DAYA SAING PROVIDER DAERAH DALAM MENGIKUTI LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA ELEKTRONIK SECARA TERBUKA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TAHUN 2014-2015
DAYA SAING PROVIDER DAERAH DALAM MENGIKUTI LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA ELEKTRONIK SECARA TERBUKA DI
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TAHUN 2014-2015
SKRIPSI
Disusun Oleh:
HELEN DIAN FRIDAYANI NIM. 20130520018
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(2)
i DAYA SAING PROVIDER DAERAH DALAM MENGIKUTI LELANG PENGADAAN BARANG DAN JASA ELEKTRONIK SECARA TERBUKA DI
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA TAHUN 2014-2015
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Strata I (S-1) Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun Oleh:
HELEN DIAN FRIDAYANI NIM. 20130520018
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
(3)
(4)
iii HALAMAN PERNYATAAN
Nama : Helen Dian Fridayani Nomor Mahasiswa : 20130520018
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi manapun. Sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya dan atau pendapat orang lain yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Selanjutnya apabila dikemudian hari terbukti terdapat duplikasi, serta ada pihak lain yang merasa dirugikan dan menuntut, maka saya akan bertanggungjawab serta menerima segala konsekuensi yang menyertainya.
Yogyakarta, Desember 2016
HELEN DIAN FRIDAYANI 20130520018
(5)
iv HALAMAN MOTTO
Artinya: “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka
wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu“. (HR. At-Tirmidzi)
“Everything you can imagine is real.”
- Pablo Picasso
Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اللَهلم َ
ااَ
ااهْهاَ
الَاَ
ماا
اَعالْماهاُ
اَهْهاَ
ااأْناتاَ
اَهاهْلاُ
ااحْزان َ
َاذاَ
ااأْتاَ
اَهْهاَ
“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” [artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang
Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah].
(6)
v HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang sangat berarti di dalam hidup saya, yaitu:
Kedua orang tua tercinta yang tidak pernah lelah memberikan do’a dan dukungan
Adikku tersayang, Reyhan Dwi Oktavian
Keluarga besarku yang berada di Jogja dan di Bengkulu
Sahabat-sahabatku tercinta
(7)
vi KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahhirrobil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu membantu perjuangan beliau untuk menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dan memperoleh gelar sarjana (S1) pada jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun judul dari skripsi ini adalah “DayaاSaing Provider Daerah dalam Mengikuti Lelang Pengadaan Barang Dan Jasa Elektronik Secara Terbuka Di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015”.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis dengan senang hati untu menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang. Penulis menyadari pula bahwa terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak lepas dari
(8)
vii bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ali Muhammad, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Dr. Titin Purwaningsih, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Dr. H. Achmad Nurmandi, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Awang Darumurti, S.IP., M.Si., selaku Dosen Penguji I yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Muchammad Zaenuri, M.Si, selaku Dosen Penguji II yang telah menguji dan memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Apparatur Sipil Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Kalimantan Timur yang telah banyak memberikan banyak informasi yang dibutuhkan penulis guna menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi Kalimantan Timur yang telah banyak
(9)
viii memberikan banyak informasi dan data yang dibutuhkan penulis untuk keperluan penyelesaian penyusunan skripsi ini.
9. Mas Muhammad Eko Atmojo, S.IP., M.IP., selaku asisten pembimbing penelitian bapak Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc. yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan serta arahan dalam penyusunan skripsi ini. 10.Mas Sakir, S.IP., M.Si, Mbak Sekar, Bu Asti, dan Mas Anwar yang telah
banyak memberikan motivasi, masukan-masukan dalam perkuliahan maupun saat penyusunan skripsi ini.
11.Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan selama menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
12.Teruntuk kedua orang tua, bapak dan ibu (Mujiono & Sumini) yang tak pernah lelah untuk mendidik, memberikan semangat, menasehati, dan membimbing penulis dari lahir hingga sekarang untuk menghantarkan penulis menuju kesuksesan. Belum banyak yang bisa penulis berikan untuk membuat bangga dan bahagia bapak dan ibu, semoga dengan skripsi dan gelar sarjana (S1) yang didapat mampu memberikan sedikit kebanggaan dan kebahagiaan untuk bapak dan ibu.
13.Reyhan Dwi Oktavian yang selalu menjadi kebanggaan keluarga dan penyemangat bagi penulis untuk dapat menjadi seorang kakak yang lebih baik lagi kedepannya, semoga dengan usaha dan capaian yang selama ini telah
(10)
ix penulis capai dapat menjadi contoh yang baik kedepannya sehingga kelak kamu bisa menjadi orang yang lebih hebat dan membanggakan keluarga. 14.Keluarga besar di Jogja dan di Bengkulu yang telah memberikan support
untuk dapat terselesainya penulisan skripsi ini.
15.Keluarga Career Development Center Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (Bapak Triyana, Bapak Sigit, Mas Khairul, Mbak Titiek, dan Mbak Icha) yang telah memberikan banyak sekali pembelajaran dan pengalaman selama penulis magang disana.
16.Sahabat-sahabatku tercinta (Neng Azhariyyah Sofa, Aulia Nur Kasiwi, Dewi Anggraini, Mardha Adhi Pratama, Elvin Defriadi, Agus Andika Putra, Muhammad Dwi Nugroho, Fikri Zulfikar, Nur Afriani, Dwi Haryati) yang selalu memberikan support terhebatnya, bantuan, dukungan, kebersamaan, terimakasih atas kebersamaan kita selama menempuh pendidikan jenjang sarjana di Program Studi Ilmu Pemerintahan. Semoga selalu menjadi sahabat sampai nanti-nanti dan sukses terus untuk kita semua.
17.Besties, sahabat-sahabat SMA-ku (Dyah Ayu Zahra, Normajati Anisa Rasinta, Lintang Gia Purwashanti, Abang Lintang Noor Choliq, Abang Lingga Ardyana, Dyota Laksmana A, dan bapak Polisi Ardi Arifianto) terimakasih atas persahabatan yang dibangun dari masa SMA dan terimakasih atas support yang selalu diberikan untuk penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Satu per satu dari kita udah lulus dan sukses terus untuk kita semua.
(11)
x 18.Sahabatku Lathif Gani Wibowo, Endah Windiastuti, dan Nita Wandhani. Terimakasih telah menjadi teman, sahabat, dan keluarga bagi penulis. Terimakasih atas support yang telah diberikan. Cepet nyusul dan sukses selalu untuk kita. See you at the top.
19.MH Ainun Maidi, terima kasih atas support dan do’a yang luar biasa selalu diberikan dan selalu memberikan kebahagiaan, dan selalu berusaha untuk membantu penulis. Tidak pernah letih untuk memberikan nasehat saran dan bimbingannya. Semoga kita akan selalu baik-baik saja. Amin.
20.Keluargaku di Dewan Perwakilan Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (DPM KM-UMY) selama dua (2) periode 2014-2016 yang telah menjadi wadah untuk belajar berorganisasi legislatif, pengalaman, suka duka selama 2 tahun, terimakasih (Irvan Ahsani, Arum Anggraeni, Aris Cahyono, Miftahurrahmah, Dewi Kusumastuti, Suryatman, Bandar Barokah, Merisa Dwi Juanita, Radityo Asep, Arfan, Mbak Alfi, Mbak Mustika, Bang Agus, Khairul, Rais) yang sudah seperti kakak, sahabat, teman dan keluarga bagi penulis, serta teman-teman DPM KM-UMY lainnya yang telah membantu dan mensupport penulis.
21.Student English Activity (SEA UMY) yang sudah menjadi rumah dan keluarga untuk belajar berorganisasi, Bahasa inggris, belajar banyak pengalaman berorganisasi. Terimakasih Terima kasih keluarga kecil UKM SEA UMY. Especially thank you for SEA UMY Batch 2013. See you on top.
(12)
xi 22.Keluarga kecil di Public Relation Ministry SEA UMY yang telah banyak sekali memberikan banyak pengalaman, suka duka, bahagia, dan cinta di dalamnya (MH Ainun Maidi, Dinda Hanifah, Nina Lutfyantika, Rifki Elindawati, Zazan, Arifiangko, Diego, Maya Septiani, Zanuar, Yudha, Mbak Lyna, Kak Rangga, Kak Nanda, Kak Dani, Arwan, Egik, Zikra, Daus, Sofi, Kak Rezky, Wuri Wulandari, Amanda Nabhila, dan anak-anak PR yang lain) Terimakasih dan sukses terus untuk Public Relation Ministry SEA UMY kedepannya.
23.Keluarga HMI-MPO Komisariat Fisipol dan Korkom UMY (Nensy Lusida, Fifi, Anta, Fatah, Decky, Niki, Aulia, Bang Krisna, Bang Baedawi, Mas Fatih, Angga, Arni, Citra, Tanjung, Reta, Gea, Laras, Udo Agus, Cecep, Relsan dan lain-lain) terimakasih atas pembelajaran dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
24.Teman-teman KKN Internasional batch 6- Gonjen Squad (Mbak Lucitania Rizky, Dinda Hanifah, Isti, Wulinda, Soraya, Mas Fanani, Sulis, Dwi dan teman-teman dari Singapore Polytechnic), Ngaran Group (Ainun, Atikah, Annisa, Kak Ghiffari, Rifaldi, Tia, Venna, dan Azhar) terima kasih atas pengalaman yang diberikan. Sukses untuk kita semua.
25.Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan UMY (Hazqon Fuadi Nasution, Alhafiz Atsari, Alle Roby Suarly, Atikah Nadia, Rudiyanto, dll) terimakasih telah sama-sama berjuang bertukar ilmu hingga akhirnya kita satu persatu dapat ACC dari dosen pembimbing, see you on top.
(13)
xii 26.Teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2013 yang tidak dapat satu persatu disebutkan yang telah menjadi teman dan rekan selama kuliah menempuh pendidikan dan bersama berjuang untuk meraih gelar sarjana. 27.Terimakasih kepada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, almamater
tercinta yang telah memberikan banyak ilmu, pembelajaran dan selama menempuh pendidikan strata 1 (S1).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, itu semua karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki dalam menyelesaikan penyusunan skirpsi ini. Untuk itu penulis meminta maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya serta dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Demikianlah Kata Pengantar yang dapat penulis sampaikan, sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendo’akan penulis selama menempuh Pendidikan Sarjana (S1) di Program Studi Ilmu Pemerintahan dan dalam penyusunan skripsi ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Yogyakarta, Desember 2016 HELEN DIAN FRIDAYANI NIM. 20130520018
(14)
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR GRAFIK ... xviii
SINOPSIS ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Kerangka Dasar Teori ... 8
1.5.1. Daya Saing atau Kompetitif ... 8
1.5.2. E-Procurement ... 14
1.6. Literature Review ... 31
1.7. Definisi Konseptual ... 39
1.7.1. Daya Saing ... 39
(15)
xiv
1.8. Definisi Operasional... 40
1.9. Metode Penelitian... 40
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ... 48
2.1. Gambaran umum Provinsi Kalimantan Timur ... 48
2.1.1. Kondisi Geografis dan Administratif ... 48
2.1.2. Kondisi Fisik Wilayah ... 55
2.2. Profil LPSE Provinsi Kalimantan Timur ... 61
2.2.1. LPSE (Lembaga Pengadaan Secara Elektronik) ... 61
2.2.2. Struktur LPSE Provinsi Kalimantan Timur ... 64
2.2.3. SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) ... 71
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80
3.1.Daya saing provider daerah dalam lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka ... 80
3.1.1. Daya saing provider daerah Provinsi Kalimantan Timur 2014-2015 ... 82
3.1.1.1. Aspek Lokasi... 84
3.1.1.2. Aspek Harga ... 93
3.1.1.3. Aspek Pelayanan ... 106
3.1.1.4. Aspek Promosi ... 114
3.2.Lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2014-2015 ... 117
3.2.1. Prosedur dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah ... 119
3.2.2. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarissasi semua proses pengadaan barang dan jasa pemerintah ... 131
BAB IV PENUTUP ... 142
4.1. Kesimpulan ... 142
(16)
xv DAFTAR PUSTAKA ... 146 LAMPIRAN ... 152
(17)
xvi DAFTAR TABEL
Tabel 1. Literature Review ... 31
Tabel 2. Subjek Penelitian... 42
Tabel 3. Data Primer Penelitian ... 43
Tabel 4. Data Sekunder Penelitian ... 44
Tabel 5. Total Paket lelang Kalimantan Timur Tahun 2014-2015 ... 72
Tabel 6. Jumlah Peserta Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2014-2015 ... 74
Tabel 7. Prosentase Pemenang Provider dari Dalam Daerah Provinsi Kalimantan Timur ... 76
Tabel 8. Prosentase Pemenang Provider dari Luar Daerah Provinsi Kalimantan Timur ... 77
Tabel 9. Daftar Harga Setelah Lelang Pengadaan Barang dan Jasa Di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015 ... 79
Tabel 10. Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mengenai Aspek Lokasi ... 91
Tabel 11. Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mengenai Aspek Harga ... 99
Tabel 12. Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mengenai Aspek Pelayanan ... 102
Tabel 13. Hasil Wawancara Dengan Narasumber Mengenai Aspek Promosi ... 115
(18)
xvii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui
provider ... 28
Gambar 2. Peta Provinsi Kalimantan Timur ... 55
Gambar 3. Susunan Organisasi LPSE ... 65
Gambar 4. Home website LPSE Provinsi Kalimantan Timur ... 112
Gambar 5. Question dan Answer melalui Website LPSE Provinsi Kalimantan Timur ... 113
Gambar 6. Pengumuman Lelang ... 118
Gambar 7. Tampilan cara Provider mendaftar secara onlie melalui website LPSE Provinsi Kalimantan Timur... 121
Gambar 8. Pakta Integritas ... 123
Gambar 9. Pengumuman Lelang LPSE Provinsi Kalimantan Timur ... 127
Gambar 10. Tampilan Pemenang Lelang ... 128
(19)
xviii DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Total Paket lelang Kalimantan Timur Tahun 2014-2015 ... 72 Grafik 2. Jumlah Peserta Lelang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 2014-2015 ... 74 Grafik 3. Rasio Prosentase Pemenang Provider dari Dalam
Daerah Provinsi Kalimantan Timur ... 76 Grafik 4. Rasio Prosentase Pemenang Provider dari Luar Daerah
Provinsi Kalimantan Timur ... 77 Grafik 5. Daftar Harga Setelah Lelang Pengadaan Barang dan Jasa
Di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015 ... 79 Grafik 6. Rasio Lokasi Pemenang Perusahaan Yang Berada di Dalam
(20)
(21)
xix SINOPSIS
Pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia merupakan sebuah kegiatan yang sangat krusial dalam mewujudkan pembangunan. E-procurement adalah salah satu wujud komitmen untuk mewujudkan pembangunan Indonesia. Dengan adanya e-procurement setidaknya mampu mengurangi KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Provinsi Kalimantan Timur merupakan daerah yang telah lama menerpakan system e-procurement dan dapat menciptakan daya saing yang cukup ketat bagi provider layanan pengadaan barang maupun jasa terutama perusahaan lokal. Pada Tahun 2014-2015 pengadaan barang dan jasa di Provinsi Kalimantan Timur mengalami penurunan jumlah pengadaan.
Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan tentang daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitiatif deskriptif. Sumber-sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015 adalah tinggi. Pada tahun 2014 sebanyak 85% tender dimenangkan oleh provider dalam daerah dan pada tahun 2015 meningkat sebanyak 93% tender yang dimenangkan oleh provider daerah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari 4 aspek yang diteliti dalam daya saing yaitu aspek lokasi, aspek harga, aspek pelayanan, dan aspek promosi yang berpengaruh dalam daya saing adalah 3 aspek saja yaitu lokasi, harga, dan pelayanan. Transparansi atau keterbukaan dalam e-procurement di Provinsi Kalimantan Timur menunjukkan sudah baik, karena segala macam akses informasi yang dibutuhkan dala mengikuti lelang secara e-procurement disampaikan dengan tepat waktu dan jelas.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah daya saing daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur Pada Tahun 2014-2015 tinggi dengan dilihat dari aspek keterbukaan dalam sistem lelang dan juga 4 aspek dalam daya saing yaitu lokasi, harga, pelayanan, dan juga promosi. Sehingga dalam penerapan sistem e-procurement yang dapat meningkatkan daya saing perusahaan daerah sudah baik dilaksanakan oleh pemerintah.
Kata Kunci: E-Procurement, Daya Saing, Perusahaan Provider, Transparansi, (keterbukaan).
(22)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengadaan barang dan jasa pemerintah sesungguhnya merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pembangunan suatu Negara. Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya yaitu dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai dengan diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa, dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Perpres Nomor 4 Tahun 2015).
Pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia merupakan sebuah kegiatan yang sangat krusial dalam mewujudkan pembangunan. Kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah dilakukan secara rutin setiap tahun oleh instansi pemerintah, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan aktivitas pemerintah dan juga untuk peningkatan pelayanan publik yang dapat terwujud melalui penyediaan infrastuktur, telekomunikasi, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan bahkan pengentasan kemiskinan sebagai penunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat di Indonesia.
(23)
2 Pengadaan barang dan jasa di Indonesia telah lama beralih dari konvensional menjadi elektronik. Indonesia menerapkan sistem e-procurement sebagai sistem pengadaan barang dan jasa dilakukan sejak tahun 2002 hingga saat ini. Menurut Perpres No. 4 Tahun 2015 e-procurement adalah pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pada tahun 2010, terdapat 48 instansi pemerintah di Indonesia baik di pusat maupun di daerah yang sudah menerapkan system e-procurement (LKPP, 2010).
Aplikasi e-procurement diharapkan dapat membawa banyak manfaat bagi para penggunanya, misalnya Panayitou et al., (2004) dalam jurnal studi penerapan e-procurement (2010) melaporkan bahwa e-procurement dapat mengurangi supply cost (rata-rata 1%), mengurangi cost per tender (20% cost per tender), lead time savings (4,1 bulan-6,8 bulan untuk tender terbuka dan 7,7 bulan-11,8 bulan untuk tender terbatas) (Wijaya dkk, 2010). Selain itu, banyak manfaat yang dirasakan dalam pengunaan e-procurement diantaranya adalah dengan adanya sistem e-procurement ini, maka kinerja instansi pemerintahan dapat meningkat, karena pembelian dibuat dengan langsung memilih item yang ada didalam sistemn sehingga dapat mengurangi kecenderungan kesalahan. Tender-tender pemilihan barang dan jasa pemerintah dilakukan secara online melalui internet sehingga prosesnya menjadi efektif, efisien, dan transparan (Candra,
(24)
3 http://sbm.binus.ac.id/2016/03/17/e-procurement-di-indonesia/, akses pada 20 Agustus 2016).
Selain manfaat untuk instansi pemerintah maupun pengembang sistem itu sendiri, e-procurement juga bermanfaat bagi penyedia barang dan jasa serta masyarakat umum yang ingin mengetahui proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang mana dapat diakses secara terbuka melalui online sistem. Dengan adanya e-procurement ini, instansi penyelenggara pengadaan mendapatkan penawaran yang lebih banyak dan juga proses administrasi lebih sederhana jika dibandingkan dengan pengadaan barang dan jasa secara konvensional. Sedangkan untuk para penyedia barang dan jasa e-procurement dapat memperluas peluang usaha, menciptakan persaingan usaha yang lebih sehat, membuka kesempatan pelaku usaha secara terbuka bagi siapapun dan dapat mengurangi biaya administrasi (Jasin dkk, 2007)
Selain itu, dengan adanya penerapan sistem e-procurement ini keterlibatan dan kompetisi perusahan lokal atau daerah dengan luar daerah juga semakin banyak, misalnya menurut data nasional yang sudah diolah pada tahun 2011-2015 di Provinsi Kalimantan Barat yang mendominasi pemenang tender adalah perusahaan luar daerah atau non lokal, Provinsi Riau rata-rata yang mendominasi pemenang tender adalah perusahaan lokal atau daerah, Provinsi Jawa Barat yang mendominasi pemenang tender adalah seimbang antara perusahaan lokal atau daerah dan perusahaan non lokal atau luar daerah, begitu
(25)
4 juga dengan Kalimantan Timur yang mendominasi pemenang tender adalah perusahaan lokal atau daerah (Data diolah secara Nasional, 2016).
Provinsi Kalimantan Timur merupakan Provinsi yang jumlah pengadaannya banyak, dari data yang diolah dengan mengambil sampel 10% dari total jumlah pengadaan pada tahun 2011-2015 yaitu 5350 pengadaan yang diambil adalah 535 paket pengadaan diantaranya pada tahun 2011 jumlah paket pengadaan barang dan jasa ada 79 paket lelang dengan diikuti oleh 2011 peserta lelang. Tahun 2012 jumlah paket lelang meningkat yaitu 152 paket lelang dan diikuti oleh 3434 peserta lelang. Tahun berikutnya, yaitu 2013 total jumlah paket lelang ada 130 paket dengan total peserta lelang berjumlah 4312 peserta. Pada tahun 2014 total pengadaan barang dan jasa berjumlah 103 paket dengan total peserta yaitu 3734 peserta yang mengikuti lelalng tender. Pada tahun 2015 mengalami sedikit perununan angka pengadaan barang dan jasa yaitu sebesar 69 paket dengan total jumlah peserta 2145 peserta lelang (Data diolah melalui website LPSE Kalimantan Timur, 2016).
Daya saing atau tingkat kompetitif perusahaan lokal di Provinsi Kalimantan Timur cukup tinggi terutama daya saing pada tingkat daerah atau lokal. Menurut data yang sudah diolah melalui website LPSE Provinsi Kalimantan Timur jumlah perusahaan yang mengikuti tender dari tahun 2011 hingga 2015 pemenangnya didominasi oleh perusahaan lokal atau daerah, dimana
(26)
5 Tahun 2011 dari 78 perusahaan yang memenangkan tender, 64 diantaranya dimenangkan oleh perusahaan daerah dan sisanya perusahaan luar daerah. Pada tahun 2012 dari 152 perusahaan yang memenangkan lelang 131 perusahaan adalah perusahaan daerah dan 21 peserta lainnya adalah perusahaan luar daerah. Tahun 2013, 115 pemenang lelang adalah perusahaan daerah, dan 15 lainnya adalah perusahaan luar daerah. Pada tahun 2014 dari 103 pemenang lelang, 88 perusahaan adalah merupakan perusahaan daerah, dan 15 lainnya perusahaan dari luar daerah. Pada tahun 2015 ada 69 peserta lelang hanya 5 perusahaan yang berasal dari luar daerah, dan 64 lainnya merupakan perusahaan daerah.
Perusahaan-perusahaan lokal di Provinsi Kalimantan Timur yang memenangkan tender dari tahun 2011 hingga 2015 sangat banyak sekali dan rata-rata pemenang dari Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur, misalnya saja yaitu CV. Executive 04 Consultant dengan jumlah 6 kali pemenangan pada pekerjaan konsultansi badan usaha, CV. Citra Kalimantan dengan jumlah 5 kali pemenangan pada pekerjaan konsultansi badan usaha, PT. Megaoplan Indoraya Esa dengan jumlah 5 kali pemenangan pada pekerjaan konsultansi badan usaha, PT. Safira Jaya dengan julmah 5 kali pemenangan pada pekerjaan konstruksi, CV. Sinar Agung Konstruksi dengan 5 kali pemenangan pada pekerjaan konstruksi, perusahaan Afisera dengan 5 kali pemenangan pada pekerjaan pengadaan barang, serta perusahaan-perusahaan lainnya seperti PT. Alasia, PT. Bumi Sinar Kencana,
(27)
6 PT. Mekar Sari Utama Indah, PT. Nur Endah Jaya dan lain sebagainya dengan pemenangan rata-rata 2,3,4 Kali (Data diolah melalui website LPSE Kalimantan Timur, 2016).
Menurut data nasional yang sudah diolah pada Tahun 2011-2015 Provinsi Kalimantan Timur adalah Provinsi yang mengalami kenaikan provider daerah yang cukup tinggi dibandingan dengan Provinsi lainnya seperti Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Riau dll (data diolah secara nasional, 2016). Dibandingkan dengan daerah lainnya, provider lokal cukup tinggi dalam bersaing memenangkan tender daerah dibandingan provider luar daerah, dimana di Provinsi Kalimantan Timur dari tahun ke tahun yaitu 2011-2015 provider luar daerah kuantitasnya menurun. Hal ini menunjukkan bahwa daya saing perusahaan penyedia barang dan jasa pada sektor lokal atau daerah sangat besar, dimana mayoritas pemenang lelang di Provinsi Kalimantan Timur adalah perusahaan daerah atau lokal pada tahun 2014-2015. Berdasarkan penelusuran di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat hal ini menjadi topik untuk dijadikan sebagai penelitian.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015 ?
(28)
7 1.3. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1. Manfaat teoritis:
1. Untuk memahami makna lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka.
2. Untuk memahami kajian kopetitif provider daerah dalam mengikuti lelang barang dan jasa pemerintah.
3. Untuk dapat dijadikan sebagai rujukan penelitian atau bahan studi pada Program Studi Ilmu Pemerintahan khususnya dibidang pengadaan barang dan jasa pemerintahan.
1.4.2. Manfaat Pragmatis: 1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat mengetahui daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang barang dan jasa elektorik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015.
(29)
8 Agar masyarakat mengetahui dan paham bagaimana daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015. 3. Bagi Pemerintah
Agar menjadi suatu kebijakan yang baik bagi masyarakat maupun pemerintah, baik di pusat maupun di daerah.
1.5.KERANGKA TEORI
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2002:92). Dari penjelasan tersebut maka penulis akan memaparkan teori, gagasan, serta pendapat sebagai bentuk landasan atau dasar pemikiran dalam penelitian ini. Berikut kerangka teori dalam penelitian ini:
1.5.1. Daya Saing atau Kompetitif 1.5.1.1. Pengertian Daya Saing
Porter (2012)menjelaskan bahwa persaingan, daya saing atau yang biasa disebut dengan kompetitif yaitu perusahaan secara nyata tidak hanya bersaing dengan perusahaan yang ada di dalam industri saat ini saja. Analisis yang biasa dipergunakan dalam sebuah perusahaan adalah siapa pesaing perusahaan mereka, dan pada akhirnya perusahaan tersebut terjebak dalam sebuah “competitor
(30)
9 oriented”, sehingga tidak mempunyai visi pasar yag jelas, dan pada akhirnya hanya mengikuti persaingan yang ada.
Dalam teori Porter (2012) disebutkan bahwa five forces model digunakan untuk melihat persaingan. Hal ini digambarkan bahwa manusia juga bersaing dengan pesaing potensial diri. Dengan demikian kita harus mengetahui ada lima (5) kekuatan yang menentukan karakteristik suatu industri, yaitu:
a. Intensitas persaingan antar pemain yang ada b. Ancaman masuk pendatang baru
c. Kekuatan tawar menawar pemasok d. Kekuatan tawar pembeli
e. Ancaman produk pengganti.
Porter (1995:5) dalam Hannemann (2014) doctoral dissertation dengan judul Key strategic factors contributing to global competitiveness of the South African steel industry mengatakan bahwa:
“Competition is at the coreof the success or failure of firms”.
Artinya bahwa persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan perusahaan. Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi kesuksesan karena mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih diamis dan bersaing dalam menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi pasarnya, sehingga persaingan dianggap sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan sisi yang lain persaingan merupakan kegagalan karena akan
(31)
10 memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat statis, takut akan persaingan dan tidak mampu untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas, sehingga persaingan merupakan ancaman bagi perusahaan.
Menurut Ambastha (2004) menyatakan bahwa daya saing atau competitiveness berasal dari bahasa latin yaitu competer yang artinya keterlibatan dalam persaingan bisnis dalam sebuah pasar yang menggambarkan kekuatan ekonomi suatu Negara. Daya saing merupakan kemampuan perusahaan, industri, daerah, Negara atau antar daerah untuk menghasilkan factor pendapatan dan factor pekerjaan yang reatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional.
Perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki kemampuan daya saing yang tinggi maka akan ditinggalkan oleh pasar, karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan. Suatu perusahaan yang tidak memiliki keunggulan maka secara tidak langsung perusahaan tidak mampu survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan efektivitas suatu organisasi yang mampu memunculkan keunggulan perusahaan di pasar persaingan, sehingga perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas baik tentu adalah perusahaan yang efektif atau mampu untuk bersaing (Harefa, 2015).
Keunggulan kompetitif adalah suatu keunggulan yang dapat diciptakan dan dikembangkan. Hal ini merupakan suatu ukuran daya saing suatu aktifitas
(32)
11 kemampuan Negara atau daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah atau bahkan di luar Negara (Ritongga, 2015). Abdullah (2002) dalam penelitiannya mendefenisikan daya saing daerah adalah “Kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional”. Menurut Cho (2003) dalam Ritongga (2015) menyatakan definisi daya saing yang paling popular pada tingkat nasional juga dapat ditemukan dalam Laporan Komisi Kemampuan Bersaing Presiden yang ditulis untuk pemerintahan Reagan pada tahun 1984 yaitu sebagai berikut: “Kemampuan bersaing sebuah Negara atau daerah adalah derajat di mana negara atau daerah itu dapat, di bawah keadaan pasar yang bebas dan adil, menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional sementara secara simultan melakukan perluasan pendapat riil dari para warga negaranya atau masyarakat daerahnya. Ditambahkan pula oleh Cho (2003) dalam Ritongga (2015) kemampuan bersaing pada tingkat nasional didasarkan pada kinerja produktivitas superior.
1.5.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing
Berikut merupakan faktor-faktor yang mempengarui daya saing menurut Nurmalasari (2007), yaitu:
a. Lokasi
Lokasi usaha sangat penting untuk kemudahan pembeli dan menjadi faktor utama bagi keberlangsungan usaha. Lokasi yang
(33)
12 strategis akan menarik perhatian si pembelinya dan juga dapat memudahkan pelangan dalam berkunjung.
b. Harga
Harga adalah nilai suatu barang aau jasa yang diukur dengan sejumlah uang. Demi mendapatkan sebuah barang atau jasa yang diinginkannya seorang konsumen rela membayar dengan sejumlah uang. Bagi pelanggan yang sensitive biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting, karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi (Irawan, 2004:38). Harga menentukan apakah perusahaan seperti minimarket, atau swalayan layak dikunjungi atau tidak, relevan dengan harga yang lain atau tidak. Faktor harga mempengaruhi pembeli untuk mengambil keputusan. c. Pelayanan
Pelayanan (service) yang dilakukan melalui produk berupa barang atau jasa berarti konsumen dilayani sepenuhnya melalui produk yang disediakan, dan tentunya produk yang bermutu. Pelayanan sering kali menjadi pokok pemikiran pertama seorang pengelola perusahaan. Pelayanan melalui kemampuan fisik atau nyata lebih mengacu kepada kenyamanan.
(34)
13 Promosi adalah penjualan yang terdiri dari insentif jangka pendek untuk mendorong pembelanjaan atau penjualan produk berupa barang atau jasa, yang mana promosi penjualan mencakup suatu variasi yang luas dari alat-alat promosi yang memang didesain untuk merangsang respon pasar yag cepat (Sunarto, 2004:298).
Semakin sering suatu perusahaan melakukan promosi, semakin banyak peminat untuk membeli produk yang berupa barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhannya. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai iklan baik di media cetak maupun media elektronik. Institute of Management Development (IMD) dengan publikasinya “World Competitiveness Yearbook” mendefinisikan daya saing sebagai berikut:
“Kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayaan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality, dan proximility, serta dengan mengintegrasikan hubungan-hubungan tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial”.
Dengan kata lain, daya saing nasional adalah suatu konsep yang mengukur dan membandingkan seberapa baik suatu negara dalam menyediakan suatu iklim tertentu yang kondusif untuk mempertahankan daya saing domestik maupun global kepada perusahaan-perusahaan yang berada di wilayahnya.
(35)
14 1.5.2.1. Konsep E-Procurement
E-procurement merupakan perwujudan e-government yang lebih teknis. Dalam penerapannya, e-government menjadi sangat penting dalam mempermudah proses kerja lembaga pemerintahan. Banyak pelayanan ataupun hal-hal yang penting yang kemudian menerapkan e-government dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah e-procurement. Sebagaimana kita ketahui bahwa e-procurement adalah pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik.
Menurut daftar kata X-Solution dalam e-journal UAJY (2014) menyebutkan bahwa:
“e-procurement merupakan sebuah istilah dari pengadaan atau
pembelian secara elektronik. E-procurement merupakan bagian dari e-bisnis dan digunakan untuk mendesain proses pengadaan berbasis internet yang dioptimalkan dalam sebuah perusahaan. E-procurement tidak hanya terkait dengan proses pembelian saja, akan tetapi juga meliputi negosiasi-negosiasi elektronik dan pengambilan keputusan atas kontrak-kontrak dengan pemasok. Proses pembelian disederhanakan dengan penanganan elektronik untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan operasi, tugas-tugas yang berhubungan dengan strategi dapat diberi peran yang lebih penting dalam proses tersebut.”
Menurut Sutedi (2014), e-procurement adalah sebuah sistem lelang dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berbasis internet agar dapat berlangsung secara efektif, efisien, terbuka, dan akuntabel. Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
(36)
15 Daerah/Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa (Modul PBJ LKPP, 2010).
Proses yang dimaksud diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Badan penyelenggara pengadaan barang dan jasa atau yang biasa disebut LKPP RI (Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah Republik Indonesia) yang telah dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007. LKPP merupakan sebuah lembaga kebijakan pengadaan yang berkualitas, memiliki kapabilitas, serta otoritas untuk menghasilkan dan mengembangkan berbagai kebijakan yang dapat mewujudkan sistem pengadaan barang dan jasa yang terpercaya di Indonesia (Penandatanganan MoU LKPP dengan UMY, 2 April 2016).
Implementasi dari sistem e-pocurement merupakan proses yang saling berhubungan. Menurut Thai (2001), Nurmandi (2013), Setyadiharja, Muzwardi and Kholid, Nurmandi dan Sataporn (2014) dalam “The Asian Journal of
Technology Management”, e-procurement adalah sistem yang memiliki lima (5) komponen yang dapat diimplementasikan. Lima komponen tersebut adalah pembuat kebijakan dan manajemen, regulasi, distribusi kewenangan, implementasi e-procurement public, dan timbal balik. Hubungan lima komponen tersebut, dimana regulasi-regulasi pengadaan barang dan jasa dikeluarkan oleh pembuat kebijakan dan manajemen pengadaan barang dan jasa yang nantinya
(37)
16 akan menjadi pengelola kerangka dasar institusi pengadaan barang dan jasa secara elektronik yang professional, pebuat, pembeli, panitia pengadaan, dan manajer program yang mana dapat membawa kewenangannya dan juga dapat memenuhi program-program dan proyek pengadaan barang/jasa, serta akuntabilitas diberikan kepada pembuat kebijakan dan manajemen pengadaan barang/jasa. Pada akhirnya feedback akan kembali kepada pembuat kebijakan dan manajemen pengadaan barang/jasa pemerintahan sebagai penilaian positif dan meningkatkan pengimplementasian regulasi, kewenangan, dan pemberian. Tetapi, hal ini juga harus dibarengi dengan mengatur panitia pengadaan sebaik mungkin dan penilaian peningkatan operasional pengadaan barang dan jasa pemerintahan.
Menurut Nurmandi (2013) e-procurement merupakan instrumen paling penting untuk mencegah korpusi pada keuangan pengadaan barang dan jasa. Indonesia sudah mengimplementasikan e-procurement sejak tahun 2008 berdasarkan keputusan presiden. Hingga sampai tahun anggaran 2012, penelitian yang dilakukan oleh Nurmandi (2013) tentang e-procurement menemukan hanya sekitar 10,26% dari anggaran pengadaan institusi atau pemerintah pusat termasuk kementrian, dan 21,10% pengadaan barang dan jasa pemerintah lokal yang menggunakan metode elektronik (e-procurement). Hal ini menunjukkan bahwa
e-procurement sangat berpengaruh dalam mengurangi bahkan mencegah
(38)
17 Menurut Nurmandi dan Kim (2015) menyatakan bahwa Korupsi adalah salah satu masalah yang paling serius dalam lembaga-lembaga publik dari banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Banyak kasus korupsi yang terjadi di lembaga-lembaga pemerintah Indonesia dalam pengadaan barang dan jasa. Dalam hal ini, penggunaan Teknologi Informasi-Komunikasi (ICT), khususnya untuk pengadaan secara elektronik dianggap menjadi salah satu cara untuk mencegah korupsi dengan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses anggaran pengadaan barang dan jasa. Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia membuat INAPROC yang merupakan sistem e-procurement nasional, untuk mendapatkan dan memberikan barang dan jasa secara elektronik (Nurmandi dan Kim, 2015).
Pengadaan barang dan jasa secara elektronik di pemerintahan merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mengurangi korupsi di Indonesia karena pelaksanaannya yang terbuka dan dapat dipantai sewaktu-waktu, selain hal tersebut pengadaan secara elektronik juga merupakan proses (Henriksen dan Mahnike, 2004) dalam (Nurmandi dan Kim, 2015) yang meningkatkan kompetisi termasuk orang-orang pesaing (Mahmood, 2001) dalam (Nurmandi dan Kim, 2015) dan mengurangi campur tangan manusia dalam proses pelaksanaan lelang. Otomatisasi pengadaan melalui internet membuat kompetisi terbuka karena setiap proses lelang pemasok dapat memantau online di mana saja dan kapan saja yang mengabatkan campur tangan manusia dalam proses penawaran menjadi
(39)
18 lebih rendah karena adanya sistem keterbukaan dalam e-procurement (Nurmandi dan Kim, 2015). Selain itu pula dapat mendorong pengguna e-procurement dalam proses lelang untuk selalu memantau, membuat pengadaan lebih cepat dan mudah (Hanna, 2011) dalam (Nurmandi dan Kim, 2015) dan untuk mendapatkan kualitas terbaik atau harga dan rasio (Awang, 2009) dalam (Nurmandi dan Kim, 2015). Harapannya dengan system e-procurement yang dirancang lebih transparan dapat mengurangi angka korupsi pada program pengadaan barang/jasa di lingkungan pemerintah baik di nasional maupun daerah.
1.5.2.2. Tujuan adanya E-Procurement
Tujuan dari e-procurement dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah pada pasal 107, yaitu:
a.Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
b.Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat c.Memperbaiki proses monitoring dan audit
d.Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Tujuan dari e-procurement juga dijelaskan oleh (Siahaya,2012) dalam Jurnal Administrasi Publik (2014), sebagai berikut:
a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas b. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha c. Meningkatkan tingkat efisiensi proses pengadaan
(40)
19 d. Mendukung proses monitoring dan audit
e. Memenuhi kebutuhan akses informasi terkini
Menurut Evans (2003) kunci untuk memahami e-procurement adalah dengan mengurangi fokus pada teknologi dan lebih menekankan pada perubahan dan perkembangan teknologi. Teknologi internet memiliki manfaat yang signifikan, tetapi kuncinya adalah:
a. Membuka kesempatan manager untuk tantangan lain saat bekerja. b. Mendorong para pelaku pengadaan untuk mengadopsi
pengembangan strategi daripada hal-hal operasional atau kegiatan transaksional.
c. Berpotensi menyeimbangkan basis pasokan dengan kebutuhan pelanggan.
d. Menangkap imajinasi dari manajemen terdahulu dan memungkinkan proses pengadaan bergerak dengan dukungan manajemen untuk proses pengadaan baru.
Kemudian berikut adalah faktor-faktor yang menurut Rhotery (2006) yang berpengaruh dalam keberhasilan pengembangan dan penyebaran pengetahuan tentang e-procurement:
a. Kepemimpinan pemerintah b. Kebijakan dan kerangka hukum c. Perubahan kelembagaan
(41)
20 d. Kesadaran dan kapasitas
e. Teknologi
1.5.2.3. Prinsip-prinsip dalam e-procurement
Menurut Peraturan Preiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dalam Modul LKPP (2010), Beriku adalah prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam melakukan pengadaan barang dan jasa pemerintah, yaitu:
a. Efisien, berarti pengadaan barang atau jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam jangka waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan.
c. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus terbuka bagi penyedia barang atau jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas serta transparan.
(42)
21 d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang atau jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang atau jasa yang berminat serta bagi masyarakat luasa pada umumnya.
e. Adil atau tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang atau jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara atau alasan apapun.
f. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum, pemerintah dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang atau jasa.
1.5.2.4. Tahapan Implementasi E-Procurement
Tahapan impelemtasi e-procurement menurut Indrajit yang dikutip oleh Andrianto (2007) yaitu sebagai sebuah proses digitalisasi tender atau lelang pengadaan barang atau jasa pemerintah yang terbantu dengan internet. Adapun empat (4) tahapan implementasi e-procurement, adalah sebagai berikut:
a. Tahap I: Disclosure
Pada tahapan ini pemerintah mempromosikan dan mensosialisasikan dimulainya project e-procurement yang akan mempengaruhi pihak
(43)
22 yang lain terlibat langsung dalam proses tender pemerintah, yaitu pemerintah sebagai pelaksana tender dan pengusaha sebagai peserta tender. Proses ini merukapan sosialisasi dan penegakan prinsip good corporate governance di lingkungan birokrasi serta mengeliminasi culture schock atas pelaksanaannya.
b. Tahap II: Registration and Distribution
Setelah tahapan pertama berhasil, maka pemerintah mulai memperkenalkan aktivitas otonomisasi dengan menggunakan internet pada proses registrasi dan distribusi. Pemerintah mulai membangun dan menyebarkan pengumuman dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tender yang akan dilakukan. Pada proses tahapan ini situs e-procurement men-disclose (mengumumkan oenawaran lelang proyek beserta spesifikasinya) melalui halaman website. Pengumuman lelang elektronik bisa dibuat per satuan tender untuk memilih proses mana yang akan diikutinya. Metode elektronik sederhana yang daoat disediakan misalnya adalah downloading
proccess untuk memperoleh formulir dan dokumen-dokumen lelang.
Tahapan ini akan mempermudah dan memberikan efisiensi kepada para peserta lelang karena meniadakan aktivitas ke kantor pemerintah hanya untuk mendapatkan dokumen- dokumen atau formulir yang dibutuhkan.
(44)
23 c. Tahapan III: Electronic Bidding
Tahapan ketiga adalah pendaftaran para peserta lelang secara elektronik. Pada tahap ini, peserta lelang harus memenuhi berbagai persyaratan yang ditentukan oleh pelaksana lelang, misalnya berkenaan dengan kelengkapan administratif, sertifikasi kemampuan pelaksanaan pekerjaan, dan sebagainya yang melalui media internet. Secara teknologi, aplikasi e-procurement sudah mulai rumit karena sistem membutuhkan keamanan tertentu, adanya uang jaminan di bank untuk peraturan tender tertentu dan media penyimpanan file yang cukup besar. Data-data yang masuk akan menjadi pertimbagan bagi panitia lelang, selain beberapa kegiatan procurement yang belum dapat digantikan sepenuhnya secara online, misalnya presentasi proyek yang harus dilakukan secara konvensional atau tatap muka.
d. Tahap IV: Advanced Support Services
Pada tahap terakhir ini terjadi proses penawaran secara elektronik atau online melalui internet dengan menghilangkan proses-proses manual dalam tender. Proses yang paling rumit ini mampu menghindari tatap muka antara panitia dan peserta tender, sehingga dapat meminimalisir Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Dengan adanya proses tender terbuka (elektronik) maka harga
(45)
24 pemenang tender adalah harga yang paling kompetitif (terjangkau dan berkualitas). Pada tahapan ini dapat dikatakan bahwa pembangunan e-procurement telah mencapai titik optimal.
1.5.2.5. Komponen dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
Ada empat (4) komponen yang menjadi intisari dalam kegiatan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (PBJP), keempat komponen tersebut saling berkaitan erat dengan pembangunan dan sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 4
Perpres No. 54 Tahun 2010, yang meliputi:
a. Pengadaan Barang
Pengadadaan barang adalah benda yang berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun diam, asalkan dapat diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh si pengguna barang tersebut. Barang dalam konteks pengadaan barang dan jasa
pemerintah meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi
atau peralatan, dan makhluk hidup.
b. Pengadaan Pekerjaan atau Konstruksi
Pengadaan pekerjaan atau konstruksi suatu bangunan bisa meliputi,
pembangunan utuh atau keseluruhan, atau bisa juga sebagian saja.
Pada prinsipnya, pengadaan pekerjaan atau konstruksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
(46)
25 Pelaksanaan konstruksi bangunan meliputi keseluruhan atau
sebagian kegiatan arsitektur, sipil, mekanin, elektrik, dan tata lingkungan. Setiap pekerjaan konstruksi disertai dengan
kelengkapan dalam mewujudkan pembangunan yang diinginkan.
2) Pembangunan Fisik Lainnya
Pembangunan fisik lainnya meliputi keseluruhan atau sebagian
bangunan dalam hal konstruksi bangunan alat transportasi,
pembukaan lahan, penggalian atau penataan lahan, perakitan
komponen yang berhubungan dengan alat-alat pabrik, pekerjaan penghancuran dan pembersihan, serta pekerjaan penghijauan
taman.
c. Pengadaan Jasa Konsultansi
Pengadaan jasa konsultansi merupakan jasa layanan profesional dari
perseorangan atau lembaga yang memiliki keahlian tertentu dalam
berbagai bidang keilmuan. Jasa konsultansi mengutamakan pemikirian atau pola pikir yang akan dilakukan untuk menunjang
kinerja instansi K/L/D/I dan instansi lain milik pemerintah. Berikut
adalah beberapa jasa yang termasuk dalam jasa konsultansi:
1) Jasa rekayasa, memuat pikiran tentang bagaimana mengubah
atau menambah kapasitas alat yang berhubungan dengan
(47)
26
2) Jasa perencanaan, perancangan, dan pengawasan, saling
berkaitan untuk diaplikasikan dalam bidang selain konstruksi karena jasa konstruksi sudah diatur tersendiri. Bidang yang
dibuka untuk direncanakan, dirancang, dan diawali mencakup
semua bidang kehidupan dan jasa keahlian profesi yang membutuhkan keahlian tertentu seperti jasa penasihat, jasa
penilaian, jasa pendampingan, jasa bantuan teknis, jasa
konsultan manajemen dan jasa konsultan hukum.
d. Pengadaan Jasa Lainnya
Pengadaan jasa lainnya, yaitu meliputi jasa yang mengutamakan
keterampilan, diantaranya (Yahya dkk, 2012):
1) Jasa Catering;
2) Jasa Cleaning Service;
3) Jasa Outsourching;
4) Jasa asuransi, perbankan, dan keuangan;
5) Jasa layanan kesehatan;
6) Jasa pendidikan, pengembangan SDM, dan kependudukan;
7) Jasa iklan dan penerangan;
8) Jasa pencetakan dan penjilidan buku atau makalah;
9) Jasa pemeliharaan atau perbaikan barang-barang inventaris;
10)Jasa pemeliharaan gedung dari hama, fooging, dan
(48)
27
11)Jasa pengepakan dan ekspedisi;
12)Jasa konveksi;
13) Jasa ekspor-impor;
14)Jasa penulisan buku atau makalah dan terjemahan;
15)Jasa penyewaan;
16)Jasa penyelaman;
17)Jasa akomodasi dan transportasi penumpang;
18)Jasa pelaksanaan dan transaksi instrument keuangan tertentu;
19)Jasa event organizer;
20)Jasa pengamanan dan pengelolaan asset; dan
21)Jasa pos, telekomunikasi, dan internet.
Secara garis besar, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 mengatur
tentang:
a. Bagaimana kegiatan pengadaan barang dan jasa harus dilakukan
yaitu Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna Anggaran menyusun
rencana Umum Pengadaan Barang dan Jasa dan kegiatan pengadaan
barang dan jasa dilakukan dengan cara:
a) Melalui Swakelola, yaitu pengadaan barang/jasa pemerintah
dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau
(49)
28 anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat.
b) Melalui penyedia barang/jasa (provider), yaitu badan usaha
atau orang, perseorangan yang memenuhi syarat dan mampu
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan.
Gambar 1.1. Pelakasanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui provider
Sumber: Modul Pengadaan barang dan jasa pemerintah, LKPP, 2010. Barang/Jasa
Penyedia (provider) yang mampu melaksanakan Proses memilih penyedia (provider) Penandata nganan Kontrak Pelaksanaan Kontrak Barang Pekerjaan konstruksi Jasa lainnya Jasa Konsultansi Badan usaha (Perusahaan) Orang perseorangan Usaha mikro Usaha kecil Koperasi kecil Perusahaan asing Tenaga ahli asing
Jenis-jenis Kontrak Jaminan Rencana pemilihan penyedia Sistem pengadaan Metode kualifikasi Jadwal dokumen pengadaan HPS Jaminan Jaminan Serah terima Wasdal
(50)
29
b. Kegiatan pengadaan barang dan jasa harus mempertimbangkan,
memperhatikan, dan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a) Tata nilai pengadaan
b) Para pihak dalam pengadaan barang dan jasa
c) Penggunaan barang/jasa produksi dalam negeri
d) Peran serta usaha kecil
e) Pengadaan barang/jasa melalui pelelangan/seleksi
internasional
f) Pengadaan barang atau jasa yang dibiayai dengan dana
pinjaman/hibah luar Negeri
g) Keikutsertaan perusahaan asing dalam pengadaan barang dan
jasa
h) Konsep ramah lingkungan
i) Pengadaan secara elektronik
c. Disamping mengatur seperti hal pada butir a dan b diatas, hal-hal lain
yang diatur juga adalah:
a) Pengadaan khusus dan pengecualian, yaitu mengatur
barang/jasa khusus berupa Alat Utama Sistem Senjata (ALUTSISTA) yang dibutuhkan oleh Tentara Nasional
Indonesia dan Alat Material Khusus (ALMATSUS) yang
dibutuhkan oleh kepolisian Negara Republik Indonesia
(51)
30
c) Pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi
pengadaan
d) Ketentuan lain-lain yang mengatur pengadaan barang/jasa
yang dilakukan melalui kerjasama pemerintah dengan swasta
dan pengadaan tanah
Dalam sistem e-procurement, lelang dikatakan sebagai e-tendering yang
artinya bahwa tata cara pemilihan penyedia (provider) barang atau jasa pemerintah
yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia (provider)
barang dan jasa baik local maupun non lokal yang terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu
yang telah ditentukan (LKPP, 2010). Dalam Modul LKPP tentang pengadaan barang
dan jasa pemerintah (2010) dijelaskan pula terkait dengan ketentuan mengenai
e-tendering, yaitu sebagai berikut:
a) Ruang lingkup e-tendering meliputi proses pengumuman pengadaan
barang/jasa sampai dengan pengumuman pemenang
b) Para pihak yang terlibat dalam e-tendering adalah PPK, ULP/Pejabat
Pengadaan dan Penyedia Barang/jasa
c) E-tendering dilaksanakan dengan menggunakan sistem oengadaan
secara elektronik yang diselenggrakan oleh LPSE
d) Aplikasi e-tendering sekurang-kurangnya memenuhi unsur
perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual dan kerahasiaan dalam pertukaran dokumen, serta tersedianya sistem keamanan dan
(52)
31 penyimpangan dokumen elektronik yang menjamin dokumen
elektronik tersebut hanya dapat dibaca pada waktu yang telah ditentukan
e) Sistem e-tendering yang diseleggarakan oleh LPSE wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Mengacu pada standar yang meliputi interoperabilitas dan integrasi
dengan sistem pengadaan barang/jasa secara elektronik
b. Mengacu pada standar proses pengadaan secara elektronik, dan
c. Tidak terikat pada lisensi tertentu (free license)
f) ULP/Pejabat pengadaan dapat menggunakan sistem pengadaan
barang/jasa secara elektronik yang diselenggarakan oleh LPSE
terdekat.
1.6. LITERATURE REVIEW
Tabel 1.1.
Literature Review
No Judul Penelitian Penulis/Jurnal Isi
1. Efektivitas e-procurement dalam pengadaan barang/jasa (Studi terhadap Penerapan E-Procurement dalam Pengadaan Barang/Jasa di Kabupaten
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, Hal. 355 -359, Arindra Rossita Arum Nurchana, Bambang Santoso Haryono, Romula Adiono, Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
Penelitian ini berisi tentang penerapan e-procurement dalam pengadaan barang/jasa di Kabupaten Bojonegoro dapat dikatakan kurang efektif. Hal ini dikarenakan bahwa terdapat satu tujuan yang belum tercapai secara maksimal, yaitu peningkatan persaingan usaha
(53)
32
Bojonegoro) yang sehat. Di Kabupaten
Bojonegoro, telah ditemukan adanya indikasi peluang “main mata”. Indikasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi nilai keefektifan penerapan
e-procurement dalam pengadaan
barang/jasa. Maka dari itu, diperlukan pengawasan atau pemantauan yang intensif dari masyarakat dan LSM seperti
ICW (Indonesia Corruption
Watch). Perlunya pengawasan masyarakat dan LSM tersebut, karena dua aktor tersebut memiliki peran yang dianggap paling bagus dan netral dalam pengadaan barang/jasa, sehingga tujuan e-procurement nantinya dapat berjalan dengan baik dan tanpa ada kecurigaan.
2. E-procurement dalam
Pengadaan Barang dan Jasa untuk Mewujudkan
Akuntabilitas di Kota Yogyakarta
Kodar Udoyono Lembaga Pengkajian Kebijakan Publik (LPKP) Yogyakarta, Jurnal Studi Pemerintahan Vol.3 No.1 Februari 2012
Penelitian ini berisi tentag E-Procurement dalam pengadaan barang dan jasa untuk mewujudkan akuntabilitas yang mana memang terlihat fisibel tapi tidak akuntabel. Hal ini dibuktikan sesuai dengan temuan lapangan yaitu: Pertama, dimensi fisibilitas harus memenuhi nilai kelayakan seperti adanya regulasi yang menjamin terlaksananya E-Procurement, adanya dukungan pelembagaan E-Procurement, adanya dukungan dari stakeholder terhadap implementasi E-Procurement, dan adanya dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan E-Procurement.
(54)
33
Kedua, dimensi akuntabilitas meliputi belum adanya pertanggungjawaban regulasi dari proses pengadaan barang dan jasa, pertanggungjawaban secara politik masih bersifat internal pemerintahan, dan pertanggungjawaban secara keuangan masih tertutup.
3. Partisipasi Pemasok dalam
Penyelenggaraan e-procurement di Kota Jambi
Johannes, Ade Titi Nifita dan Novitasari, Vol 1 No.1 Januari – Maret 2012.
Penelitian ini membahas tentang partisipasi pemasok dalam mengikuti pengadaan barang dan jasa melalui LPSE dan SPSE dapat dijelaskan melalui beberapa variabel UMKM yaitu; persepsi atas keadilan, ketepatan penanganan keluhan, peningkatan efisiensi dan perluasan jaringan antar pemasok. Cakupan ataupun jaringan pemasok menunjukkan hubungan signifikan dengan partisipasi pemasok. Peran pemerintah daerah dalam mendorong partisipasi maksimal UMKM sebagai pemasok melalui kegiatan pelatihan dan pemahaman yang benar terhadap LPSE. Pemahaman yang benar akan mendorong terciptanya kepercayaan pemasok terhadap LPSE secara umum yang kemudian diikuti oleh terciptanya atribut pelayanan lain dari LPSE.
4. E-Procurement
System Technology: An Analysis in Electronic
Procurement Service Unit (LPSE) of
Rendra Setyadiharja, Shahril Budiman, Zamzami A. Karim, Raja Abumanshur Matridi, Junrianal, Ferizone, Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Administrasi Publik
Penelitian ini membahas mengenai implementasi dari sistem e-procurement di LPSE Kepulauan Provinsi Riau yang sudah berjalan sangat efektif berdasarkan hasil penelitian
(55)
34 Kepulauan Riau
Province
STISIPOL Raja Haji
Tanjungpinang, dan Achmad Nurmandi, Direktur
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. (The Asian Journal of
Technology Management Vo. 7 No. 2 (2014) 93-107)
menunjukkan bahwa index implementasi level keefektifan mendapat nilai 3,27. Hal tersebut terlihat jelas pada perencanaan, regulasi, sumber daya manusia (SDM), infrastruktur yang memadai. Faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi
e-procurement di Provinsi
Kepulauan Riau yaitu hal-hal tersebut di atas. Selain hal tersebut proses politik juga sangat mempengaruhi dalam pengimplementasian sistem
e-procurement yaitu sebesar
0,9740 atau 97,40% dan 0,0260 atau 2,6% . Proses politik memang sangat besar dalam hal menolak pengimplementasian sistem e-procurement di Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena itu, efektifitas implementasi sistem e-procurement harus diikuti oleh keinginan politik yang kuat dalam rangka mendukung implementasi sistem e-procurement yang dapat mampu mengurangi tindakan korupsi dan dapat meningkatkan kualitas pengadaan barang dan jasa. Proses politik juga menentukan penerimaan regulasi-regulasi yang diciptakan untuk menghindari kesalahan pada pengaplikasian sistem
e-procurement. Di samping hal
tersebut, proses politik juga dapat menentukan ada tidaknya
sumber daya untuk
(56)
e-35
procurement baik sumber daya manusia maupun sumber keuangan serta infrastruktur. Yang mana kebijakan keuangan untuk e-procurement dapat menjadi penyedia untuk memenuhi fasilitas serta infrastruktur.
5. Akuntabilitas dan Transparansi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Melalui Electronic Procurement (Best Practice di Pemerintah Kota Surabaya) Badzlina Daroyani Novitaningrum, Kebijakan dan Manajemen Publik, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014.
Penelitian ini membahas tentang akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa Pemerintah Kota Surabaya melalui
e-procurement telah berhasil
diwujudkan. Dengan
menerapkan sistem e-procurement, Pemerintah Kota Surabaya mampu mewujudkan suatu sistem yang akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan di setiap tahapan pengadaan barang dan jasa. Sistem e-procurement yang mendukung perwujudan akuntabilitas tersebut dapat dilihat melalui kemudahan panitia dalam mempertanggungjawabkan seluruh proses pengadaan barang dan jasa secara vertikal kepada pihak yang lebih tinggi, maupun horizontal kepada masyarakat luas. Upaya Pemerintah Kota Surabaya untuk mewujudkan transparansi dalam pengadaan barang dan jasa dapat diwujudkan dengan menerapkan sistem e-procurement, dengan penerapan sistem lelang online, seluruh kegiatan telah disimpan dalam satu sistem yang ada pada portal. Sehingga, seluruh informasi dapat diakses dengan
(57)
36
mudah bagi masyarakat penyedia maupun non penyedia.
6. The Status Of
Indonesia’s E -Procurement
Achmad Nurmandi ,
nurmandi_achmad@umy.ac.id (JK School of Government Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) Journal of Government and Politics 4.2 (2013).
Penelitian ini membahas tentang
E-procurement merupakan
intrument penting untuk mencegah korupsi di barang dan jasa anggaran pengadaan. Indonesia telah melaksanakan proyek e-procurement sejak 2008 berdasarkan Keputusan Presiden. Presiden telah menetapkan agar tahunan (presiden instruksi) harus mematuhi oleh semua kementerian dan pemerintah daerah untuk pengadaan anggaran mereka melalui mekanisme e-procurement. Namun, sampai 2012 tahun fiskal, penelitian ini ditemukan bahwa hanya sekitar 10,26% dari anggaran pemerintah pengadaan instansi pusat, termasuk kementerian dan 21,10% dari anggaran pengadaan pemerintah daerah tidak mendapatkan melalui e-Procurement metode. Penelitian ini menyimpulkan bahwa regulasi, kepemimpinan dan pengadaan intitusi yang menjadi tantangan faktor untuk membuat "status quo" e-procurement.
7. Making
e-procurement work in a decentralized procurement system: A comparison of three Indonesian cities
Achmad Nurmandi dan Sunyuk Kim. (International Journal of Public Sector Management Vol. 28 Iss 3 pp. 198-200)
Tujuan dari adanya penelitian
ini adalah untuk
menginvestigasi
pengimplementasian sistem
e-procurement yang bersifat
inisiatif pada sistem desentralisasi pada sistem pemerintahan daerah di
(58)
37
Indonesia. Penelitian ini membandingkan pengaplikasian e-procurement di tiga Kota di Indonesia yaitu Yogyakarta, Tangerang, dan Kutai Kartanegara. Hasil dari penelitian ini yaitu sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh terhadap sistem pengadaan barang dan jasa secara elektronik di masing-masing daerah yang dibandingkan.
8. Analisis Akuntabilitas Sistem Pengadaan Secara Elektronik V.3.5 Dalam Proses
E-Tendering (Di
Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara)
Roi Y. A. Sumangkut, Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 4 No. 3, November 2014 (175-189)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis akuntabilitas SPSE v.3.5 dalam pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik lebih khusus untuk pengadaan secara Etendering dalam hal implementasinya terhadap pelaksanaan pengadaan barang/jasa serta untuk mengetahui apakah sistem yang di gunakan ini benar-benar sesuai dengan tujuan yang diamanatkan oleh aturan tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Melalui penelitian ditunjukkan bahwa aplikasi SPSE v.3.5 belum menjamin terlaksananya pengadaan sesuai dengan tujuan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik dalam hal untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparansi,meningkatkan akses pasar dan usaha persaingan sehat, serta memenuhi akses informasi yang real time, sehingga disarankan agar pihak pengembangan SPSE
(59)
38
dalam hal ini Direktorat Pengembangan SPSE Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia untuk melakukan perbaikan terhadap satusatunya sistem yang digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah secara elektronik saat ini yaitu SPSE v.3.5.
9. Permasalahan e-Procurement
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan Solusinya: Dalam Persfektif Manajemen Operasional
Dedy Cahyadi, Jurnal Informatika Mulawarman Vol 4 No. 2 Juli 2009.
Penelitian ini berisi tentang permasalahan atau hambatan
yang menghambat
e-procurement tidak bisa
maksimal dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur. Permasalahannya meliputi koneksi WAN Pemprov Kaltim, paying hokum daerah, jumlah SDM dan e-leadership, lembaga operasional, anggaran. Penelitian ini juga memberikan solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut, yang diantaranya memberikan sarana dan prasarana, penetapan regulasi daerah, pembuatan SOP, peningkatan SDM, dan Pembuatan
10. Penerapan
E-Procurement dalam
Proses Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Guna Mendukung
Ketahanan Tata Pemerintahan Daerah (Studi Pada Unit Layanan Pengadaan Barang Dan Jasa
Rahmat Hidayat, Jurnal Ketahanan Nasional, Program Studi Ketahanan Nasional, Universitas Gajah Mada (2010)
Penelitian ini berisi tentang analisa penerapan prinsip e-procurement pada Unit Layanan Pengadaan Barang dan Jasadi Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, mengkaji kendala yang dihadapi Unit Layanan Pengadaan dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui proses
(60)
39 Pemerintah
Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur)
merumuskan strategi yang dilakukan Unit Layanan Pengadaan dalam mengatasi kendala penerapan e-procurement guna mendukung ketahanan tata pemerintahan daerah di Kabupaten Penajam Paser Utara. Penelitian ini menunjukkan penerapan prinsip e-procurement di Kabupaten Penajam Paser Utara secara umum sudah berjalan sesuai peraturan yang berlaku namun masih terdapat beberapa kendala dalam penerapannya, yakni
kelembagaan ULP,
Infrastruktur, dan SDM. Untuk itu diperlukan strategi pemerintah daerah dalam mengatasi kendala tersebut guna mendukung ketahanan tata pemerintahan daerah di Kabupaten Penajam Paser Utara.
1.7. DEFINISI KONSEPTUAL
1.7.1. Daya Saing adalah kegiatan dimana nantinya akan memunculkan suatu kesuksesan atau kegagalan bagi perusahaan atau seseorang tertentu yang diakibatkan dari sebuah keinginan untuk memenangkan persaingan.
1.7.2. E-Procurement adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara elektronik atau online guna memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
(61)
40 1.8. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk mengukur daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2014-2015 maka definisi operasionalnya adalah:
a. Kompetitif dalam pengadaan barang dan jasa Dapat diukur dengan:
a) Aspek Lokasi b) Aspek Harga c) Aspek Pelayanan d) Aspek Promosi
b. Aspek terbuka dalam pengadaan barang dan jasa Dapat Diukur dengan:
a) Prosedur dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa
b) Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses pengadaan barang dan jasa
1.9. METODE PENELITIAN 1.9.1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dilakukan ini termasuk penelitian deskriptif-kualitatif. Bodyan dan Taylor menyatakan bahwa metode kualitatif adalah salah satu prosedur
(62)
41 penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Melalui metode kualitatif peneliti dapat mengenali subyek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari (Moleong, 2009:3).
Alasan digunakannya analisa deskriptif kualitatif adalah karena sesuai dengan judul yang di paparkan yaitu daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015. Peneliti mengumpulkan data-data dan fakta-fakta yang ada, untuk kemudian ditafsirkan secara deskriptif sesuai dengan rumursan masalah, tujuan, dan indikator yang diteliti terkait daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2014-2015.
1.9.2. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Provinsi Kalimantan Timur untuk menghimpun data terkait dengan daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pegadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka pada Tahun 2014-2015.
1.9.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian terkait dengan daya saing provider daerah dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2014-2015 adalah beberapa
(63)
42 Perusahaan penyedia (provider) barang dan jasa elektronik yang memenangkan tender pekerjaan di Kalimantan Timur, kepala LPSE Provinsi Kalimantan Timur, dan staff LPSE Provinsi Kalimantan Timur.
Tabel 1.2 Subjek Penelitian
No Narasumber Provider Lokal / Instansi Narasumber 1. Adrie Wira Sagita Kepala LPSE Provinsi Kalimantan Timur
2. Alsdi Staff bidang layanan LPSE Provinsi
Kalimantan Timur
3. Wirya Staff bidang administrasi dan Sistem
Informasi
4. Rusli Karyawan CV. Kpn Medika penyedia
layanan jasa lainnya
5. Sitti Maimunah Karyawan CV. Febrenta penyedia layanan jasa lainnya
6. Ibnu Karyawan CV. Citra Kalimantan penyedia
layanan jasa konsultansi dan badan usaha
7. Marlin Karyawan CV. Executive 04 Consultant
penyedia layanan jasa konsultansi dan badan usaha
8. Ilham Owner CV. Safira Jaya, penyedia layanan
pekerjaan konstruksi
9. Sulaiman Karyawan PT. Adinda Putri penyedia
layanan pekerjaaan konstruksi
10. Maya Karyawan CV. Multindo Prima Prakasa
penyedia layanan pengadaan barang
11. Satya Karyawan CV. Lunar Jaya, penyedia
layanan pengadaan barang
1.9.4. Unit Analisis
Sesuai dengan permasalahan yang ada pada pokok pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka unit analisa pada penelitian ini adalah daya saing provider oleh vendor atau perusahaan yang mengikuti lelang pengadaan barang dan
(64)
43 jasa elektronik secara terbuka dan sekaligus memenangkan tender yang meliputi kompetitif, dan keterbukaan pada lelang.
1.9.5. Jenis Data
Penelitian kualitatif menggunakan data berupa : teks, kata-kata tertulis, frasa-frasa atau simbol-simbol yang menggambarkan atau merepresentasikan orang-orang, tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sosial.
1.9.6. Sumber Data 1.9.6.1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini akan diperoleh melalui wawancara kepada beberapa vendor atau perusahaan yang mengikuti lelang dan memenangkan tender pengadaan barang dan jasa pemerintah elektronik secara terbuka di Provinsi Kalimantan Timur, kepada Kepala LPSE Provinsi Kalimantan Timur dan staff LPSE Provinsi Kalimantan Timur.
Tabel 1.3.
Data Primer Penelitian
Nama Data Sumber Data Teknik Pengambilan data
Mekanisme sistem lelang secara elektronik yang menjamin keterbukaan pada lelang
Kepala LPSE/Staff LPSE Provinsi Kalimantan Timur
Wawancara via email atau telepon
(65)
44 Prosedur proses lelang
pengadaan barang dan jasa elektronik dari awal sampai diumumkannya pemenang
Kepala LPSE Provinsi Kalimantan Timur
Wawancara via email atau telepon
Kompetitif perusahaan dalam mengikuti lelang pengadaan barang dan jasa elektronik dengan
beberapa aspek
diantaranya lokasi, harga, pelayanan, serta promosi
Perusahaan (vendor) yang mengikuti lelang pengadaan
barang dan jasa elektronik dan LPSE Provinsi Kalimantan Timur
Wawancara via email atau telepon
1.9.6.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti seperti artikel dan dokumen-dokumen. Data sekunder guna mendukung penelitian ini didapat melalui data olahan lelang pengadaan barang dan jasa pemerintah di website LPSE Provinsi Kalimantan Timur dengan sampel 10% dari total pengadaan pada tahun 2014-2015. Alasan digunakan data sampel 10% karena mengingat data digunakan untuk mendukung dan memberikan bukti daya saing provider daerah di Provinsi Kalimantan Timur di samping data primer yang berupa wawancara. Berikut dokumen-dokumen tambahan yang akan menjadi data sekunder:
Tabel 1.4.
Data Sekunder Penelitian
Nama Data Sumber Data
Data lelang pengadaan secara elektronik (sampel data 10%)
(66)
45 dari total pengadaan
2014-2015
Buku-buku terkait dengan penelitian
Perpustakaan
Artikel-artikel Ilmiah Perpustakaan
Jurnal-jurnal online maupun offline
Internet Peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Pemerintah Daerah atau internet
Surat Kabar atau berita Online Internet Makalah Konferensi
Internasional maupun Nasional
Internet atau perpustakaan
1.9.7. Teknik Pengumpulan Data 1.9.7.1. Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan menggunakan berbagai dokumentasi atau catatan yang ada dan mencatat keadaan konsep penelitian dalam unit analisa. Adapun sumber datanya berbentuk dokumentasi, arsip, media masa, dan biografi (Darumurti, 2013).
1.9.7.2. Wawancara melalui surat elektronik atau telepon
Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai konsep penelitian. Pedoman wawancara yang digunakan berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan, depth interview (wawancara mendalam) bertanya langsung pada obyek penelitian melalui surat elektronik (email) atau via telepon. Adapun panduan wawancara dalam penelitian ini terlampir.
(1)
151 Wawancara CV. Lunar Jaya, perusahaan penyedia layanan pengadaan barang, Bapak
(2)
(3)
152 Daftar pertanyaan wawancara untuk provider layanan:
1. Aspek lokasi :
a. Berapa jarak lokasi perusahaan dengan lokasi pekerjaan?
b. Dimana lokasi perusahaan berada?
c. Bagaimana jika lokasi perusahaan jauh dari pekerjaan walaupun masih dalam satu Provinsi?
2. Aspek harga:
a. Apakah harga yang ditawarkan perusahaan sesuai dengan harga terkoreksi dari LPSE di Provinsi Kalimantan Timur?
b. Apakah harga yang ditawarkan mempengaruhi ketertarikan panitia
pengadaan dalam memilih perusahaan ?
3. Aspek pelayanan:
a. Seperti apa pelayanan yang diberikan LPSE kepada perushaan?
b. Pelayanan apa yang diberikan perusahaan kepada pemerintah?
4. Aspek promosi:
a. Pernahkan perusahaan menawarkan barang/jasa kepada LPSE ? Jika ya,
b. Berapa kali perusahaan menawarkan barang/jasanya kepada LPSE
Kalimantan timur?
c. Bagaimana cara menawarkan barang/jasanya kepada LPSE Kalimantan
Timur?
5. Prosedur dalam melaksanakan pengadaan barang dan jasa:
a. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengadaan dari vendor kepada lpse?
b. Apakah prosedur lelang dijelaskan?
c. Bagaimana penjelasan dari LPSE kepada perusahaan?
d. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengadaan dari LPSE kepada vendor?
6. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua
(4)
153
a. Bagaimana tahapan pengadaan barang dan jasa di LPSE Kalimantan timur
dari tahap awal sampai tahap akhir?
b. Bagaimana cara pemilihan vendor yang akan menang?
c. Apakah semua informasi lelang dijelaskan kepada vendor dari LPSE ?
(5)
154 Daftar pertanyaan wawancara LPSE Provinsi Kalimantan Timur:
7. Aspek lokasi :
d. Apa yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi untuk mendapatkan
perusahaan?
e. Apakah lokasi mempengaruhi pemilihan perusahaan untuk tender
tertentu?
8. Aspek harga:
c. Apakah harga yang ditawarkan perusahaan sesuai dengan harga terkoreksi dari panitia pengadaan di Provinsi Kalimantan Timur?
d. Apakah harga yang ditawarkan mempengaruhi ketertarikan panitia
pengadaan dalam memilih perusahaan ?
e. Harga yang bagaimana yang menjadi pertimbangan panitia pengadaan
untuk memilih perusahaan yang memang?
9. Aspek pelayanan:
c. Pelayanan apa yang diberikan perusahaan kepada pemerintah?
d. Bagaimana pelayanan dari perusahaan setelah memang tender? Apakah
sesuai dengan harapan LPSE atau tidak? 10.Aspek promosi:
d. Apakah ada perusahaan yang menawarkan barang/jasanya ke panitia
pengadaan atau LPSE? Jika ya,
e. Berapa kali perusahaan menawarkan barang/jasanya kepada LPSE
Kalimantan timur?
f. Bagaimana cara menawarkan barang/jasanya kepada LPSE Kalimantan
Timur?
g. Apa yang menjadi ketertarikan LPSE untuk memilih pemenang dari
perusahaan tersebut?
(6)
155
e. Bagaimana mekanisme pelaksanaan pengadaan dari LPSE kepada
perusahaan?
f. Bagaimana prosedur dalam melakukan pengadaan barang dan jasa secara
elektronik? Sesuai dengan perpres atau ada tambahan lain dari LPSE Kalimantan Timur?
12.Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses pengadaan barang dan jasa:
e. Bagaimana tahapan pengadaan barang dan jasa di LPSE Kalimantan timur
dari tahap awal sampai tahap akhir?
f. Bagaimana cara pemilihan vendor yang akan menang?
g. Bagaimana komunikasi yang dibangun antara vendor, panitia pengadaan
hingga masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur?
h. Bagaimana sistem informasi di provinsi Kalimantan timur?
i. Apakah semua informasi pelelangan dapat diketahui oleh semua pihak termasuk masyarakat secara luas?