫ ﻴﺴﻠﻢ‬- ‫ ﺍﺴﻠﻢ‬, yang mempunyai
arti, yaitu keselamatan, perdamaian, dan penyerahan diri kepada Allah SWT.[3]

Dari pengertian kebahasaan ini, kata Islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan. Senada dengan itu Nurcholis
Majid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian
Islam.
Pengertian Islam menurut Maulana Muhammad Ali dapat dipahami dari Firman Allah
yang terdapat pada ayat 208 surat Al-Baqarah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkahlangkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Dan juga dapat dipahami
dari ayat 61 surat al-Anfal yang artinya: dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka
condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari uraian diatas, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa kata Islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh tunduk, taat dan berserah diri kepada Tuhan dalam upaya
mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup baik didunia maupun diakhirat. Hal demikian
dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan
sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan sudah
menyatakan patuh dan tunduk kepada Tuhan.
Harun Nasution mengatakan bahwa Islam menurut istilah (islam sebagai agama), adalah
agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi

Muhammad SAW. Sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajawan yang bukan

hanya mengenal satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia.
Sementara itu, maulana Muhammad Ali mengatakan bahwa Islam adalah agama
perdamaian; dua ajaran pokoknya, yaitu kesesaan Allah dan Kesatuan atau persaudaraan umat
manusia menjadi bukti nyata, bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka kata Islam menurut istilah adalah mengacu
kepada agama yang bersumber pada wahyu yang datang dari Allah SWT, bukan berasal dari
manusia, dan bukan pula berasal dari Nabi Muhammad SAW. Posisi Nabi dalam ajaran Islam
diakui sebagai yang ditugasi oleh Allah untuk menyebarkan agama Islam tersebut kepada umat
manusia. Dalam proses penyebaran agama Islam nabi terlibat dalam member keterangan,
penjelasan, uraian, dan contoh prakteknya. Namuan keterlibatan ini masih dalam batas-batas
yang dibolehkan Tuhan.[4]

2. Sumber Pengetahuan
Wawasan tentang yang kudus telah menghilang dari konsepsi barat tentang pengetahuan
merupakan titik sentral dalam teori islam tentang pengetahuan. Sesungguhnya, yang
membedakan cara berpikir islami dari cara barat, adalah keyakinan yang tidak tergoyahkan dari
cara berpikir yang pertama bahwa Allah SWT berkuasa atas segala hal dan bahwa segala
sesuatunya, termasuk pengetahuan, berasal dari satu-satunya sumber yang tidak lain adalah Allah
SWT. Oleh karena itu sumber pengetahuan adalah yang kudus, maka tujuan pengetahuan itu
tidak lain adalah kesadaran mengenai yang kudus. Semua filsuf Muslim yang berpendidikan,

seperti Ibn Miskaweh (932-1030), Al Ghozali (1059-1111), Ibnu Khaldun (1332-1406), Shah
Wali Ullah (1703-1763) dan Allama Muhammad Iqbal, semuanya berpendapat bahwa sumber
semua pengetahuan, adalah yang kudus dan yang ilahi.[5]

Sumber agama islam atau kadang-kadang disebut sumber ajaran islam atau sumber pengetahuan
islam bersumber dari Al Quran yang memuat wahyu Allah dan Al Hadis yang memuat Sunnah
Nabi Muhammad SAW. Komponen utama agama islam (akidah, syariah, dan akhlak)
dikembangkan dengan akal pikiran yang memenuhi syarat untuk mengembangkannya. Dengan
kata lain, yang dikembangkan lebih lanjut supaya dapat dipahami manusia adalah wahyu Allah
dan Sunnah Rosulullah. Dengan demikian, sumber pengetahuan ajaran islam merupakan
pengembangan agama atau ajaran islam. Sumber utamanya sama yaitu al quran dan al hadits,
tetapi untuk ajaran islam ada sumber tambahan atau sumber pengembangan akal pikiran
manusia.
a.

Al Quran (wahyu)
Wahyu berasal dari kata Arab al wahy artinya suara, api, dan kecepatan. Disamping itu wahyu
juga mengandung makna bisikan, isyarat, tulisan, dan kitab. Namun dari sekian banyak arti itu,
wahyu lebih dikenal dalam arti :”apa yang disampaikan Allah kepada para nabi”. Dalam islam
wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada nabi muhammad saw. Semua tersimpan baik

dalam al quran, karena itu, berupa wahyu dalam bahasa arab. Al quran adalah sumber agama
islam pertama dan utama. Menurut keyakinan umat islam yang diakui kebenarannya oleh peneliti
ilmiah, al quran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) allah, sama benar dengan
yang disampaikan oleh malaikat jibril as kepada nabi muhammad saw sebagai rosul allah sedikit
demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di mekkah kemudian di madinah.
Tujuannya untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan
kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Didalam alquran secara gamblang menyatakan dalam bentuk sebuah cerita, bahwa pada awal
penciptaan , allah mengajarkan kepada adam nama benda-benda. Adam sebenarnya, merupakan
simbol manusia, sedangkan nama benda-benda berarti unsur-unsur pengetahuan, baik yang

duniawi maupun yang bukan duniawi. Ketika allah bertanya kepada malaikat mengenai nama
benda-benda, yang adam sudah mengetahuinya dapat mengatakannya, para malaikat itu mengaku
tidak tahu, karena seperti dengan tepat mereka katakan, mereka hanya mengetahui apa yang telah
diajarkan oleh Allah kepada mereka. Lalu Allah memerintahkan semua malaikat agar memberi
hormat kepada adam, yang mereka lakukan pula, kecuali setan yang membangkang dan oleh
karenanya mendapat kutukan. Dalam hal ini pun, memberi hormat merupakan simbol pengakuan
atas keunggulan. Adalah menarik untuk dicatat bahwa keunggulan adam atas malaikat itu
disebabkan oleh pengetahuan, nama benda-benda yang telah diajarkan Allah kepadanya, dan
bukan karena keshalehannya, para malaikat lebih unggul dari padanya. Yang perlu dicatat adalah

bahwa pengetahuan yang memberikan keunggulan kepada Adam adalah pengetahuan tentang
benda-benda seperti yang dikatakan oleh al quran dan bukan kesholehan beragama artinya
kesholehan beragama seperti yang lazim dipahami oleh orang awam. Terdapat di dalam al quran
ayat yang menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan itu menjadikan manusia lebih utama dari pada
malaikat, oleh karena itu pulalah, maka manusia dijadikan khalifah dibumi.dengan demikian, al
quran merupakan awal suatu kitab yang menerangkan tentang ilmu pengetahuan, dan agama
yang dikenal oleh sejarah manusia. Al quran menerangkan percobaan-percobaan laboratorium
sebagaimana dilakukan berbagai eksperimen sekarang ini.
b. Akal
Kata akal yang sudah menjadi kata indonesia itu berasal dari bahasa arab al aql artinya
pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu
pengetahuan). Dalam bahasa indonesia perkataan akal menjadi kata majemuk akal pikiran.
Perkataan akal dalam bahaa asalnya (arab) mengandung beberapa arti diantaranya mengikat dan
menahan. Makna akar katanya adalah ikatan. Ia juga mengandung arti mengerti, memahami, dan
berpikir. Para ahli filsafat dan ahli kalam mengartikan akal sebagai daya (kekuatan, tenaga)
untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang dapat membedakan antara

dirinya dengan orang lain, daya untuk mengabstrakan (menjadikan tidak berwujud) benda-benda
yang ditangkap oleh pancaindera.[6] Sumber pengetahuan yang lain adalah akal yang
mempunyai fungsi sangat besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Posisinya sangat tinggi

dalam Islam, ia berpotensi sebagai alat untuk berfikir, memahami dan mengambil kesimpulan,
khususnya dikalangan para filosof dibagi kepada dua yakni aktif dan teoritis dengan fungsinya
masing-masing. Akal aktif berkaitan dengan etika, sedangkan yang pokok akal teoritis
merupakan

fakultas

pemahaman.

Manusia dibedakan dari hewan oleh kecakapan mental yang luar biasa , yang tidak dimiliki oleh
hewan yakni akal. Akal mempunyai kemampuan bertanya secara kritis. Kelebihan yang paling
istimewa dari akal terletak pada kecakapan atau kemampuannya untuk menangkap kuiditas atau
esensi dari sesuatu yang diamati atau dipahaminya.
Prinsip-prinsip pokok yang berkenaan dengan akal menurut Ibnu Rusyd :
1. Akal aktif yang dinamakan al aqlu al fa’al (active intellect) adalah sumber dari segala akal
manusia, bersifat satu dan universal.
2. Akal manusia terdiri dari akal aktif dan akal kemungkinan yang dinamakan al aql bi al quwwah
(receptive intellect), jika akal yang aktif merupakan sumber, maka akal kemungkinan adalah
pikiran yang berkuasa sehari-hari terhadap diri manusia
3. Akaal dan jiwa manusia adalah satu, bersifat universal dan abadi. Jasmani manusia boleh

meninggal, tetapi akal dan jiwa tetap hidup, menjadi bebas dari jasmani yang kasar itu,
menyatukan diri dalam akal aktif yang menjadi induknya. Hal seperti itu disebut mono-psychim.
4. Akal manusia ada yang bersifat fi’ly, yaitu pemikiran yang praktis, dan ada pula yang bersifat
nadhary yaitu pemikiran mendalam dan teoritis yang memandang segala sesuatu dengan ilmu
pengetahuan.
5. Akal manusia (ratio) harus bebas dan berdiri sendiri di atas segala-galanya, sedangkan agama
dengan wahyu Tuhan merupakan penyempurna bagi akal itu.[7]
Melihat prinsip pokok itu, akal dapat dibagi menjadi dua, yaitu akal aktif dan akal kemungkinan.
Keduanya ada yang bersifat fi’ly yakni praktis dan nadhary yakni bersifat teoritis. Menurutnya
akal, jiwa, dan rasio merupakan tiga hal yang menyatu untuk memandang dan memahami segala
sesuatu dengan ikmu pengetahuan demi mencapai kebenaran.
c.

Rasa

Sebagai sumber atau ada yang mengatakan alat pengetahuan, indra tentu
sangat penting. Begitu pentingnya indra sehingga oleh aliran filsafat tertentu,
seperti empirisme, indra dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.
Indra adalah sumber awal mengenal alam sekeliling kita. Bahkan satu riwayat
menyatakan : “apabila seorang manusia kehilangan salah satu indranya, maka

ia telah kehilangan setengah ilmu”. Melalui mata manusia menangkap hal-hal
yang tampak apakah bentuk, keberadaan, sifat atau karakteristik benda-benda
yang ada di dunia. Melalui telinga dapat mendengar suara. Demikian juga
dengan indra perasa, kita bisa mengenal dimensi yang lain lagi dari objek-objek
dunia yaitu rasa, (masam, manis , asam, pahit dan lain-lain) yang tentunya
tidak dapat dilihat dan didengar oleh mata dan telinga .Indra peraba untuk
memegang. Tak kalah pentingnya juga indra penciuman yang dapat menyerap
aspek lain dari objek-objek fisik yaitu bau Setelah melihat fungsi indra sangat
besar pengaruhnya untuk mendapatkan pengetahuan. Persoalan sekarang,
cukupkah indra memenuhi kebutuhan akan ilmu sebagai pengetahuan tentang
sesuatu sebagaimana adanya?. Apakah misalnya penglihatan manusia telah
mampu memberikan pengetahuan tentang sebuah benda, katakanlah langit,
bulan, bintang ? Sepintas bisa dijawab ya, dapat dikatakan langit itu biru dan
bintang itu kecil. Namun apakah penglihatan kita melaporkan benda-benda itu
sendiri sebagaimana adanya atau semata-mata kesan yang tercerap oleh mata
belaka?. Apakah kesan-kesan inderawi itu sama dengan kenyataan? tidak,
ternyata indra itu terbatas. Banyak dorongan dan perintah bagi kaum muslimin
dalam Alquran untuk mengadakan pengamatan (observasi) dengan indera juga
penalaran dalam memahami alam.


3. Kriteria Kebenaran dalam Epistemologi Islam
Pandangan Islam akan kebenaran merujuk kepada landasan keimanan dan keyakinan
terhadap keadilan yang bersumber pada Al-Qur’an. Sebagaimana yang diutarakan oleh fazrur
rahman bahwa semangat dasar dari Al-qur’an adalah semangat moral, ide-ide keadilan social dan

ekonomi. Hokum moral adalah abadi, ia adalah “perintah Allah”. Manusia tak dapat membuat
dan memusnahkan hokum moral : ia harus menyerahkan diri kepadanya. Pernyataan ini
dinamakan Islam dan Implementasinya dalam kehidupan di sebut Ibadah atau pengabdian
kepada Allah. Tetapi hokum moral dan nilai-nilai spiritual, untuk bisa dilaksanakan haruslah
diketahui.
Dalam kajian epistemologi Islam dijumpai beberapa teori tentang kebenaran :
a.

Teori Korespondensi
Menurut teori ini suatu posisi atau pengertian itu benar adalah apabila terdapat suatu fakta
bersesuaian, yang beralasan dengan realitas, yang serasi dengan situasi actual, maka kebenaran
adalah sesuai fakta dan sesuatu yang selaras dengan situasi akal yang diberinya interpretasi.

b.

Teori Konsistensi
Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan
suatu yang lain yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri.
Dengan kata lain, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan-putusan yang baik dengan
putusan lainnya yang telah kita ketahui dan diakui benar terlebih dahulu, jadi sesuatu itu benar,
hubungan itu saling berhubungan dengan kebenaran sebelumnya.

c.

Teori Prakmatis
Teori ini mengemukakan benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau semata-mata tergantung kepada
berfaedah tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk berfaedah dalam
kehidupannya.[8]

4. Peranan dan Fungsi Pengetahuan Islam
Ilmu atau pengetahuan dalam Islam mempunyai peran dan fungsi yang cukup penting.
Tak dapat dipungkiri keberadaan ilmu menempati posisi sangat tinggi karena mempunyai peran
dan pengaruh cukup besar pada perkembangan, perubahan dan kemajuan umat manusia.

Jalaluddin Rakhmat mengungkap peran penting ilmu menurut Islam antara lain :
a. Ilmu pengertahuan harus berusaha menemukan keteraturan (sistem), hubungan sebab akibat
dan tujuan dialam semesta. Dalam banyak ayat Alquran dijelaskan bahwa alam ini diurus oleh
pengurus dan pencipta yang tunggal, karena itu tidak pernah ada kerancuan (tahafut) di
dalamnya. Alam bergerak menuju tujuan tertentu, karena Allah tidak menciptakannya untuk
main-main dan bukan perbuatan sia-sia. Keteraturan dalam ilmu biasanya disebut hukum-hukum
yang terdapat dalam afaq disebut alquran sebagai qadar atau takdir sedangkan aturan dalam
anfus dan tarikh disebut sebagai sunnatullah.
b. Ilmu harus dikembangkan untuk mengambil manfaat dalam rangka mengabdi kepada Allah
sebab Allah telah menundukkan matahari, bulan, bintang dan segala yang langit dan dibumi
untuk manusia.
c. Ilmu harus dikembangkan dengan tidak menimbulkan kerusakan baik afaq atau anfus.
Adapun fungsi ilmu menurut RBS. Fubyartana sebagaimana dikutip Endang Saifuddin
Anshari antara lain:
a. fungsi Deskriptis : menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau masalah
sehingga mudah dipelajari oleh peneliti
b. Fungsi pengembangan : Melanjutkan hasil penemuan yang lalu yang menemukan hasil ilmu
pengetahuan yang baru
c. Fungsi prediksi : meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga manusia
dapat mengambil tindakan-tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya
d. Fungsi kontrol : berusaha mengendalikan peristiwa-peristiwa yang tidak dikehendaki.
Dalam Ensiklopedi, Dawam Raharjo menyatakan satu fungsi ilmu yakni, perbaikan atau
pembaharuan, dalam istilah Alquran “ishlah” .Mahdi Ghulsyani menerangkan manfaat ilmu
antara lain :

a.

Ilmu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang akan Allah.

b. Ilmu dengan efektif dapat membantu mengembangkan masyarakat Islam dan merealisasikan
tujuan-tujuannya.
c. Dapat membimbing orang lain.
d. Dapat memecahkan berbagai problem masyarakat.
Terakhir, seraya mengutip pandangan Murtadha Muthahhari, Quraisy Shihab menyingkap
hubungan penting antara ilmu pengetahuan dan agama sebagai berikut :
a.

Ilmu mempercepat anda sampai ke tujuan, agama menentukan arah yang dituju.

b.

Ilmu menyesuaikan manusia dengan lingkungannya dan agama menyesuaikan dengan jati
dirinya.

c.

Ilmu hiasan lahir dan agama hiasan batin

d.

Ilmu memberikan kekuatan dan menerangi jalan dan agama memberi harapan dan dorongan
bagi jiwa

e.

Ilmu menjawab pertanyaan yang dimulai dengan “bagaimana” dan agama menjawab yang
dimulai dengan “mengapa”.

f.

Ilmu tidak jarang mengeruhkan pikiran pemeluknya, sedangkan agama selalu menenangkan
jiwa pemeluknya yang tulus.[9]