Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma tabooSearch Di SMPN1 TelukJambe-Karawang
SKRIPSI
Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia
IWAN SAEPUDIN
10104286
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
iii
Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran Menggunakan Metode Algoritma Taboosearch di SMPN1 Telukjambe-Karawang“
Sebagai perwujudan rasa syukur dan penghormatan atas selesainya tugas
akhir ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan dan dukungan yang telah di berikan. Terutama di tujukan kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat yang tak terhingga,
terutama nikmat kesehatan.
2. Orang Tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi baik
moril maupun materil, doa restu dan kasih sayang yang tiada hentinya.
3. Istriku tercinta Windika Larasati yang selalu memberikan dukungan moril,
serta selalu memberikan kasih sayangnya kepada penulis
4. Anak – anakku tersayang Firastama Saepudin (3) dan Ciko Fazrin Saepudin
(1) yang selalu membuat penulis tersenyum dikala sedang cape.
5. Mr_Zay yang selalu mendukung penulis selama kuliah dan skripsi.
6. Adik-adikku tercinta yang selalu memberi dukungan.
7. Bapak Andry Alamsyah selaku pembimbing yang telah memberikan
(3)
iv
dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung.
10.Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika
Universitas Komputer Indonesia Bandung.
11.Bapak Andri Heryandi S.T. Selaku Dosen Wali
12.Segenap dosen, staf dan karyawan pada Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
13.Bapak Rahmat Selaku Koordinator Perpustakaan PT.Pos Indonesia Bandung.
14.Seluruh keluarga sekalian atas segala dukungannya.
15.Johns atas bantuannya dalam pembuatan tugas akhir ini.
16.Teman Seperjuangan (Very, Kahfi, Awonk, Ivan, Diki januarsyah, Arif , Anto,
Yogi, Jajat, John,Dian dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu) GO SABUGA..!!!!
17.Teman IF-6 dan semua temanku yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu, terima kasih atas bantuan, doa, kebersamaan, pengalaman dan batuan
selama ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
bagi mahasiswa/i pada umumnya, serta bisa menambah wawasan dan
pengetahuan di bidang teknologi informasi.
Bandung, Agustus 2010
(4)
v
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK……… i
ABSTRACT………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
DAFTAR ISI……… v
DAFTAR TABEL ……….. xi
DAFTAR GAMBAR………..……… xii
DAFTAR SIMBOL………..………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN………..………. xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Identifikasi Masalah……….. 2
1.3 Maksud dan Tujuan………... 2
1.4 Batasan Masalah……… 3
1.5 Metodologi Penelitian………... 3
1.6 Sistematika Penulisan……… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tempat Penelitian……….. 8
2.1.1 Sejarah SMPN1 Telukjambe... 8
2..1.2 Struktur Organisasi... 9
2.1.3 Visi dan Misi... 9
2.2 Konsep Dasar Sistem...………..
2.2.1 Karakteristik Sistem... 2.2.2 Klasifikasi Sistem... 2.2.3 Konsep Dasar Sistem... 2.2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi...
10 10 13 14 18
(5)
vi
2.3.3 Perancangan Sistem... 2.3.3.1 Basis Data... 2.3.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD)... 2.3.3.3 Kamus Data... 2.3.3.4 Model – model SDLC...
26 26 27 29 29 2.4 Perangkat Lunak Penunjang...
2.4.1 Visual Basic... 2.4.2 Microsoft Access... 2.4.3 Algoritma Taboosearch... 2.4.4 Ide Dasar Taboosearch... 2.4.5 Graf... 2.4.5.1 Definisi Graf... 2.4.5.2 Jenis – jenis Graf... 2.4.5.3 Model Matematis Graf Sebagai Representasi...
32 32 33 34 36 42 42 43 45
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1 Analisis Sistem………... 46
3.1.1 Analisis Sistem Yang Sedang Berjalan………...……... 46
3.1.2 Analisis Penjadualan Manual... 3.1.2.1 Data Masukan... 3.1.2.2 Data Yang Sudah Terjadual Secara Manual... 3.1.2.3 Kesimpulan Hasil Analisis...
50 50 57 64
(6)
vii
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
4.1 Implementasi Sistem... 110
4.1.1 Perangkat Keras………... 110
4.1.2 Perangkat Lunak………... 110
4.1.3 Implementasi Database……… 110
4.1.4 Implementasi Algoritma Taboosearch... 4.1.5 Implementasi Antarmuka Simulasi Penjadualan... 4.1.6 Tampilan Antarmuka Program Simulasi... 111 112 113 4.2 Pengujian... 117
4.2.1 Rencana Pengujian Program Simulasi... 117
4.2.2 Pengujian Alpha... 4.2.2.1 Pengujian Login... 4.2.2.2 Pengujian Pengolahan Data Kelas... 4.2.2.3 Pengujian Pengolahan Data Guru... 4.2.2.4 Pengujian Pengolahan Data Mata Pelajaran... 4.2.2.5 Pengujian Pengolahan Data Waktu... 4.2.2.6 Pengujian Pengolahan Data Ruang... 118 118 119 120 122 123 124 3.2.2.1 Penetapan Parameter... 3.2.2.2 Pembentukan Node... 3.2.2.3 Proses Taboosearch... 67 68 69 3.2.3 Analisis Kebutuhan Sistem... 3.2.3.1 Analisis Perangkat Keras... 3.2.3.2 Analisis Perangkat Lunak... 71 71 72 3.2.4 Perancangan Prosedural... 95
3.2.5 Tampilan Menu Pesan... 100
(7)
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………... 131 5.2 Saran………. 132
(8)
xii
Gambar 1.1 Model sekunsial linear (Waterfull)……… 5
Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMPN1 Telukjambe Karawang... 9
Gambar 2.2 Model Sistem Sederhana………... 10
Gambar 2.3 Hubungan Data dan Informasi………....………. 15
Gambar 2.4 Siklus Informasi……… 16
Gambar 2.5 Kegiatan Sistem Informasi………... 20
Gambar 2.6 Graf sederhana dan Graf Ganda... 43
Gambar 2.7 Graf sebagai Representasi Constraint... 46
Gambar 3.1 Flowmap Prosedur Permintaan Kesediaan Mengajar... 48
Gambar 3.2 Flowmap Pembentukan Jadual Mata Pelajaran... 50
Gambar 3.3 Representasi Tiga Komponen Penjadualan... 67
Gambar 3.4 Pembentukan node dalam sebuah taboolis... 68
Gambar 3.5 Penggalan node-node yang terbentuk... 69
Gambar 3.6 Penelusuran dan Penempatan node pada taboolist... 71
Gambar 3.7 ERD Aplikasi Penjadualan... 73
Gambar 3.8 Diagram Konteks... 74
Gambar 3.9 DFD Level 0... 75
Gambar 3.10 DFD Level 1 proses 2.0... 76
Gambar 3.11 DFD Level 1 Proses 2 Pengolahan Data Master………... 74
Gambar 3.12 DFD Level 2 Proses 2.1 Pengolahan Data Kelas……... 77
Gambar 3.13 DFD Level 2 Proses 2.3 Pengolahan Mata Pelajaran... 78
Gambar 3.14 DFD Level 2 Proses 2.4 Pengolahan Data Waktu... 78
Gambar 3.15 DFD Level 2 Proses 2.5 Pengolahan Data Kurikulum.. 79
Gambar 3.16 DFD Level 2 Proses 2.6 Pengolahan Data Ajaran….. 79
(9)
xiii
Gambar 3.23 Perancangan Tampilan Kelas... 96
Gambar 3.24 Perancangan Tampilan Guru... 97
Gambar 3.25 Perancangan Tampilan Mata Pelajaran…………...…… 97
Gambar 3.26 Perancangan Tampilan Waktu... 98
Gambar 3.27 Perancangan Tampilan Ruang……….. 98
Gambar 3.28 Perancangan Tampilan Kesediaan... 99
Gambar 3.29 Flowchart Login...……….. 101
Gambar 3.30 Flowchart Masukan Data Kelas... 102
Gambar 3.31 Flowchart Masukan Data Guru... 102
Gambar 3.32 Flowchart Masukan Data Mata Pelajaran... 103
Gambar 3.33 Flowchart Masukan Data Waktu... 104
Gambar 3.34 Flowchart Masukan Data Ruang... 105
Gambar 3.35 Flowchart Masukan Data Kesediaan... 105
Gambar 3.38 Flowchart Proses Taboosearch... 106
Gambar 3.39 Flowchart Penelusuran Node... 107
Gambar 3.40 Flowchart Memasangkan node dengan ruang... 108
Gambar 3.41 Jaringan Semantik...………. 109
Gambar 4.1 Tampilan Form Menu Utama... 113
Gambar 4.2 Tampilan Form Data Kelas... 114
Gambar 4.3 Tampilan Form Data Guru...……… 114
Gambar 4.4 Tampilan Form Data Mata Pelajaran... 115
Gambar 4.5 Tampilan Form Data Waktu... 115
Gambar 4.6 Tampilan Form Data Ruang... 116
Gambar 4.7 Tampilan Form Data Kesediaan... 116
Gambar 4.8 Tampilan Proses Jadual... 116
(10)
xi DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Tabel 3.2 Data Kelas…... Data Guru...……….. 51 51
Tabel 3.3 Data Mata Pelajaran... 53
Tabel 3.4 Data Waktu... 54
Tabel 3.5 Data Ruang... 55
Tabel 3.6 Data Kesediaan Mengajar Guru... 56
Tabel 3.7 Data Jadual Lab... 58
Tabel 3.8 Data Jadual Kelas VII... 60
Tabel 3.9 Data Jadual Kelas VIII... 61
Tabel 3.10 Data Jadual Kelas IX... 62
Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Spesifikasi Proses... Kamus Data... Tabel Kelas... Tabel Guru... Tabel Mata Pelajaran... Tabel Waktu... Tabel Ruang... 82 89 91 92 92 92 92 Tabel 3.19 Tabel Perancangan Masukan Data Simulasi... 100
Tabel 3.20 Tabel Perancangan Keluaran Data Simulasi... 100
Tabel 4.1 Tabel Kelas Dalam Access... 109
Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel Guru Dalam Access... Tabel Mata Pelajaran... Tabel Kesediaan Dlam Access... 109 110 110 Tabel 4.5 Tabel Waktu Dalam Access... 110
(11)
xii
Tabel 4.6 Tabel Ruang Dalam Access... 110
Tabel 4.7 Tabel Detail Ruang Dalam Access... 111
Tabel 4.8 Tabel Implementasi Antar Muka... 112
Tabel 4.9 Rencana Pengujian Sistem Penjadualan... 117
Tabel 4.10 Pengujian Login... 118
Tabel 4.11 Pengujian Tambah Data Kelas... 119
Tabel 4.12 Pengujian Simpan Data Kelas... .120
Tabel 4.13 Pengujian Hapus Data Kelas... 120
Tabel 4.14 Pengujian Tambah Data Guru... 120
Tabel 4.15 Pengujian Simpan Data Guru... 121
Tabel 4.16 Pengujian Hapus Data Guru... 121
Tabel 4.17 Pengujian Tambah Data Mata Pelajaran... 122
Tabel 4.18 Pengujian Simpan Data Mata Pelajaran... 122
Tabel 4.19 Pengujian Tambah Data Mata Pelajaran... 123
Tabel 4.20 Pengujian Tambah Data Waktu... 123
Tabel 4.21 Pengujian Simpan Data Waktu... .124
Tabel 4.22 Pengujian Hapus Data Waktu... 124
Tabel 4.23 Pengujian Tambah Data Ruang... 124
Tabel 4.24 Pengujian Simpan Data Ruang... 125
Tabel 4.25 Pengujian Hapus Data Ruang... 125
Tabel 4.26 Pengujian Simpan Data Kesediaan... 126
Tabel 4.27 Pengujian Pengolahan Data Jadual... 126
Tabel 4.28 Pengujian Proses Taboosearch... 127
Tabel 4.29 Pengujian Laporan Perhari...127
Tabel 4.30 Pengujian Laporan Perkelas...127
Tabel 4.31 Pengujian Kelas Lab... 128
Tabel 4.32 Hasil Pengujian Pernyataan No 1... 128
Tabel 4.33 Hasil Pengujian Pernyataan No 2...129
(12)
xix
Lampiran A Tampilan Antar Muka... A-1 Lampiran B Listing Program... B-1 Lampiran C Hasil Kuesioner………. C-1 Lampiran D Dokumen Manual Sistem Lama...………..……….. D-1 Lampiran E Surat Penelitian……….. E-1
(13)
163 Yogyakarta.
[2] Bahri, Kusnassriyanto S. & Sjachriyanto, Wawan, 2005, Pemrograman Delphi, Informatika, Bandung.
[3] Husni, 2004, Pemrograman Database dengan Delphi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
[4] Nugroho, Adi, 2004, Konsep Pengembangan Sistem Basis Data, Informatika, Bandung.
[5] Roger S. Pressman, Ph. D., 2002, “Rekayasa Perangkat Lunak”, McGraw-Hill Book., Andi, Yogyakarta.
(14)
1
1.1 Latar Belakang Masalah
SMPN 1 Telukjambe – Karawang merupakan salah satu sekolah yang ada di
Kecamatan Telukjambe Kab. Karawang. Sekolah tersebut merupakan sekolah
yang memiliki jumlah kelas terbanyak dibandingkan dengan sekolah – sekolah
lain yang ada di Kecamatan Telukjambe. Di SMPN 1 Telukjambe – Karawang
terdapat beberapa bagian, antara lain bagian Tata Usaha, Guru, Bagian Keuangan
dan Bagian Kurikulum. Peran dan tugas bagian kurikulum adalah mengelola dan
membuat jadual mata pelajaran.
Saat ini SMPN 1 Telukjambe dalam pembuatan jadual mata pelajaran masih
menggunakan Microsoft Office Excel. Sistem penjadualan yang diterapkan saat
ini adalah berdasarkan hasil rapat seluruh guru dan berdasarkan daftar kesediaan
yang telah diisi oleh guru.
Untuk membantu pengolahan jadual mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe
– Karawang perlu adanya suatu sistem informasi penjadualan agar setiap
pekerjaan yang menyangkut kegiatan belajar mengajar di SMPN 1 Telukjambe -
Karawang dapat dikurangi tingkat kesalahannya, maka dibutuhkan suatu sistem
informasi penjadualan yang dapat membantu dalam menangani masalah tersebut.
Dengan dibangunnya suatu sistem informasi penjadualan diharapkan dapat
berfungsi untuk perbaikan sistem yang telah ada.
Metode yang digunakan pada sistem informasi penjadualan ini adalah
(15)
sejumlah batasan dan syarat (constraint) tertentu. Constraint yang harus dipenuhi
adalah pengalokasian mata pelajaran , guru dan waktu terhadap sebuah ruang
kelas yang sangat berpengaruh pada kelas – kelas lainnya dan menjadi sebuah
permasalahan yang harus dipecahkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana membangun Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran
Menggunakan Metode Algoritma Taboosearch Di SMPN1 Telukjambe -
Karawang”.
1.3 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Maksud dari penelitian ini adalah membangun sistem informasi penjadualan
mata pelajaran menggunakan metode algoritma taboosearch di SMPN1
Telukjambe - Karawang.
b. Tujuan
1. Memudahkan pihak sekolah dalam pembuatan jadual mata pelajaran.
2. Mengetahui cocok atau tidaknya algoritma Taboosearch ini diterapkan dalam
(16)
sistem penjadualan mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penelitian dan pembuatan aplikasi ini, terdapat batasan-batasan
masalah sebagai berikut:
1. Sistem yang dijadikan simulasi hanya sebatas sistem penjadualan mata
pelajaran, bukan sistem pengolahan data akademik secara keseluruhan.
2. Penerapan algoritma Taboosearch dalam proses penjadualan mata pelajaran
dibentuk berdasarkan cosnstraint.
3. Constraint dalam sistem penjadualan ini terdiri dari dua yaitu Hard Constraint
(diupayakan dipenuhi dan tidak boleh dilanggar) yaitu tidak boleh ada bentrok
jadual, jumlah jam mengajar guru setiap hari, mata pelajaran di ruangan
khusus (Lab. Komputer dan Olahraga), dan yang termasuk ke dalam Soft
Constraint (boleh dilanggar) yaitu urutan mata pelajaran dan alokasi ruang.
4. Simulasi sistem yang dibangun menggunakan algoritma taboosearch dengan
bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan menggunakan DatabaseAccess.
5. Sismulasi sistem yang dibangun berbasis desktop dan digunakan pada
komputer stand alone.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui dari perumusan
masalah sampai kesimpulan, yang membentuk sebuah alur yang sistematis.
(17)
ditetapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisa penerapan
algoritma taboosearch dengan membuat simulasi sistem penjadualan
menggunakan metode waterfall, uraiannya sebagai berikut:
1. System Enginerring: merupakan tahap observasi dimana metode ini digunakan
untuk mendapatkan data-data di lapangan seperti data mata pelajaran, data
guru, data kelas, dan data ruang kelas serta waktu pembelajaran.
2. System Analysis: tahap pengumpulan seluruh kebutuhan elemen di tingkat
perangkat lunak (Requirement Analysis), sehingga dapat ditentukan
domain-domain data (informasi yang saling terkait), fungsi, proses dan prosedur yang
diperlukan beserta unjuk kerjanya, dan antarmuka (User Interface). Hasil
akhir dari tahap analisis adalah mendapatkan seluruh spesifikasi kebutuhan
perangkat lunak.
3. System Design: Tahap untuk menerjemahkan seluruh spesifikasi perangkat
lunak yang telah didapat pada tahap analisis ke dalam bentuk arsitektur
perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit
untuk diimplementasikan.
4. System Coding: proses penerjemahan data atau pemecahan masalah ke dalam
baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh mesin (komputer).
5. System Testing: tahap pengujian digunakan untuk memeriksa apakah
perangkat lunak yang dibuat sudah sesuai dengan spesifikasinya atau tidak.
Pengujian juga berguna untuk mengetahui apakah hasil telah bebas dari
kesalahan program (error free), baik kesalahan logika maupun kesalahan
(18)
akan diintegrasikan dan dikompilasi sehingga membentuk suatu perangkat
lunak yang utuh.
6. System Maintenance: melakukan pemeliharan aplikasi dan data, contoh
disediakan form update data dan update pertambahan atau pengurangan
kebutuhan.
Metode waterfall yang digunakan dalam penelitian dan pembuatan aplikasi
ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1.1 Metode Waterfall
1.6 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan
(19)
Bab ini menjelaskan tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud
dan Tujuan, Batasan Masalah, Metodologi Penelitian dan Sistematika
Penulisan. Dimaksudkan agar dapat memberi gambaran tentang urutan
pemahaman dalam menyajikan laporan Tugas Akhir ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang teori yang melandasi pembahasan dalam Tugas
Akhir ini, yang mencakup pengertian dasar tentang algoritma taboosearch
dan penerapannya, simulasi sistem penjadualan mata pelajaran, basis data,
Visual Basic 6.0, dan Database Access.
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini bembahas tentang analisis dan perancangan aliran proses sistem
yang mengarah ke spesifikasi kebutuhan perangkat lunak atau simulasi
sistem yang dibuat.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
Bab ini membahas tentang implementasi dari sistem yang dijadikan simulasi
dalam analisa meliputi cara kerja penerapan algoritma taboosearch dan
pengujiannya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan keseluruhan laporan penelitian yang
telah dibuat dan saran yang diberikan atas laporan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(20)
8 2.1 Sejarah Singkat SMPN 1 Telukjambe
Awalnya SMP NEGERI 1 Telukjambe adalah SMP Yayasan Pembangunan TelukJambe (YPT) sekolah swasta yang dibangun untuk menampung lulusan SD di daerah Telukjambe Timur yang tidak mampu untuk bersekolah ke luar daerah. Sekolah ini pada mulanya berlokasi di areal Kantor Kecamatan Telukjambe Timur, dengan Kepala Sekolah Ibu Sriana Rusli istri dari Camat Telukjambe Timur yang menjabat saat itu. Namun karena kebutuhan akan sekolah lanjutan sangat mendesak, masyarakat mendorong untuk me-negeri-kan sekolah ini. Hingga pada tahun 1979 sekolah ini menempati gedung sendiri yang dibangun pemerintah di daerah pemukiman sepi di kawasan Jalan Raya Telukjambe, Desa Sukadana dan secara resmi menyandang nama SMP Negeri 1
Telukjambe dengan Kepala Sekolah Anang Busra, BA.
Perjalanan yang begitu panjang telah menempa SMP ini menjadi institusi pendidikan yang mantap dan bahkan cukup disegani. Alumni sekolah ini tersebar diberbagai institusi, baik negeri maupun swasta. Dan secara traditif, sekolah ini juga terkenal melahirkan banyak olahragawan andal yang beberapa diantaranya turut mengharumkan Kabupaten Karawang. Letak sekolah ini pun sangat strategis, jauh dari kebisingan dan kesibukan. Hingga siswa dapat belajar dengan tenang.
(21)
Saat ini SMP Negeri 1 Telukjambe merupakan sekolah Potensial Mandiri yang menuju SSN.
2.1.1 Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi SMPN 1 Telukjambe
2.1.2 Visi dan Misi
a. Visi
• Berprestasi berlandaskan Iman dan Taqwa serta Berwawasan Lingkungan
b. Misi
• Menunjang peningkatan mutu peserta didik dengan pembelajaran PAIKEM
dan menumbuhkan kearifan dalam bertindak dan bersikap yang bersumber pada nilai – nilai luhur budaya bangsa.
(22)
2.2 Konsep Dasar Sistem
Mempelajari suatu sistem akan lebih memahami apabila mengetahui terlebih dahulu apakah sistem itu. Dimana definisi sistem mempunyai peranan penting di dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem merupakan definisi yang luas karena suatu sistem dapat terdiri dari beberapa sub sistem.
Berikut ini akan diperlihatkan gambar mengenai model sistem sederhana dan sistem yang memiliki beberapa input dan output.
Gambar 2.1 Model Sistem Sederhana
2.2.1 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu sebagai berikut:
(23)
1. Komponen-komponen (components)
Setiap sistem baik sistem dalam skala besar maupun sistem dalam skala kecil sekalipun memiliki komponen-komponen atau elemen-elemen. Komponen-komponen ini saling berhubungan dan bekerja sama sehingga tercipta satu kesatuan fungsi dari sistem. Sehingga sistem dapat mencapai tujuannya.
2. Penghubung Sistem (Sistem Interface)
Penghubung sistem merupakan media perantara antara subsistem yang satu dengan subsistem yang lainnya. Melalui penghubung sistem ini, maka subsistem-subsistem dapat saling meberi dan menerima sumber daya sehingga terjalin kerja sama dan dapat membentuk satu kesatuan fungsi dari sistem.
3. Lingkungan luar (Environment)
Lingkungan luar dari sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar batas sistem. Lingkungan luar ini bisa juga berupa ekosistem dimana sistem tersebut berada. Walaupun keberadaannya diluar sistem, tapi lingkungan luar dapat mempengaruhi sistem. Adanya ketidakserasian antara lingkungan luar dengan sistem dapat menyebabkan terganggunya fungsi sistem. Oleh karena itu harus senantiasa tercipta keharmonisan antara sistem dengan lingkungan luarnya.
(24)
Batas sistem merupakan daerah pemisah antara satu sistem dengan sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memberikan ruang lingkup yang jelas dari suatu sistem. Dengan adanya ruang lingkup yang jelas dari sistem tersebut, maka kita dapat memisahkan dan membedakan satu sistem dengan sistem yang lainnya maupun sistem dengan lingkungan luar.
5. Masukan Sistem (Sistem Input)
Masukan adalah bahan atau energi yang dimasukkan kedalam sistem. Energi ini dimasukkan kedalam sistem untuk diproses oleh sistem sesuai dengan fungsi dari sistem agar dapat menghasilkan keluaran.
6. Keluaran Sistem (Sistem Output)
Keluaran merupakan hasil dari pengolahan suatu sistem. Keluaran ini tentunya diharapkan dapat berguna sesuai dengan tujuan dari sistem. Selain sebagai hasil akhir, sebagian keluaran bisa juga dijadikan masukan untuk sistem lainnya.
7. Pengolah Sistem (Sistem Processing)
Pengolah sistem adalah mesin atau mekanisme yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. Pengolah memiliki peranan yang penting, karena disinilah proses perubahan dan pendayagunaan
(25)
masukan terjadi sehingga menghasilkan keluaran yang sesuai dengan tujuan sistem.
8. Sasaran dan Tujuan ( goal objective )
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran ( objective ). Tujuan merupakan hal akhir yang ingin dicapai oleh suatu sistem, sedangkan sasaran merupakan hal-hal yang menjadi objek dan titik fokus untuk meraih tujuan. Suatu sistem bisa dikatakan berhasil menjalankan fungsinya bila berhasil mencapai sasaran dan tujuan dari sistem tersebut.
2.2.2 Klasifikasi Sistem
Sistem dapat diklasifikasikan dari berberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:
1. Sistem diklasifikasikan sebagai abstark (abstract system) dan sistem fisik (physical system).
Sistem Abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.
2. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).
(26)
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia melibatkan interaksi manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang
menyebutnya dengan man-machine sytem.
3. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tertentu (probabilistic system).
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interkasi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem tak tertentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
4. Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system)
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya.
2.2.3 Konsep Dasar Data dan Informasi
Data adalah bahan yang akan diolah atau diproses, dapat berupa huruf--huruf, angka-angka, simbol-simbol yang menunjukkan suatu fungsi berdiri sendiri, data disusun untuk diolah dalam bentuk database misalnya untuk
(27)
mendukung sistem informasi terutama dalam penyediaan dan pengolahan data.
Betapapun kecilnya suatu sistem selalu mengandung sub sistem-sub sistem. Setiap sub sistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
Antar aktivitas di dalam sistem memerlukan hubungan kerja yang biasa diwakili dengan munculnya informasi dari sistem, sehingga manajemen dapat melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang ada.
Sebuah sistem mewakili suatu kehidupan tertentu pada suatu lingkungan, dimana didalamnya terdapat sejumlah aktivitas kerja. Biasanya aktivitas yang tampak adalah aktivitas yang sebagian besar dilakukan oleh manusia dan juga aktivitas lain yang dibantu oleh teknologi komputer.
Interaksi antara elemen-elemen sistem maupun subsistem-subsistem membentuk sebuah informasi yang berguna bagi penerimanya. Informasi sangat penting artinya bagi sebuah organisasi dan dari informasi inilah sebuah organisasi dapat mengetahui dan mengatur kehidupannya serta dapat mengembangkan diri.
Dari suatu pendapat dikatakan bahwa: “Informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk tertentu yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya”.
Berikut akan diperlihatkan gambar mengenai hubungan antara data dengan informasi :
(28)
Gambar 2.2 Hubungan Data dan Informasi
Suatu sumber informasi adalah data. Data adalah kenyataan-kenyataan yang menggambarkan kejadian atau fakta kehidupan. Untuk menghasilkan informasi, data harus diolah melalui suatu proses. Setelah itu informasi akan diterima oleh yang membutuhkan untuk bahan pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dari tindakan akan muncul sejumlah kejadian baru dan ditangkap kembali sebagai data. Kemudian data baru ini akan diproses ulang melalui proses tertentu dan seterusnya membentuk suatu siklus seperti dipelihatkan pada gambar dibawah ini
(29)
Kualitas sebuah informasi (quality of information) ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timelines) dan relevan (relevance).
1. Akurat Artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak informasi.
2. Tepat Pada Waktunya Artinya informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah lama tidak akan mempunyai nilai lagi, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat berakibat fatal untuk organisasi.
3. Relevan Artinya informasi tersebut mempunyai manfaat untuk
pemakainya. Relevansi informasi untuk setiap orang akan berbeda.
Nilai suatu informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Namun demikian sangat sukar untuk menaksir nilai keuntungan sebagian informasi dengan satuan mata uang. Penilaian hanya dapat dilakukan dari nilai efektifitasnya. Pengukuran
nilai informasi biasanya dihubungkan dengan nilai efektifitasnya (Cost
(30)
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen didalam pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi (information system) atau disebut juga dengan processing system atau information processing system atau Information Generating System.
Secara umum sistem informasi dapat dikatakan sebagai sistem manusia mesin yang terintegrasi, yang menyediakan informasi serta mendukung pelaksanaan operasional manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Secara teori, komputer tidak harus digunakan didalam suatu sistem informasi, tetapi pada kenyataannya tidaklah mungkin suatu sistem informasi yang kompleks dapat berfungsi tanpa melibatkan elemen komputer dan tentunya juga elemen non-komputer yaitu manusia itu sendiri.
2.2.4 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sistem Informasi (SI) merupakan sistem pembangkit informasi, artinya sistem yang menyediakan informasi. Dengan integrasi yang dimiliki antar sub-sistemnya, Sistem Informasi akan mampu menyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat, dan akurat sesuai dengan manajemen yang membutuhkannya.
Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information
Sistem-CBIS) mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah Sistem Informasi. Lebih jelasnya, CBIS merupakan sistem pengolah data
(31)
menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.
Dengan semakin majunya teknologi sekarang saat ini, diperusahaan-perusahaan selau diterapkan suatu sistem informasi yang baru dengan mengikuti perkembangan jaman. Dengan diterapkannya sistem yang dirancang dengan baik akan mempermudah didalam pengoreksian jika terjadi kesalahan-kesalahan atau kendala yang terjadi di dalam perusahaan.
Informasi dihasilkan oleh suatu proses sistem informasi dan bertujuan menyediakan informasi untuk membantu pengambilan keputusan manajemen, operasi perusahaan dari hari ke hari dan informasi yang layak untuk pihak perusahaan.
Menurut Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis di dalam bukunya
Accounting Informatioon Systems mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut:
“Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategis dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan”.
(32)
Sedangkan menurut Susanto Azhar di dalam bukunya Pengantar Aplikasi Komputer mendefinisikan sistem informasi sebagai berikut:
“Sistem Informasi adalah kumpulan dari sub-sub sistem komponen baik phisik maupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berguna“.
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem informasi merupakan perpaduan antara manusia, alat teknologi, media, prosedure dan pengendalian yang bertujuan untuk menata jaringan komunikasi sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kegiatan yang terdapat pada sistem informasi antara lain :
1. Input, menggambarkan suatu kegiatan untuk menyediakan data yang akan diproses
2. Proses, menggambarkan bagaimana suatu data diproses untuk
menghasilkan suatu informasi yang bernilai tambah
3. Output, suatu kegiatan untuk menghasilkan laporan dari proses diatas
4. Penyimpanan, suatu kegiatan untuk memelihara dan menyimpan data
5. Kontrol, suatu aktifitas untuk menjamin bahwa sistem informasi
(33)
Gambar 2.4 Kegiatan Sistem Informasi
2.2.5 Peranan Sistem Informasi
Sistem informasi pada hakekatnya adalah suatu pelayanan yang harus dapat melayani kebutuhan informasi yang ada dalam organisasi. Pentingnya peran informasi bagi organisasi menyebabkan pentingnya identifikasi terhadap karakteristik kebutuhan.
Peran dari setiap informasi harus disesuaikan dengan pekerjaan setiap tingkatan manajerial di organisasi. Setiap aktivitas manajerial pada suatu organisasi memiliki target yang berbeda-beda dan memiliki kebutuhan informasi yang sifatnya intern maupun ekstern.
Bila ditinjau dari tugas masing-masing tingkat manajerial, maka semestinya sistem informasi untuk manajemen yang dirancang sesuai dengan tugas dan wewenang masing-masing tingkat manajerial yang ada. Jenis informasi untuk setiap tingkatan manajerial bermacam-macam. Berikut ini adalah penjelasan tentang informasi yang sesuai dengan tingkat manajerial :
(34)
strategis, kebijakan dan pengambilan keputusan.
2. Manajemen Level Menengah, informasi digunakan untuk perencanaan
taktis dan pengambilan keputusan.
3. Manajemen Level Bawah, untuk pemrosesan transaksi dan merespon
permintaan.
2.3 Analisis Sistem
Analisis sistem (system analysis) dapat didefinisiskan sebagai berikut : “Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikannya”
Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan (system
planning), dan sebelum tahap desain sistem (system design). Tahap analisis merupakan tahap yang sangat kritis dan sangat penting, karena kesalahan pada tahap ini akan menyebabkan kesalahan pada tahap selanjutnya.
Analsis yang dilakukan menggunakan metode analisis terstruktur, dimana metode analisis terstruktur ini banyak memakai tool-tool dalam mempresentasikan suatu sistem, sehingga penguraian sistem dapat terstruktur dengan baik, jelas dan lebih mudah dipahami.
(35)
2.3.1 Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan diagram yang mengandung satu proses yang menggambarkan hubungan keterkaitan antara sistem dengan pihak-pihak diluar lingkungan sistem dan posisi sistem didalam lingkungan tersebut. Pihak-pihak tersebut merupakan pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan data dari sistem ataupun pihak-pihak yang menjadi sumber informasi dan data bagi sistem. Hubungan keterkaitannya digambarkan sebagai aliran informasi dan data yang masuk ke dalam sistem dan keluar dari sistem.
2.3.2 Data Flow Diagram (DFD)
DFD adalah sebuah teknik grafik yang menggambarkan aliran data dan transformasi yang digunakan sebagai perjalanan data dari masukan menuju ke keluaran. DFD dapat diartikan juga sebagai model jaringan dari sebuah sistem. DFD dapat menggambarkan proses-proses yang terjadi dan aliran data diantaranya.
DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada
atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan. Secara umum DFD dapat diartikan sebagai salah satu tools untuk analisis sistem yang dapat bermanfaat untuk menggambarkan proses, aliran data, entity yang terlibat serta data store yang digunakan dalam sistem yang dipelajari. Dengan menuangkan hasil analisis ke dalam DFD, seorang analis dapat memahami sistem yang sedang dipelajari
(36)
dengan mudah dan baik.
Dibawah ini terdapat simbol-simbol untuk DFD yang diusulkan oleh Yourdon :
1. Proses, suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan oleh orang, prosedur atau alat yang digunakan untuk mentransformasikan data.
2. Data Flow (Arus Data), data yang mengalir dengan arah tertentu dari asal ke tujuan. Data yang mengalir dapat berupa dokumen, surat atau bentuk lainnya.
3. Data Store (Penyimpanan Data), digunakan untuk menyimpan dan mengambil data oleh proses. Data yang disimpan dapat berupa data yang terkomputerisasi maupun tidak terkomputerisasi.
4. Source atau destination atau dikenal juga dengan external entity, berupa orang, organisasi atau sistem lain yang berada diluar batas sistem yang berinteraksi dengan sistem yang sedang dikembangkan.
Dalam DFD terdapat beberapa aturan dasar penyusunan DFD yang dapat membantu untuk mempermudah penggambaran diagram arus data, diantaranya :
1. Setiap data yang dihasilkan atau keluar dari proses harus didasarkan pada data yang masuk ke proses tersebut.
(37)
diberikan harus mencerminkan aliran data antara proses, data store dan entity yang ada.
3. Hanya data yang diperlukan untuk melakukan suatu proses saja yang
harus digunakan sebagai input suatu proses.
4. Suatu proses harus tergantung pada input dan output yang masuk ke dalam proses itu saja, tidak perlu memperhatikan apa yang terjadi pada proses lainnya.
5. Setiap proses yang ada harus merupakan proses yang berjalan terus menerus, setiap proses harus diasumsikan siap menangani fungsi atau kerja setiap proses.
Agar representasi sistem dalam DFD mudah dipahami, maka DFD disusun dalam bentuk bertingkat (leveled) yang merupakan rincian lanjut dari proses pada level yang sebelumnya. Dimulai dari tingkat yang tertinggi dilakukan identifikasi proses apa saja yang ada dan data apa saja yang mengalir antar proses yang ada. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap setiap proses yang ada pada level tersebut, apakah sudah merupakan proses yang melakukan satu fungsi saja atau masih melakukan beberapa fungsi yang berbeda. Jika proses yang dianalisis masih melakukan lebih dari satu fungsi yang berbeda, maka perlu dilakukan pemecahan terhadap proses tersebut menjadi level lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai didapat semua proses yang ada pada level paling tinggi dilakukan satu fungsi saja.
(38)
Jika DFD untuk suatu sistem yang dianalisis telah dibuat, sebelum melanjutkan kegiatan lainnya selalu dilakukan evaluasi atau pemeriksaan terhadap DFD tersebut. Pemeriksaan dilakukan terhadap munculnya kesalahan yang dapat diakibatkan oleh salah gambar, tidak konsistennya penggunaan simbol dan analisis terhadap proses yang terjadi.
2.3.3 Perancangan Sistem
Perancangan sistem adalah suatu fase kreatif dalam siklus pengembangan sistem, dimana sistem yang dirancang harus memenuhi tujuan sistem secara teknis dan operasional. Pada tahap ini perlu dikembangkan spesifikasi untuk keluaran, database, operasi pemrosesan data, masukkan data, pengendalian serta pengamanan.
Perancangan sistem informasi yang dilakukan, bertujuan untuk
menghilangkan beberapa kelemahan sistem dan meningkatkan kemampuan sistem dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dengan acuan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan.
2.3.3.1 Basis Data
Basis Data terdiri dari dua kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul.
(39)
Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata mewakili suatu objek seperti manusia, barang, hewan, peristiwa dan sebagainya.
Basis data merupakan kumpulan dari data-data yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan lainnya. Basis data adalah kumpulan-kumpulan file yang saling berkaitan.
Penerapan basis data dalam sistem informasi disebut dengan sistem basis data (database sistem). Sistem basis data ini adalah suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan tersedia untuk beberapa aplikasi yang bermacam-macam di dalam suatu organisasi.
Tujuan dari desain basis data ini adalah untuk menentukan data-data yang dibutuhkan dalam sistem, sehingga informasi yang dihasilkan dapat terpenuhi dengan baik. Perancangan database yang digunakan adalah untuk memudahkan dalam mengetahui file-file database yang digunakan dalam perancangan sistem, sekaligus untuk mengetahui hubungan antara file dari database tersebut.
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam database adalah sebagai berikut :
1. Menyimpan seluruh data dan informasi secara terpusat.
(40)
3. Melakukan perubahan-perubahan data untuk menyelesaikan dan untuk pengembangan yang akan datang.
4. Menjamin keamanan data.
2.3.3.2 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model diagram yang menyatakan keterhubungan suatu entity dengan entity yang lain. Atau juga dapat dikatakan sebagai sebuah teknik untuk menggambarkan informasi yang dibutuhkan dalam sistem dan hubungan antar data-data tersebut.
Secara terjemahan dalam bahasa Indonesia, Entity Relationship Diagram adalah diagram relasi atau keterhubungan entitas. Dari model Entity Relationship Diagram akan didapatkan data-data yang dibutuhkan sistem. Dengan begitu maka akan didapatkan pula kejelasan aktivitas yang dilakukan dalam sistem.
Didalam Entity Relationship Diagram (ERD) dikenal beberapa komponen, yaitu sebagai berikut :
1. Entitas (Entity)
Adalah suatu objek yang memiliki hubungan dengan objek lain. Dalam ERD digambarkan dengan bentuk persegi panjang.
(41)
Dimana entitas dapat berhubungan dengan entitas lain, hubungan ini disebut dengan entity relationship yang digambarkan dengan garis. Berikut adalah beberapa jenis hubungan yang dapat terjadi dalam suatu basis data :
a. Relasi 1-1 (One to One) Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding satu.
b. Relasi 1-N (One to Many) Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah satu berbanding banyak, tetapi tidak sebaliknya, dimana file kedua hanya berhubungan dengan satu entitas pada file pertama.
c. Relasi N-1 (Many to One) Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah banyak berbanding satu, tetapi tidak sebaliknya, dimana file pertama hanya berhubungan dengan satu entitas pada file kedua.
d. Relasi N-N (Many to Many) Hubungan antara file pertama dengan file kedua adalah banyak berbanding banyak.
3. Atribut
Adalah elemen dari entitas yang berfungsi sebagai deskripsi karakter entitas dan digambarkan dengan bentuk elips.
(42)
“Kamus data atau data directory adalah katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu sistem informasi”.
Dengan menggunakan kamus data, analisis sistem dapat mendefinisikan data yang mengalir di sistem dengan lengkap. Pada tahap perancangan sistem, kamus data dapat digunakan untuk merancang input, output, dan merancang database program. Kamus data dibuat berdasarkan arus data yang ada.
2.3.3.4Model-Model SDLC
Proses pengembangan sistem informasi adalah sekumpulan tahap, tugas dan aktivitas yang dibutuhkan untuk secara efisien mentransformasikan kebutuhan pemakai ke suatu solusi sistem informasi yang efektif. Pemodelan proses sistem informasi bertujuan untuk mempresentasikan aktivitas yang terjadi selama pembuatan sistem informasi dan perubahan-perubahan (evolusi). Latar belakang penggunaan model-model tersebut adalah kebutuhan untuk menghasilkan suatu sistem yang benar sedini mungkin di dalam proses pengembangannya. Alasan utama adalah biaya, semakin dini suatu kesalahan bisa dideteksi dalam pengembangan sistem, maka perbaikannya semakin rendah. Suatu model proses yang baik dan terstruktur akan menentukan urutan tahap dalam suatu proses dan menciptakan kriteria transisi untuk maju ke tahap selanjutnya.
(43)
1. Model Waterfall
Model Waterfall ini juga dikenal dengan nama model tradisional atau model klasik. Model inipaling banyak dikenal dan digunakan. Langkah-langkah yang penting dalam model ini adalah :
a. Desain sistem dan sistem informasi.
b. Implementasi dan uji coba unit.
c. Integrasi dan ujicoba sistem.
d. Operasi dan pemeliharaan.
2. Model Prototyping
Model ini adalah suatu proses yang memungkinkan pengembangan aplikasi untuk menciptakan suatu model dari sistem informasi yang
harus dikembangkan. Tujuan dari prototyping adalah untuk
mengurangi resiko dan ketidakpastian dari tahap-tahap awal dari life cycle pengembangan sistem informasi.
3. Model Exploratory
Model ini dipakai dengan awal seadanya. Pengembangan sistem tidak sepenuhnya dimengerti dan menguasai requirement (kebutuhan) dari
sistem. Sistem dikembangkan dengan adanya requirement baru.
(44)
Model ini adalah pengembangan lebih lanjut dari model exploratory
yang didesain untuk menjawab kritik terhadap prototyping.
Requirement didefinisikan dan diserahkan kepada pemakai dalam bentuk bertahap.
5. Model Transformational
Model ini adalah model yang berorientasi pada spesifikasi formal. Spesifikasi ini ditransformasikan melalui beberapa tahap yang telah diuji kebenarannya sebelum menjadi sistem seutuhnya.
6. Model Spiral
Model ini dikembangkan oleh Boehm. Model ini cocok digunakan untuk organisasi yang besar.
7. Model 4GT
Pada alat bantu Fourth Generation Technique (4GT) memungkinkan pengembangan spesifikasi sistem informasi secara otomatis sesuai dengan yang akan diterjemahkan ke program. Dengan menggunakan
4GT, software engineering memusatkan perhatian hanya kepada
spesifikasi sistem informasi yang diinginkan.
(45)
2.4.1 Visual Basic
Visual basic merupakan bahasa pemograman yamg tercepat dan termudah untuk membuat satu aplikasi dalam microsoft windows. Dengan menggunakan
metode Graphical User Interface (GUI). Visual basic memudahkan pemograman
untuk berinteraksi langsung dengan elemen-elemen untuk setiap bentuk pemograman. Visual basic dibuat sebagai langkah pengembangan untuk menyesuaikan BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Intruction Code) yang berbasis DOS yang tidak mempunyai kemampuan menggunakan metode GUI dalam basis windows.
Sebagai programs yang berbasis windows, Visual Basic mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan seluruh aplikasi Windows seperti Microsoft Word, Microsoft Excel, Microsoft Acces dan sebagainya. Dengan kemampuan yang hampir tidak terbatas, Visual basic dapat digunakan untuk semau jenis aplikasi pemograman. Anda dapat membuat aplikasi windows swperti word atau excel ataupun game, multimedia, program penghitungan dan sebagainya. Visual basic dapat digunakan untuk membuat objek-objek pembantu program seperti misalnya Control Activex, file help, aplikasi internet dan sebagainya. Selain itu visual basic juga dapat digunakan untuk menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir berakhiran exe yang bersifat executable atau dapat langsung digunakan.
(46)
Microsoft Access (atau Microsoft Office Access) adalah sebuah program aplikasi basis data komputer relasional yang ditujukan untuk kalangan rumahan dan perusahaan kecil hingga menengah. Aplikasi ini merupakan anggota dari beberapa aplikasi Microsoft Office, selain tentunya Microsoft Word, Microsoft Excel, dan Microsoft PowerPoint. Aplikasi ini menggunakan mesin basis data Microsoft Jet Database Engine, dan juga menggunakan tampilan grafis yang intuitif sehingga memudahkan pengguna. Versi terakhir adalah Microsoft Office Access 2007 yang termasuk ke dalam Microsoft Office System 2007.
Microsoft Access dapat menggunakan data yang disimpan di dalam format Microsoft Access, Microsoft Jet Database Engine, Microsoft SQL Server, Oracle Database, atau semua kontainer basis data yang mendukung standar ODBC. Para
pengguna/programmer yang mahir dapat menggunakannya untuk
mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang kompleks, sementara para programmer yang kurang mahir dapat menggunakannya untuk mengembangkan perangkat lunak aplikasi yang sederhana. Access juga mendukung teknik-teknik pemrograman berorientasi objek, tetapi tidak dapat digolongkan ke dalam perangkat bantu pemrograman berorientasi objek.
2.4.3 Algoritma Taboosearch
Taboosearch berasal dari Tongan, suatu bahasa Polinesia yang digunakan oleh suku Aborigin Pulau tonga untuk mengindikasikan suatu hal yang tidak boleh “disentuh” karena sakralnya. Menurut kasus Webster, Taboo berarti larangan yang dipaksakan oleh kebudayaan social sebagai suatu tindakan pencegahan atau
(47)
sesuatu yang dilarang karena berbahaya. Bahaya yang harus dihindari dalam Taboosearch adalah penjadualan yang tidak layak, dan terjebak tanpa ada jalan keluar. Dalam konteks lebih luas, larangan perlindungan dapat diganti jika terjadi tuntutan yang mendadak.
Taboosearch adalah sebuah metode optimasi yang berbasis pada local search. Proses pencarian bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya, dengan cara memilih solusi terbaik neighbourhood solusi sekarang (current) yang tidak tergolong solusi terlarang (tabu). Ide dasar dari algoritma taboosearch adalah mencegah proses pencarian dari local search agar tidak melakukan pencarian ulang pada ruang solusi yang sudah pernah ditelusuri, dengan memanfaatkan suatu struktur memori yang mencatat sebagian jejak proses pencarian yang telah dilakukan.
Struktur memori fundamental dalam taboosearch dinamakan taboolist. Taboolist menyimpan atribut dari sebagian move (transisi solusi) yang telah diterapkan pada iterasi-iterasi sebelumnya. Taboosearch menggunakan taboolist untuk menolak solusi-solusi yang memenuhi atribut tertentu guna mencegah
proses pencarian mengalami cycling pada daerah solusi yang sama, dan menuntun
proses pencarian menelusuri daerah solusi yang belum dikunjungi. Tanpa menngunakan strategi ini, local search yang sudah menemukan solusi optimum local dapat terjebak pada daerah solusi optimum local tersebut pada iterasi-iterasi
berikutnya. List ini mengikuti aturan LIFO dan biasanya sangat pendek
(panjangnya biasanya sebesar O( ), dimana N adalah jumlah total dari operasi). Stiap saat ada langkah itu akan ditempatkan dalam tau list.
(48)
begin
{Buat solusi awal s yang feasibel dengan
menggunakan
suatu metode heuristik tertentu atau secara acak}
best := cost(s);
s* := s; {s* adalah solusi terbaik yang
diperoleh}
tabu_list := null; repeat
Candidate(s) := (s’ ∈N(s): merupakan move
dari s
ke s’ yang tidak tergolong elemen dari tabulist
Perekaman solusi secara lengkap dalam sebuah forbidden list dan
pengecekan apakah sebuah kandidat solusi tercatat dalam list tersebut merupakan cara yang mahal, baik dari sisi kebutuhan memori maupun kebutuhan waktu komputasi. Jadi, taboolist hanya menyimpan langkah transisi (move) yang merupakan lawan atu kebalikan dari langkah yang telah digunakan dalam iterasi sebelumnya utnuk bergerak dari satu solusi ke solusi berikutnya. Dengan kata lain taboolist berisi langkah-langkah yang membalikan solusi yang baru ke solusi yang lama.
Pada tiap iterasi, dipilih solusi baru yang merupakan solusi terbaik dalam neighbourhood dan tidak tergolong sebagai tabu. Kualitas solusi baru ini tidak harus lebih baik dari kualitas solusi sekarang. Apabila solusi baru ini memiliki nilai fungsi objektif lebih baik dibandingkan solusi terbaik yang telah dicapai sebelumnya, maka solusi baru ini dicatat sebagai solusi terbaik yang baru.
Sebagai tambahan dari taboo list, dikenal adanya criteria aspirasi, yaitu suatu Penanganan khusus terhadap move yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang dinilai dapat menghasilkan solusi yang baik namun move tersebut berstatus tabu. Dalam hal ini, jika move tersebut memenuhi criteria aspirasi yang telah ditetapkan sebelumnya, maka move tersebut dapat digunakan utnuk membentuk solusi berikutnya (status tabunya dibatalkan). Berikut ini diberikan kerangka umum algoritma taboosearch dalam notasi bahasa pascal.
(49)
2.4.5.1 Ide Dasar Taboosearch
Sebuah informasi akan digunakan sebagai petunjuk untuk bergerak dari i ke solusi selanjutnya dalam N(i). Penggunaan memori sebagai pembatas dalam pemilihan beberapa subset dari N(i) dengan mencegah pergerakan ke beberapa solusi tetangga. Sebuah informasi akan digunakan sebagai petunjuk untuk bergerak dari i ke solusi selanjutnya dalam N(i). Penggunaan memori sebagai pembatas dalam pemilihan beberapa subset dari N(i) dengan mencegah pergerakan ke beberapa solusi tetangga.
Secara formal,kita dapat menganggap masalah optimalisasi dalam cara berikut: Diberikan sebuah himpunan solusi S dan sebuah fungsi f : S, temukan solusi i* dalam S sehingga f(i*) dapat diterima dengan beberapa kriteria. Secara umum kriteria untuk dapat diterima sebagai solusi i* harus memenuhi f(i*)=f(i)
(50)
untuk setiap i dalam S. Dalam situasi metode pencarian tabooakan menjadi sebuah algoritma minimimasi secara pasti yang menyediakan proses eksplorasi yang menjamin setelah sejumlah langkah-langkah terhingga i* dapat dicapai.
Untuk mendalami lagi prinsip kerja metode pencarian tabu, kita dapat
memformulakan metoda menurun klasik (classical descent method) dalam
beberapa langkah, yaitu:
1. Memilih sebuah solusi awal i dalam S
2. Membangkitkan subset V* sebagai solusi dalam N(i) 3. Mencari j ‘terbaik’ dalam V* dan menetapkan i=j
4. Jika f(j)=f(i) maka berhenti, namun jika tidak kembali ke langkah ke-2 Dalam metode menurun secara umum akan dapat langsung ditetapkan bahwa V* = N(i). Tetapi hal ini seringkali membutuhkan waktu yang lama. Untuk itulah cara pemilihan V* yang tepat seringkali dijadikan sebagai peningkatan yang penting dalam metode pencarian. Dalam metode menurun secara umum akan dapat langsung ditetapkan bahwa V* = N(i). Tetapi hal ini
seringkali membutuhkan waktu yang lama. Untuk itulah cara pemilihan V* yang
tepat seringkali dijadikan sebagai peningkatan yang penting dalam metode pencarian. Pada kasus yang berlawanan, akan ditetapkan |V*|=1. Hal ini akan menurunkan fase pemilihan j ‘terbaik’. Solusi j akan diterima jika f(j)=f(i), sebaliknya hal ini akan diterima dengan kemungkinan tertentu yang bergantung pada nilai-nilai f pada i dan j serta pada sebuah parameter yang disebut temperatur. Tidak ada temperatur dalam metode pencarian tabu, namun pemilihan V* akan menjadi hal yang penting guna mendefinisikannya dalam
(51)
setiap langkah di mana akan terjadi penggunaan memori secara sistematis untuk memanfaatkan informasi yang ada di luar fungsi f dan lingkungan N(i).
Sebagai pengecualian pada kasus-kasus istimewa, penggunaan prosedur
menurun (descent procedure) secara umum lebih rumit karena kita akan
terperangkap pada sebuah minimum lokal yang mungkin masih jauh dari minimum global. Maka untuk proses iterasi dalam eksplorasi apapun sebaiknya dalam beberapa hal juga menerima langkah-langkah yang tidak akan memberikan perkembangan dari i ke j dalam V* (misal f(j)>f(i)). Metode pencarian taboosecara berbeda memilih j ‘terbaik’ dalam V*.
Selama pergerakan yang tidak memberi perkembangan itu mungkin, resiko pengunjungan kembali sebuah solusi atau lebih umumnya disebut sebagai siklus mungkin untuk terjadi. Dalam hal inilah penggunaan memori sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya pergerakan ke solusi yang telah dikunjungi. Jika memori seperti itu diperkenalkan, maka kita dapat menganggap struktur N(i) tergantung pada pengelilingan yang merupakan pengulangan k. Jadi kita dapat merujuk ke N(i,k) daripada N(i).
Dengan perujukan ini kita dapat mencoba untuk melakukan peningkatan algoritma menurun dalam beberapa hal untuk lebih mendekatkan metode ini ke prosedur dalam metode pencarian taboosecara umum. Hal ini dapat didefinisikan dalam beberapa langkah (catatan i* adalah solusi ‘terbaik’ yang ditemukan dan k adalah penghitung dalam pengulangan) :
(52)
2. Tetapkan nilai k=k+1 dan membagkitkan subset V* sebagai solusi dalam N(i,k)
3. Pilih j ‘terbaik’ dalam V* dan tetapkan i=j. 4. Jika f(i) < f(i*) maka tetapkan i*=i.
5. Jika kondisi berhenti ditemukan, maka proses dihentikan, sedangkan jika belum kembali ke langkah 2.
Amati bahwa langkah-langkah pada metode penurunan klasik termasuk dalam formula ini (kondisi berhenti secara sederhana jika f(i)=f(i*) dan i* akan selalu menjadi solusi akhir). Selain itu kita juga dapat mempertimbangkan penggunaan f yang telah dimodifikasi daripada f yang dalam beberapa keadaan di deskripsikan kemudian.
Dalam metode pencarian taboo, kondisi berhenti dapat berupa: 1. N(i,k+1) = tidak terdefinisi
2. k lebih besar daripada bilangan maksimum pada pengulangan
3. Banyaknya pengulangan selama peningkatan terakhir i* lebih besar dari bilangan tertentu.
4. Pembuktian dapat diberikan daripada solusi optimum yang telah didapatkan.
Selama aturan-aturan berhenti ini memungkinkan untuk memiliki beberapa pengaruh dalam prosedur pencarian dan pada hasil-hasilnya, penting untuk menyadari bahwa pendefinisian N(i,k) dalam tiap pengulangan k dan pemilihan V* adalah hal yang krusial. Definisi dari N(i,k) menyatakan secara tidak langsung bahwa beberapa solusi yang telah dikunjungi dihapus dari N(i), mereka dianggap sebagai solusi-solusi tabooyang harus dihindari dalam pengulangan selanjutnya.
(53)
Sebagai contoh, pemeliharaan pada pengulangan k sebuah list T(list taboo) pada solusi yang telah dikunjungi terakhir |T| akan mencegah terjadinya siklus pada ukuran paling banyak sebesar |T|. Pada kasus ini, kita bisa mengambil N(i,k)=N(i)-T. Namun list T kemungkinan tidak dapat digunakan secara praktis. Oleh karena itu, kita akan mendeskripsikan proses eksplorasi pada S dalam masa pergerakan dari satu solusi ke solusi lainnya. Untuk setiap solusi I dalam S, kita dapat mendefinisikan M(i) sebagai himpunan gerak yang dapat digunakan oleh i untuk memperoleh solusi baru j (notasi: j=i∇m). Secara umum kita dapat menggunakan gerakan-gerakan yang dapat dibalik. Untuk setiap m terdapat gerakan m-1sehingga (i∇m) ∇m-1 = i.
Jadi daripada mempertahankan list T dari solusi-solusi yang telah dikunjungi, kita dapat secara sederhana memelihara jalur gerak terakhir |T| atau gerak balik terakhir |T| yang diasosiasikan dfengan gerakan-gerakan yang sebenarnya telah dilakukan. Maka dengan jelas bahwa pembatasan yang ada adalah kehilangan informasi, dan hal itu tidak menjamin tidak terjadinya siklus dengan panjang paling banyak |T|. Untuk kepentingan efisiensi, maka diperlukan penggunaan beberapa list T dalam satu waktu maka beberapa unsur pokok t (dari i atau dari m) akan diberikan taboostatus untuk mengindikasi bahwa unsur pokok ini sedang tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam pergerakan. Secara umum pergerakan untuk taboostatus adalah fungsi taboostatus pada unsur-unsur pokoknya yang dapat diubah pada setiap pengulangan. Gerak taboom digunakan
pada solusi i yang mungkin tampak menarik karena itu diberikan sebagai contoh
(54)
menerima m tanpa memperhatikan statusnya. Kita akan melakukan hal tersebut jika m memiliki tingkat aspirasi (aspiration level) a(i,m) yang lebih baik daripada permulaan A(i,m).
Sekarang kita dapat mendefinisikan karakteristik dari prosedur pencarian taboodalam langkah-langkah berikut, antara lain:
1. Memilih solusi awal i dalam S. Tetapkan i*=I dan k=0.
2. Tetapkan k=k+1 dan bangkitkan sebuah subset V* dari solusi dalam N(I,k) sehingga salah satu dari kondisi taboot yang melanggar ( =1,2,…,t) atau setidaknya satu kondisi aspirasi a yang memiliki ( =1,2,…,a).
3. Pilih j terbaik melalui j=i∇m dalam V* dan tetapkan i=j.
4. Jika f(i)<f(i*) maka tetapkan i*=i.
5. Perbaharui kondisi Taboodan aspirasi.
6. Jika kondisi berhenti ditemukan, maka proses dihentikan. Jika tidak, kembali ke langkah 2.
Hal-hal di atas dapat dikatakan sebagai bahan-bahan dasar dari metode pencarian tabooyang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah penjadualan pekerjaan (job scheduling) pada pembahasan selanjutnya.
(55)
2.4.4.1 Definisi Graf
Teori graf merupakan pokok bahasan yang sudah tua usianya namun
memiliki banyak terapan sampai saat ini. Graf digunakan untuk
mempresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-objek tersebut. Representasi visual dari graf adalah dengan menyatakan objek sebagai noktah, bulatan atau titik, sedangkan hubungan antara objek dinyatakan dengan garis.
Secara metematis, graf didefinisikan sebagai berikut:
DEFINISI 1. Graf G didefinisikan sebgai pasangan himpunan (V, E), yang dalam hal ini:
V = himpunan tidak kosong dari simpul-simpul (vertices atau node) = { v1 , v2 , ... , vn}
dan
E = himpunan sisi (edges atau arc) yang menghubungkan sepasang simpul
={e1 , e2 , ... , en }
atau dapat ditulis singkat notasi G= (V, E).
Definisi 1 menyatakan bahwa V tidak boleh kosong, sedangkan E boleh kosong. Kadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu buah pun, tetapi simpulnya harus ada, minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu buah simpul tanpa sebuah sisi pun dinamakan graf trivial.
Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b , c, ...v, w,.... dengan bilangan asli 1, 2, 3, .... atau gabungan keduanya. Sedangkan sisi yang menghubungkan simpul vi dengan simpul vj dinyatakan dengan pasangan (vi, vj) atau dengan lambing e1, e2, ... Dengan kata lain, jika e adalah sisi yang
(56)
(a) G1 (b) G2
menghubungkan simpul vi dengan simpul vj, maka e dapat ditulis sebagai e = (vi,
vj).
Secara geometri graf digambarkan sebagai sekumpulan noktah (simpul) di dalam bidang dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan garis (sisi).
Gambar 2.5 Graf Sederhana dan Graf Ganda
2.4.5 Jenis-jenis Graf
Graf dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori (jenis) bergantung pada sudut pandang pengelompokannya. Pengelompokan graf dapat dipandang berdasarkan ada tidaknya sisi ganda atau sisi kalang, berdasarkan jumlah simpul, atau berdasarkan orientasi arah pada sisi.
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis:
(57)
Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana. G1 pada gambar 2.5(a) adalah contoh graf sederhana yang
mempresentasikan jaringan komputer. Simpul menyatakan komputer, sedangkan sisi menyatakan saluran telepon untuk berkomunikasi. Saluran telepon dapat beroprasi pada sua arah.
2. Graf tak-sederhana (unsimple – graph).
Graf yang mengandung sisi ganda atau gelang dinamakan graf tak-sederhana (unsimple graph). Ada dua macam graf tak-sederhana, yaitu graf ganda (multigraph) dan graf semu (pseudograph). Graf ganda adalah graf yang mengandung sisi ganda. Sisi ganda yang menghubungkan sepasang simpul bias lebih dari dua buah. G2 pada gambar 2.5(b) adalah graf ganda. Sisi
ganda pada G2 dapat diandaikan sebagai saluran telepon tambahan apabila
beban komunikasi data antar komputer sangat padat. Graf semu adalah graf yang mengandung gelang. G3 adalah graf semu (termasuk bila memiliki sisi
ganda sekalipun). Sisi gelang pada G3 dapat dianggap sebagai saluran
telepon tambahan yang menghubungakan komputer dengan dirinya sendiri (mungkin untuk tujuan diagnostic). Graf semu lebih umum daripada graf ganda, karena sisi pada graf semu dapat terhubung ke dirinya sendiri.
Jumlah simpul pada graf disebut sebagai kardinalitas graf, dan sinyatakan dengan n = |V|, dan jumlah sisi dinyatakan dengan m = |E|. Berdasarkan jumlah simpul pada suatu graf, maka secara umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis:
(58)
2.4.5.4Model Matematis Graf Sebagai Representasi Hard Constraint
Constrain adalah keadaan yang didefinisan agar penjadualan yang dihasilkan merupakan jadual yang baik dan tidak boleh dilanggar. Untuk
mempresentasikan constrain yang ada dibangunlah sebuah model matematis
dalam bentuk graf.
Graf G didefiniskan sebagai pasangan himpunan (V,E) dimana:
V= himpunan berhingga yang tidak kosong dari simpul-simpul atau vertex/ node {V1,V2, …….,Vn}.
E= himpunan sisi (edge atau arc yang menghubungkan sepasang simpul {e1,
e2,……, en}.
Untuk masalah penjadualan mata pelajaran yang akan diselesaikan
menggunakan algoritma Taboosearch, graf yang dibangun merupakan graf
berarah. Node-node yang terbentuk nantinya merupakan representasi dari subject-subject yang akan dijadualkan pada waktu t, subject-subject tersebut merupakan sekumpulan data yang terdiri dari kelas, dan mata pelajaran yang diajarkan.
Untuk masalah penjadualan mata pelajaran yang akan diselesaikan dengan
menggunakan algoritma Taboosearch dibuat graf berarah. Node-node yang
terbentuk merupakan representasi dari beberapa subject yang akan dijadualkan pada timeslot t, subject-subject tersebut merupakan sekumpulam record yang terdiri dari kelas, guru, dan mata pelajaran yang diajarkan. Timeslot adalah
kumpulan waktu yang memungkinkan untuk dijadualkan pada subject-subject
(59)
representasi dari constrain yang ada, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.6 Graf sebagai Representasi Constraint
Maksud dari gambar di atas adalah mempresentasikan penelusuran node yang
mencari pasangan antara subject dan timeslot yang memebuhi constrain. Pada setiap
subject terdapat nilai constrain yaitu kelas, dan guru. Subject pertama sudah
mendapatkan timeslot yang berimpit atau beririsan maka pemeriksaan dilakukan
terhadap nilai constrain dari subject yaitu kelas dan guru. Jika salah satunya sama
dengan subject sebelumnya maka timeslot tidak bisa terhubung dan harus mencari lagi
(60)
46
3.1 Analisis Sistem
Dalam analisis sistem dilakukan penguraian dari suatu sistem yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan sehingga ditemukan kelemahan-kelemahannya, kesempatan-kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikannya. Tahap analisis sistem dilakukan setelah tahap perencanaan sistem dan sebelum tahap perancangan sistem. Tahap analisis merupakan tahap yang paling kritis dan sangat penting, karena kesalahan didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya. Analisis sistem ini akan ditemukan beberapa data dan fakta yang akan dijadikan bahan uji dan analisis menuju pengembangan dan penerapan sebuah aplikasi sistem yang diusulkan.
3.1.1 Analisis Sistem yang Sedang Berjalan
Dalam analisis sistem yang sedang berjalan, dijelaskan melalui prosedur-prosedur sistem penjadualan mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe secara manual. Prosedur adalah kumpulan dari proses dalam suatu sistem yang sedang terkait antara satu dengan yang lainnya untuk pencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur yang terlibat ke dalam penjadualan mata pelajaran di SMPN 1 Telukjambe adalah Prosedur Permintaan Kesediaan Mengajar Guru dan Penugasan, dan Prosedur Pembentukan Jadual Mata Pelajaran. Prosedur-prosedur yang terlibat dijelaskan dalam flowmap sebagai berikut:
(61)
ditugaskan sebagai pengatur jalannya kegiatan belajar mengajar baik intra maupun ekstrakurikuler di sekolah), kemudian mengisi daftar tabel waktu yang disanggupi dan mata pelajaran yang diambil.
b)Guru mengembalikan formulir kesediaan mengajar yang telah terisi ke bagian kurikulum, untuk kemudian dicatat oleh bagian kurikulum dalam daftar kesediaan mengajar guru.
c)Setelah semua formulir kesediaan mengajar yang telah terisi terkumpul di bagian kurikulum, maka bagian kurikulum memberikan data daftar kesedian mengajar guru ke kepala sekolah untuk disahkan.
d)Data daftar kesedian mengajar guru yang sudah disahkan tadi dijadikan sebagai data penugasan mengajar.
(62)
Gambar 3.1 Flowmap Prosedur Permintaan Kesediaan Mengajar dan Data Penugasan
2. Prosedur Pembentukan Jadual Mata Pelajaran
a)Dari arsip yang tersimpan di bagian kurikulum yaitu daftar guru dan kesediaan mengajar yang sudah direkapitulasi, dibagikan kepada semua anggota dan mengadakan rapat pembuatan jadual mata pelajaran.
b)Setelah jadual terbentuk, kemudiaan dilakukan proses penulisan jadual menggunakan
(63)
diletakan di ruang guru.
d)Bagian kurikulum melakukan pemberitahuan kepada perwakilan dari setiap kelas untuk mencatat jadual mata pelajaran sementara yang sudah terbentuk di papan jadual mata pelajaran.
e)Jika dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih mengalami bentrok, guru yang telah mendapatkan penugasan mengajar melapor ke bagian kurikulum untuk segera dilakukan perubahan jadual.
f)Bagian kurikulum akan terus melakukan perubahan jadual mata pelajaran sampai jadual tersebut tidak mengalami bentrok lagi, perubahan jadual mata pelajaran ini dilakukan di papan jadual mata pelajaran langsung.
g)Jika bentrok dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sudah tidak terjadi lagi, maka jadual mata pelajaran ditetapkan sebagai jadual mata pelajaran tetap.
h)Bagian Kurikulum melakukan penulisan ulang menggunakan Microsoft Excel dan dibagikan kepada masing-masing kelas.
(64)
! " #
(65)
Data input dari penjadualan Mata Pelajaran di SMPN 1 Telukjambe yang digunakan terdiri dari Data Kelas, Data Guru, Data Mata Pelajaran, Data Waktu, Data Ruang, dan Data Kesediaan. Sebagai berikut:
1. Data Kelas
Kelas berjumlah 24 kelas, yaitu 8 kelas untuk kelas VII, 8 kelas untuk kelas VIII, dan 8 kelas untuk kelas IX. Dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Data Kelas
No. Nama Kelas
1 VII A
2 VII B
3 VII C
4 VII D
5 VII E
6 VII F
7 VII G
8 VII H
9 VIIIA
10 VIII B
11 VIII C
12 VIII D
13 VIII E
14 VIII F
15 VIII G
16 VIII H
17 IX A
18 IX B
19 IX C
20 IX D
21 IX E
22 IX F
23 IX G
(66)
Data guru yang digunakan berdasarkan Tahun ajaran 2008/2009.
Tabel 3.2 Data Guru
NIP Nama Guru
130255474 Komarudin 130255444 Suryana, S.Pd 130256358 Drs. Hidayat 130255653 Dedi Erwin
130255985 Rr. Rani Agustiana 130255774 Ida Aida
130255787 Komala Dewi 130255772 Undang Diana 130256883 Yanto Surya H, S.Pd 130255333 Undang Harimaya
130255006 Asep Rusli R, S.Pd, M.Pd 130255888 Budiman
130255613 Drs. Yoyo Hartoyo 130255921 Jijih, S.Pd
130255476 Sarwono, S.Pd 130255477 Drs. M. Zukhron 130255821 Yusup Ramdani, S.Ag 130256898 Dra. Yeni Suryani 130255677 Dra. Atik Johanti 130255880 Badri Hendriadi 130256773 Dewi Yuniarni, S.Pd 130256989 Andi Ruslan, S.Ag 130255663 Erlin Indriani, S.Kom 130255111 Elis Mulyasari, S.Pd 130255475 Wahyudi, SE
130255444 Widodo
130255312 Ikeu Liana Dewi, S.Pd 130256982 Bella Agustina
130255771 Yane Sri Angka Budiyono, SE 130255233 Triana Pebriyanti, S.Pd
130255333 Defit Perdyana Wiriadi 130255555 Unun Hartati, SP 130256328 Riska Kafriantini, S.Pd
(67)
3. Data Mata Pelajaran
Data mata pelajaran yang digunakan berdasarkan Tahun Ajaran 2008/2009, yang terdiri dari Mata Pelajaran wajib yang merupakan rujukan dari Pemerintah, dan Mata Pelajaran berdasarkan kebijakan dari Sekolah. Data Mata Pelajaran dapat dilihat dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Mata Data Pelajaran
No Mata Pelajaran
Jumlah Jam Pelajaran Dalam 1 Minggu Setiap Kelas Keterangan (Satuan) VII VIII IX
1 Pendidikan Agama Islam (PAI) 2 2 2 Jam Pelajaran 2 Pendidikan Kewarganegaraan
(PKN) 2 2 2 Jam Pelajaran
3 Bahasa Indonesia (BI) 4 4 4 Jam Pelajaran
4 Matematika 4 4 4 Jam Pelajaran
5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
- Biologi 2 2 2 Jam Pelajaran
- Fisika 2 2 2 Jam Pelajaran
6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
- Ekonomi 2 2 2 Jam Pelajaran
- Geografi 2 2 2 Jam Pelajaran
- Sejarah 2 2 2 Jam Pelajaran
7 Bahasa Inggris 4 4 4 Jam Pelajaran
8 Pendidikan Ilmu Komputer 2 2 2 Jam Pelajaran
9 Pendidikan Jasmani 2 2 2 Jam Pelajaran
10 Seni Budaya 2 2 2 Jam Pelajaran
11 Mulok
A. Bahasa Sunda 2 2 2 Jam Pelajaran
Jumlah Jam Pelajaran Wajib
(Setiap Minggu) 32 32 32 Jam Pelajaran
(68)
- Mulok Lingkungan Hidup 2 Jam Pelajaran (Kebijakan Dari Sekolah)
- PK Jasa
2
Jam Pelajaran (Kebijakan Dari Sekolah)
12 Pengembangan Diri Setara 2 Jam
Pelajaran
Kebijakan Dari Sekolah
4. Data Waktu
Data waktu yang digunakan dalam penjadualan Mata Pelajaran di SMPN 1 Telukjambe merupakan Data Waktu efektif belajar sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam satu minggu. Data waktu efektif belajar dapat dilihat di tabel 3.4.
Tabel 3.4 Inputan Data Waktu
Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu
Masuk 8.00 7.00 7.00 7.00 7.40 7.00
Istirahat 10.
40 – 11.10
09.40 – 10.10
09.40 – 10.10
09.40– 10.10
09.00 – 09.30
09.40 – 10.10
Pulang 12.30 11.30 11.30 11.30 10.50 11.30
Jml. Jam Pelajaran
(Epektif)
6 6 6 6 4 6
5. Data Ruang
Ruang yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 28 ruang, yaitu 24 ruang kelas untuk teori, 3 lapangan olahraga untuk mata pelajaran olahraga, dan 1 Laboratorium Komputer untuk ruang praktek mata pelajaran Pendidikan Ilmu Komputer kelas VII dan VIII. Data Ruang dapat dilihat pada tabel 3.5.
(1)
128
4.2.2.11 Pengujian Laporan Per Kelas
Tabel 4.30 Pengujian Laporan Per Kelas
4.2.2.12 Prengujian Kelas Lab
Tabel 4.31 Pengujian Kelas Lab
4.2.3Pengujian Betha
Pengujian betha merupakan pengujian yang dilakukan secara objektif dimana diuji secara langsung ke lapangan sebagai bahan perbandingan. Dari hasil kuesioner tersebut akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan persentase penilaian. (Lembaran kuesioner dilampirkan).
Kasus dan Hasil Uji (Data Normal)
Data masukan Yang diharapkan Pengamatan Kesimpulan Menampilkan
Laporan Per Kelas Hasil Penjadualan.
Laporan Per Kelas Tampil.
Proses Laporan Per Kelas benar Sesuai yang diharapkan
Diterima
Kasus dan Hasil Uji (Data Normal)
Data masukan Yang diharapkan Pengamatan Kesimpulan Menampilkan
Data Kelas Lab Hasil PEnjadualan
Data pencarian lab komputer Tampil.
Proses pencarian lab komputer benar Sesuai yang diharapkan
(2)
4.2.3.1Pengolahan Hasil Pengujian Betha
Persentase nilai dibuat dengan rumus umum (P/n) * 100%, dimana P adalah
jumlah jawaban pada satu kategori pertanyaan dan jawaban, sedangkan n adalah
jumlah total responden, yaitu 5 orang. Hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 4.32 Hasil Pengujian Pernyataan No. 1 Pernyataan
No.1 Kategori
Jawaban Sering Pernah Belum
Pernah
Sama Sekali Belum Pernah Frekuensi
Jawaban 1 1 1 2
Presentasi Nilai Jumlah
Frekuensi 1 1 2 2
Jumlah
Presesntase 20% 20% 20% 40%
Tabel 4.33 Hasil Pengujian Pernyataan No. 2 Pernyataan
No.2 Kategori
Jawaban Sering Pernah Belum
Pernah
Sama Sekali Belum Pernah Frekuensi
Jawaban 0 1 2 2
Presentasi Nilai Jumlah
Frekuensi 0 1 2 2
Jumlah
(3)
130
Tabel 4.34 Hasil Pengujian Pernyataan No. 3 Pernyataan
No.3 Kategori
Jawaban Sering Pernah Belum
Pernah
Sama Sekali Belum Pernah Frekuensi
Jawaban 0 0 0 5
Presentasi Nilai Jumlah
Frekuensi 0 0 0 5
Jumlah
Presesntase 0% 0% 0% 100%
4.2.3.2 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta
Dari hasil pengujian betha yang telah dilakukan yaitu dengan pengujian perhitungan pilihan kategori jawaban dari kuesioner yang telah dibagikan di lapangan, didapat kesimpulan bahwa algoritma Taboosearch belum sepenuhnya dikenal di kalangan mahasiswa, sehingga memungkinkan algoritma ini jarang digunakan dalam penyelesaian masalah optimasi oleh mahasiswa-mahasiswa yang bergerak di bidang teknologi informasi.
(4)
131
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini akan dikemukakan kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya serta saran untuk perbaikan dan pengembangan sistem yang lebih lanjut.
5.1 Kesimpulan
Pada Bab terakhir ini akan diuraikan kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya mengenai Sistem Informasi Penjadualan di SMPN1 Telukjambe Karawang:
1. Dengan adanya Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran di SMPN 1 Telukjambe ini, Proses pembentukan jadual dan pengolahan data dapat berjalan lebih maksimal.
2. Sistem Informasi Penjadualan Mata Pelajaran di SMPN 1 Telukjambe ini mempunyai fasilitas untuk mengolah data mata pelajaran menggunakan metode algortima taboo search. .
3. Program Sistem Informasi Penjadualan di SMPN1 Telukjambe ini mempunyai tampilan yang mudah dimengerti oleh user, mudah digunakannya, cukup membantu dalam pengolahan data, data yang diolah cepat, cukup memberikan informasi yang diinginkan.
(5)
132
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang dapat membantu mengatasi beberapa kekurangan yang ada, Diantaranya:
1. Sistem Informasi Penjadualan di SMPN1 Telukjambe ini dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga informasi yang disajikan dapat lebih jelas, lebih lengkap serta lebih banyak, agar dapat menjadi suatu Sistem Informasi yang dapat menyajikan informasi secara lengkap.
2. Aplikasi penjadualan ini agar dapat dibuat sedinamis mungkin sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan yang nantinya diperlukan
(6)
Nama Lengkap : Iwan Saepudin
NIM : 10104286
Tempat & Tgl. Lahir : Karawang, 25 Mei 1986
Jenis Kelamin : Laki - laki
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pajajaran No 5/6 A
Bandung
Hobi : Nonton,Baca Buku,Main PS,Ngutak- ngatik komputer
Email : iwan.saepudin@yahoo.com
Telp : 085221864342
Latar Belakang Pendidikan :
1992 - 1998 : SD Negeri Pinayungan III Telukjambe
1998 - 2001 : SMP Negeri 1 Telukjambe
2001 - 2004 : SMK Texmaco Karawang
2004 - Sekarang : Universitas Komputer Indonesia
Pengalaman Organisasi :
Pengalaman Kerja :
PT. Texmaco Perkasa Engineering
Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kab. Karawang Kerja Praktek di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia
Iwan Saepudin NIM. 10104286