menembus ruang dan waktu

Menembus Ruang dan Waktu
Direfleksikan oleh Fitriani, S.Pd, 15709251067
PPs Prodi Pendidikan Matematika A 2015, Sabtu, 31 Oktober 2015
http://batukehidupan.blogspot.co.id/2015/10/membangun-filsafat-denganmenembus.html
Diperbaiki oleh Marsigit

Assalamualaikum wr.wb
Pada pertemuan ke-7 Perkuliahan Filsafat Ilmu dengan dosen
pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A. di hari Selasa tanggal 27 Oktober
2015 pukul 11.10 s.d. 12.50 di ruang 305B Gudung lama
Pascasarjana. Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya Beliau
memulai pertemuannya dengan berdoa bersama menurut agama dan
kepercayaan masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan tes jawab
singkat dengan topik “Membangun Filsafat dengan Menembus Dimensi
Ruang dan Waktu” adapun bentuk-bentuk dari pertanyaan Beliau
seperti berikut:
Pertanyaan 1 dari Azmi Yunianti
Setelah beberapa kali mengikuti ujian filsafat, nilai yang saya
dapatkan memprihatinkan. Menjawab dengan berfikir saja salah,
apalagi tidak? Sebenarnya apakah sih yang salah dari saya pak,
apakah karena fikiran saya atau bagaimana?

Jawaban dari Beliau Bapak Prof. Marsigit M.A
Mendapatkan nilai yang jelek itu adalah benar di dalam filsafat, karena
engkau belum membacanya. Nilai yang jelek itu merupakan contoh
dari Fallibilisme, singkatnya Salah itu Benar.
Fallibilisme adalah prinsip filosofis bahwa manusia bisa salah. Istilah
ini diambil dari kata latin abad tengah Fallibilis. Konsep ini sangat
penting bagi ilmu pengetahuan, ini dikarenakan ilmu pengetahuan
mencari validitas kebenaran. Karena itu mereka mengharapkan suatu
pengetahuan menjadi seakurat mungkin.
Dengan adanya paham tersebut memberikan pemaham kita sebagai
pendidik ketika mendapatkan “ANAK YANG MELAKUKAN KESALAHAN”
merupakan “KEBENARAN DALAM FILSAFAT” karena berdasarkan
faham Fallibilisme tersebut Beliau Bapak Marsigit menyebutkan bahwa

“SALAH ITU BENAR DALAM FILSAFAT” jadi janganlah tergesa
menyalahkan anak jika Salah dalam menjawab pertanyaan. Karena
jika dia belum belajar, maka jawabannya yang Salah menjadi Benar
dalam keadaannya. Jika engkau belum membaca Elegi-elegi, maka
adalah Benar jika nilai anda adalah nol. Maka sebenar-benar Fallibisme
adalah aliran filsafat yang sangat berguna untuk melindungi objek dari

ketersemena-menaan Subjekya; untuk melindungi siswa SD dari
ketersemena-menaanya gurunya. Jikalau seorang guru belum
memberi fasilitas belajar, belum memberi pengalaman belajar, belum
memberi kesempatan bekerjasama, maka jangan berharap siswanya
akan menjawab benar dari setiap pertanyaan-pertanyaannya.
Terkait dengan nilai yang belum meningkat, ini merupakan pertanda
bahwa “Anda Masih perlu memperbanyak Bacaan” karena dalam tes
yang saya buat ini,
bukan hanya mengukur kemampuan tetapi
sebagai pembelajaran bahwa ternyata “MENYADARI BAHWA AKU
BELUM FAHAM ITU PENTING”. Oleh karena itu agar nilai dapat
meningkat maka tingkatkanlah bacaan sehingga nantinya dapat
berfikir isomorfis dengan saya (Beliau Bapak Prof. Marsigit). Jika
engkau ingin belajar filsafat kepada saya, maka pelajarilah pikiranpikiran saya; dan pikiran-pikiran saya semuanya sudah saya tuangkan
dalam Elegi-elegi.
Berfikir isomorfis merupakan pemikiran yang sepadan yang
menggambarkan pemetaan satu-satu. Misalnya pemikiran seseorang
mengatakan bahwa di Indonesia ada Jakarta, di benua Kutub ada
beruang merupakan contoh pemikiran Isomorfis. Setiap orang dapat
mengatakan apa yang difikirkannya kecuali orang yang mabuk, pikun

dan gila. Maka pikiran dua orang bersifat Isomorpis, pikiran banyak
orang juga bersifat Isomorpis, bahkan pikiranmu dengan Dunia ini
juga Isomorpis. Pertanda bahwa pikiran kita saling berisomorpis
adalah sama-sama adanya pengertian Jakarta misalnya, di dala pikiran
kita. Aku punya konsep orang tua, orang muda, saudara, anak, adik,
keluarga, dst; maka pikiranmu juga mempunyai konsep orang tua,
orang muda, saudara, anak, adik, keluarga, dst. Itulah bahwa pikiran
kita saling berisomorpis.
Yang menjadi persoalan adalah bahwa ternyata Isomorpisma itu
mempunyai derajadnya atau kadarnya, jadi kita mempunyai
isomorpisma umum, isomorpisma khusus. Maka diriku dan dirimua
yang sedang belajar filsafat kepadaku selalu berusaha meningkatkan

saling kesepahaman dengan mengingkatkan kadar isomrpisma
masing-asing, sehingga yang ada dalam pikiranku juga ada dalam
pikiranmu dan sebaliknya. Namun manusia, karena keterbatasannya,
tidak dapat mencapai Isomorpisma absolut; kita hanya berusaha
menggapainya. Sebanar-benar sifat Absolut adalah hanya milik Tuhan
saja.
Dengan demikian, tujuan diadakannya tes filsafat adalah agar

seseorang dapat rendah hati dalam bidang keilmuan. Namun, perlu
diketahun bahwa rendah hati tidak sama dengan rendah diri. Rendah
hati maksudnya adalah agar seseorang tidak merasa sombong dalam
menuntut ilmu. Ketahuilah bahwa “DI ATAS LANGIT MASIH ADA
LANGIT”. Di dalam tingkatan normatif pemikiran, ketika seseorang
yang merasa sombong di dalam dirinya maka seseorang tersebut telah
terkena
MITOS.
Kerena
setinggi-tingginya
pemikiran
maka
ancamannya adalah MITOS. Kerena dalam berpikir seseorang
mempunyai batas yaitu Spiritual. Ada kalanya seseorang ketika berada
dalam tingkatan spiritual maka pikiran seseorang harus terhenti dan
diturunkan ke hati, contohnya ketika proses ibadah. Proses ibadah
yang dimaksud terkhususnya adalah do’a. Doa yang diteruskan dari
pemikiran yang terhenti akan diteruskan ke hati sehingga akan diambil
alih oleh Sang Maha Kuasa.
Sebenar-benar do’a adalah ketika kita hijrah dari kesadaran doa

menuju kesadaran hati, di mana pikiran kita tidak mampu lagi
memikirkan doa-doa kita, tetapi harapannya doa kita sudah diambil
alih oleh Allah SWT. Amin. Sebenar-benar filsafat adalah diri kita
sendiri, maka kita menemukan terminologi Kesadaran Hati. Jika kita
ekstensikan maka kita akan menemukan lagi Kecerdasan Hati, Ilmu
Hati, Metode Hati, …dst. Itu hanya dapat dipahami dengan spiritualitas
kita masing-masing. Sedangkan terminologi yang dihasilkan sematamata menunjukkan keterbatasan bahasa atau ungkapan untuk
menggambarkan Dunia Hati. Jangankan bahasa atau istilah,
sedangkan pikiran kita juga tidak akan tuntas mampu mengetahui
relung hati kita masing-masing.
Berdasarkan pengalaman Beliau Bapak Marsigit yang telah itikaf di
mesjid dibimbing oleh para SUFI selama beberapa hari hanya untuk
memperbaiki ibadah, tata cara sholat, doa dan sebagainya sehingga
Beliau dapat mengetahui bahwa ada fase dimana pemikiran berhenti
dan diteruskan ke hati. dan doa tersebut diambil alih oleh sang Maha

Kuasa. “Doa kok hitung-hitungan” doa merupakan harapan setiap
manusia dengan doa maka manusia memiliki harapan, sebenar-benar
doa adalah memohon ampun kepadaNya dan memanggil namaNya.
Pertanyaan 2 dari Evvy Lusiana

Bagaimana pandangan filsafat tentang pemimpin yang sesuai ruang
dan waktu?
Jawaban dari Beliau Bapak Prof. Marsigit M.A
Mengenai pemimpin berarti ada pemimpin dan ada yang dipimpin
termasuk struktur dunia yang lengkap berdimensi. Tingkatan
pemimpin lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatan orang yang
dipimpin. Pemimpin merupakan dewa bagi orang yang dipimpin.
Sehingga Logika Para Dewa berarti Logika Para Pemimpin. Contohnya
“KAMU MERUPAKAN DEWA BAGI ADIKMU DAN ADIKMU MERUPAKAN
PREDIKAT (DAKSA) BAGI DIRIMU”. Sehingga divisualisasikan dalam
bentuk perwayangan atau cerita sehingga berbicara yang berkaitan
dengan Para Dewa pun sebenarnya juga berstruktur seperti ada Dewa
Raja, ada Dewa Prajurit, ada Dewa Perdana Menteri, ada Dewa Lurah
dan seterusnya. Oleh karena itu, masing-masing memiliki logika Para
Dewa, kontradiksi Para Dewa, kesalahan Para Dewa dan seterusnya.
Mengenai pemimpin yang sesuai dengan ruang dan waktu yang baik
berarti dapat dianalogikan sebagai hubungan antara subyek dan
predikat yang mempunya dimensi yang lebih tinggi. Pemimpin adalah
subyek, tugasnya sebagai pemimpin para predikat. Maka masingmasing dari kita adalah pemimpin dari sifat-sifat kita masing-masing.
Menjadi pemimpin yang baik harus memenuhi dimensi yang lebih

tinggi maka pikiran lebih luas dan dalam serta pengalaman yang lebih
luas dan mendalam. Baik secara fisik seorang pemimpin harus kuat.
Secara formalnya, misalnya dengan melanjutkan pendidikan S2 bagi
pemimpin merupakan peningkatan dimensi untuk menjadi pemimpin
yang baik yang merupakan indikator titik point peningkatan dimensi.
Sebenar-benar hidup adalah peningkatan dimensi menuju dimensi
yang lebih baik. Manusia hidup menuju dimensi yang lebih baik dalam
fenomena garis lurus dalam siklik yang berputar. Pada perputaran
siklik ada fase dimana manusia menjumpai peristiwa yang sama,
misalnya selalu mengalami keadaan Hari Minggi tiap minggunya,

manusia lupa ketika telah lanjut usia dan kembali ke sifat kekanakkanakan. Hal ini berarti dalam hidup anda tidak berarti bahwa Anda
akan semakin hebat melainkan ada fase dimana Anda lupa atau
menjadi pikun. Fase siklik dari kehidupan yang terluar adalah adalah
spiritual. Fase siklik ini bagi dunia timur atau spiritualisme, merupakan
wadahnya bagi manusia untuk menyukuri hidup; maka orang
bijaksana di timur adalah orang yang pandai bersyukur. Fase siklik
inilah yang tidak dimiliki oleh negeri negeri Barat. Fase kehidupan
negeri Barat merupakan diagram lurus (open ended) yang memiliki
ended yang terbuka sehingga tidak mengerti hidupnya mau kemana

ujungnya mau kemana dan tujuannya kemana; dengan filsafat hidup
mencari terus dan terus mencari. Maka bijaksana menurut dunia barat
adalah manusia yang sedang mencari.
Siklik terluar di negeri kita adalah Spriritualitasme yang berpengang
teguh pada keyakian masing-masing dan berbasis serta dipayungi oleh
spriritualisme masing-masing. Sehebat-hebat pikiran dan sepusingpusing pikiran maka berhentilah dan mulai mengambil air wudhu
kemudian sholat bagi umat muslim dan beribadah yang lain sesuai
dengan keyakinan agama masing-masing. Siklikkanlah pikiran dan
kegiatan anda sehingga mampu menghayati karunia dan kebesaran
Tuhan.
Jika fenomena siklik kita ditambah unsur linear maka itulah yang
namanya fenomena hidup maju berkelanjutan, ituleh hermenitika
hidup yaitu terjemah dan diterjemahkan. Sebenar-benar hermenitika
hidup itulah metode hidup yang sesuai dengansunatullah atau kodrat
tuhan; wujudnya dalam masyarakat adalah saling bersilaturakhim.
Inilah harta karun dunia timur yang belum digali. Jika digali dan
dikembangkan maka kita akan mempunyai metode pembelajaran
dengan Metode Silaturakhim. Mengapa tidak? Renungkanlah
Sifat pemimpin dianalogikan sebagai hubungan subyek dan predikat.
Bagaimana seorang pemimping megeloha sifat-sifatnya. Contohnya

memiliki kulit sawo matang, berambut keriting, berbadan kurus, dan
seterusnya yang berjumlah semilyar pangkat semilyar lebih sifat yang
ada pada diri pemimpin, belum lagi sifat-sifat yang ada di luar diri
pemimpin.
Maka sebenar-benar manusia adalah tidak ada yang lengkap dan
sempurna memiliki sifat. Misalnya penglihatan manusia yang tidak

lengkap merupakan sifat yang mesti disyukuri sebab jika manusia
memiliki penglihatan yang lengkap maka manusia tidak akan hidup
dengan tenang bahkan salalu pingsan jika memandang sesama.
Sehingga sebenar-benar manusia memiliki sifat determinis yaitu
menjatuhkan sifat tertentu kepada suatu sifat tertentu pula. Sipemilik
sifat diterminis adalah Subjek, yang dijatuhi sifat diterminis adalah
objeknya. Maka godaan yang paling besar dari seorang pemimpin
(sebagai subjek) adalah menggunakan kuasanya terhadap objeknya.
Godaan terbesar seorang guru adalah menjatuhkan sifat kepada
murid-muridnya, dimana sifat yang dijatuhkan belum tentu cocok
dengan keadannya. Itulah maka sebagian dosa-dosa kita adalah
dikarenakan sifat diterminis kita.
Secara netral kita bisa determin dengan menyebutnya si A tinggi, si B

jangkung dst; tetapi kategori tinggi di Indonesia belum tentu kategori
tinggi di negara lain seperti pemain basket Amerika. Maka dalam
menjalani hidup ini khususnya pemimpin haruslah berhati-hati tidak
boleh semena-mena menjatuhkan sifat orang yang dipimpin, karena
sifat yang dijatuhkan jika tidak tepat, maka dampaknya bisa sangat
besar bagi objeknya. Jatuhnya sebuah sifat itu merupakan fenomena
abstraksi, karena manusia tidak mungkin memikirkan semua sifat,
melainkan hanya sedikit sifat sesuai yang mampu dipikirkan sesuai
keadaan subjektif dirinya. Sehingga menjadi seorang pemimpin yang
ideal perlu mengamalkan ayat-ayat Spiritualitas kepemimpinan yang
ada.
Pertanyaan 3 dari Tri Rahma Silviani
Dalam mengolah pikir dalam menembus ruang dan waktu tentang olah
pikir yang menembus dunia. Bagaimanakan agar dapat menembus
ruang dan waktu itu dengan ikhlas?
Jawaban Beliau Bapak Prof.Marsigit M.A
Caranya adalah sesuai dengan hukum Tuhan dan SunnatullahNya
beserta kondratnya yang dimana ikhlas juga termasuk kodratNya.
Maka definisi ikhlas menurut Beliau dimulai dari level bawah dari
Spiritual dalam filsafat merupakan keikhlasan itu menembus ruang

dan waktu. seperti ikhlasnya batu menembus ruang dan waktu, yang
tidak satupun batu yang protes dalam menjalani kehidupannya. Maka
sebenar-benar keikhlasan menembus ruang dan waktu adalah

KEIKHLASAN ITU SENDIRI. Karena keihlasan merupakan salah satu
kodrat Tuhan maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kodratnya. Ketika
ada pemaksaan kehendak itulah yang disebut tidak ikhlas dimana
keadaan yang salah dalam menembus ruang dan waktu. Misalnya
ruangan menjadi gelap disebabkan ada bom merupakan contoh salah
ruang dan waktu karena merupakan kejadian yang dipaksa agar
gelap. Itulah contoh tidak ikhlas. Ikhlas adalah unsurnya surga dan
tidak ikhlas adalah unsurnya neraka.
Secara
materialnya,
normatifnya,
formalnya
sampai
kepada
Spiritualnya dalam menembus ruang dan waktu itu, semua terjadi
karena keikhlasan. Jadi saya mendefinisikan keikhlasan secara filsafat
adalah keikhlasan perihal atau untuk semua yang ada dan yang
mungkin ada di dalam menembus ruang dan waktunya. Sehingga
kejadian seperti hari kiamat pun merupakan keikhlasan jika itu sudah
merupaka suratan takdir. Tetapi manusia bisa saja mengalami
ketidakikhlasan meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Misal ketika
sengaja minum obat overdosis, bisa saja dunia subjektifnya kemudian
mempunyai 2(dua) matahari, matahari terbit dari selatan..dst. Itu
adalah fenomena tidak ikhlas. Maka sebenar-benar tidak ikhlas adalah
perbuatan unsur-unsurnya syaiton. Na’u dzubillah mindalik. Maka
bangunlah hidup yang sebenar-benar sesuai dengan ruang dan waktu
adalah dengan melakukan silaturahim, komunikasi, kemandirian dan
hal lainnya dengan ikhlas agar dapat menembus ruang dan waktu
dengan benar.
Pertanyaan 4 dari Fitriani
Apa bedanya Para Dewa dengan Power Now?
Jawaban Beliau Bapak Prof Marsigit, M.A
Ayam itu Dewanya Cacing
Cacing itu Dewanya Tanah
Kakak Dewanya Adeknya
Engkau Dewa dari Kendaraamu
Mentri merupakan Dewanya Dosen
Pengulu merupakan Dewa pernikahan
Maka sebenar-benar yang dimaksud para Dewa adalah subjeknya.
Sehingga di dunia ini Amerika itu merupakan negara Dewa. Sama
halnya dengan Rusia dan Cina merupakan negara para DEWA karena

memiliki senjata nuklir yang dimana bisa atau mampu menghancurkan
sebuah negara dengan senjata nuklirnya. Sehingga kumpulan ilmu
politik, sosio politik, dan seterusnya jadilah istilah POWER NOW yang
dibuat oleh negara-negara dewa tersebut. Tingkatannya dari dimensi
yang rendah meliputi Archaic, Tribal, Tradisional, Feudal, Modern, Pos
Modern dan Power Now. Maka sebenar-benar yang terjadi adalah
bahwa Tribal adalah dewanya para Archaic, Tradisional adalah
dewanya para Tribal, Feudal adalah dewanya para Tradisional, Modern
adalah dewanya para Feudal dan Pos Modern adalah dewanya para
Modern ..demikian seterusnya.

Dimulai dengan peradaban Archaic yang merupakan kehidupan
manusia pada zaman batu kemudian Tribal yang merupakan
masyarakat pedalaman dilanjutkan tradisional, modern dan Power
Now. Istilah modern yang sebenarnya telah ada pada masa 1700an
pada masa Rene Decrates pada masa kontemporer. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa dewanya adalah Barat Obama sedangkan Power
Now adalah kekuasaan dari negara Dewa tersebut.
Pertanyaan 5 dari Nur Afni R N
Apa bedanya Power Now dengan Super Power?
Jawaban Beliau Bapak Marsigit M.A
Power Now itu digambarkan denga orang yang super maka tidak
cukup kalau wajahnya cuma satu. Sehingga yang dilakukan oleh super
power dalam perwayangan yaitu Prabu Arwana dengan banyak muka
sehingga dikatakan Dasa Muka. Dasa muka meunjukkan hidup yang
standar ganda. Jika mukanya satu maka standarnya satu kalau
mukanya 10 maka standarnya 10 untuk memanipulasi ruang dan
waktu. jangankan mukanya 10, orang yang mukanya 1 saja bisa
punya banyak standar. Oleh karena itu, di daerah bergaul dengan
negara-negara Super Power dan sebagainya selalu menerapkan
standar ganda. Dasa Muka sebagai lambang keburukan Prabu
Rahwana; namun jangan dikira, hanya melalui kajian filsafatlah bahwa
kita sebetulnya juga menemukan Prabu Ramawijawa (lambang
kebaikan) akan mempunyai Dasa Muka dalam tanda petik.
Dikarenakan khasanah kebaikan maka yang demikian tidak perlu
diekspos supaya sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Jika

Prabu Ramawijaya tidak mempunyai sifat Dasa Muka pula maka dia
tidak akan mampu mengalahkan Prabu Rahwana. Maka sebenar-benar
sifat Dasa Muka atau Multifacet adalah berdimensi dan berstruktur.
Setiap manusia mempunyai fatal (takdir) dan potensi (ikhtiar) untuk
bersifat multifacet. Maka multifacet adalah struktur dan dimensinya
dunianya manusia masing-masing; tanpa itu maka manusia tidak akan
mampu menembus ruang dan waktu.
Standar ganda merupakan dua sisi yang berlainan seperti disisi lain
ingin membantu namun di sisi lain ingin mengambil keuntungan.
Sehingga sebenarnya menggambarkan standar ganda dengan
menggunakan kata ganda pun tidak cukup sehingga diganti Multi
Standar. Di dalam dunia perwayangan, Dunia jahat dikalahkan oleh
kebaikan diibaratkan dengan Prabu Wijaya yang dibantu oleh
Hanoman. Sehingga dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidk boleh
hanya berperan satu atau dua saja dalam hidup ini. Misanya mulfaset
mimik wajah yeng bisa sedih dan gembira, cemberut, sendara dan
sebagainya. Maka sifat multifacet atau sifat ganda atau standar ganda
atau standar multiple sekalipun itu dapat negatif dapat positif. Standar
ganda yang negatif seperti sifat Prabu Rahwana atau negeri
Superpower; standar ganda positif adalah untuk kebaikan dan
kemaslahatan
umat.
Sebenar-benar
standar
ganda
adalah
kontradiktifnya filsafat; itulah sifat dunia.
Pertanyaan 6 dari Retno Kusuma Dewi
Bagaimanakah filsafat memandang perbedaan agama?
Jawaban Beliau Prof Marsigit M.A
Perbedaan agama merupakan suatu hal yang berdimensi dan berlevel.
Sesuai dengan tingkatannya yaitu Material, Formal, Normatif dan
Spiritual. Masing-masing mempunyai dimensi dan level yang sesuai
dengan ruang dan waktu. Seperti halnya ibadah, seorang muslim tidak
dapat mengajak seseorang yang beragama lain untuk mengikuti
ibadah ke masjid, begitu juga sebaliknya. Ibadah jika diturunkan akan
menjadi Ilmu-ilmu bidang seperti politik, tata negara. Dalam falsafah
Pancasila terdapat monodualisme yaitu HABLUMMINALLAH yang
merupakan hubungan antara makhluk denga makhluknya dan
HABLUMMINANNAS meupakan hubungan dengan sesama manusia.

Sehingga dalam Pancasila relevan mencerminkan bangsa Indonesia
yaitu toleran yang meghargai perbedaan.
Sebenar-benar manusia di bumi ini adalah tidak ada yang sama.
Semua memiliki skope masing-masing yang membedakan antara yang
satudengan yang lainya baik skope agama, keluarga, kuliah, tugas,
fungsi dan sifat-sifat yang ADA dan MUNGKIN ADA. Semua memiliki
budaya tersendiri. Budaya dapat menambah pengetahuan. Budaya
yang satu dengan budaya yang lain dapat membentuk chemistri,
dapat dipikirkan, dapat diinginkan dan dapat dilakukan. Maka
kontradiksi itu hanya dipikiran saja namun tetaplah damai dalam hati.
Filsafat adalah dirimu sendiri, maka bangunlah dirimu sendiri dengan
memperbanyak bacaan dengan bacaan yang dipilih.
Wassalamualaikum wr.wb