bibit yang ditanam. Setelah ditanam, bibit disiram selama 1 minggu pagi dan sore, hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko stress bibit serta berkaitan dengan
proses adaptasi terhadap lingkungan. rumah kaca meliputi penerapan perlakuan yang telah ditentukan pada masing-masing satuan percobaan yaitu penyiraman.
7. Parameter Penelitian
Pengamatan terhadap parameter dilakukan setiap dua minggu sekali selama 3 bulan, dimana parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tinggi Bibit
Pengambilan data parameter tinggi tanaman dilakukan sejak hari pertama mulai penelitian. Pengukuran ini menggunakan pita ukur dan penggaris.
Pengukuran tinggi yang dilakukan adalah 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas, dan pada titik tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran dan
menghindari kesalahan pengukuran.
Diameter Bibit
Pengambilan data diameter dilakukan dua minggu sekali, dimana pengukuran tersebut dilakukan sejak hari pertama mulai penelitian. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter yang dilakukan adalah 1 cm di atas titik awal pertumbuhan tunas, dan pada titik
tersebut diberi tanda untuk memudahkan pengukuran dan menghindari kesalahan pengukuran.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun juga dimulai pada hari pertama penelitian. Kemudian perhitungan berikutnya dilakukan pada akhir penelitian. Daun yang
dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempura.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Suhu dan Kelembaban
Hasil pengamatan lapangan diperoleh data suhu dan kelembaban sebagai berikut:
Tabel 3. Data suhu dan kelembaban dari pengamatan 1 hingga pengamatan 6
Pengamatan Total Rata-rata
1 2
3 4
5 6
Suhu C
40 35
37 44.7
46.8 48.3
251.8 42
Kelembaban 39
42 38
37 36
35 227
38
Pertambahan Tinggi Bibit Sukun cm
Tinggi merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan bibit. Rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun dapat dilihat pada
tabel berikut: Tabel 4. Data pertambahan tinggi bibit sukun cm
Perlakuan Rata-rata pertambahan tinggi bibit
sukun cm
Kontrol
3.33
a
Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg
5.33
a
Pupuk Kandang Biasa 1 kg
5.67
a
Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg
7.00
a
Pupuk Kandang Briket 0.5 kg
6.00
a
Pupuk Kandang Briket 1 kg
6.67
a
Pupuk Kandang Briket 1.5 kg
6.33
a
Kompos Biasa 0.5 kg
7.67
a
Kompos Biasa 1 kg
6.67
a
Kompos Biasa 1.5 kg
7.33
a
Kompos Briket 0.5 kg
7.33
a
Kompos Briket 1 kg
6.33
a
Kompos Briket 1.5 kg
5.00
a
Total 80.66
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf, kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test DMRT pada taraf
5 .
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Rata-rata Pertambahan Tinggi Bibit Sukun
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Berdasarkan Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah perlakuan P
7
yaitu 7.67 cm, sedangkan rata rata pertambahan tinggi yang paling rendah adalah perlakuan P
yaitu 3.33 cm. Berikut grafik rata- rata pertambahan tinggi bibit sukun tiap pengamatan:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3. Rata-Rata Tinggi Bibit Sukun Tiap Pengamatan
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Berdasarkan Gambar 3, seluruh bibit memperlihatkan pertambahan tinggi hingga akhir pengamatan. Setiap perlakuan hanya menunjukkan pertambahan
tinggi rata rata 1-3 cm pada tiap minggu pengamatan. Laju pertambahan tinggi bibit pada tiap minggu pengamatan yang paling signifikan adalah P
7
kemudian P
10
dan P
9,
sedangkan laju pertambahan tinggi bibit yang rendah adalah P
0.
Jika dilihat rata-rata pertumbuhan antar perlakuan, menunjukkan bahwa pemberian dengan cara briket tidak memberikan pengaruh nyata terhadap
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan bibit dibandingkan dengan cara biasa, namun seluruh perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 4. Rata-rata perbandingan tinggi bibit sukun antar perlakuan
Dari Gambar 4 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tinggi terbaik adalah pupuk kompos biasa yaitu 7.67 cm, sedangkan pupuk kompos
briket adalah 7.00 cm. Hal yang sama juga terjadi pada perlakuan pupuk kandang, dimana nilai rata-rata pertumbuhan tinggi bibit dengan pupuk kandang biasa lebih
baik yaitu 6.00 cm dibandingkan perlakuan pupuk kandang briket yaitu 4.78 cm.
Pertambahan Diameter Bibit Sukun cm
Hasil pengamatan rata-rata pertambahan diameter bibit sukun disajikan dalam tabel berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Data pertambahan diameter bibit sukun cm
Perlakuan Rata-rata pertambahan diameter bibit
sukun cm
Kontrol 0.000
a
Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg 0.097
ab
Pupuk Kandang Biasa 1 kg 0.157
ab
Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg 0.097
ab
Pupuk Kandang Briket 0.5 kg 0.107
ab
Pupuk Kandang Briket 1 kg 0.107
ab
Pupuk Kandang Briket 1.5 kg 0.137
ab
Kompos Biasa 0.5 kg 0.127
ab
Kompos Biasa 1 kg 0.203
ab
Kompos Biasa 1.5 kg
0.120
ab
Kompos Briket 0.5 kg 0.153
ab
Kompos Briket 1 kg
0.287
b
Kompos Briket 1.5 kg 0.210
b
Total 1.802
Rata-rata pertambahan diameter bibit sukun juga disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Gambar 5. Rata-rata pertambahan diameter sukun
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Berdasarkan Gambar 5 di atas menunjukkan perbedaan tingkat pertambahan diameter pada masing-masing perlakuan. Nilai pertambahan
diameter terbesar adalah P
11
yaitu 0.29 cm dan nilai terendah yaitu kontrol sebesar 0 cm yang berarti tidak mengalami pertambahan diameter. Berikut Gambar rata-
rata pertambahan diameter setiap pengamatan :
Gambar 6. Rata-rata pertambahan diameter sukun tiap pengamatan
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa laju pertambahan diameter bibit sukun tiap pengamatan berbeda beda. Rentang pertumbuhan diameter setiap
pengamatan berkisar antara 0.01 cm – 0.22 cm. Laju pertambahan diameter bibit pada tiap minggu pengamatan yang paling signifikan adalah P
11
kemudian P
8
lalu P
2,
sedangkan laju pertambahan diameter bibit yang rendah adalah P dimana tidak
terjadi pertambahan diameter. Berikut ini nilai rata-rata pertambahan diameter bibit sukun antar
perlakuan:
Gambar 7. Rata-rata perbandingan diameter antar perlakuan
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 7 tersebut menunjukkan perbedaan nilai rata-rata antar perlakuan, dimana nilai terbesar adalah pada perlakuan pupuk kompos briket yaitu
0.17 cm dibandingkan dengan pupuk kompos biasa sebesar 0.15 cm. Hal ini memang terlihat nyata jika dilihat secara grafis, namun berdasarkan pengolahan
analisis data bahwa pemberian pupuk dengan cara briket tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun.
Pengamatan Jumlah Daun Bibit Sukun
Hasil pengamatan rata rata jumlah daun disajikan dalam tabel berikut : Tabel 6. Data pengamatan rata-rata jumlah daun bibit sukun helai
Perlakuan Rata-rata pengamatan rata-rata
jumlah daun bibit sukun helai
Kontrol 1.33
a
Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg 3.33
ab
Pupuk Kandang Biasa 1 kg
3.33
ab
Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg
4.00
ab
Pupuk Kandang Briket 0.5 kg 4.00
ab
Pupuk Kandang Briket 1 kg 3.67
ab
Pupuk Kandang Briket 1.5 kg 5.33
b
Kompos Biasa 0.5 kg 4.67
b
Kompos Biasa 1 kg 5.33
b
Kompos Biasa 1.5 kg 4.67
b
Kompos Briket 0.5 kg
4.00
ab
Kompos Briket 1 kg
4.33
b
Kompos Briket 1.5 kg 4.00
ab
Total
51.99
Hasil pengamatan jumlah daun bibit sukun juga disajikan dalam bentuk gambar. Berikut gambar pengamatan jumlah daun bibit sukun :
Universitas Sumatera Utara
Gam bar 8. Rata-rata jumlah daun bibit sukun
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat rata-rata jumlah daun menunjukkan nilai yang bervariasi. Nilai rata-rata jumlah daun tertinggi adalah P
6
dan P
8
yaitu 5.33 sedangkan nilai rata rata terendah ialah P kontrol yaitu 1.33.
Berikut gambar rata rata jumlah daun bibit sukun tiap pengamatan:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Rata-rata jumlah daun bibit sukun tiap pengamatan
Keterangan: P
= kontrol P
1
= Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg P
2
= Pupuk Kandang Biasa 1 kg P
3
= Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg P
4
= Pupuk Kandang Briket 0.5 kg P
5
= Pupuk Kandang Briket 1 kg P
6
= Pupuk Kandang Briket 1.5 kg P
7
= Pupuk Kompos Biasa 0.5 kg P
8
= Pupuk Kompos Biasa 1 kg P
9
= Pupuk Kompos Biasa 1.5 kg P
10
= Pupuk Kompos Briket 0.5 kg P
11
= Pupuk Kompos Briket 1 kg P
12
= Pupuk Kompos Briket 1.5 kg
Berdasarkan Gambar 9 di atas, menunjukkan bahwa rata rata jumlah daun bibit sukun memiliki nilai yang beragam. Pada pengamatan ke 5 seluruh
perlakuan menunjukkan grafik yang cenderung menurun. Hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang sangat ekstrim dimana berdasarkan hasil pengamatan suhu dan
kelembaban pada pengamatan ke 5 yaitu 46.8 C dan kelembaban 36 .
Universitas Sumatera Utara
Berikut gambar perbandingan rata rata jumlah daun antar perlakuan :
Gambar 10. Rata-rata perbandingan jumlah daun antar perlakuan
Berdasarkan gambar 10 di atas menunjukkan nilai rata-rata jumlah antar perlakuan terbesar adalah pupuk kompos biasa sebesar 4.89 dan yang terendah
adalah tanpa perlakuan kontrol sebesar 1.33. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan memberi pengaruh nyata terhadap jumlah daun. Akan tetapi pemberian
pupuk dengan cara briket tidak memberikan pengaruh nyata jika dibandingkan dengan pemberian pupuk cara biasa.
Pembahasan
Berdasarkan beberapa paramater yang diamati, menunjukkan nilai tertinggi dari parameter tinggi bibit adalah pupuk kompos biasa 0.5 kg P
7
yaitu 7.67 cm, sedangkan pupuk kompos 0.5 kg dengan cara briket P
10
adalah 7.33 cm. Hal serupa juga terjadi pada pupuk kandang dimana nilai rata pertumbuhan
pupuk kandang dengan cara biasa 1.5 kg P
3
lebih baik yaitu 7.00 cm dibanding dengan pupuk kandang 1.5 kg P
6
dengan cara briket yaitu 6.33 cm. Data ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik dengan cara briket tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit sukun
dibandingkan pemberian dengan cara biasa. Hal ini terjadi karena orientasi dari proses pembriketan pupuk tersebut adalah nilai jumlah sedangkan dalam proses
pembuatan briket faktor yang dititikberatkan adalah kerapatan, dimana kerapatan sangat dipengaruhi oleh berat benda dengan volume benda tersebut, sehingga
pengaruh terhadap pengaplikasiannya juga akan sangat berpengaruh. Selain faktor kerapatan, pemberian pupuk dengan cara briket tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan bibit sukun didukung pula oleh faktor pengaruh tekanan yang berdampak pada kebaradaan pori pupuk briket. Proses pembuatan pupuk
briket dengan metode konvensional memberikan perbedaan yang signifikan terhadap proses teknis serta sifat fisik briket. Dengan tekanan yang terlalu besar
mengakibatkan briket mengalami tekanan yang besar pula sehingga pori pori pada briket yang berfungsi sebagai saluran suplai air menjadi kecil, akibatnya proses
suplai air ke tanaman menjadi terhambat. Nilai pertambahan diameter terbesar adalah P
11
yaitu 0.29 cm dan nilai terendah yaitu kontrol yang tidak mengalami pertambahan diameter. Hal ini
dikarenakan kondisi lingkungan yang ekstrim dengan suhu yang lebih dari 40 C
mengakibatkan tumbuhan cepat kehilangan air sehingga pertumbuhan menjadi tetap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto 2006 bahwa tanaman sukun
tumbuh lebih baik di tempat yang lebih panas, dengan temperatur antara 15 C –
38 C.
Lahan tempat dilakukannya penelitian ini adalah lahan marginal atau lahan kritis dimana kondisi lingkungan berada dalam cengkraman kekeringan. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
sangat mendominasi dalam mempengaruhi proses pertumbuhan sehingga proses pertumbuhan begitu lambat. Dapat dilihat dari data bahwa pertambahan diameter
bibit sukun hanya berkisar 0.01-0.22 cm. Pernyataan ini sesuai dengan Dephut 2006 salah satu karakteristik lahan kritis ialah lahan yang kondisinya mengalami
cengkraman kekeringan akibat laju erosi yang tinggi maupun intensitas curah hujan tahunan yang sangat rendah. Hal ini menyebabkan tanah yang berfungsi
sebagai media penyimpan air yang terkandung di dalamnya tidak dapat berfungsi maksimal sehingga berimplikasi terhadap pertumbuhan tanaman yang juga
menjadi tidak maksimal. Pengamatan rata rata jumlah daun tertinggi yaitu P
6
dan P
8
yaitu 5.33 sedangkan nilai rata rata terendah ialah kontrol yaitu 1.33. Daun merupakan aspek
penting dalam proses fotosintesis yang menghasilkan zat yang dibutuhkan tumbuhan dalam proses pertumbuhan, sementara sinar matahari juga merupakan
komponen penting dalam proses fotosintesis yang didukung pula oleh keberadaan air. Intensitas cahaya yang sedikit tidak memberikan dampak optimal terhadap
proses fotosintesis, namun intensitas cahaya yang terlalu besar juga tidak baik dalam proses fotosintesis karena akan dapat merusak pigmen-pigmen daun.
Kondisi di lapangan ditemukan fakta bahwa temperatur yang tinggi serta ketersediaan air tidak mendukung sehingga mengakibatkan laju fotosintesis
menjadi lambat. Pada kontrol, rata rata pertambahan jumlah daun hanya 1.33, paling rendah diantara perlakuan yang lai. Hal ini disebabkan oleh faktor
ketersedian air yang merupakan asapek penting dalam proses fotosintesis, sementara pada perlakuan P
6
hingga P
8
memperoleh rata rata pertambahan jumlah daun yang lebih baik akibat pengaruh pupuk yang berfungsi sebagai media
Universitas Sumatera Utara
penyimpan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitter dan Hay 1981, kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus akan menyebabkan perubahan irreversible tidak dapat balik dan pada
gilirannya tanaman akan mati Pengamatan jumlah daun bibit sukun memiliki nilai yang beragam. Pada
pengamatan ke 5 seluruh perlakuan menunjukkan grafik yang codong menurun. Hal ini diakibatkan oleh faktor cuaca yang sangat ekstrim dimana berdasarkan
hasil pengamatan suhu dan kelembaban pada pengamatan ke 5 yaitu 46.8 C dan
kelembaban 36 . Hal ini mengakibatkan pigmen daun banyak yang rusak dan akhirnya menggugurkan daun sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan.
Pernyataan di atas sesuai dengan Haryati 2000 yang menyatakan bahwa respon terhadap adanya stres air ini dapat diamati secara visual. Adanya respon layu dan
menggulungnya daun berarti terhambatnya fotosintesis baik karena menutupnya stomata dan karena berkurangnya luas permukaan fotosintesis.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontrol, pupuk kandang biasa, pupuk kandang dengan cara briket, kompos biasa dan kompos
dengan cara briket. Hal ini sesuai dengan pernyataan Stockdale dkk. 2001 dalam Melati dan Wisdiyastuti 2005 menyatakan beberapa sumber hara yang dapat
digunakan dalam sistem pertanian organik adalah bahan organik yang berasal dari pupuk kandang, pupuk hijau, limbah pertanian, pupuk hayati, dan limbah rumah
tanggaperkotaan. Berdasarkan data rata-rata perbandingan antar perlakuan, dari parameter
tinggi diperoleh nilai rat-rata perlakuan yang terbaik adalah pupuk kompos biasa
Universitas Sumatera Utara
7.67 cm, lebih tinggi dibandingkan pupuk kompos briket sebesar 7.00 cm, sedangkan pupuk kandang biasa juga lebih tinggi daripada pupuk kandang briket
yaitu masing-masing sebesar 6.00 cm dan 4.78 cm. Dari data penambahan diameter diperoleh bahwa nilai rata-rata pertambahan diameter bibit tanpa
perlakuan sebesar 0 cm, pupuk kandang biasa sebesar 0.12, dimana lebih tinggi dari pupuk kandang briket sebesar 0.10 cm. Namun, kompos briket lebih besar
penambahan diameter dibanding dengan kompos biasa yaitu masing-masing sebesar 0.17 cm dan 0.15 cm. Dari data perbandingan jumlah daun antar
perlakuan diketahui bahwa pupuk kandang biasa dan pupuk kandang briket memiliki nilai rata-rata yang sama yaitu 3.55, sedangkan pupuk dan kompos biasa
lebih tinggi dibandingkan pemberiaan pupuk dengan cara briket yaitu 4.89 dan 4.11. Dari data tersebut menunjukkan bahwa pemberian perlakuan lebih baik
daripada kontrol. Hal ini dikarenakan adanya penambahan bahan organik ke dalam tanah yang berfungsi sebagai media penyuplai air dan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan pernyataan Musnamar 2002, bahan organik mempunyai kemampuan menyerap air 80-90 dari berat totalnya. Penambahan
bahan organik ke dalam tanah terutama pada tanah yang mempunyai kadar liat yang tinggi dapat memperbaiki struktur tanah yang menjadi lebih lemah,
distribusi ruang pori menjacli lebih merata dan kapasitas memegang air meningkat. Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya unsur
hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume
total ruang pori, plastisitas dan daya pegang air. Pernyataan di atas didukung pula oleh Sutejo 2004 kompos dapat meningkatkan kapasitas menahan air, aktivitas
Universitas Sumatera Utara
mikroorganisme di dalam tanah dan ketersediaan unsur hara tanah. Selain itu, kompos juga dapat menyediakan sumber energi bagi aktifitas organisme tanah
baik makro maupun mikro yang berperan dalam meningkatkan kesuburan tanah melalui proses peningkatan humus.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian pupuk dengan cara briket tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah daun bibit sukun.
Saran
Setelah dilakukan evaluasi ternyata pengaruh tekanan serta kerapatan dalam proses pembuatan briket sangat diperlukan sehingga untuk penelitian
selanjutnya dapat diterapkan agar pemberian briket memberikan pengaruh nyta terhadap pertumbuhan tanaman.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Annafi, Z. 2004. Pengaruh Waktu Penggunaan Briket Kompos Terhadap Sifat Fisika Tanah dan Pertumbuhan Jagung Manis Pada Pengolahan
Minimum Latosol Sindang Barang. Skripsi. IPB. Bogor Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
[DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1998. Buku Pedoman Kehutanan Indonesia.
Jakarta ___________ . 2006. Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Diakses dari
http:www.dephut_Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Htm. 112011 ___________ . 2007. Luas Lahan Kritis di Sumatera Utara. Diakses dari
http:www.dephut_Luas lahan kritis di Sumatera Utara.Htm. 112011 ___________ . 2009. Lahan Kritis. Diakses dari http:www.dephut_Lahan
Kritis.Htm. 112011 Direktorat Jendral RLPS. 2006. Ikhtisar lahan Kritis Akhir Pelita dan Rehabilitasi.
Diakses dari http:www.google_Bab_3.PDF.htm 112011 Fitter , A. H dan Hay. R. K. M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta Gardner, P. F. R., B. Pearce, dan R.L. Mitcell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian
Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsudin, dan J. S. Baharsyah. UI Press. Jakarta
Hakim, N., Nyapka, Y.M, Lubis, A.M, Nugroho, G. Saul, R. Diha, A. Hong, B.G. dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung
Haryati, S. S. 2000. Fisiologi Cekaman. EdisiRevisi. Jurusan Agronomis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman. Program Studi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian USU.
Medan Hendalastuti, H. dan A. Rojidin. 2006. Karakteristik Budidaya dan Pengolahan
Buah Sukun Studi Kasus di Solok dan Kampar. Prosiding Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan : 220-232
Universitas Sumatera Utara
Herawady, E.K. 2004. Pengaruh Serbuk Briket Organik dan Pemberian Air Terhadap Beberapa Sifat Fisik Tanah Latosol Merah Oxic Dystrudept
Gunung Sindur, Evapotranspirasi, Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada Lactuta sativa. Skripsi. IPB. Bogor
Irwansyah. 2002. Efek Pemberian Bahan Organik Bokashi, Pupuk Kandang dan Kompos Pada Tanaman Kacang Tanah Arachis hypogea Terhadap
Sifat Fisik dan Mekanika Tanah Skripsi. Bogor : Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Irwanto. 2006. Prespektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur. Diakses dari http:www.irwanto.com. 112011
Islami, T dan Utomo, W. H. 1995. Hubungan Tanah, Air danTanaman. IKIP Semarang Press. Semarang
Kusuma, I., Ansyarullah, Emmyzar, Y. Rubaya, Herman, dan Daswir. 2006. Pengaruh Pemupukan Terhadap Produksi dan Mutu Seraiwangi. Buletin
Litro XVII 2 : 59-65 Koeswara, S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. Diakses dari
http:www.ebookpangan.com. 112011 Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Marshall, T. J., Holmes J. W. 1988. Soil physics. Second edition. New York :
Press Syndicate of The University of Cambridge. Musnamar, E.I. 2002. Pembuatan dan Aplikasi Pupuk Organik Padat. Penebar
Swadaya. Jakarta. Rauf, A. 2009. Profil Arboretum USU 2006-2008. USU Press. Medan
Sinaga, S. 2008. Asam Abisik Sebuah Mekanisme Adaptasi Tanaman Terhadap
Cekaman Kekeringan. http:reseach.merubuana.ac.id [05 Desember 2010]
Stockdale, E.A., N. H. Lampkin, M. Hovi, R. Keatinge, E.K.M. Lennartsson, D.W. Macdonald, S. Padel, F. H. Tattersall, M. S. Wolfe, dan C. A.
Watson. 2001. Agronomic and environmental implication of organic farming systems dalam Pengaruh Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk
Hijau Calopogonium mucunoides Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Panen Muda yang Dibudidayakan Secara Organik. Melati, M.
dan Wisdiyastuti, A. 2005. Bul. Argon. 33 2: 8-15
Sumarno. 2004. Pengelolaan Air Bagi Tanaman. Program Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang
Universitas Sumatera Utara
Sunarjono, H. H. 1998. Prospek Berkebun Buah. Penebar Swadaya. Jakarta Syukur, A. dan Harsono, E. S. 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan
NPK Terhadap Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Tanah Pasir pantai Samas Bantul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8 2 : 138-145
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Air Dari hasil pengujian kadar air yang dilakukan terhadap pupuk yang
digunakan diperoleh data sebagai berikut: 1.
Pupuk Briket Berat awal kering udara
: 56.4 gr Berat Basah
: 77.7 gr Berat oven
: 53.5 gr KA 1 = 56.4 – 53.556.4 x 100 = 5.14
KA 2 = 77.7 – 54.477.7 x 100 = 29.9 Dimana dimensi dari pupuk briket adalah :
Panjang = 4 cm
Lebar = 4 cm
Tinggi = 3 cm
Sehingga kerapatan pupuk briket yaitu: P= mv
= 56.44x4x3 = 1.175 gcm
3
2. Pupuk Biasa
Berat awal kering udara : 10 gr
Berat oven : 6.5 gr
KA = 10 – 6.510 x 100 = 35
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun A. communis cm
Perlakuan Ulangan
Total Rata
Rata 1
2 3
PO 3
4 3
10 3.33
P1 8
5 3
16 5.33
P2 6
6 5
17 5.67
P3 9
5 7
21 7.00
P4 4
5 9
18 6.00
P5 4
7 9
20 6.67
P6 7
6 6
19 6.33
P7 5
12 6
23 7.67
P8 8
3 9
20 6.67
P9 7
7 8
22 7.33
P10 8
9 5
22 7.33
P11 5
5 9
19 6.33
P12 3
5 7
15 5.00
Total 77
79 86
242 80.67
Rata Rata 5.92
6.08 6.62
18.62 6.21
Hasil sidik ragam rata-rata pertambahan tinggi bibit sukun dengan perlakuan pemberian pupuk organik
Sumber Keragaman
db Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hit
F Tabel
Perlakuan 12
49.69 4.14
0.81
2.18
Ulangan
2 3.44
1.72 0.33
3.4
Error 24
123.23 5.13
Total
39 1678.00
Keterangan : Fhit Ftabel, Pemberian pupuk dan ulangan tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi bibit sukun.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Lanjutan...
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Ulangan Taraf
5 Keterangan
a
Kontrol 3
3.33 a
Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg 3
5.33 a
Pupuk Kandang Biasa 1 kg 3
5.67 a
Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg 3
7.00 a
Pupuk Kandang Briket 0.5 kg 3
6.00 a
Pupuk Kandang Briket 1 kg 3
6.67 a
Pupuk Kandang Briket 1.5 kg 3
6.33 a
Kompos Biasa 0.5 kg 3
7.67 a
Kompos Biasa 1 kg 3
6.67 a
Kompos Biasa 1.5 kg 3
7.33 a
Kompos Briket 0.5 kg 3
7.33 a
Kompos Briket 1 kg 3
6.33 a
Kompos Briket 1.5 kg 3
5.00 a
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Pertambahan diameter bibit sukun cm
Perlakuan Ulangan
Total Rata
Rata 1
2 3
P0 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
P1 0.06
0.10 0.13
0.29 0.10
P2 0.02
0.35 0.10
0.47 0.16
P3 0.13
0.10 0.06
0.29 0.10
P4 0.16
0.03 0.13
0.32 0.11
P5 0.12
0.07 0.13
0.32 0.11
P6 0.19
0.06 0.16
0.41 0.14
P7 0.06
0.06 0.26
0.38 0.13
P8 0.32
0.26 0.03
0.61 0.20
P9 0.13
0.13 0.10
0.35 0.12
P10 0.07
0.26 0.13
0.45 0.15
P11 0.35
0.35 0.16
0.86 0.29
P12 0.10
0.32 0.03
0.45 0.15
Total
1.70 2.08
1.40 5.18
1.73
Rata Rata
0.13 0.16
0.11 0.40
0.13
Hasil Sidik Ragam Pertambahan Diameter Bibit Sukun
Sumber Keragaman
db Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hit
F Tabel
Perlakuan 12
0.163 0.014
1.452
2.18
Ulangan 2
0.011 0.005
0.563
3.4
Error 24
0.216 0.009
Total 39
1.101 Keterangan : Fhit Ftabel, Pemberian pupuk dan ulangan tidak berpengaruh
terhadap pertambahan diameter bibit sukun.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Lanjutan…
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Ulangan Taraf 5
Keterangan a
b Kontrol
3 0.00
a Pupuk Kandang Biasa 0.5
kg 3
0.097 0.097
ab
Pupuk Kandang Biasa 1 kg 3
0.157 0.157
ab Pupuk Kandang Biasa 1.5
kg 3
0.097 0.097
ab Pupuk Kandang Briket 0.5
kg 3
0.107 0.107
ab
Pupuk Kandang Briket 1 kg 3
0.107 0.107
ab Pupuk Kandang Briket 1.5
kg 3
0.137 0.137
ab
Kompos Biasa 0.5 kg 3
0.127 0.127
ab
Kompos Biasa 1 kg 3
0.203 b
Kompos Biasa 1.5 kg 3
0.120 0.120
ab
Kompos Briket 0.5 kg 3
0.153 0.153
ab
Kompos Briket 1 kg 3
0.287 b
Kompos Briket 1.5 kg 3
0.210 b
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Pengamatan Jumlah Daun Bibit Sukun
Perlakuan Ulangan
Total Rata-
rata
1 2
3
P0 1
2 1
4 1.33
P1
3 5
2 10
3.33
P2 3
4 3
10 3.33
P3
4 4
4 12
4.00
P4 4
5 3
12 4.00
P5
3 4
4 11
3.67
P6 6
6 4
16 5.33
P7
3 5
6 14
4.67
P8 6
7 3
16 5.33
P9
3 3
8 14
4.67
P10 3
3 6
12 4.00
P11
4 6
3 13
4.33
P12 3
6 3
12 4.00
Total 46
60 50
156 52.00
Rata Rata 3.54
4.62 3.85
12.00 4.00
Hasil Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit Sukun
Sumber Keragaman
db Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hit
F Tabel
Perlakuan 12
38.00 3.17
1.52
2.18
Ulangan 2
8.00 4.00
1.92
3.4
Error
24 50.00
2.08
Total 39
720.00 Keterangan : Fhit Ftabel, Pemberian pupuk dan ulangan berpengaruh nyata
terhadap pengamatan jumlah daun bibit sukun.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Lanjutan…
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik
Ulangan Taraf 5
Keterangan
a b
Kontrol
3 1.33
a
Pupuk Kandang Biasa 0.5 kg
3 3.33
3.33 ab
Pupuk Kandang Biasa 1 kg
3 3.33
3.33 ab
Pupuk Kandang Biasa 1.5 kg
3 4.00
4.00 ab
Pupuk Kandang Briket 0.5 kg
3 4.00
4.00 ab
Pupuk Kandang Briket 1 kg
3 3.67
3.67 ab
Pupuk Kandang Briket 1.5 kg
3 5.33
b
Kompos Biasa 0.5 kg 3
4.67 b
Kompos Biasa 1 kg
3 5.33
b
Kompos Biasa 1.5 kg 3
4.67 b
Kompos Briket 0.5 kg
3 4.00
4.00 ab
Kompos Briket 1 kg 3
4.33 b
Kompos Briket 1.5 kg 3
4.00 4.00
ab
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Foto Pembuatan Briket Pupuk
Proses Pembuatan Pupuk Briket
Hasil akhir dari pembuatan briket
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Foto Bibit Sukun
Kontrol P.Kandang Biasa 0.5 kg
P.Kandang Biasa 1 kg P.Kandang Biasa 1.5 kg
P. Kandang Briket 0.5 kg P. Kandang Briket 1 kg
Universitas Sumatera Utara
.
P. Kandang Briket 1.5 kg P. Kompos Biasa 0.5 kg
P.Kompos Biasa 1 kg P. Kompos Biasa 1.5 kg
P.
Kompos Briket 0.5 kg P. Kompos Briket 1 kg
P.Kompos Briket 1.5 kg
Universitas Sumatera Utara